Devi Valeriani
(devi.valeriani @yahoo.com)
Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Bangka Belitung
Abstrak
Kabupaten Bangka merupakan bagian dari Provinsi Bangka Belitung.
Kabupaten ini memiliki asset pariwisata yang sangat indah. Untuk
pengembangan sektor pariwisata diperlukan sarana dan prasarana
(infrastruktur) yang memadai. Infrastruktur yang sangat diperlukan dalam
keberlangsungan pengembangan tersebut adalah transportasi dan listrik,
sehingga akan terlihat keterkaitan antara pengembangan pariwisata,
infrastruktur dan tingkat pendapatan perkapita masyarakat kabupaten Bangka
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Untuk melihat keterkaitan tersebut digunakan alat analisis multiple linier
regression dengan tehnik Ordinary Least Square. Data yang digunakan adalah
data APBD dari tahun 1989 – 2008 yang bersumber dari Pemerintahan Daerah
Kabupaten Bangka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
variable pariwisata, transportasi dann listrik berpengaruh significant terhadap
pendapatan perkapita masyarakat kabupaten Bangka.
Abstract
Bangka Regency is one of Regencies of Bangka Belitung Province. This
regency has many remarkable tourism assets. Developing the tourism sector
needs eligible infrastructures such as electricity and transportation so that the
connectivity of tourism, infrastructure and people’s income per capita of Bangka
Bregency will be emerged using Multiple Linier Regression analysis with
Ordinary Least Square technique.
The data of APBD from 1989 to 2008 was taken from local government.
The result of the research showed that simultaneously tourism variable,
transportation and electricity influenced significantly to people’s income per
capita.
Keywords: Tourism, Transportation, Electricity, Income per capita.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah Kabupaten Bangka terletak di Pulau Bangka dengan luas lebih
kurang 2.950,68 Km2 atau 295.068 Ha. Secara administratif wilayah Kabupaten
Bangka berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kota Pangkalpinang,
Kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Barat.
Peluang investasi yang dapat dikembangkan disektor pariwisata di
Kabupaten Bangka masih terbuka lebar mengingat banyak sekali kawasan wisata
yang dapat dikembangkan baik wisata pantai, wisata gunung, wisata danau,
maupun wisata tempat-tempat bersejarah lain-lain. Disamping itu mengingat
diwilayah Kabupaten Bangka terdapat pulau-pulau kecil yang indah maka pulau
Bangka dapat dikembangkan seperti Pulau Seribu, karena masih terdapat
terumpuh karang yang masih terjaga keasriannya yang terdapat wilayah perarian
teluk kelabat serta didukung oleh jarak yang tidak begitu jauh dari Kota
Sungailiat.
Untuk mengembangkan keparawisataan ini dibutuhkan sarana dan
prasarana penunjang baik berupa hotel berbintang, sarana hiburan, maupun jasa
tour travel/perjalanan wisata yang semuanya itu masih membutuhkan investor dari
luar maupun dalam negeri untuk dapat mengembangkan kepariwisataan di Pulau
Bangka ini.
Timah sebagai sebuah produk sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, tentu dengan bergulirnya waktu akan menuju kepada satu tahap
dimana ketersediaan sumber daya alam tersebut akan menjadi berkurang bahkan
berpeluang menjadi langka. Dan hal ini akan sangat berdampak terhadap
pendapatan per kapita masyarakat Bangka Belitung, yang memfokuskan pencarian
nafkahnya pada timah. Menyadari hal ini, maka secara perlahan pemerintah
provinsi mulai memberdayakan sektor parwisata dan pertanian sebagai sektor
yang akan dijadikan sebagai sumber penghasilan daerah dan penghasilan
masyarakat Bangka Belitung. Dipilihnya kedua sektor ini dikarenakan kabupaten
Bangka provinsi Bangka Belitung memiliki objek-objek wisata laut yang sangat
natural dan bagus, begitu juga dengan kondisi tanahnya yang subur. Namun
terlepas dari itu semua, salah satu faktor yang wajib diperhatikan oleh pemerintah
daerah agar dapat terlaksananya proses pergeseran ekonomi tersebut dari sektor
pertambangan ke sektor pariwisata dan pertanian adalah pembangunan fasilitas
sarana dan prasarana, seperti terjaminya ketersediaan transportasi, listrik dan lain-
lain.
