Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Rumusan Masalah
1. Siapakah Ratu Atut dan Akil Mochtar
2. Kasus Hukum apa yang dilakukan Ratu Atut dan Akil Mochtar
3. Bagaimana Kronologi Terseretnya Ratu Atut dan Akil Mochtar
pada Hukumnya
4. Bagaimana Sebab-Akibat dari korupsi Ratu Atut dan Akil
Mochtar
1.2 Tujuan

1. Profil Ratu Atut Chosiyah

Ratu Atut Chosiyah, S.E (lahir di Ciomas, Serang, Banten, 16 Mei1962; umur 57 tahun)
adalahGubernur Banten yang menjabat dua periode sejak 11 Januari2007 hingga resmi
dinonaktifkan pada 13 Mei2014. Ia adalah Gubernur Wanita Indonesia pertama. Pada 4 Januari2007,
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono mengirim radiogram tentang keputusan presiden (keppres)
penetapan gubernur melalui Depdagri. Radiogram No 121.36/04/SJ tertanggal 4 Januari 2007
ditandatangani Sekjen Depdagri, Progo Nurjaman.Radiogram berisi permintaan kepada ketua DPRD
Banten agar mengadendakan dan menetapkan jadwal rapat paripurna istimewa DPRD dalam rangka
pelantikan gubernur dan wakil gubernur terpilih. Bersama wakil gubernur terpilih, Mohammad
Masduki, ia dilantik pada 11 Januari2007 dalam Sidang Paripurna Istimewa di Cipocok Jaya.
Pelantikannya dipimpin oleh Ketua DPRD Banten, Ady Surya Dharma.
Pelantikan yang dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Muhammad Ma'ruf di Gedung DPRD Provinsi
Banten dengan dihadiri sekitar 2700 undangan. Selain Gubernur DKI JakartaSutiyoso, hadir juga
Ketua DPR-RIAgung Laksono dan Gubernur GorontaloFadel Muhammad serta bupati/wali kota se-
Provinsi Banten dan sejumlah tokoh nasional lain.

Sidang paripurna mendapat pengamanan sedikitnya 2500 anggota kepolisian, Tentara Nasional
Indonesia, Satuan Polisi Pamong Praja, serta petugas Dinas Perhubungan di sekitar Gedung DPRD
dan sepanjang jalan menuju lokasi pelantikan.

Sebelumnya, Ratu Atut terpilih sebagai wagub berpasangan dengan Djoko Munandar pada 11
Januari2002. Ketika Djoko Munandar dicopot dari jabatannya karena terkait kasus korupsi, ia
ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Banten. Ia adalah wanita pertama yang menjabat
sebagai gubernursebuah Provinsi di Indonesia.

Pada 17 Desember2013, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ditetapkan sebagai tersangka oleh
KPKdalam pengadaan alat kesehatan di Banten. Ia resmi dinonaktifkan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 13 Mei 2014 terkait kasus suap pilkada di MK.

1. Kasus Hukum

Kasus sengketa pilkada Lebak, Banten, berawal dari kekalahan pasangan calon bupati dan calon
wakil bupati Amir-Kasmin dari pasangan Iti Oktavia Jayabaya-Ade Sumardi.Pasangan ini kemudian
mengajukan gugatan sengketa pemilu ke Mahkamah Konstitusi.Selama proses hukum inilah Ratu
Atut diduga menyuap Ketua MK Akil Mochtar, untuk memenangkan gugatan Amir-Kasmin.Dalam
dakwaan jaksa, Akil disebutkan meminta Rp3 miliar tetapi Tubagus Chaeri Wardana hanya
menyanggupi Rp1 miliar.MK akhirnya mengabulkan gugatan Amir dan membatalkan keputusan KPU
Lebak tentang hasil penghitungan perolehan suara Pilkada Lebak dan memerintahkan penghitungan
ulang.Hak atas foto Getty Image caption KPK terlebih dahulu menangkap Akil sebelum menetapkan
Ratu Atut sebagai tersangka. Pada 2 Oktober 2013, tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi
menangkap Hakim Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar bersama Tubagus Chaeri Wardana alias
Wawan, adik kandung Ratu Atut.Wawan juga merupakan suami dari Wali Kota Tangerang Selatan
Airin Rachmi Diany.

