Anda di halaman 1dari 10

HUKUMAN RATU ATUT

Pada 2 Oktober 2013, tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap


Hakim Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar bersama Tubagus Chaeri Wardana alias
Wawan, adik kandung Ratu Atut. Wawan juga merupakan suami dari Wali Kota Tangerang
Selatan Airin Rachmi Diany. Satu hari pasca penangkapan, Akil dan Wawan ditetapkan
sebagai tersangka sedangkan Atut pun resmi dicekal oleh imigrasi. Pada 17 Desember 2013
KPK menetapkan Atut sebagai tersangka. Tiga hari kemudian, ia pun resmi ditahan usai
menjalani pemeriksaan pertama sebagai tersangka.

Dalam Penjatuhan pidana terhadap koruptor terdapat tiga hukuman terhadap


orang yang melakukan tindak pidana korupsi:

a. Pidana mati
Dapat dipidanakan mati kepada orang yang melawan hukum atau merugikan Negara
( perekonomian).

b. Pidana penjara
Seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun.

c. Pidana tambahan
Perampasan barang bergerak atau tidak bergerak yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

Dalam Kasus Korupsi Ratu Atut yang sedang bergulir ini bermula tuntutan pada 11
Agustus, Jaksa Penuntut Umum Tipikor Edi Hartoyo membacakan tuntutannya. Yakni
"Menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa Ratu Atut Chosiyah selama 10 tahun penjara
dan denda Rp250 juta subsider lima bulan kurungan," kata Edi. Menurut jaksa, Atut terbukti
menyuap Akil Mochtar saat menjabat Ketua MK dalam menangani sengketa pilkada Lebak,
Banten.

Berikut merupakan penjelasan singkat ketiga kasus yang menjerat Ratu Atut Chosiyah:

1. Kasus sengketa Pemilukada Lebak, Banten, yang ditangani Mahkamah Konstitusi

Peran: Atut bersama adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, diduga
memberikan suap sebesar Rp 1 miliar kepada Akil Mochtar (kala itu Ketua MK) melalui
seorang advokat Susi Tur Andayani, yang juga telah menjadi tersangka kasus yang sama.

Pasal yang menjerat: Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-undang No 31 tahun 1999 sebagaimana
diubah dalam UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal
55 ayat 1 ke-1 KUHPidan. Dengan ancaman hukuman pidana penjara 3-15 tahun, denda Rp
150-Rp 750 juta.
2. Korupsi pengadaan sarana dan prasarana alat kesehatan Provinsi Banten 2011-2013

Peran: Wakil Ketua KPK, Zulkarnain, mengatakan Atut bertanggung jawab sebagai
pengguna anggaran. Wawan juga menjadi tersangka dalam kasus ini. Baca juga: Airin Siap
Jika Harta Suaminya Disita.

Pasal yang menjerat: Pasal 2 Ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20
Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHPidana. Ancaman Pasal 2 adalah pidana penjara
4-20 tahun, dan denda Rp 200 juta-Rp 1 miliar. Sedangkan Pasal 3 pidana penjara selama 1-
20 tahun, dan denda Rp 50 juta-Rp 1 miliar.

3. Penerimaan gratifikasi atau pemerasan

Peran: Belum dijelaskan. Namun, juru bicara KPK Johan Budi S.P. saat jumpa pers
mengatakan penetapan ini merupakan hasil pengembangan penyidikan kasus dugaan korupsi
pengadaan alat kesehatan di Provinsi Banten pada 2011-2013.

Pasal yang dijeratkan: Pasal 12 huruf e atau Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal
5 Ayat 2 atau Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal
55 Ayat 1 ke-1 KUHP. Ancaman Pasal 12 adalah 4-20 tahun penjara, dan Rp 200 juta-Rp 1
miliar. Sedangkan Pasal 5 dan Pasal 11 adalah pidana penjara selama 1-5 tahun, dan denda
Rp 50-Rp 250 juta.

(sumber:http://www.tempo.co/read/news/2014/01/15/063544863/Ratu-Atut-Kini-Tersangka-
3-Kasus-Korupsi-Banten. Diakses 16 Januari 2017)

Proses Persidangan

Dalam kasus ini, Wawan telah divonis bersalah Pengadilan Tipikor Serang.
Sedangkan kakakknya Ratu Atut, diduga telah mengatur pemenang lelang pengadaan alat
kesehatan di Banten dan menerima uang dari perusahaan yang dimenangkannya. Sementara
Wawan, pemilik PT. Bali Pasifik Pragama sebagai perusahaan pemenang lelang diduga
menggelembungkan anggaran proyek ini.

