Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu kebutuhan manusia adalah papan. Yang dimaksud papan disini adalah
rumah tempat tinggal atau bangunan secara umum. Di tempat inilah manusia atau
civitas melakukan segala aktivitasnya sehari-hari, dari awal bangun tidur hingga
kembali tidur. Untuk itulah setiap bangunan pasti memiliki fasilitas-fasilitas yang
mendukung dan memenuhi kebutuhan tersendiri.
Tempat pembuangan sampah dalam bangunan merupakan alat yang
membantu kita untuk mempermudah manusia dalam membuang sampah-sampah
yang sudah tidak digunakan lagi. Adanya tempat sampah juga membantu kita
dalam menjaga kebersihan di dalam bangunan. Salah satu permasalahan yang
akan dibahas pada makalah ini adalah masalah sistem sampah, karena sampah
yang sudah tidak digunakan lagi lama-kelamaan jika dibiarkan akan dapat
mengurangi kenyamanan civitas pada saat melakukan aktivitas di dalam suatu
ruangan atau bangunan itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk
mengetahui dan memahami sistem sampah yang ada pada bangunan, cara
pengelolaannya, serta dampak yang diakibatkan oleh sampah-sampah yang ada
pada bangunan. Sehingga nantinya, tercipta bangunan dengan lingkungan yang
bersih, sehat dan terciptanya keamanan serta kenyamanan tersendiri pada
bangunan tersebut.
Sistem utilitas merupakan kelengkapan fasilitas pada bangunan demi
terciptanya atau terbentuknya keamanan, kenyamanan, keselamatan, komunikasi,
mobilitas, mempermudah akses pergerakan, dan mempengaruhi kesehatan para
civitas yang nantinya akan menempati hunian tersebut. Dalam merancang
bangunan kita harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas
bangunan yang nantinya akan dikombinasikan dengan perancangan arsitektur,
struktur, interior dan lainnya. Sistem utilitas pada bangunan nantinya akan
mendukung aktivitas para civitas, sehingga fungsi bangunan nantinya akan
berjalan dengan baik. Sehingga utilitas merupakan salah satu elemen penting
dalam arsitektur selain kekuatan dan keindahan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis sampah?
2. Bagaimana perancangan sistem sampah?
3. Bagaimana komponen penyusun dari sistem sampah?
4. Bagaimana pengolahan sampah di perumahan?
5. bagaimana sistem jaringan listrik dan telpon?
6. perlengkapan apa saja yang digunakan dalam menanggulangi kebakaran pada
suatu bangunan?
1.3 Tujuan dan sasaran

adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan


penjelasan lebih dalam tentang bagaimana seharusnya pengolahan sampah di
perumahan dan bagaimana sistem listrk dan telepon serta bagaimana mencegah
terjadinya kebakaran di bangunan sehingga para pembaca dapat memahami lebih
dalam mengenai bagaimana seharusnya pengolahan sampah di perumahan dan
bagaimana sistem listrk dan telepon serta bagaimana mencegah kebakaran.

Adapun sasaran adalah membuat pembaca lebih memahami dan mengerti


tentang bagaimana seharusnya pengolahan sampah di perumahan dan bagaimana
sistem listrk dan telepon serta bagaimana mencegah kebakaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 pengolahan sampah
2.1.1 Sampah dan Jenis-jenisnya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sampah adalah barang
atau benda yang dibuang karena sudah tidak dipakai lagi. Sampah dihasilkan dari
aktivitas yang dilaksanakan di bangunan-bangunan, khususnya bangunan yang
digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya seperti rumah tangga,
pabrik, hotel, restoran, rumah sakit, supermarket, dan lainnya. Pengertian sampah
berdasarkan Kamus Lingkungan yang terbit pada tahun 1994 yaitu bahan yang
tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau
khusus dalam produksi atau pemakaian, barang rusak atau cacat selama
manufaktur (suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang
jadi untuk dijual) atau materi berlebihan atau buangan.
Sementara berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Ecolink 1996,
sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Dalam
Undang- Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah
sisa kegiatan sehari-hari manusia dana tau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan volumenya
memerlukan pengelolaan khusus.
Sistem pembuangan bisa berupa shaft dan ruangan yang dipersiapkan
dalam suatu fungsi bangunan maupun di luar bangunan guna memindahkan
sampah dari sumber sampah menuju pengolahan lebih lanjut. Pengolahan sampah
adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur ulangan, atau
pembuangan material sampah. Perlakuan ini biasanya mengacu pada material
yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan biasanya dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan sampah
juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya ala
Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, zat cair, gas atau radioaktif
dengan metode khusus untuk masing-masing zat. Praktik pengelolaan sampah

