Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum

Kimia Analitik II

“Titrasi Permanganometri”
Tanggal Percobaan:

Selasa, 06-April-2014

Disusun Oleh:

Aida Nadia (1112016200068)

Kelompok 3 Kloter 1:

Fahmi Herdiansyah

Yeni Setiartini

Huda Rahmawati

Rizky Harysetiawan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
2014
I. Abstrak

Telah dilakukan praktikum mengenai titrasi permanganometrik. Titrasi


permanganometri harus dilakukan ditempat yang gelap. Permanganat sebagai penitrasi dan
bertindak sebagai pengoksidasi. Titrasi yang dilakukan dalam suasana asam. Hasil titik
akhir titrasi pada saat proses standarisasi kalium permanganat yaitu ditunjukkan dengan
adanya perubahan warna larutan menjadi merah rose yang stabil, warna ini didapat dalam
percobaan ketika sudah ditrasi dengan kalium permanganat volume sebanyak 4,25 ml
sehingga diperolehlah konsentrasi dari kalium permanganat yaitu 0,24M. Hasil titik akhir
titrasi pada saat proses penentuan kadar besi(II) sulfat yaitu ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna larutan menjadi merah, warna ini didapat dalam percobaan ketika sudah
ditrasi dengan kalium permanganat volume sebanyak 2,3 ml sehingga diperolehlah
konsentrasi dari besi(II) sulfat yaitu 0,037M dan Kadar Fe dalam larutan besi(II) sulfat
sebesar 2,44%.

Kata kunci : titrasi, manganometrik

II. Pendahuluan
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secara luas
dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi
yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks. Banyak dari
reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalam analisa titrimetrik, dan
penerapan-penerapannya cukup banyak (Underwood, 2002 : 287).
Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama
lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak
membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N
permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang
biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasi
kelebihan reagen tersebut. Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan
dapat hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi
dalam larutan-larutan yang bersifat amat asam, 0,1N atau lebih besar:
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4 H2O E0 = + 1,51 V

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi ini,
namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk
mempercepat reaksi. Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat untuk
mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 sesuai persamaan:

3Mn2+ + 2MnO4 - + 2H2O → 5MnO2(s) + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Tindakan pencegahan khusus
harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksida mengkatalisis
dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam
permanganat,au terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-
agen pereduksi di dalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya
berupa larutan Kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi-substansi
yang dapat direduksi, dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter (filter-
filter non pereduksi) untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian
distandarisasi, dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan, konsentrasinya tidak
akan berubah selama beberapa bulan (Underwood, 2002 : 290).

Senyawa Natrium Oksalat (Na2C2O4) merupakan standar primer yang baik untuk
permanganat dalam larutan asam. Senyawa dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian yang
tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan nonhigroskopik. Reaksinya berjalan lambat dalam
suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 600C. Bahkan pada
suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat
ketika ion mangan(II) terbentuk. Mangan(II) bertindak sebagai katalis, dan reaksinya
disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut
dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan
permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4),
dimana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalent.
Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah:
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ → 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

Fowler dan Bright menyelidiki secara menyeluruh reaksinya dan menganjurkan agar
hampir semua permanganat ditambahkan secara cepat ke larutan yang diasamkan pada
suhu ruangan. Setelah reaksinya selesai, larutan tersebut dipanaskan sampai 60 0C dan
titrasi diselesaikan pada suhu ini (Underwood, 2002 : 291).

Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai sebuah
standar primer. Dengan kehadiran besi, oksidsi akan berjalan lebih cepat. Meskipum
besi(II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan
ini disebut teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak
ditemukan di dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan mangan(II) sulfat, asam sulfat, dan asam fosfat, disebut larutan pencegah,
atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam larutan asam klorida
dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat (Underwood, 2002 : 291).

Penentuan titrimetrik kalsium dalam kapur sering kali digunakan sebagai latihan
untuk mahasiswa. Kalsium mengendap sebagai oksalat, CaC2O4. Setelah penyaringan dan
pencucian, endapan dilarutkan dalam asam sulfat dan oksalatnya dititrasi dengan
permanganat (Underwood, 2002 : 293).

Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana
dihasilkan garam-garam besi(II) dan gas hidrogen. Asam sulfat pekat yang panas,
menghasilkan ion-ion besi(III) dan belerang dioksida:

2Fe + 3H2SO4 +6H+ 2Fe3+ + 3SO2 + 6H2O (Shevla,1985 : 257)

Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-
oksidasi). Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh
pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi). Oksidasi
adalah pelepasan elektron oleh suatu zat, sedangkan reduksi adalah pengambilan elektron
oleh suatu zat. Reaksi oksidasi ditandai dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan
reduksi sebaliknya. Kalium permanganat secara luas digunakan sebagai larutan standar
oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri (autoindikator). Perlu
diketahui bahwa larutan Kalium permanganat sebelum digunakan dalam proses
permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu, untuk menstandarisasi kalium
permanganat dapat dapat dipergunakan zat reduktor seperti asam oksalat, natrium oksalat,
kalium tetra oksalat, dan lain-lain. Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok
digunakan sebagai pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan akan
terjadi reaksi seperti di bawah ini: 2 MnO4 - + 16 H+ + 10 Cl- ↔2 Mn + 5Cl2 + 8 H2O
dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan untuk pembentukan klorin. Reaksi
ini terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya mangan dioksida dapat
mempercepat peruraian permanganat karena mangan dioksida tersebut memperbanyak
pembentukan mangan dioksida sehingga peruraian bertambah cepat. Ion-ion mangan juga
dapat beraksi dengan permanganate membentuk mangan dioksida menurut reaksi:
2 MnO4- + 2H2O ↔ 4MnO2 + 3 O2 + 4 OH. Dan sebagaimana dijelaskan diatas,
reaksi ini dikatalisis oleh MnO2 padat. Kalium permanganat jika digunakan sebagai
oksidator dalam larutan alkali kuat, maka ada 2 kemungkinan reaksi, yaitu pertama: reaksi
yang berjalan relatif cepat: MnO4 - + e- →MnO42- dan reaksi kedua yang berlangsung relatif
lambat: MnO42- + 2H2O + e- ↔MnO2 + 4 OH potensial standar reakasi yang pertama
E0 = 0,56 volt, sedangkan pada reaksi kedua sebesar E 0 = 0,60 volt. Dengan mengatur
suasana sebaik-baiknya (misalnya menambah ion barium yang dapat membentuk endapan
barium manganat) maka reaksi pertama dapat berjalan baik sekali. (Hamdani, 2012)

III. Material dan Metode Kerja

A. Material
Alat:
 Gelas ukur
 Batang pengaduk
 Pipet tetes
 Labu erlenmeyer
 Statif dan klem
 Buret
 Corong gelas
 Kertas sampul
 Gelas kimia
 Penangas air
 Termometer

Bahan:
 Larutan asam oksalat (H2C2O4)
 Larutan H2SO4
 Larutan KMnO4
 Larutan FeSO4

B. Metode Kerja
I. Standarisasi KMnO4
1. Ambil 10 ml larutan asam oksalat 0,1M masukkan ke dalam labu erlenmeyer.
2. Tambahkan 10 ml Larutan H2SO4 2M aduk dengan rata, kemudian panaskan
sampai 700C-800C menggunakan penangas air.
3. Masukkan Larutan KMnO4 kedalam buret dan bungkus dengan alumunium foil
atau Koran.
4. Dalam keadaan panas, titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan KMnO4 secara
perlahan-lahan sampai diperoleh warna merah rose yang stabil.

II. Penentuan Kadar FeSO4


1. Ambil 15 ml larutan FeSO4 msukkan larutan tersebut kedalam labu erlenmeyer.
2. Tambahkan dengan 10 ml Larutan H2SO4 kedalam labu erlenmeyer tadi.
3. Titrasi dengan Larutan KMnO4 sampai warnanya merah.

III. Hasil Praktikum dan Pembahasan


A. Hasil Praktikum

 Data pengamatan
Standarisasi KMnO4
Larutan asam oksalat (H2C2O4) - Volume 10 ml
- Larutan tidak berwarna
Larutan H2SO4 2M - Volume 10 ml
- Larutan tidak berwarna
Larutan asam oksalat (H2C2O4) + - Larutan tidak berwarna
dipanaskan - Suhu pemanasan larutan 730C
Larutan H2SO4 2M

Larutan yang sudah dipanaskan tadi di - Larutan KMnO4 berwarna coklat


titrasi dengan larutan KMnO4 - Titik akhir titrasi pada saat
diperoleh warna merah rose yang
stabil.
- Volume titrasi 85 tetes = 4,25 ml.

Penentuan Kadar FeSO4


Larutan FeSO4 - Volume 15 ml
- Larutan berwarna kuning
Larutan H2SO4 2M - Volume 10 ml
- Larutan tidak berwarna
Larutan FeSO4 + Larutan H2SO4 - Larutan tidak berwarna
Larutan FeSO4 + Larutan H2SO4 dititrasi - Titik akhir titrasi pada saat
dengan larutan KMnO4 diperoleh warna merah.
- Volume titrasi 46 tetes = 2,3 ml.