Kemudian dalam proses persidangan berikut alur tuntutan yang dibacakan oleh jaksa
penuntut umum dan penetapan keputusan oleh hakim ketua.

Bagaimana Kronologisnya?
Pada Tanggal 6 Mei 2014, Ratu Atut Chosiyah menjalani sidang perdananya terkait
sengketa Pikada Kabupaten Lebak. Dalam uraian berkas yang dibacakan oleh Jaksa Edi
Hartoyo, Pada 22 september 2013, Atut dan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana Chasan alias
Wawan bertemu dengan Akil di lobi hotel JW Marriot, Singapura. Setelah itu, selang empat
hari kemudian Atut bertemu dengan Akil di Singapura, Atut kemudian bertemu dengan Amir
dan Susi di kantor Gubernur Banten. Dalam pertemuan itu Amir meyakinkan Atut
gugatannya tentang pilkada Lebak bakal lolos. Selain itu tenyata wakil Bupati Lebak, Amir
Hamzah, ternyata pernah memelas minta bantuan kepada Ratu Atut Choshiyah supaya mau
menyediakan uang buat menyuap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi M. Akil Mochtar.

Sidang kedua yang dilaksanakan tanggal 20 Mei 2014. Pada sidang tersebut Amir
Hamzah mengakui bahwa dirinya termasuk ngotot meyakinkan Ratu Atut Chosiyah supaya
merestuinya untuk mengajukan gugatan Pilkada Kabupaten Lebak 2013 di Mahkamah
Konstitusi. Amir mengakui sangat yakin bahwa ia akan menang jika Pilkada tersebut diulang
dari lawannya pada saat itu yakni Iti Octavia Jayabaya-Ade Sumardi.

Tanggal 5 Juni 2014 sidang kemudian dilajutkan. Dirjen Otonomi Deaerah


Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Djohermansyah Djohan mengakui bahwa Ratu
Atut Chosiyah pernah konsultasi padanya soal pilkada Lebak yang dilakukan via telepon.
Ratu Atut menyanyakan padanya terkait apakah pilkada dapat dilaksanakan tahun 2014
kemudian Djomermansyah berkata tidak bisa karena itu merupakan tahun pemilu. Lalu Ratu
Atut bertanya kembali apakah bisa dilakukan Pilkada ulang, Djohermansyah mengatakan
secara praktik itu mungkin terjadi akan tetapi jika pilkada induk tidak bisa dilakukan.

Tanggal 11 Agustus 2014 Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dengan terdakwa Ratu
Atut dilanjutkan dengan agenda pembacaan berkas tuntutan dari jaksa penuntut umum pada
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus suap pengurusan sengketa pemilihan
kepala daerah Kabupaten Lebak, Banten, di mahkamah Konstitusi. Jaksa penuntut umum
menyusun surat dakwaan Atut dalam bentuk subsideritas. Dakwaan primer, Atut dijerat Pasal
6 Ayat 1 huruf a Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2001
juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHPidana. Sementara dakwaan subsider, Atut dijerat Pasal 13
Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55
Ayat 1 ke-1 KUHPidana.
Dakwaan tertinggi ada pada Pasal 6 ayat 1 yaitu hukuman penjara maksimal 15 tahun
dan denda paling banyak Rp 750 juta. Bila jaksa menuntut hukuman paling tinggi untuk Atut.
Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi menuntut Gubernur non-aktif
Banten, Ratu Atut Chosiyah, dengan pidana penjara selama sepuluh tahun. Jaksa Edy
Hartoyo menyatakan Atut dianggap terbukti menyuap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi,
Muhammad Akil Mochtar dengan uang Rp 1 miliar dalam pengurusan sengketa pemilihan
kepala daerah Kabupaten Lebak, Banten. Jaksa juga menuntut Atut dengan pidana denda
sebesar Rp 250 juta. Jika tidak dibayar, maka Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang
Pemberdayaan Perempuan Partai Golkar itu mesti menggantinya dengan pidana kurungan
selama lima bulan.

Jaksa juga menjatuhkan pidana tambahan kepada Atut, dengan alasan mencederai
nilai-nilai demokrasi. Yakni berupa pencabutan hak-hak tertentu untuk dipilih dan memilih
dalam jabatan publik. Pertimbangan memberatkan tuntutan Atut adalah selaku Gubernur
Banten tidak memberikan contoh dalam menjalankan pemerintahan yang bersih dari korupsi
kolusi nepotisme, mencederai lembaga peradilan khususnya Mahkamah Konstitusi, dan tidak
terus terang mengakui perbuatan. Sementara hal-hal meringankannya adalah sopan selama
persidangan dan belum pernah dihukum. Jaksa Edy Hartoyo menjelaskan, Atut selaku
gubernur Banten adalah penyelenggara negara memangku jabatan publik dan telah dipilih
masyarakat melalui proses demokrasi. Tetapi dalam perjalanannya, dia telah mencederai
nilai-nilai demokrasi.