Satu hari pasca penangkapan, Akil dan Wawan ditetapkan sebagai tersangka sedangkan Atut pun
resmi dicekal oleh imigrasi.Pada 17 Desember 2013 KPK menetapkan Atut sebagai tersangka. Tiga
hari kemudian, ia pun resmi ditahan usai menjalani pemeriksaan pertama sebagai tersangka.Pada 11
Agustus, Jaksa Penuntut Umum Tipikor Edi Hartoyo membacakan tuntutannya. "Menjatuhkan
pidana penjara kepada terdakwa Ratu Atut ChosiyahMantan Gubernur banten, dijatuhi vonis pidana
penjara selama lima tahun dan enam bulan dengan denda sebesar Rp250 juta subsider tiga bulan
dalam kasus dugaan suap pengadaan alat kesehatan (alkes) serta penyelewangan wewenang
penyusunan anggaran 2012.

Atut saat ini masih menjalani vonis tujuh tahun penjara atas kasus penyuapan Ketua Mahkamah
Konstitusi, Akil Mochtar.
Dalam sidang putusan yang digelar Kamis (20/7/2017), Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor) menyatakan Atut terbukti secara sah dan meyakinkan menerima suap terkait
proyek pengadaan alkes terhadap rumah sakit Dinas Kesehatan Banten serta penyelewengan
wewenang penyusunan anggaran tahun 2012.

"Mengadili, menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
korupsi bersama dan berlanjut," kata Ketua Majelis Hakim Mas'ud saat membacakan amar putusan
di Pengadilan Tipikor Jakarta.

Adapun hal-hal yang memberatkan putusan hakim, lantaran terdakwa Ratu Atut sebagai
penyelenggara negara tidak mendukung upaya pemerintah yang sedang gencar-gencarnya
melakukan pemberantasan korupsi.

"Sedangkan yang meringankan, terdakwa berlaku sopan, terdakwa mengakui perbuatan, dan
terdakwa sudah mengembalikan uang sejumlah Rp3,8 miliar," sambung Hakim Mas'ud.

Diketahui, putusan terhadap Ratu Atut lebih rendah dari tuntutan yang diajukan Jaksa Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).Dalam hal ini, Jaksa KPK menuntut Atut dengan pidana delapan tahun
penjara dan denda Rp250 juta subsider enam bulan kurungan.

Atas perbuatannya, Atut melanggar Pasal 3 juncto Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal
55 Ayat (1) ke-1 juncto Pasal 64 Ayat (1) KUHP.

Pada 2015, Mahkamah Agung telah menjatuhkan vonis penjara selama tujuh tahun karena dianggap
bersalah memberikan uang Rp1 miliar kepada Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi saat itu,
melalui advokat Susi Tur Andayani.

Putusan MA tersebut jauh lebih berat ketimbang vonis majelis hakim Tipikor, yakni 4 tahun.Atut juga
didenda Rp200 juta dan diharuskan menjalani tambahan kurungan bui enam bulan jika denda tak
bisa dipenuhi.

Mahkamah Agung menambah tiga tahun hukuman menjadi 7 tahun dan denda Rp 200 juta (23
Februari 2015)," kata Edi.Menurut jaksa, Atut terbukti menyuap Akil Mochtar saat menjabat Ketua
MK dalam menangani sengketa pilkada Lebak, Banten.

2. kronologi kasus yang menjerat Ratu Atut

Jumat, 20 Desember 2013 18:15 Reporter :Mohamad Taufik


Ratu Atut ditahan. ©2013 merdeka.com/dwi narwoko

Merdeka.com - Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ditahan KPK pada Jumat (20/12). Ratu Atut
langsung dibawa ke Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur.Atut ditetapkan sebagai tersangka untuk
kasus suap sengketa Pilkada Lebak, Banten, dan kasus korupsi Alkes.

Sebelum ditahan sebagai tersangka, Atut sudah beberapa kali diperiksa oleh KPK. Berikut ini
kronologi kasus Atutsebelum ditahan oleh KPK:

Berawal dari kasus penangkapan Akil dan Wawan

2 Oktober 2013, Akil Mochtar ditangkap

Pada 2 Oktober 2013, KPK menangkap lima orang terkait dengan kasus suap sengketa Pilkada Lebak
di Mahkamah Konstitusi (MK) senilai Rp 2-3 miliar. Dua dari lima tersangka itu adalah mantan Ketua
MK Akil Mochtar dan Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, adik kandung Gubernur Banten Ratu
Atut Chosiyah.

3 Oktober 2013, Adik Atut ditetapkan sebagai tersangka

Sehari setelah penangkapan, Akil Mochtar dan Wawan ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus
suap sengketa Pilkada Lebak di MK tersebut. Keduanya juga langsung ditahan oleh KPK.Kasus itu
kemudian menyeret Ratu Atut, karena diduga terlibat dalam kasus suap itu.

Atut dicekal dan diperiksa untuk pertama kali

3 Oktober 2013, Atut dicekal ke luar negeri

Setelah Akil Mochtar dan Wawan ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap kasus
sengketa Pilkada Lebak Banten senilai Rp 2-3 miliar, Atut juga dicekal ke luar negeri pada 3 Oktober
2013 untuk jangka waktu enam bulan ke depan.