Pentingnya pembangunan fasilitas sarana dan prasarana ini seperti yang
dinyatakan oleh De dan Ghosh (2005:81) bahwa kendala yang dihadapi daerah-
daerah maupun negara-negara lebih kepada persoalan ekonomi daripada persoalan
demografi yaitu bagaimana memastikan baiknya infrastruktur supaya lebih
bermanfaat.
Di Kabupaten Bangka pengadaan listrik dikelola oleh PT. PLN (Persero)
Cabang Bangka dan perusahaan/usaha listrik milik masyarakat (swasta).Tahun
2008 banyaknya pelanggan listrik berjumlah 20.114 pelanggan yang terdiri dari:
rumah tangga sebanyak 18.508 pelanggan, industri 16 pelanggan, Pemerintahan
sebanyak 158 pelanggan, Badan Sosial sebanyak 451 pelanggan, Bisnis sebanyak
918 pelanggan, dan untuk lampu jalan sebanyak 63. Sementara jumlah produksi
keseluruhannya adalah sebesar 259.747.573 KWH dengan daya tersambung
22.998.526 VA.
Tabel 1 APBD Kabupaten Bangka Tahun 1989 – 2008
Sektor Pariwisata, Transportasi, Listrik (Dalam Jutaan Rupiah)
Transportas
Tahun GDP Pariwisata i Listrik
Y X1 X2 X3
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menguji pengaruh pariwisata, transportasi, dan listrik terhadap
pendapatan per kapita masyarakat kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung
antara tahun 1989 – 2008, khususnya dalam memahami secara lebih baik
keterkaitan antara infrastruktur dan tingkat pendapatan perkapita masyarakat
kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh pariwisata terhadap tingkat pendapatan
perkapita masyarakat kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung
2. Untuk mengetahui pengaruh transportasi terhadap tingkat pendapatan
perkapita masyarakat kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung
3. Untuk mengetahui pengaruh irigasi terhadap tingkat pendapatan perkapita
masyarakat kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung
4. Untuk mengetahui pengaruh pariwisata, transportasi, dan listrik terhadap
tingkat pendapatan per kapita masyarakat kabupaten Bangka Provinsi
Bangka Belitung
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Gross Domestic Product (GDP)
Menurut Lipsey et al (2003:426), Gross Domestic Product adalah output
yang dihasilkan dalam suatu negara, dan berbeda dari Gross National Product
karena faktor-faktor seperti tingkat bunga luar negeri atau
pembayaran/penerimaan dividen. Lipsey et al menambahkan 1987:486) GDP
adalah pendapatan nasional yang diukur menurut pendekatan output; sama dengan
semua nilai tambah pada perekonomian atau sama juga dengan nilai semua barang
jadi yang dihasilkan dalam perekonomian
Menurut Mankiw, (2003:522) GDP adalah pendapatan total yang
diperoleh secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh faktor-faktor
produksi yang dimiliki asing; pengeluaran total atas barang dan jasa yang
diproduksi secara domestik. (hal 18) untuk menghitung GDP dalam perekonomian
yang lebih kompleks, akan sangat membantu jika kita memiliki definisi yang
tepat: Produk Domestik Bruto (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan jasa
akhir yang di produksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu.