Akan tetapi Kubu Gubernur non-aktif Banten, Ratu Atut Chosiyah, nampak tidak
terima dengan tuntutan pidana penjara sepuluh tahun penjara dari jaksa penuntut umum pada
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka malah merasa tuntutan itu kelewatan.
Dianggap oleh penasihat hukum Atut, Tubagus Sukatama, susunan dakwaan jaksa terhadap
Atut sangat jauh dari pembuktian dalam sidang. Dia berdalih Atut cuma korban dari
permainan advokat Susi Tur Andayani dan mantan calon Bupati Lebak, Amir Hamzah.

Sidang kemudian dilajutkan kembali pada 21 Agustus 2014. Pada sidang tersebut
Ratu Atut Chosiyah, berdalih menjadi korban permainan antara mantan calon Bupati Lebak
dan calon Wakil Bupati Lebak, Amir Hamzah - Kasmin, advokat Susi Tur Andayani, dan
mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar. Bahkan, dia menyebut Amir dan Kasmin
adalah pihak paling bertanggung jawab.
Pada tanggal 1 September 2013 merupakan hari dimana Ratu Atut Chosiyah akan
divonis. Pada hari itu 130 personel kepolisian disiagakan untuk mengamankan jalannya
sidang. Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Banten pun ikut
menuntut agar Ratut Atut dapat dikenai hukuman yang semaksimal mungkin.

Majelis hakim pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, hari ini menjatuhkan
putusan empat tahun penjara kepada Gubernur non-aktif Banten, Ratu Atut Chosiyah. Ketua
majelis hakim Matheus Samiaji menyatakan politikus Partai Golkar itu terbukti menyuap
mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Muhammad Akil Mochtar, dengan uang Rp 1 miliar
dalam pengurusan sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak. Hakim Ketua
Matheus juga mengganjar Atut dengan pidana denda sebesar Rp 200 juta. Bila tidak dibayar,
maka Atut mesti menggantinya dengan pidana kurungan selama lima.

Pertimbangan memberatkan Atut adalah tidak mendukung program pemerintah dalam


dalam memberantas korupsi. Sementara keadaan meringankannya terdakwa sebagai seorang
ibu yang memiliki anak dan cucu. Kehadirannya juga sangat diperlukan keluarga.

Hakim Ketua Matheus menyatakan perbuatan Atut terbukti melanggar


dakwaan primer. Yakni Pasal 6 Ayat 1 huruf a Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHPidana.

Adapun pada persidangan tersebut Hakim Alexander menyatakan tidak sependapat


dengan lima hakim lainnya. Menurut dia, perbuatan Atut tidak memenuhi unsur-unsur dalam
dakwaan primer, yakni Pasal 6 ayat 1 huruf (a). Alexander menganalisa, Atut tidak
berinisiatif memerintahkan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana Chasan alias Wawan, buat
menyuap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar, sebesar Rp 1 miliar dalam
sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak melalui advokat Susi Tur Andayani.

Hakim Alexander juga menganggap pertemuan Atut dengan Akil di Singapura adalah
kebetulan, dan bukan disengaja. Dia melanjutkan, Akil juga menyatakan Atut tidak pernah
mengutus Wawan buat mengurus sengketa pilkada Lebak. Dia menambahkan, alat bukti
rekaman antara Atut dan Wawan sudah direkayasa.

Pada 9 September 2015 Juru Bicara KPK, Johan Budi menyatakan pihaknya telah
mengajukan banding atas putusan itu dengan perkara lain yakni korupsi Alat Kesehatan
Banten yang mana Ratu Atut sudah dijadikan tersangka oleh KPK sejak 6 Januari 2014. Pada
15 September 2014 Dari hasil perkembangan penyidikan perkara dugaan korupsi Alkes
Banten, penyidik KPK juga menjerat Atut dengan pasal penerimaan komisi (gratifikasi). Atut
dijerat dengan pasal 12 huruf e atau pasal 12 huruf a atau pasal 12 huruf b atau pasal 5 ayat 2
atau pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana diubah pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 juncto Pasal 55
ayat 1 ke-1 KUHPidana.