3
berbeda beda antara negara maju dan berkembang. Berbeda pula antara daerah
perkotaan dengan daerah pedesaan, antara daerah perumahaan dan daerah industri.
Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area
metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Sementara
untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan
pengolah sampah. Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak
hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan
ketersediaan area. Sampah dapat dibedakan berdasakan sifatnya, bentuknya, dan
sumbernya.
2.1.2 Sampah Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, sampah dibagi menjadi 3, yaitu sampah organik,
nonorganik, dan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Sampah organik merupakan
sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang dapat membusuk dengan
mudah, misalnya seperti sisa-sisa makanan, dedaunan kering, buah dan sayuran.
Kemudian sampah non-organik merupakan sampah yang berasal dari bahan baku
non biologis dan susah terurai, sehingga sering menumpuk di lingkungan. Selain
itu sampah anorganik disebut juga sampah kering yang sulit diuraikan secara
alamiah sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut, misalnya seperti kantong
plastik, botol, kaleng, kertas, dan lain-lain. Serta sampah B3 yang merupakan
bahan yang beracun dan berbahaya ,misalnya seperti limbah rumah sakit, limbah
pabrik, dan lain-lainnya.

4
2.1.3 Sampah Berdasarkan Bentuknya
Menurut bentuknya, sampah dapat dibagi sebagai berikut:
a. Sampah Padat
Sampah padat merupakan segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin, dan
sampah cair. Sampah padat dapat berupa sampah rumah tangga, misalnya sampah
dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas, dan lainlain. Menurut bahannya,
sampah ini dapat dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung
bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan
kayu dari peralatan rumah tangga, dan sebagainya. Sedangkan anorganik dapat
berupa kantong plastik, botol plastik, kaleng, dan lain-lain. Berdasarkan
kemampuan untuk diurai oleh alam (biodegradability) maka dapat dibagi lagi
menjadi sebagai berikut:
1. Biodegradable
Sampah jenis ini mampu diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik
aerob atau anaerob, misalnya sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah
pertanian, dan perkebunan.
2. Non-boidegradable
Sampah jenis ini tidak dapat diuraikan oleh proses biologi. Sampah Non-
Biodegradable dapat dibagi lagi menjadi dua sebagai berikut:

5
 Recyclable
Merupakan sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki
nilai secara ekonomi, seperti plastik, kertas, pakaia dan lain-lain.

 Non-recyclable
Merupakan sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah
atau diubah kembali, seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal, dan lain-
lain.

b. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah dipakai dan tidak diperlukan
lagi kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah. Sampah cair ini terbagi
menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Limbah Hitam
Sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung pathogen
yang berbahaya.

6
2. Limbah Rumah Tangga
Sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi, dan tempat cucian.
Sampah ini juga dimungkinkan mengandung pathogen.

2.1.4 Sampah Berdasarkan Sumbernya


Sampah berdasarkan sumbernya dapat dibagi sebagai berikut:
a. Sampah Alam
Sampah alam merupakan sampah yang diproduksi di kehidupan luar yang
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami. Misalnya dedaunan kering yang
gugur yang berada di hutan, akhirnya berubah menjadi tanah.