11 Oktober 2013, Atut diperiksa pertama kali untuk kasus suap

KPK memeriksa Atut sebagai saksi untuk adiknya Wawan pertama kali pada 11 Oktober 2013, atau
tepat delapan tahun berkuasa di Banten.Dia diperiksa sebagai saksi untuk kasus dugaan suap
sengketa Pilkada Lebak.

Atut diperiksa kedua, Adiknya ditetapkan tersangka korupsi Alkes


19 November 2013, Atut kembali diperiksa KPK

Gubernur Banten Atut Chosiyah kembali diperiksa oleh KPK pada 19 November 2013. Atut diperiksa
selama tujuh jam dan keluar pukul 16.46 WIB dengan wajah memerah. Kepada wartawan, Atut
mengaku sudah memberikan keterangan kepada penyidik terkait dengan sarana dan prasarana di
pemerintahannya.

"Saya sudah memberikan keterangan terkait dengan sarana dan prasarana di Pemprov Banten," kata
Atut di halaman gedung KPK, Selasa, 19 November 2013.Sayangnya, Atut tak menjelaskan lebih
detail ihwal keterangan yang dia maksud.

Wawan, adik Atut, juga ditetapkan sebagai tersangka korupsi Alkes di Banten

Selain kasus suap Pilkada Lebak, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan juga ditetapkan tersangka
dalam kasus Alkes ini bersama pejabat PT Mikkindo Adiguna Pratama Dadang Prijatna dan pejabat
pembuat komitmen Mamak Jamaksari dalam proyek senilai Rp 23 miliar ini tersebut.

Penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di Tangerang Selatan dan Provinsi
Banten bermula dari pengembangan kasus suap pengurusan sengketa Pilkada Lebak di Mahkamah
Konstitusi yang menyeret Wawan. Dalam kasus ini, KPK juga mengendus keterkaitan Ratu Atu
Ekspose kasus Alkes, lalu Sprindik Atut ditandatangani
12 Desember 2013, ekspose kasus Alkes di Banten

Terkait kasus Alat Kesehatan (Alkes) Kota Tangerang Selatan dan Provinsi Banten senilai Rp 23 miliar,
KPK sudah menemukan dua barang bukti yang cukup keterlibatan Atut. Namun, KPK belum
menerbitkan sprindik karena penyidik masih merampungkan pemberkasan perkara.

"Dalam kasus Alkes Banten, juga di dalam ekspos 12 Desember 2013, untuk sementara sudah
disepakati yang bersangkutan (Atut) juga ditetapkan sebagai tersangka.Namun demikian, masih
perlu direkonstruksikan perbuatan-perbuatan serta pasal-pasalnya di dalam sprindik yang menyusul
kemudian," katanya.

16 Desember 2013, sprindik Atut ditandatangani

KPK menandatangani surat perintah penyidikan (Sprindik) kasus dugaan suap pengurusan sengketa
pilkada Lebak Banten di Mahkamah Konstitusi (MK) dengan tersangka Gubernur Banten Ratu Atut
Chosiyah. Sprindik ditandatangani oleh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad.

Rumah Atut digeledah, ditetapkan jadi tersangka, lalu ditahan


17 Desember 2013 (dini hari), KPK geledah rumah Atut

Selasa, 17 Desember 2013, KPK menggeledah rumah Atut di Jalan Bhayangkara Nomor 51 Cipocok,
Serang, dini hari.Dari penggeledahan tersebut, penyidik KPK menyita dua koper berisi dokumen.
Ketua KPK Abraham Samad mengatakan, tim KPK masih melakukan verifikasi dan validasi terhadap
semua barang-barang dan dokumen yang disita KPK.

17 Desember 2013, Atut ditetapkan jadi tersangka

KPK resmi menetapkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka kasus penyuapan
mantan Ketua MK Akil Mochtar dalam perkara Pilkada Lebak senilai Rp 2-3 miliar dan korupsi Alkes
di Banten senilai 23 miliar pada 17 Desember 2013.

20 Desember 2013, Atut periksa lalu ditahan

Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah akhirnya ditahan KPK usai diperiksa, Jumat (20/12). Penahanan
dilakukan setelah ia diperiksa selama enam jam. Ratu Atut dititipkan di Rutan Cabang KPK Pondok
Bambu, Jakarta Timur.

Setelah diperiksa KPK, begitu keluar Atut tampak menggunakan baju tahanan KPK.Atut ditahan
untuk 20 hari pertama.Penahanan guna kepentingan penyidikan dalam kasus yang menjeratnya
sebagai tersangka, suap penanganan sengketa Pilkada Lebak Banten.