Pengertian Infrastruktur
Fasilitas infrastruktur dipahami sebagai input infrastruktural publik dari
sudut pandang suplai. Namun, dilihat dari sifat pelayanan yang diberikan,
infrastruktur secara luas dapat digolongkan menjadi kategori fisik, sosial dan
finansial. Kategori fisik meliputi transportasi (rel kereta, jalan, jalur udara dan
jalur perairan), listrik, irigasi, telekomunikasi, suplai air dan sebagainya. Walau
pengaruhnya bersifat langsung terhadap produksi melalui ekonomi eksternal,
namun aspek tersebut berpengaruh pula secara menguntungkan dalam menarik
investasi privat (domestik dan asing). Infrastruktur fisik berkontribusi kepada
pertumbuhan ekonomi dengan cara mengurangi biaya transaksi dan menciptakan
banyaknya investasi, lapangan kerja, hasil (output), pendapatan dan pertumbuhan
sampingan. Infrastruktur sosial berkontribusi melalui pengayaan sumber daya
manusia dalam hal pendidikan, kesehatan, perumahan, fasilitas rekreasi dan
sebagainya. Dengan kata lain, memajukan kualitas hidup. Infrastruktur ini
berpengaruh terhadap tingginya sumber daya manusia dalam hal kualitas dan
membantu meningkatkan produktivitas pekerja. Selanjutnya, infrastruktur
finansial yang meliputi kerjasama perbankan, pos, dan pajak dari suatu populasi
yang mewakili kinerja finansial negara. Tiga aspek ini mewakili kemampuan
menciptakan penghasilan dari suatu daerah dalam suatu negara atau suatu negara
dalam suatu wilayah. Dan karenanya, dapat memicu kompetisi yang tentunya
menyehatkan diantara daerah-daerah konstituen.
Suatu jaringan infrastruktur ekonomi adalah iklim sosial-ekonomi yang
dihasilkan oleh institusi yang berfungsi sebagai medium perdagangan (conduits of
commerce). Institusi disini dapat berupa institusi publik ataupun privat. Peranan
mereka dapat silih berganti, membantu mentransformasikan sumber-sumber
kedalam output atau berfungsi sebagai perubah, yang merubah sumber-sumber
menjadi non-produser. Peranannya sangat kritis dalam menurunkan
ketidaksamaan secara natural diantara daerah-daerah dalam satu negara.
Secara umum, infrastruktur adalah konsep sosial untuk beberapa kategori
khusus dari input diluar proses pengambilan keputusan, yang berkontribusi
terhadap perkembangan ekonomi dengan cara meningkatkan produktivitas dan
penyediaan fasilitas. Dibutuhkan jangka waktu yang panjang untuk menciptakan
fasilitas-fasilitas ini. Sebagai contoh, Hansen (1965 dalam De dan Ghosh,
2005:94), dalam pengamatannya pada peranan investasi publik dalam
perkembangan ekonomi, membagi infrastruktur publik menjadi dua kategori:
economic overhead capital (EOC) dan social overhead capital (SOC). Mera
(1973 dalam De dan Ghosh, 2005:94) mengamati pengaruh ekonomi dari
infrastruktur publik di negara Jepang dengan meluaskan definisi Hansen dengan
menambah sistem komunikasi. Tidak adanya fasilitas ini dalam satu wilayah akan
mengakibatkan berkurangnya ”efisiensi produktif” dari suatu populasi. Ini
merupakan sejumlah karakteristik yang sangat substansial yang membedakan
negara-negara saat ini.
Karakteristik Infrastruktur
Infrastruktur adalah bagian dari capital stock suatu negara , yaitu social
overhead capital yang mendukung directly productive capital. Menurut World
Bank dalam World Development Report (1994:2), yang termasuk infrastruktur
antara lain :
a. Public Utilities, yaitu energi, telekomunikasi, ppa pensuplai air,
sanitasi dan saluran air (selokan), pembuang limbah / kotoran dan
pipa gas;
b. Public Work, yaitu jalan , dam, kanal, irigasi, drainase serta
transportasi.
Di sebagian negara berkembang, program pembangunan lebih ditekankan
pada pembangunan prasarana dan sarana untuk mempercepat pembangunan di
sektor produktif. Pembangunan infrastruktur tersebut antara lain jalan raya,
pembangkit listrik, telekomunikasi dan irigasi.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ghosh (2005) tentang pengaruh fasilitas
infrastruktur terhadap pendapatan regional, dengan mengambil sampel beberapa
negara di asia tahun 1971-2002 dilakukan dengan meggunakan analisis regresi
berganda dan beberapa indikator dari fasilitas infrastruktur antara lain Transport
Facilities-TF (fasilitas transport), Irrigated land-IL (lahan yang teririgasi)Per
Capita Electricity-PCE (konsumsi listrik per capita), Telephone Line-TL (jalur
telepon), Fertilizer Consumption-FC (konsumsi pupuk), Arable Land-AM (traktor
per 100 hektar lahan), Literacy Rates-LR (tingkat melek huruf), Infant Mortality
Rates-IMR (angka kematian bayi), Banking Credit-BC (Kredit Bank), Tax
Collected-TC (pajak yang terkumpul), Port Capacity-PC (Kapasitas pelabuhan)
menemukan bahwa kebijkan infrastruktur terbukti berpengaruh terhadap
pendapatan per kapita.