7
b. Sampah Manusia ( Human Waste)
Human waste merupakan sebuah istilah yang dipakai untuk menyebutkan
sesuatu yang berasal dari hasil-hasil pencernaan manusia, misalnya urin dan feses.
Urin dan feses ini termasuk salah satu bahasan dari Sistem Jaringan Air Kotor. Di
sana dijelaskan bahwa apabila sampah tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Penularan
penyakit melalui sampah manusia tersebut dapat dikurangi dengan cara menjaga
kebersihan sanitasi dan hidup dengan bersih.
c. Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh konsumsi
manusia yang kemudia dibuang ke tempat sampah. Sampah konsumsi ini masih
jauh lebih sedikit apabila dibandingkan dengan sampah yang dihasilkan dari
proses pertambangan dan proses industri.

d. Sampah Nuklir
Sampah nuklir merupakan sampah yang berasal dari fusi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan
hidup. Oleh karena itu, sampah tersebut disimpan di tempat-tempat yang tidak
memiliki potensi tinggi untuk melakukan aktivitas, biasanya disimpan di bekas
tambang garam atau di dasar laut meskipun hal itu sudah jarang dilakukan.

8
e. Sampah Industri
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar berasal dari aktivitas
industri atau lebih dikenal dengan sebutan limbah, misalnya berasal dari proses
pertambangan, manufaktur, serta sampah barang konsumsi. Hampir semua produk
industri tersebut akan menjadi sampah pada suatu waktu yang jumlahnya hamper
sama dengan jumlah konsumsinya.

2.1.5 Sistem pengolahan Sampah di Rumah Tinggal


Dalam bangunan rumah tinggal, sampah dibuang di tempat sampah dalam
rumah, kemudian dikumpulkan dalam bak sampah dalam site untuk dibuang ke
TPA (tempat pembuangan akhir).
Untuk di daerah pedesaan yang rumah-rumahnya mempunyai halaman yang
cukup luas, pembuangan sampah dilakukan di halaman dengan membuat galian
sebesar 1m3 atau lebih. Setelah sampah hampir penuh, lubang sampah diurug dan
dibuatlah lubang tempat sampah yang baru dan seterusnya. Tetapi di lingkungan
pemukiman dalam kota untuk rumah dengan tipe besar dengan luas halaman yang
cukup, tidak akan dibuat lubang pembuangan sampah, tetapi dibaut tempat/bak
sampah dekat pintu masuk dan dekat dengan dapur (sebagai tempat penghasil
sampah yang paling banyak).
13 Untuk rumah dengan tipe sedang dan tipe kecil, sering dibuat bak
sampah jauh
dari pintu pagar dengan suatu usaha menjauhkan bau sampah dari ruang tamu.
Bak sampah dibuat tertutup supaya menghindari bau yang dihasilkan dan
terhindar dari gangguan lalat atau serangga lainnya.

9
10
2.2 pengelolaan dan penyediaan jaringan listrik
2.2.1 sumber aliran listrik
1. hidro
Menurut Rencana Induk Pengembangan Energi Baru danTerbarukan
(RIPEBAT)
potensi energimikrohidro (PLTMH) tersebut diperkirakan 458,75 MW. Hidro
Menurut Rencana Induk Pengembangan Energi Baru danTerbarukan (RIPEBAT)
potensi energimikrohidro (PLTMH) tersebut diperkirakan 458,75 MW.
2. angin
Secara umum Indonesia masuk kategori negara tanpa angin, mengingat
bahwa kecepatan angin minimum rata‐rata yang secara ekonomis dapat
dikembangkan sebagai penyedia jasa energi adalah 4m/dt. Kendatipun demikian
ada beberapa wilayah dimana sumber energi angin kemungkinan besar layak
dikembangkan. Wilayah tersebut antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa
Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan danTenggara, Pantai Utara dan Selatan
Jawa dan Karimun Jawa.
3. surya
Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di
Indonesia menunjukan bahwa radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan
berturut‐turut untuk kawasan barat dan timur Indonesia.
radiasi surya tersedia hampirmerata sepanjang tahun, kawasan timur Indonesia
memiliki penyinaran yang lebih baik
4. biomassa
Sebagai sumber energi, limbah biomasatersedia cukup melimpah dan
berkelanjutan, terutama pada daerah industri pertanian, perkebunan, dan
kehutanan.
5. panas bumi
Berdasarkan surveimenunjukkan bahwa terdapat 70 lokasi panas bumi
bertemperatur tinggi dengan kapasitas total mencapai 19.658 MW. Sebagian besar
dari lokasi tersebut belum dilakukan eksploitasi secara intensif.