Saat datang tadi pagi, wajah politisi Golkar itu pucat pasi. Saat turun dari mobil pajero sport hitam
bernopol B 22 AAH, Atut tampak dipapah oleh ajudannya. Atut tidak berkomentar apapun dan
langsung masuk.Juru bicara demo, Kahfi Nusantara mengatakan saat periode pertama Atut
menjabat, telah ada indikasi tindak pidana korupsi.Bahkan saat itu, Kejati Banten telah membidik
dugaan penyelewengan APBD 2007-2010.

"Dari periode pertama ia menjabat, banyak indikasi yang meruncing pada tindak pidana korupsi.
Pada tahun 2011 Kejati Banten membidik Atut dan pejabatnya atas dugaan penyelewengan APBD
2007-2010," ujar Kahfi saat menggelar demo di depan Gedung KPK, Jakarta, Senin (7/9).

Kahfi menjelaskan, saat itu, Kejati Banten membidik Atut lantaran BPK telah menemukan dugaan
indikasi penyelewengan anggaran APBD 2007-2011.

Dipaparkan, BPK menemukan dugaan kerugian negara akibat dari penyelewengan tersebut
mencapai Rp 1 triliun. Yakni pada tahun 2007, ditemukan indikasi kerugian negara nilainya
mencapai Rp 731,36 miliar.

Kemudian, dalam LHP BPK 2008 ada 17 temuan dengan dugaan kerugian negara Rp 197,72 miliar.
Tahun 2009 dengan dugaan kerugian negara sebesar Rp 13,08 miliar dan LHP BPK 2010 sebesar Rp
16,89 miliar.

"Total alokasi anggarannya mencapai Rp 28,9 miliar, dan yang tak kalah menarik adalah aliran
dana hibah mengalir ke lembaga yang dipimpin oleh keluarga gubernur, mulai dari suami, kakak,
anak, menanti dan ipar," ucap Kahfi.
Atas berbagai laporan itu, Kahfi dan teman-temannya mendesak KPK untuk segera melakukan
pengusutan kepada Ratu Atut.Mereka berharap, KPK tidak berhenti pada adik kandungnya saja,
Tubagus Chaeri Wardana, yang sudah ditetapkan tersangka.

Gubernur Banten nonaktif Ratu Atut Chosiyah dihukum 4 tahun penjara, denda Rp 200 juta subsidair
5 bulan kurungan. Atut terbukti menyuap Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar sebesar Rp
1 miliar terkait penanganan sengketa hasil Pilkada Lebak, Banten.

"Menyatakan terdakwa Ratu Atut Chosiyah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
pidana korupsi secara bersama-sama," kata hakim ketua Matheus Samiaji membacakan amar
putusan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jl HR Rasuna Said, Senin (1/9/2014).

Ratu Atut terbukti bersama-sama Komisaris Utama PT Bali Pasific Pragama (BPP) Tubagus Chaeri
Wardana alias Wawan memberi duit Rp 1 miliar kepada Akil Mochtar untuk memenangkan gugatan
yang diajukan pasangan calon bupati/wabup Amir-Hamzah-Kasmin terkait Pilkada Lebak tahun 2013.

Pasangan Amir Hamzah-Kasmin dalam permohonan perkara 11 September 2013 memohon agar MK
membatalkan putusan KPU Kabupaten Lebak tanggal 8 September 2013 tentang rekapitulasi hasil
penghitungan suara pada Pilkada Lebak serta meminta agar MK memutuskan memerintahkan KPU
Kabupaten Lebak untuk melaksanakan pemungutan suara ulang di seluruh tempat pemungutan
suara.

Atut sebelumnya melakukan pertemuan untuk membahas hasil rapat pleno KPU Lebak di Hotel
Sultan pada 9 September 2013.Atut kala itu menyetujui Amir Hamzah-Kasmin mengajukan gugatan
ke MK atas hasil rekapitulasi suara.Setelah itu Amir-Hamzah yang didampingi advokat Susi Tur
Andayani mengajukan permohonan perkara perselisihan hasil Pilkada.

Pada 21 September 2013, Atut secara tak sengaja bertemu Akil di Bandara Changi Singapura.
"Terdakwa meminta bantuan Akil Mochtar untuk mengawal 3 perkara konstitusi yaitu Pilkada
Serang, Tangerang dan Lebak," kata hakim anggota Gosen Butar Butar.