Polasek & Schwarzbauer (2006) menunjukkan bahwa kemajuan pada
aksesibilitas jalur kereta memiliki pengaruh yang berbeda tiap negara dangan
kinerja yang rendah ataupun tinggi. Polasek dan Berrer (2005) menjelaskan bahwa
sebagai konsekuensi dari pengurangan biaya transportasi, aksesibilitas kereta atau
jalan memiliki pengaruh positif terhadap lapangan kerja dan pertumbuhan
populasi.
Kerangka pemikiran
Pariwisata H1
Transportasi H2 Pendapatan
Perkapita
H3
Listrik
H4
Keterangan :
Pariwisata, transportasi dan listrik adalah variable independent, sedangkan
pendapatan perkapita adalah variable dependent.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran , maka dapat dibuat rumusan hipotesis
sebagai beirkut :
H1 : Pariwisata berpengaruh terhadap tingkat pendapatan per kapita
H2 : Transportasi berpengaruh terhadap tingkat pendapatan per kapita
H3 : Listrik berpengaruh terhadap tingkat pendapat per kapita
H4 : Pariwisata, transportasi, dan Listrik berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
per kapita
METODOLOGI PENELITIAN
Model Analisis
Y = β0 + β1X1 + β2 X2 + β3 X3 + μ
Y = Income Per Capita
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien X1
β2 = Koefisien X2
β3 = Koefisien X3
X1 = Variabel pariwisata
X2 = Variabel transportasi
X3 = Variabel listrik
Namun sebelum dilakukan pengujian regresi maka terlebih dahulu
dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi
klasik yang mendasari model regresi. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar berarti uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sample kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik
adalah cara yang termudah untuk melihat normalitas residual yaitu dengan melihat
grafik histogramnya yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi
yang mendekati distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis
yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji
statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness
dari residual.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005 : 25). Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi caranya adalah, (1) dengan
melihat nilai R2 tinggi tapi secara individual variabel independen banyak yang
tidak signifikan, (2) jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolinearitas, (3) nilai tolerance dan lawannya, (4) Variance Inflation Factor
(VIF), nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF
= 1/Tolerance). Gejala multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF) di atas 10.
3. Uji Autokorelasi
Pengujian ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan
adanya autokorelasi. Pengujian ini menggunakan model Durbin-Watson (dw
test). Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengandung autokorelasi.
Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel error-term pada periode tertentu
berkorelasi dengan variabel error-term pada periode lain yang bermakna variabel
error-term tidak random. Pelanggaran terhadap asumsi ini berakibat interval
keyakinan terhadap hasil estimasi menjadi melebar sehingga uji signifikansi tidak
kuat. Jika nilai d diantara du dan 4-du maka tidak terjadi autokorelasi dalam
model akan tetapi jika du > d > 4-du maka terjadi autokorelasi (Gujarati, 1995 :
217). Untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing variabel terikat
digunakan uji t (t-test), dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Apabila thitung
lebih kecil dari ttabel maka variabel bebas tidak signifikan pengaruhnya terhadap
variabel terikat.
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksinya, antara lain dengan
melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) dengan
residualnya.
Pariwisata
Pendapatan 21969,598 3,688 ,002
per Kapita
Transportasi
Pendapatan 2,420 ,028
3804,350
per Kapita
Listrik
Pendapatan 36504,747 ,478 ,639
per Kapita
Adjusted R 0,899
Square
F-Statistik 57,437
0,000
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan terbukti bahwa secara simultan variabel
pariwisata, transportasi, dan listrik berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
per kapita. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ghosh (2005)
bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pembangunan infrastruktur dan
pendpatan per kapita. Dengan demikian, diperlukan kebijakan pembangunan yang
berorientasi jangka panjang dan terfokus dengan melakukan penyesuaian terhadap
potensi keunggulan kompetitif daerah.