 Persmaan Reaksi
Reaksi pada standarisasi : 2MnO4 - + 5(COO)22- + 16H+→ 10CO2(g) + 2Mn2+ + 8H2O
Reaksi pada sample : 5Fe2+ + MnO4 - + 8H+ → Mn+ + 5Fe3+ + 4H2O
 Perhitungan
I. Standarisasi KMnO4
M KMnO4 x V KMnO4 = M H2C2O4 x V H2C2O4
M KMnO4 x 4,25 ml = 0,1 M x 10 ml
M KMnO4 = 0,24 M
II. Penentuan Kadar FeSO4
M FeSO4 x V FeSO4 = M KMnO4 x V KMnO4
M FeSO4 x 15 ml = 0,24 M x 2,3 ml
M FeSO4 = 0,037 M

W FeSO4

= 0,084 gram

Be Fe = =

W Fe2+ =

W Fe2+ = 2,053 mg = 0,002053 g

% kadar Fe =

% kadar Fe = 2,44 %

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan telah melakukan titrasi permanganometri. Pada
percobaan ini dilakukan 2 langkah kerja, dimana yang pertama adalah pembakuan/
standarisasi kalium permanganat dan yang kedua penentuan kadar FeSO 4.
Titrasi permanganometri harus dilakukan ditempat yang gelap (tidak boleh
terkena cahaya). Karena jika terkena cahaya maka akan terjadi pengendapan sehingga
terbentuk MnO2 yang solid, jika sudah terbentuk ini maka harus disaring karena kalau
masih terdapat endapan ini maka permanganat tidak dapat mengoksidasi Fe. Pada
percobaan titrasi ini reagen permanganat sebagai titran pengoksidasi. Larutan yang
dititrasi adalah besi dalam asam sulfat, penitrasian ini dilakukan dalam suasana asam.
Untuk proses standarisasi larutan yang dititrasi adalah asam oksalat dalam asam sulfat
dan larutan ini dipanaskan sampai 730C, hal ini dilakukan karena untuk titrasi
permanganat jika dilakukan dalam suhu ruangan reaksinya berjalan sangat lambat maka
dari itu membutuhkan titrasi dalam keadaan yang sangat asam dan harus dalam suhu
yang tinggi atau menggunakan katalis baru dapat berjalan reaksinya dengan lebih cepat.
Hasil titik akhir titrasi pada saat proses standarisasi kalium permanganat yaitu
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah rose yang stabil,
warna ini didapat dalam percobaan ketika sudah ditrasi dengan kalium permanganat
volume sebanyak 4,25 ml sehingga diperolehlah konsentrasi dari kalium permanganat
yaitu 0,24M. Sedangkan, hasil titik akhir titrasi pada saat proses penentuan kadar
besi(II) sulfat yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah,
warna ini didapat dalam percobaan ketika sudah ditrasi dengan kalium permanganat
volume sebanyak 2,3 ml sehingga diperolehlah konsentrasi dari besi(II) sulfat yaitu
0,037M dan Kadar Fe dalam larutan besi(II) sulfat sebesar 2,44%.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Titrasi permanganometri harus dilakukan ditempat yang gelap.

2. Permanganat sebagai penitrasi dan bertindak sebagai pengoksidasi.

3. Titrasi yang dilakukan dalam suasana asam.

4. Hasil titik akhir titrasi pada saat proses standarisasi kalium permanganat yaitu
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah rose yang stabil,
warna ini didapat dalam percobaan ketika sudah ditrasi dengan kalium permanganat
volume sebanyak 4,25 ml sehingga diperolehlah konsentrasi dari kalium permanganat
yaitu 0,24M.

5. Hasil titik akhir titrasi pada saat proses penentuan kadar besi(II) sulfat yaitu
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah, warna ini didapat
dalam percobaan ketika sudah ditrasi dengan kalium permanganat volume sebanyak 2,3
ml sehingga diperolehlah konsentrasi dari besi(II) sulfat yaitu 0,037M dan Kadar Fe
dalam larutan besi(II) sulfat sebesar 2,44%.

V. Referensi

JR., R.A. DAY dan UNDERWOOD,A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I Edisi ke
Lima. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.

Hamdani, S., dkk.2012. Panduan Praktikum Kimia Analisis. http://www.stfi.ac.id/wp-


content/uploads/2012/03/Diktat-Praktikum-Kimia-Analisis.pdf . Diakses pada tanggal
9 Mei 2014 Pukul 20:31 WIB.

Anda mungkin juga menyukai