11
6. energi laut
Luas lautan melingkupi 2/3 wilayah Indonesia, atau sekitar 4 juta km2, dan
garis pantai sepanjang 80,791 km sehingga laut atau samudera secara kualitatif
kanmenyimpan potensi sumber energi terbarukan (ET) yang cukup besar. Secara
kuantitatif kandungan ET dari samudera yang dapat dikelola secara ekonomis
masih memerlukan kajian lebih lanjut. Energi yang berasal dari samudera dapat
diperoleh dari 3 bentuk sumber utama, yaitu : gelombang, pasangsurut, dan
perbedaan suhu antara permukaan dan bagian dalam air laut.
2.2.2. sitem jaringan listrik
Sistem interkoneksi dan transmisi tersebut sering pula dinamakan dengan sistem
Saluran Udara Tegangan (Ekstra) Tinggi –SUTET.

Contoh jaringan distribusi jaringan listrik

12
Sitem penyaluran daya litrik

Konsumsi harian listrik

2.2.3 standar perhitungan kebutuhan listrik


Dalam perhitungan kebutuhan prasarana, sebelumnya harus dilakukan perkiraan
terhadap jumlah orang yang akan melakukan aktivitas di masing-masing sarana
setiap harinya.
 Kebutuhan listrik didasarkan pada standar pada masingmasing jenis
sarana.

13
 Kebutuhan listrik akan disesuaikan dengan faktor kebutuhan masing-
masing kegiatan yang akan dikembangkan di kawasan perencanaan.
 Kebutuhan listrik untuk penerangan jalan 2 % dari total kebutuhan
sarana.
 Kebutuhan listrik untuk cadangan 5 % dari total kebutuhan sarana
termasuk penerangan jalan.
 Kebutuhan listrik minimum adalah jumlah total kebutuhan masing-
masing jenis sarana termasuk penerangan jalan dan cadangan.
 Kebutuhan listrik maksimum adalah sebesar 2 kali kebutuhan listrik
minimum.
Kapasitas/besaran penggunaa listrik

Untuk mendukung analisis kebutuhan dan penempatan prasarana, dibutuhkan


data-data mengenai :
 Pola Budaya masyarakat dalam penggunaan prasarana.
 Jumlah dan Jenis Prasarana yang ada pada saat ini, mencakup lokasi,
kondisi, dan intensitas pelayanan.
 Kebijaksanaan Pembangunan Prasarana yang sedang dan akan
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
 Rencana jumlah, jenis dan jaringan distribusi prasarana di kawasan
perencanaan berdasarkan RTR diatasnya.

14
2.3 pengelolaan dan penyediaan jaringan telepon
Jaringan Telekomunikasi adalah Media penyalur berita-berita telekomunikasi.
Arti Penting Jaringan Telekomunikasi
 Sebagai salah satu ‘stimulan’ pertumbuhan ekonomi wilayah
 Berperan penting dalam pengembangan kualitas masyarakat (sosial-
budaya)
Adapun badan penyedia dan pengeloaan jaringan telekomunikasi adalah
telkom.
TELKOM, perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, merupakan
penyedia utama layanan sambungantelepon tidak bergerak kabel di Indonesia. PT
Telekomunikasi Selular (“Telkomsel”), anak perusahaanTELKOM, juga
merupakan operator telepon selular terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan
beragam layanan telekomunikasi lainnya termasuk layanan interkoneksi, jaringan,
data dan internet serta layanan terkait lainnya.
utilitas telpon
Pelayanan jaringan telpon pada dasarnya tergantung pada peningkatan
permintaan sambungan dan kemamuan satuan sambungan (ss) sentral telpon.
dengan demikian pelaksanaan pembangunan jaringan telpon perlu adanya
koordianasi dengan pihak penyedia.
Apabila satuan sambungan (ss) terbatas, pengadaan telepon umum dan
wartel sangat membantu kebutuhan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
telepon.
2.3.1 Jenis-jenis Jaringan Telekomunikasi
Berdasarkan bentuk fisik
1. Saluran Kawat Terbuka (Open Wire)
 di kota-kota kecil
 menghubungkan sentral telepon dengan pelanggan
 sentral biasanya masih bersifat manual
2. Kabel Berisolasi
 kumpulan urat-urat kabel tembaga yang dibungkus isolator (untuk
menghindarkan saluran dari gangguan listrik, cuaca,korosi, dsb).
 umumnya digunakan untuk sistem jaringan dalam kota