Selain pembangunan pariwisata, faktor lain yang tak kalah pentingnya
perlu dilakukan oleh pemerintah adalah fasilitas transportasi sebagai faktor
pendukung utama dalam industri pariwisata. Untuk itu, kebijakan yang bersifat
strategis dan terarah dengan melakukan alokasi anggaran secara efektif sangat
penting untuk dilakukan dan pemerintah juga perlu menyesuaikan besarnya
anggaran pembangunan dengan kontribusi masing-masing setiap faktor terhadap
pendapatan ekonomi.
Kesimpulan
1. Pariwisata berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan per
kapita, yang bararti semakin baik pembangunan fasilitas pariwisata
maka akan semakin baik pula pendapatan per kapita
2. Transportasi berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan
per kapita, yang berarti semakin baik pembangunan fasilitas
transportasi maka akan semakin baik pula tingkat pendapatan per
kapita.
3. Listrik tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per
kapita, yang berarti semakin baik pembangunan fasilitas listrik maka
akan semakin baik pula tingkat pendapatan per kapita.
4. Pariwisata, transportasi, listrik secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pendapatan per kapita.
5. Dari tiga faktor yang diuji terbukti faktor pariwisata yang paling
dominan berpengaruh terhadap pendapatan per kapita, sedangkan
faktor yang paling kecil pengaruhnya adalah listrik.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada pihak pemerintah
kabupaten Bangka provinsi Bangka Belitung untuk melakukan peningkatan
anggaran pembangunan dibidang pariwisata karena terbukti pembangunan
pariwisata dapat meningkatkan pendapatan per kapita. Oleh karena itu, perlu bagi
pihak pemerintah kabupaten Bangka provinsi Bangka Belitung memfokuskan
pembangunan pariwisata dan transportasi, mengingat potensi pariwisata provinsi
Bangka Belitung yang sangat natural dan bagus. Sehingga dapat memberikan
prospek sumber penghasilan jangka panjang bagi kabupaten Bangka dan provinsi
Bangka Belitung
Variables Entered/Removed(b)
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Irigasi,
Transportasi, . Enter
Pariwisata(a)
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: GDP per Kapita
Model Summary
ANOVA(b)
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 28474561
94915203699
10995478 3 57,437 ,000(a)
84920,000
0,000
Residual 26440110
16525069269
83173907, 16
8369,100
000
Total 3111857219
19
312869
0,000
a Predictors: (Constant), Irigasi, Transportasi, Pariwisata
b Dependent Variable: GDP per Kapita
Coefficients(a)
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients t Sig.
Std.
Model B Std. Error Beta B Error
1 (Constant) -
45078401,8
-41726206,191 ,92 ,368
83
6
Pariwisata 3,6
21969,598 5956,453 1,191 ,002
88
Transportas 2,4
3804,350 1572,313 ,452 ,028
i 20
Irigasi ,47
36504,747 76349,249 ,163 ,639
8
a Dependent Variable: GDP per Kapita
DAFTAR PUSTAKA
Esfahani, H.S. and M.T. Ramírez, 2003. Institutions, infrastructure, and economic
growth. Journal of Development Economics.
Ghosh, B., S. Marjit and C. Neogi,. 1998. Economic growth and regional
divergence in India: 1960 to 1995. Economic and Political Weekly
Hulten C. R. and Schwab R.M. (1991), It is There Too Little Public Capital?
Infrastructure and Economic Growth. Discussion Paper, American
Enterprise Institute.
Munnell, 1990; Munnell, A.H., 1990. How does public infrastructure affect
regional economic performance? Is there a shortfall in public capital
investment? Conference Proceedings . Federal Reserve Bank of Boston.
Tatom J.A. (1993a), Paved with Good Intentions; the Mythical National
Infrastructure Crisis Policy Analysis, Cato Institute.