Atut dijerat empat pasal itu karena diduga menyalahgunakan kekuasaannya sebagai
Gubernur Banten menerima sesuatu, atau memaksa meminta sesuatu, atau menerima
potongan padahal diketahui atau patutu diduga hal itu supaya dia melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, terkait dengan proyek alkes Banten.

Nama Andika juga disebut-sebut menerima penyelewengan dana bantuan sosial


Pemprov Banten. Andika membina tiga organisasi di Banten, yakni Komite Nasional Pemuda
Indonesia (KNPI) Provinsi Banten, Taruna Siaga Bencana (Tagana) Provinsi Banten, dan
Karang Taruna Provinsi Banten. Dana hibah yang diterima organisasi dengan sasaran pemuda
karya ini seluruhnya Rp 10 miliar.

Sementara istri Andika, Adde Rosi Khoirunnisa, memimpin tiga organisasi, yakni
Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Provinsi Banten, Badan Kerja Sama
Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Banten, dan P2TP2A Provinsi Banten dengan total
kucuran dana hibah Rp 5,6 miliar.

Kemudian pada tanggal 25 Februari 2015 Mahkamah Agung memperberat


hukuman Gubernur Banten nonaktif Ratu Atut Chosiyah dari empat tahun menjadi
tujuh tahun penjara. Anggota majelis hakim kasasi Krisna Harahap membenarkan
permohonan kasasi Ratu Atut ditolak dan hukumannya ditambah tiga tahun penjara. putusan
kasasi itu diputus oleh tiga majelis yaitu Artijo Alkostar, Krisna Harahap, Surachmin, MS
Lumme serta Mohamad Askin. Dia menjelaskan hukuman tersebut diberikan pula pada
mereka yang memberikan hadiah atau janji kepada Hakim Mahkamah Konstitusi agar alpa
akan tugas dan kewajibannya sebagai Pengawal Utama Konstitusi. Vonis itu berdasarkan
pasal 6 ayat 1 huruf a UU No 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No 20
tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
mengenai perbuatan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara.
Kronologi Ringkas

Tuntutan Jaksa KPK: 11 Agustus 2014

Pidana penjara: 10 tahun Denda: Rp 250 juta subsider 5 bulan kurungan dan
Pencabutan hak berpolitik Atut.

Vonis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta: 1 September 2014

Majelis hakim memvonis Atut bersalah dan terbukti terlibat menyuap mantan ketua MK, Akil
Mochtar Pidana penjara: 4 tahun Denda: Rp 200 juta subsider 5 bulan kurungan.

Majelis hakim tak mengabulkan tuntutan pencabutan hak berpolitik Atut Perbedaan pendapat
(dissenting opinion) Hakim anggota Alexander Marwata menilai Atut tidak bersalah "Terdakwa tidak
terlibat dan juga tidak ikut mengetahui adanya rencana gugatan Pemilukada Lebak yang menjadi titik
awal terjadinya perkara."

Banding Ratu Atut

Ratu Atut Chosiyah (RAC) Mengajukan Banding terkait Vonis kasus suap pada Akil, 3
september 2014. Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta menolak permohonan banding mantan
Gubernur Banten, Ratu Atut Choisyah. Alhasil, Atut tetap dipenjara sesuai amar putusan
Pengadilan Tipikor Jakarta, yaitu selama 4 tahun penjara. Atut juga melakukan permohonan
Kasasi pada MA setelahnya.

Putusan MA 23 Februari 2015

Mahkamah Agung memperberat hukuman mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dari
empat tahun menjadi tujuh tahun penjara. Anggota majelis hakim kasasi Krisna Harahap, di Jakarta,
Senin (23/2), membenarkan permohonan kasasi Ratu Atut ditolak dan hukumannya ditambah tiga
tahun penjara. Hukuman Ratu Atut Chosiyah dari penjara selama 4 tahun diperberat menjadi 7 tahun
penjara dan denda sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 6 ( enam )
bulan.

Sesuai UU Berapa?
Pasal 6 Ayat 1 Huruf a UU No 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55
Ayat 1 ke-1 KUHP. "Kenapa juncto? Karena dalam kasus itu, tersangka Ratu Atut dinyatakan secara
bersama-sama atau turut serta dengan tersangka yang sudah ditetapkan terlebih dulu, yaitu TCW (adik
Atut, Tubagus Chaeri Wardana) dalam kasus penyuapan Ketua MK Akil Mochtar.

Penafsiran Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
RI No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang- Undang RI No.31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUKPidana ;
Bahwa unsur Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI
No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang RI No .31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHPidana, adalah : 1
Setiap orang ; 2 Memberikan atau menjanjikan sesuatu ; 3 Kepada Hakim ;4 Dengan maksud
untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili ; dan 5
Orang yang turut melakukan yang menyuruh malakukan atau turut serta melakukan.