Selanjutnya Atut bertemu Akil Mochtar bersama Wawan di lobi Hotel JW Marriot Singapura pada 22
September 2013.Saat itu Atut kembali menanyakan penanganan sengketa 3 Pilkada yakni Lebak,
Tangerang, Serang.Dalam pertemuan Atut juga menanyakan kemungkinan pemilihan ulang."Akil
Mochtar menjawab Pilkada tetap dapat diulang," ujar hakim Sutio Jumagi.

Wawan yang diutus Atut mengurus perkara bertemu Akil Mochtar pada 25 September 2013
membicarakan pengurusan perkara Lebak. Dalam komunikasi lanjutan, Akil meminta Atut
menyiapkan dana Rp 3 miliar melalui Susi Tur Andayani.

Permintaan ini disampaikan Wawan dalam percakapan telepon Atut usai mendapat informasi soal
permintaan duit melalui Susi Tur. Menurut hakim, Susi Tur sebelumnya sudah berkomunikasi dengan
Akil Mochtar pada 28 September 2013.

"M Akil Mochtar menyuruh Susi Tur Andayani agar menyampaikan ke terdakwa untuk menyiapkan
Rp 3 miliar agar perkaranya bisa diputus PSU (pemungutan suara ulang)," sambung hakim Gosen.
Atut menyetujui penyediaan duit Rp 1 miliar dari total Rp 3 miliar yang diminta Akil.Atut menurut
majelis hakim mengetahui dari awal rencana meminta bantuan Akil menangani sengketa Pilkada
Lebak."Terdakwa menyetujui pemberian uang Rp 1 miliar ke Akil Mochtar," kata hakim Sutio.

Selanjutnya Wawan di kantornya PT BPP gedung The East Jalan Lingkar Mega Kuningan, Jaksel
meminta stafnya di bagian keuangan bernama Ahmad Farid Asyari mengambil uang Rp 1 miliar dari
Muhammad Aawaluddin yang diambil dari kas PT BPP Serang melalui Yayah Rodiah.

Setelah itu duit Rp 1 miliar diserahkan Ahmad Farid ke Susi Tur di Apartemen Allson Jalan Senen
Raya, Jakpus.Duit ini sempat dibawa Susi Tur pada tanggal 2 Oktober 2013 ke MK saat sidang pleno
sengketa Pilkada Lebak.

Karena tidak bisa menemui Akil yang sedang bersidang sengketa Pilgub Jatim, Susi Tur membawa
uang ke rumah orang tuanya di Jalan Tebet Barat Nomor 30, Jaksel

Selanjutnya Susi Tur ditangkap petugas KPK di rumah Amir Hamzah sedangkan tas warna biru berisi
uang Rp 1 miliar disita petugas KPK dari rumah orang tua. Pada tanggal 3 Oktober 2013, Wawan juga
ditangkap petugas KPK di rumahnya Jalan Denpasar IV, Jaksel.

Atut terbukti melanggar Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 31/1999 jo UU Nomor
20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Pengawasan Lemah Penyebab Korupsi di Pemprov Banten

Priska Sari Pratiwi, CNN Indonesia | Senin, 27/02/2017 16:08 WIB

Bagikan :  
Ketua KPK Agus Rahardjo mendorong perombakan struktur pengawas internal di lingkungan
pemerintah daerah.Selama ini KPK tak pernah mendapatkan aduan dari pengawas internal. (CNN
Indonesia/Andry Novelino)

Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo menilai
pengawasan yang lemah merupakan salah satu penyebab kasus tindak pidana korupsi kerap terjadi
di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten.

Agus mengatakan hal itu pada seremoni pembukaan acara bertajuk peningkatan kapasitas aparatur
penegak hukum dalam penanganan tindak pidana korupsi di lingkup Provinsi Banten, Senin (27/2).

"Penyebabnya pasti pengawasan, untuk itulah kami mengusulkan, dalam reformasi birokrasi,
pengawas internal tidak lagi berada di bawah pimpinan secara langsung," ujar Agus.

Agus menuturkan, selama ini secara struktural, pengawas internal berada di bawah
pimpinan.Implikasinya, sistem pengawasan tidak berjalan maksimal.

Sejak KPK dibentuk, kata Agus, komisi antikorupsi tidak pernah menerima laporan tentang dugaan
tipikor dari pengawas internal."Fakta inilah yang perlu diperhatikan," tuturnya.

Lihat juga:

KPK Satu Suara dengan Jokowi soal Penguatan Pengawas Internal

Lebih dari itu, Agus menyebut KPK sudah mendorong sejumlah daerah, termasuk Banten, untuk
menerapkan sistem e-budgeting untuk mencegah korupsi. Selain Banten, KPK juga mengusulkan hal
serupa kepada sejumlah daerah rawan korupsi seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Papua dan Papua
Barat.