15
3. Kabel Koaksial
 media penyalur memerlukan kapasitas besar
4. Kabel Serat Optik
Berdasarkan Cara Pemasangan
1. Jaringan Atas Tanah
Jaringan kabel telekomunikasi yang dipasang di atas tanah atau di udara. Untuk
perentangan jaringan atas tanah biasanya digunakan tiang-tiang telepon dengan
ukuran tertentu, dengan tujuan sebaagai berikut:
 tidak mengganggu lalu lintas umum
 tidak mudah diganggu oleh tangan-tangan jahil
 tidak membahayakan keselamatan masyarakat
 tahan lama
 faktor estetis
 tidak mudah putus dan memudahkan pemeliharaan
Jaringan Bawah Tanah
Menuntut kualitas isolasi yang lebih baik : tahan air dan kelembaban. Jenisnya
terdiri dari:
a. Kabel tanam langsung
 menggali selokan, menempatkan kabel, menanam kabel
 kabel dibungkus selubung timah hitam (load mantel)

b. Kabel duct
 Memasukkan kabel dalam pipa (duct), ditanam dibawah permukaan tanah
dan dicor.
 Bahan pipa paralon yang tahan terhadap air dan kelembaban tanah

16
 Tiap 200 m dibuat manhole untuk tempat menarik kabel dan tempat-
tempat petugas memperbaiki kabel
 Keuntungan : lebih kuat, pemeliharaan mudah
 Kerugian : lebih mahal
c. Kabel Laut
 Dibentangkan di bawah permukaan laut
 Menggunakan jenis kabel berisolasi kuat, dilengkapi amplifier
 Untuk menyalurkan berita antar benua.
Berdasarkan fungsi penggunaan jaringan dibedakan atas 4 jaringan yaitu:
1. Jaringan Lokal, Menghubungkan sejumlah pesawat pelanggan ke sentral
telekomunikasi dalam satu wilayah kota,
2. Jaringan catuan langsung, Pelanggan mendapat pencatuan saluran dari KP
(Kotak Pembagi) terdekat yang langsung dihubungkan dengan RPU (Rangka
Pembagi Utama) tanpa melalui RK (Rumah Kabel). Semua urat pasangan
kabel dari KP tersambung langsung ke RPU yg berada di kantor (sentral)
telekomunikasi. Biasanya digunakan di kota-kota kecil yg jumlah
pelanggannya masih sedikit sehingga jumlah KP juga sedikit. Digunakan juga
di kota-kota besar, khusus untuk daerah sekitar sentral telekomunikasi
beradius 300-500 m dari sentral.
3. Jaringan Catuan Tidak Langsung, Saluran para pelanggan dicatu dari KP
terdekat yang dihubungkan lebih dulu dengan RK. Banyak digunakan di kota-
kota dengan jumlah pelanggan yang besar dan jarak lokasinya jauh dari
sentral telekomunikasi

17
4. Jaringan Junction (Penghubung) Jaringan yang menghubungkan antar sentral
di tempat yang mempunyai sentral banyak Sentral telekomunikasi yang
menjadi titik penghimpun sentral-sentral lokal :
2.3.2 pengaturan tower telekomunikasi