Berapa Dendanya?

Berdasarkan pasal 6 ayat 1 huruf a subsider pasal 13 UU No 31 tahun 1999 sebagaimana telah
diubah dengan UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP. Pasal itu mengatur mengenai perbuatan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili
dengan ancaman penjara maksimal 15 tahun penjara dan dan denda Rp750 juta.

Untuk denda sendiri, pada hasil akhir kasus suap ini yaitu sebesar Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan
pidana kurungan selama 6 ( enam ) bulan.

Apakah ada Suap?

Ada, yaitu Atut meminta Akil memenangkan perkara pasangan Amir Hamzah-Kasmin
supaya dapat dilakukan perhitungan suara ulang diseluruh TPS di Kabupaten Lebak dan mengutus
Wawan yang adalah adiknya untuk mengurus perkara itu, dengan menyiapkan uang 3 M untuk
diberikan pada Akil, walau yang dikirim baru 1 M saja.
Dasar Tuntutan Keputusan MA Terkait Kasus Realisasi Sidang 1 (Kasasi Realisasi Sidang 2 (Kasasi 2)
Huku KPK dan Tuntutan KPK 1)
m
pasal 6 10 tahun Menyatakan Terdakwa Menyatakan TERDAKWA Menyatakan Terdakwa
ayat 1 Denda: Rp telah terbukti secara sah Hj.
Hj.RATU ATUT
RATU ATUT CHOSIYAH,
huruf a 250 juta CHOSIYAH,SE, dan meyakinkan bersalah
S.E.
subsid subsider 5 melakukan tindak pidana terbukti secara sah
terbukti secara sah
er bulan korupsi yang dilakukan dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
dan meyakinkan
pasal kurungan secara bersama sama
bersalah melakukan KORUPSI
13 UU dan sebagaimana diatur dan SECARA BERSAMA-SAMA ; 2
No 31 Pencabuta tindak pidana: diancam pidana dalam Menghukum Terdakwa oleh karena itu den
korupsi secara selama
tahun n hak Dakwaan Primair
7(tujuh) tahun dan denda sebesar
1999 berpolitik bersama melanggar Pasal 6 ayat (1) Rp200.000.000,00
sebaga Atut sama sebagaimana huruf a UU Nomor 31 (
dua ratus juta rupiah
imana diatur dan diancam Tahun 1999 tentang
)
telah Pemberantasan Tindak
pidana dalam Pasal 6 dengan
diubah Pidana Korupsi ketentuan apabila denda tersebut tidak diba
ayat (1) huruf a
dengan sebagaimana telah diubah pidana
Undang-Undang RI kurungan
UU No dengan UU Nomor 20
selama
Nomor 31 Tahun 1999
20 Tahun 2001 Jo. Pasal 55 6 ( enam)
tahun tentang ayat (1) ke 1 KUHP; bulan; 3
Pemberantasan Menetapkan mencabut hak Terdakwa untuk
2001. - Menjatuhkan pidana oleh
jabatan publik ; 4
Penjar Tindak karena itu terhadap Menetapkan masa penahanan yang telah di
a Pidana Korupsi TERDAKWA dengan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang d
; 5 Memerintahkan agar Terdakwa tetap dit
maksi sebagaimana telah pidana penjara selama 4
mal 15 (empat) tahun dan pidana
diubah dengan
tahun sebesar Rp.
Undang-Undang RI
penjara 200.000.000,00 (dua ratus
Nomor 20 Tahun 2001
dan/ juta rupiah) dengan
tentang Perubahan
denda ketentuan apabila denda
Rp750 atas Undang-Undang tersebut tidak dibayar,
juta. RI Nomor 31 Tahun diganti dengan pidana
1999 tentang kurungan selama 5 (lima)
Pemberantasan bulan;

Tindak Pidana Korupsi


jo Pasal 55 ayat (1)
ke-1 KUHPidana,
sebagaimana
diuraikan dan
dibuktikan pada
Dakwaan
Primair;------------------
-------------------------------
-------------------------------
------ Menjatuhkan
pidana terhadap
terdakwa Hj.RATU
ATUT CHOSIYAH,SE,
berupa pidana
penjara selama 10
(sepuluh) tahun,
dikurangi selama
Terdakwa berada
dalam tahanan, dan
pidana denda sebesar
Rp. 250.000.000,-
(dua ratus lima puluh
juta rupiah),
subsidiair 5 (lima)
bulan kurungan,
dengan

Anda mungkin juga menyukai