"Kami mendampingi provinsi-provinsi tersebut agar mengikuti peraturan peraturan perundang-


undangan yang ada," kata Agus.

Sejumlah kasus korupsi terjadi di Banten.Yang ramai dibicarakan adalah kasus suap penanganan
sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi tahun 2013.

Kasus tersebut menjerat mantan Gubernut Banten Ratu Atut Chosiyah.Tak hanya soal perkara
sengketa pilkada, Atut juga diduga bertanggung jawab pada dugaan korupsi dan suap pengadaan
alat kesehatan di provinsi Banten.

Akil mochtar

1. Profil akil mochtar

Dr. H. M. Akil Mochtar , S.H., M.H. (lahir di Putussibau, Kalimantan Barat, 18 Oktober1960; umur 58
tahun)[2] adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia periode 2013 dan Hakim Konstitusi
periode 2008-2013. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 1999-2004,
dan kemudian terpilih lagi untuk periode 2004-2009, juga sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI
(bidang hukum, perundang-undangan, HAM dan keamanan) periode 2004-2006. [3] Akil bergabung
menjadi Hakim Konstitusi pada tahun 2008, dan terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi pada
bulan April 2013 menggantikan Mahfud MD.[4] Namun karena terbukti terlibat dan menjadi
tersangka dalam kasus penyuapan sengketa Pilkada Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dia
diberhentikan oleh PresidenSusilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 Oktober2013.

2. kasus hukum

Kasus korupsi yang dilakukan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar telah
menggurita.Akil pun diganjar hukuman seumur hidup karena menerima suap dan gratifikasi terkait
penanganan belasan sengketa pilkada di MK, serta tindak pidana pencucian uang. Bahkan, menurut
jurnalis senior Harian Kompas yang menulis buku "Akal Akal Akil", Budiman Tanuredjo, kasus korupsi
Akil merupakan salah satu skandal terbesar sepanjang sejarah peradilan Indonesia. Belum pernah
terjadi seorang hakim yang juga Ketua MK masuk penjara gara-gara terbukti melakukan korupsi dan
pencucian uang yang melibatkan uang sampai ratusan miliar rupiah.Tertangkap tangan pula. Majelis
Hakim Tindak Pidana Korupsi menyatakan, Akil terbukti menerima suap sebagaimana dakwaan
pertama, yaitu terkait penanganan sengketa Pilkada Kabupaten Gunung Mas (Rp 3 miliar),
Kalimantan Tengah (Rp 3 miliar), Pilkada Lebak di Banten (Rp 1 miliar), Pilkada Empat Lawang (Rp 10
miliar dan 500.000 dollar AS), dan Pilkada Kota Palembang (sekitar Rp 3 miliar). Hakim juga
menyatakan bahwa Akil terbukti menerima suap sebagaimana dakwaan kedua, yaitu terkait
sengketa Pilkada Kabupaten Buton (Rp 1 miliar), Kabupaten Pulau Morotai (Rp 2,989 miliar),
Kabupaten Tapanuli Tengah (Rp 1,8 miliar), dan menerima janji pemberian terkait keberatan hasil
Pilkada Provinsi Jawa Timur (Rp 10 miliar). Akil juga terbukti dalam dakwaan ketiga, yaitu menerima
Rp 125 juta dari Wakil Gubernur Papua periode tahun 2006-2011, Alex Hesegem. Pemberian uang
itu terkait sengketa Pilkada Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel, Kota
Jayapura, dan Kabupaten Nduga.Sejumlah kepala daerah dan juga pihak swasta turut terseret dalam
pusaran kasus Akil.Sebut saja, Gubernur Banten Atut Chosiyah dan adiknya, Tubagus Chaeri
Wardana alias Wawan.Keduanya terbukti menyuap Akil terkait sengketa Pilkada Lebak. Kini
keduanya telah divonis penjara, empat tahun untuk Atut dan lima tahun untuk Wawan. Berikut
kasus sengketa Pilkada di MK yang dijadikan "proyek" oleh Akil, yang tengah disidik KPK mau pun
yang masih "hangat" di pengadilan Tipikor: 1. Sengketa Pilkada Lebak Jatuhnya vonis terhadap
Gubernur Banten Atut Chosiyah dan Adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan tidak lantas
membuat kasus sengketa Pilkada Lebak di MK ditutup. KPK mengembangkan penyidikan terhadap
kasus ini sehingga menyeret mantan kandidat Pilkada Lebak 2013, yaitu Amir Hamzah dan Kasmin
sebagai tersangka. Amir dan Kasmin diduga bersama-sama Atut dan Wawan menyuap Akil untuk
memengaruhinya dalam memutus permohonan keberatan hasil Pilkada Lebak yang diajukan
pasangan tersebut. Dalam Pilkada Lebak, Amir-Kasmin kalah suara dengan pesaingnya, pasangan Iti
Oktavia Jayabaya-Ade Sumardi. Atas kekalahan itu, Amir mengajukan keberatan hasil Pilkada Lebak
ke MK. Adapun Susi Tur Andayani merupakan kuasa hukum Amir-Kasmin.

