Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya serta oleh karena kebaikkannya kami dapat meneyelesaikan
makalah ini yang berjudul “PENGUKURAN RESIKO” tapet waktu.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, kami


yakin masih ada banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu
kami anggota kelompok 3 sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari teman-teman beserta Bapak Dosen demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, kami ucapkan trimakasih. Semoga makalah ini dapat


bermanfaat untuk kita semua.

Timika, 15 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….i

Daftar Isi…………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengukuran Resiko……………………………………………3


2.2 Teknik Pengukuran Resiko……………………………………………….4
2.3 Jenis-Jenis Pengukuran Resiko……………………………………………8
2.4 Prinsip-Prisip Pengukuran Resiko…………………………………….…..9
2.5 Manfaat Pengukuran Resiko………………………………………….….11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………..…………………………….12

3.2 Saran…………………………………………………………………....13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…...14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko”


dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan
orang. Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun
organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak
kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan
dansebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika
resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan
dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. "Sebagaimana kita pahami dan
sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan
memperluas keuntungan kompetitif organisasi.

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena


kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan
terjadi. "sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat
menguntungkan atau merugikan. Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik,
maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya
manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.

Setelah kita mengidentifikasi resiko maka tindakan selanjutnya


adalah mengukur resiko. dengan mengukur resiko kita bisa mengetahui
seberapa besar resiko itu. Hal ini penting, karena sebelum kita menentukan
sikap untuk mengendalikan resiko terlebih dahulu kita mengetahui kadar
resiko tersebut, hal inilah yang mendorong penulis untuk mengangkat
bagaimana cara mengukur resiko dengan mudah.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa Pengertian Pengukuran Resiko?
2 Bagaimana Teknik Pengukuran Resiko?
3 Apa saja Jenis-Jenis Pengukuran Resiko?
4 Bagaimana Prinsip-Prinsip Pengukuran Resiko?
5 Apa Manfaat Pengukuran Resiko?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1 Untuk mengetahui pengertian pengukuran resiko.
2 Untuk Mengetahui teknik pengukuran resiko.
3 Untuk mengetahui jenis-jenis pengukuran resiko.
4 Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengukuran resiko.
5 Untuk mengetahui manfaat pengukuran resiko.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengukuran Resiko
Pengukuran resiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya
resiko yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya
resiko yang dihadapi perusahaan, kemudian bisa melihat dampak dari
resiko terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa melakukan prioritisasi
resiko, resiko yang mana yang paling relevan.
Pengukuran resiko merupakan tahap lanjutan setelah pengidentifikasian
resiko. Dimana pengidentifikasian risiko pada dasarnya merupakan
kegiatan analisis secara sistematis dan berkesinambungan untuk
menemukan/mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya
kerugian yang potensial yang dihadapi/mengancam perusahaan.
Hal ini dilakukan untuk menentukan relatif pentingnya resiko, untuk
memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi
peralatan manajemen resiko yang cocok untuk menanganinya. Dimensi
(bagian) yang harus diukur:
1. Frekuensi atau jumlah kejadian yang akan terjadi
Besarnya kemungkinan kejadian artinya berapa besar kemungkinan
suatu peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS
atau penyebab langsung kerugian) yang dapat menimbulkan risiko dapat
terjadi dalam suatu periode.
2. Keparahan dari kerugian
Besarnya kerugian bila suatu risiko terjadi, artinya berapa besar
kerugian yang diderita bila suatu risiko terjadi. Jadi dalam hal ini tingkat
kegawatan (reverity) atau keparahan dari kerugian-kerugian tersebut,
sampai seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, terutama
kondisi finansialnya.
Dari hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi (bagian) tersebut
paling tidak diketahui:
 Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran.
 Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode
anggaran yang lain naik-turunnya nilai kerugian dari waktu ke
waktu.
3. Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian
Yaitu kerugian yang ditanggung sendiri (diretensi), jadi tidak hanya
nilai rupiahnya saja.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan dimensi (bagian)

3
pengukuran tersebut, antara lain:
 Orang umumnya memandang bahwa dimensi kegawatan dari suatu
kerugian potensial lebih penting dari pada frekuensinya atau
jumlah kejadian yang akan terjadi.
 Dalam menentukan kegawatan dari suatu kerugian potensial
seorang Manajer Risiko harus secara cermat memperhitungkan
semua tipe kerugian yang dapat terjadi, terutama dalam kaitannya
dengan pengaruhnya terhadap situasi finansial perusahaan.
 Dalam pengukuran kerugian Manajer Risiko juga harus
memperhatikan orang, harta kekayaan atau exposures yang lain,
yang tidak terkena peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya
menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian).
 Kadang-kadang akibat akhir dari peril (Suatu peristiwa (event)
yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung
kerugian) terhadap kondisi finansial perusahaan lebih parah dari
pada yang diperhitungkan, antara lain akibat tidak diketahuinya
atau tidak diperhitungkannya kerugian-kerugian tidak langsung.
 Dalam mengestimasi kegawatan dari suatu kerugian penting pula
diperhatikan jangka waktu dari suatu kerugian, di samping nilai
rupiahnya.