18
2.3.3 utilitas telepon
 Perumahan Menengah membutuhkan 1 satuan sambungan telepon
 Permukiman Mewah membutuhkan 2 satuan sambungan telepon
 Fasilitas perdagangan tiap 500 m2 membutuhkan 2 satuan sambungan telepon
 Fasilitas umum tingkat lingkungan tiap 200 m2 membutuhkan 1 satuan
sambungan telepon
 Fasilitas umum tingkat perkotaan tiap 1000 m2 membutuhkan 2 satuan
sambungan telepon.
Adapun tahapan-tahapan dalam penyusunan jaringan telepon yaitu sebagai
berikut:
1. Penyusunan rancangan dasar jaringan
a. Jenis KP dan Penggunaannya
 SPAT (Sambungan Pembagi Atas Tanah) Biasanya dipasang pada
daerah yang belum mapan, letak tiang harus aman dan tidak
mengganggu lalu lintas, serasi dengan lingkungan sekitar,
memudahkan pemeliharaan dan perbaikan
 SPBT (Sambungan Pembagi Bawah Tanah) Digunakan untuk daerah-
daerah yang sudah teratur, aman dari gangguan lalu lintas, dan tidak
merusak pandangan sekitarnya
b. Distribusi Rumah Kabel
Batas pelayanan RK merupakan daerah pelayanan telepon dengan batas-
batas tertentu yang perlu diperhatikan :
 Kebutuhan telepon di masa datang
 Kapasitas RK yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhan
telepon yang akan dicatu
 Batas geografi, penggunaan, wilayah administrasi.
c. Penempatan RK
 Daerah sekitar RK memiliki konsentrasi kebutuhan telepon yang
tinggi
 Tidak terlalu jauh dari lokasi manhole terdekat
 Lokasi RK serasi dan aman dengan lingkungan sekitarnya dan
tidak menyulitkan petugas.

19
d. Pembenahan Kembali Daerah Pelayanan
Daerah pelayanan yang sudah ada perlu ditata kembali karena
kemungkinan sudah tidak sesuai lagi dengan kriteria batas pelayanan. Hal
ini perlu dilakukan untuk :
 Menghindari terjadinya tumpang tindih catuan
 Merapikan kembali sistem jaringan kabel sehingg dapat lebih
memudahkan dan meningkatkan pelayanan serta pemantauan
dalam pemeliharaan.
 Mengganti atau memperbarui kembali jaringan kabel yang rusak
atau tidak sesuai lagi dengan persyaratan yang ada.
2. Pembuatan rancangan dasar
Data yang diperlukan :
 peta dan gambar-gambar jaringan yang ada, daftar tunggu, peramalan
permintaan, data jaringan dan pemeliharaannya, fundamental plan,
master plan lokasi pelayanan yang sudah disusun
 Penyusunan buku laporan hasil survey yang digunakan untuk
pembangunan jaringan kabel baru dan perluasan jaringan kabel lokal
 Menghitung kebutuhan pipa duct :
(N x 1,5) + T + J + (O x 2/3) + R
N = jumlah kabel untuk 20 tahun, T = jumlah trunk,
J = jumlah junction, O = jumlah serat optik, R = jumlah pipa
cadangan.
3. Pembuatan rancangan rinci jaringan

􀂙 Rancangan rinci adalah gambaran perencanaan jaringan kabel telepon secara

rinci yang merupakan penjabaran dari rancangan dasar dan harus dikerjakan
secepat mungkin. Survey harus dilakukan dengan tujuan :
 pemilihan dan penentuan tempat yang tepat untuk RK, TP, rute kabel
duct, letak dan tipe manhole.
 pemilihan jenis peralatan yang tepat untuk RK, RP, manhole, RPU di
gedung-gedung, dan tiang telepon

20
 pengukuran : mengukur semua jarak yang berkaitan dengan panjang kabel
yang digunakan menurut jenis dan diameternya, jenis galian yang dilewati
oleh rencana rute kabel, rute kabel duct
 menghitung peralatan yang diperlukan kabel dengan alat pembantunya,
RK dan TP beserta material pembantunya
 pemilihan kapasitas, jenis, dan urat kabel.
4. Pembuatan gambar rancangan jaringan.
Adapun gambar yang diperlukan dalam rancangan jaringan yaitu sebagai
berikut:
 Peta Umum
 Peta Skema Duct
 Peta Skema Kabel Primer
 Peta Skala Sistem Alarm Tekanan Gas
 Gambar Penyusunan Kabel Primer pada RPU
 Peta Daerah Pelayanan RK
 Peta Skema Kabel Sekunder
 Perhitungan Volume/Kuantifikasi.