3.kronologi

Terdakwa Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan didakwa bersama-sama dengan Gubernur Banten
Ratu Atut Chosiyah menyuap Akil Mochtar sebesar Rp 1 miliar melalui pengacara Susi Tur Andayani.
"Dengan maksud agar Akil Mochtar selaku ketua panel hakim mengabulkan permohonan perkara
konstitusi yang diajukan Amir Hamzah-Kasmin sebagai pasangan calon bupati dan wakil bupati Lebak
periode 2013-2018," kata Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi Edy Hartoyo saat
membacakan surat dakwaan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (6/3/2014).
Pasangan Amir Hamzah-Kasmin mengajukan permohonan agar MK membatalkan keputusan KPU
tanggal 8 September 2013 tentang rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara tingkat
kabupaten.Mereka juga memerintahkan KPU Lebak melaksanakan pemungutan suara ulang di
semua TPS. Pada tanggal 31 Agustus 2013, Pilkada Lebak diikuti 3 pasang calon, yakni Pepep
Faisaludi-Aang Rasidi, Amir Hamzah-Kasmin, dan Iti Oktavia Jayabaya-Ade Sumardi. KPU pada 8
September 2013 menetapkan pasangan nomor urut 3, Iti Oktavia Jayabaya-Ade Sumardi, sebagai
pasangan calon terpilih. Atas hasil rapat pleno KPU tersebut, pada 9 September 2013 dilakukan
pertemuan di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, yang dihadiri Ratu Atut Chosiyah, Rudi Alfonso, Amir
Hamzah, dan Kasmin. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan langkah-langkah mengajukan gugatan
perkara konstitusi ke MK. Gugatan ini diajukan Amir Hamzah-Kasmin pada 11 September 2013.Untuk
memeriksa permohonan ini, Akil menjadi ketua panel hakim didampingi Maria Farida Indrati dan
Anwar Usman sebagai anggota.Atut lobi Akil Pada 22 September 2013, di lobi Hotel JW Marriot
Singapura, Wawan mengikuti pertemuan Ratu Atut dan Akil Mochar.Dalam pertemuan tersebut Atut
meminta Akil untuk membantu memenangkan Amir Hamzah dan Kasmin dalam perkara terkait
Pilkada Lebak."Dan akan disediakan uang untuk pengurusan perkaranya melalui terdakwa
(Wawan)," ujar Jaksa.Selanjutnya, pada 25 September 2013, Wawan menerima SMS dari Akil
Mochtar yang meminta bertemu untuk membahas pengurusan gugatan.Isi SMS yang dikirim, "Lebak
siap dieksekusi, bisa ketemu malam ini? Ke Widya Chandra III No.07 jam 8 malam ya." Gubernur
Banten, Ratu Atut Chosiyah resmi ditahan usai diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di
Gedung KPK, Jakarta, Jumat (20/12/2013).Penahanan tersebut terkait keterlibatan Atut dalam kasus
dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada Lebak, Banten. TRIBUNNEWS/DANY
PERMANA(TRIBUNNEWS/DANY PERMANA ) Atas pesan ini, Wawan datang ke rumah dinas Akil
Mochtar. Pada tanggal 26 September 2013 sekitar jam 17.30 WIB bertempat di kantor Gubernur
Banten dilakukan pertemuan antara Ratu Atut Chosiyah, Amir Hamzah-Kasmin dan Susi Tur
Andayani. Dalam pertemuan tersebut Amir Hamzah melaporkan kepada Ratu Atut mengenai
peluang dikabulkannya perkara Lebak dengan dilakukan pemungutan suara ulang."Atas laporan
tersebut Ratu Atut menyampaikan agar dilakukan pengurusan perkaranya melalui Akil Mochtar yang
sudah dikenalnya seperti saudara sendiri," sebut jaksa.Pada tanggal 28 September 2013, Susi Tur
memberi tahu Akil Mochtar melalui telepon mengenai pertemuan dengan Ratu Atut.Akil kemudian
meminta Susi Tur menyampaikan ke Ratu Atut untuk menyiapkan uang Rp 3 miliar."Suruh dia
siapkan tiga M-lah biar saya ulang," ujar Akil kepada Susi Tur. Pada 29 September 2013, Wawan
dihubungi Akil untuk diminta bertemu kembali membicarakan pengurusan perkara Pilkada
