Anda di halaman 1dari 10

“ MANAJEMEN

TERPADU BALITA
SAKIT (MTBS) ”

OLEH :
RUS ANDRAINI, A.Kp, MPH
POLTEKKES DEPKES KALTIM
JURUSAN KEBIDANAN BALIKPAPAN
• Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah
suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan
UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan
melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta
memberikan tindakan kepada anak terhadap
penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa.
MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
petugas, memperkuat sistem kesehatan serta
meningkatkan kemampuan perawatan oleh
keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1999.
Pemeriksaan balita sakit ditangani oleh tim yang dipimpin oleh pengelola
MTBS yang berfungsi sebagai case manager. Pemilihan case manager oleh
pimpinan Puskesmas berdasarkan pertimbangan pernah mengikuti
pelatihan dan sanggup untuk mengelola MTBS. Dalam Keseharian
pengelola bertanggung jawab kepada coordinator KIA Puskesmas. Case
manager bertanggung jawab melakukan pemeriksaan dari penilaian,
membuat klasifikasi, mengambil tindakan serta melakukan konseling dengan
dipandu buku bagan dan tercatat dalam formulir pemeriksaan.
Case manager bertanggung jawab mengelola kasus balita sakit apabila
memerlukan konseling gizi, kesehatan lingkungan, serta imunisasi, petugas
dapat meminta petugas yang bersangkutan muntuk memberikan konseling.
Sesudah mendapatkan konseling maka dilakukan penulisan resep serta
penjelasan agar pengantar mematuhi perintah yang diberikan dalam
pengobatan di rumah. Konseling mengenai cara pemberian obat, dosis,
lama pemberian, waktu pemberian, cara pemberian dan lain-lain menjadi hal
yang rutin dilakukan. Hasil kegiatan pemeriksaan dicatat dalam register
kunjungan, kemudian direkap setiap akhir bulan untuk laporan MTBS
kepada Dinkes.
• MTBS (1) Manajemen Terpadu Balita sa kit (MTBS)
merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana bayi dan balita sakit yang dating berobat ke
fasilitas rawat jalan di pelayanan kesehatan dasar. MTBS
mencakup upaya perbaikan manajemen penatalaksanaan
terhadap penyakit seperti pneumonia, diare, campak,
malaria, infeksi telinga, malnutrisi serta upaya peningkatan
pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit seperti
imunisasi, pemberian Vit K, Vit A dan konseling pemberian
ASI atau makan. MTBS digunakan sebagai standar
pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai pedoman
bagi tenaga keperawatan (bidan dan perawatkhususnya di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar
MTBS dalam kegiatan di lapangan
khususnya di Puskesmas merupakan
suatu sistem yang mempermudah
pelayanan serta meningkatkan mutu
pelayanan. Tabel di bawah ini dapat dilihat
penjelasan MTBS merupakan suatu
sistem.
• Input
Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan
formulir MTBS Tempat dan petugas : Loket, petugas kartu
2. Proses
- Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS.
- Memeriksa berat dan suhu badan.
- Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan
mendengar stridor.
- Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata cekung, memberi
minum anak untuk melihat apakah tidak bias minum atau malas dan
mencubit kulit perut untuk memeriksa turgor.
- Selalu memerisa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul
VitaminA
Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager (Bidan yang telah
dilatih MTBS
• 3. Output
Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa,
tindakan berupa pemberian terapi dan konseling berupa
nasehat pemberian makan, nasehat kunjungan ulang,
nasehat kapan harus kembali segera. Konseling lain
misalnya kesehatn lingkungan, imunisasi, Konseling
cara perawatan di rumah. Rujukan diperlukan jika
keadaan balita sakit membutuhkan rujukan
Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager
(Bidan yang telah dilatih MTBS).
Petugas yang berkaitan dengan upaya konseling yang
dilakukan
• Data SKRT 2001, menyebutkan penyebab kematian balita di Indonesia adalah
infeksi saluran napas 22, 8%, diare 13,2% peny. Saraf 11,8%, tifus 11%,
kelainan saluran cerna 5,9% dan lain-lain 35,3%. MTBS adalah pendekatan
yang mampu mengintegrasi dan memadukan penanganan berbagai masalah
di atas. Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan
kasus dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi
serta peningkatan pengetahuan ibu dalam perawatan anak di rumah serta
upaya menoptimalkan system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan
primer dan rumah sakit sebagai pusat rujukan. Oleh karena itu MTBS sebagi
salah satu intervensi berbasis data (EBI) dapat berdampak langsung pada
penurunan kematian neonates, bayi dan balita bila dapat dilaksanakan secara
luas dan benar. Depkes RI bekerjasama dengan IDAI telah melaksanakan
revisi modul MTBS yang telah 10 tahun diterapkan di Indonesia. Revisi ini
didasarkan pada rekomendasi WHO 2005, kebijakan terbaru lintas program
terkait MTBS dan protocol terbaru UKK IDAI terkait dengan tatalaksana balita
sakit di Puskesmas dan jaringannya.
• SEJARAH MTBS
• Dasar Pemikiran Situasi kesehatan bayi dan anak
Indonesia belum stabil, banyak yang menderita sakit atau
cacat
Sama halnya dengan negara berkembang lain
Sebab kematian dan kesakitan masih menunjukan pola
lama yaitu Diare, ISPA, Malaria, Gizi kurang dan gizi
buruk
Jangkauan imunisasi belum mencakup semua golongan
anak
Dari 1000 bayi yang lahir, 85 orang akan meninggal
sebelum usia 5 tahun

Anda mungkin juga menyukai