2.4 sistem pencegahan kebakaran


Pencegahan bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengaturan lay out bangunan dan masa bangunan.
 Sistem pembatasan jumlah kapling dalam 1 blok.
 Jarak bangunan.
 Konstruksi pembatas bangunan yang berdampingan.
 Aksesibilitas mobil pemadam kebakaran.
2. Adapun Perlengkapan untuk penyelamatan penghuni bangunan apabila terjadi
gejala bahaya kebakaran atau saat terjadi kebakaran.
 Tangga darurat

21
 Alat penghisap asap

3. Pendeteksi gejala bahaya kebakaran (detector).

 Detektor asap (smoke detector)


 Detektor panas (heat detctor)
 Detektor api (fire detector)

4. Tanda bahaya kebakaran ( alarm)


 Sirine
 Bel
 lamu

22
5. Alat pemadam api di dalam bangunan
 Alat pemadam api ringan (apar)

 Splinker air
a. sistem Pipa Basah -selalu terisi air
b. Sistem Pipa Kering. (untuk daerah yangmemiliki 4 musim), untuk
menghindarkan pembekuan air dalam pipa saat musim dingin.
maka pipa tidak berisi air. hanya saat terjadi kebaaran pipa terisi
oleh air melalui pompa khusus.
 Splinker gas
untuk ruang yang dipenuhi peralatan elektrinoka (computer, ruang
penyimpanan Data digital, film dsb): Ruang tidak boleh dilengkapi
srinkler air. karena pancaran air dpt merusakkan peralatan elektronika.
sehingga digunakan gas Halon.

23
 Hydran di dalam bangunan

24
6. Alat pemadam api diluar bangunan
 Hydran dlluar bangunan

 Siamese conection ( diluar bangunan)

25
 Pompa penghubung ground reservoir ke splinkler dan hydran

26
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Berdasarkan sifatnya, sampah dibagi menjadi 3, yaitu sampah organik,
nonorganik, dan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Sampah organik merupakan
sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang dapat membusuk dengan
mudah, misalnya seperti sisa-sisa makanan, dedaunan kering, buah dan sayuran.
Kemudian sampah non-organik merupakan sampah yang berasal dari bahan baku
non biologis dan susah terurai, sehingga sering menumpuk di lingkungan oleh
karena itu perlu adanya pengolahan setiap jenis sampah sehingga menciptakan
lingkungan perumahan yang sehat serta memberi rasa nyaman bagi pengguna
bangunan itu sendiri.
jaringan listrik dapat dihasilkan melalui beberapa cara sehingga setiap
pembangkit listrik perlu pengelolaan dan penyaluran ke masyarakat secara
optimal sehingga penyaluran listrik dapat berjalan dengan baik dan
menyeluruh.dan adapun jaringan telepon dapat digunakan oleh masyarakat
dengan melakukan proses tertentu sehingga jaringan telepon dapat digunakan.
Bencana kebakaran seringkali terjadi di perumahan, pasar bahkan perkotaan
sehingga perlu adanya suatu sistem pencegahan dan peralatan yang terpasang
pada bangunan yang dapat membantu untuk mencegah terjadinya kebakaran pada
suatu bangunan
3.2 saran
Untuk menciptakan lingkungan perumahan yang sehat perlu adanya sitem
pengolahan sampah yang baik serta dengan tersedianya jaringan listrik dan
telepon pada setiap bangunan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat
serta dengan tersedianya perlengkapan yang dapat mencegah terjadinya kebakaran
pada suatu bangunan akan memberi rasa aman bagi pengguna bangunan itu
sendiri.

27
DAFTAR PUSTAKA
utilitas-pemadam-kebakaran-ggk-jaft
LISTRIK_TELP_praswilkot
edoc.site_makalah-sistem-utilitas-pengolahan-sampah

28

Anda mungkin juga menyukai