Lebak.Wawan kemudian bertemu Akil di rumah dinasnya.Setelah itu, Wawan bertemu dengan Amir
Hamzah-Kasmin di Hotel Ritz Carlton menyampaikan dirinya sudah bertemu Akil. Untuk kepastian
jumlah dana pengurusannya, Wawan meminta Amir Hamzah untuk dipertemukan dengan Susi Tur
yang dikenal dekat dengan Akil Mochtar. Pada tanggal 30 September 2013, Amir Hamzah melalui
telepon memberi tahu Susi Tur bahwa Wawan sudah menyetujui membantu menyediakan dana
untuk diberikan kepada Akil Mochtar. "Yang penyerahan uangnya melalui Susi Tur," beber
jaksa.Pada pertemuan dengan Susi Tur di Hotel Ritz Carlton, Wawan menanyakan mengenai uang
pengurusan perkara, yang dijawab Susi Tur, Akil meminta Rp 3 miliar. Namun, Amir Hamzah tidak
mempunyai uang sehingga Susi Tur meminta Wawan membantu Amir Hamzah karena pada 1
Oktober 2013 perkara akan diputus MK. Saat itu, Susi Tur menerima SMS dari Akil Mochtar yang
menanyakan kepastian uang yang diminta. Wawan juga mengirim SMS ke Akil Mochtar, "Pak,
Wawan udah ngobrol dengan Bu Susi. Bu Susi akan laporan langsung ke bapak. terimakasih." Akil
marah Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar menunggu menjalani sidang perdana di
Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (20/2/2014).Sidang perdana dengan
agenda pembacaan dakwaan tersebut terkait kasus dugaan suap penanganan sengketa Pilkada di
Mahkamah Konstitusi. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO(KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO
PURNOMO ) Pada saat pertemuan, Wawan juga menerima telepon dari Ratu Atut. Dalam
percakapan telepon, Wawan memberitahukan ketidakjelasan uang yang akan diberikan Akil Mochtar
yang membuat Akil marah dan mengatakan: "Udah marah nih! tersinggung mungkin dia
perasaannya. Lebak sama ini ni gimana nih? SMS-nya udah nggak enak ke Susi.Susi ngeliatn SMS ke
Wawan," kata Wawan ke Atut. Ratu Atut dalam percakapan itu meminta Wawan membantu
menyiapkan dana. "Enya sok atuh, ntr di ini-in," ujar Atut. Atas permintaan Atut ini, Wawan
menyampaikan ke Susi Tur dirinya hanya bersedia menyiapkan uang sebesar Rp 1 miliar untuk
diberikan ke Akil Mochtar yang akan diserahkan melalui Susi. Pada 1 Oktober 2013, Susi mengirim
SMS ke Akil menyampaikan uang Rp 1 miliar yang disiapkan. "Ass. pak, bu Atut lg ke singapur, brg yg
siap 1 ekor untuk lebak aja jam 14 siap tunggu perintah bpk aja sy kriim kemana. td mlm sudah
bicara dgn pak Wawan jg pak. Tolong bantu lebak dululah pak." Namun, Akil marah karena uang
tersebut tidak sesuai komitmen awal yakni Rp 3 miliar."Ah males aku gak bener janjinya." Susi
meminta Akil menerima Rp 1 miliar dan menjanjikan akan menagih sisa uangnya. Untuk memenuhi
permintaan uang Akil yang akan diserahkan melalui Susi, Wawan di kantornya, PT BPP gedung The
East Jalan Lingkar Mega Kuningan, Jaksel, meminta stafnya di bagian keuangan bernama Ahmad
Farid Asyari mengambil uang Rp 1 miliar dari Muhammad Awaluddin yang diambil dari kas PT BPP
Serang melalui Yayah Rodiah. Setelah itu, uang Rp 1 miliar diserahkan Ahmad Farid ke Susi Tur di
apartemen Allson, Jalan Senen Raya, Jakpus. Pada tanggal 2 Oktober, Wawan dihubungi Susi melalui
SMS yang memberitahukan permohonan Amir Hamzah dimenangkan MK. Selanjutnya, Susi Tur
ditangkap petugas KPK di rumah Amir Hamzah, sedangkan tas warna biru berisi uang Rp 1 miliar
disita petugas KPK dari rumah orangtua Susi Tur di Jalan Tebet Barat Nomor 30 Jaksel. Pada tanggal 3
Oktober, Wawan juga ditangkap petugas KPK di rumahnya di Jalan Denpasar IV, Jaksel.

4.

Anda mungkin juga menyukai