2.2 Teknik Pengukuran Resiko

1 Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas (kemungkinan)

Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi.


Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio
dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan
kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1,
dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1
menandakan kejadian atau hasil yang pasti. Konsep probabilitas yaitu
dengan konsep mengenai “sample space”(lingkup kejadian) dan event
suatu kejadian atau peristiwa. Sample Space (Set S) merupakan suatu set
dari kejadian tertentu yang diamati. Misalnya : jumlah kecelakaan mobil
di wilayah tertentu selama periode tertentu. Suatu Set S bisa terdiri dari
beberapa segmen (sub set) atau event (Set E). misalnya : jumlah
kecelakaan mobil di atas terdiri dari segmen mobil pribadi & mobil
penumpang umum.

Seberapa besar kemungkinan (probabilitas) risiko akan terjadi. Ada


5 (lima) kategori probabilitas risiko:

4
1. Paling kecil kemungkinan terjadinya (very rare);

2. Jarang (rare);

3. Mungkin (possible);

4. Sangat mungkin (likely); dan

5. Hampir pasti (almost certain).

Untuk menghitung secara cermat probabilitas dari kecelakaan


mobil tersebut masing-masing Set E perlu diberi bobot. Pembobotan
tersebut biasanya didasarkan pada bukti empiris dari pengalaman masa
lalu. Misalnya : untuk mobil pribadi diberi bobot 2, sedang untuk mobil
penumpang umum diberi bobot 1, maka probabilitas dari kecelakaan mobil
tersebut dapat dihitung dengan rumus:

a. bilatanpabobot : P (E) = E/S

b. bila dengan bobot : P (E) = W (E)

W (S)

Keterangan : P (E) = probabilitas terjadinya event.

E = sub set atau event

S = sample space atau set

W = bobot dari masing-masing event

Contoh :

Dari catatan polisi diketahui jumlah kecelakaan mobil di Bandung


selama tahun 2000 sebanyak 10.000 kali. Dari jumlah tersebut, 1000
menimpa mobil pribadi dan 9000 menimpa mobil penumpang umum.

Dengan demikian probabilitas terjadinya kecelakaan mobil pribadi adalah :

a. Tanpadibobot P (E) = 1000/10.000 = 0,1 = 10 %

b. Denganbobot P (E) = 1,818 = 18,18 %

2 Notional Risiko

5
Diukur berdasarkan nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap
resiko). Contohnya, pengukuran risiko kredit dengan metode notional. Jika
perusahaan meminjamkan uang kepada pihak lain senilai Rp 2 milyar,
maka besarnya risiko kredit berdasarkan pendekatan notional adalah Rp 2
milyar.

3 Sensitivitas Risiko

Diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur (obyek yang


rentan terhadap resiko) terhadap perubahan faktor penentu. Contoh paling
populer adalah risiko aset keuangan atau sekuritas, yang diukur
berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian (return) aset yang
bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar. Ukuran ini
dikenal sebagai Beta Pasar. Contoh lain adalah degree of operating
leverage (DOL), yang mengukur sensitivitas laba operasi terhadap
perubahan penjualan. DOL digunakan sebagai ukuran risiko bisnis.

4 Volatilitas Risiko

Diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur (obyek yang


rentan terhadap resiko) berfluktuasi (tidak tetap). Ukuran yang umum
adalah standar deviasi (penyimpangan). Semakin besar standar deviasi
suatu eksposur, semakin berfluktuasi (tidak tetap) nilai eksposur tersebut,
yang berarti semakin Beresiko eksposur atau aset tersebut.

5 Pendekatan VaR ( value at risk )

Risiko diukur berdasarkan kerugian maksimum yang bisa terjadi


pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu, dengan tingkat
keyakinan (level of confidence) tertentu. Untuk mengukur risiko dengan
pendekatan VaR, diperlukan data standar deviasi dan skor Z dari tabel
distribusi normal. Contoh: diketahui standar deviasi dari suatu aset bernilai
Rp 1 juta adalah 2,4%. Pada tingkat keyakinan 95%, skor Z-nya adalah
1,645. Maka besarnya risiko (dalam nilai Z) adalah 0,024 x 1,645 = 0,040.
Jika nilai Z tersebut dikembalikan ke nilai awalnya menjadi 0,040 x Rp 1
juta = Rp 40 ribu.

6 Matriks frekuensi dan signifikansi risiko


Teknik pengukuran yang cukup sederhana (tidak terlalu melibatkan
kuantifikasi yang rumit) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan dua

6
dimensi yaitu frekuensi (jumlah) dan signifikansi (meyakinkan). Terdapat
2 hal dalam proses tersebut yaitu :
 Mengembangkan standar risiko
 Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi.

7 Analisis skenario

Kemampuan manajer/perusahaan untuk memprediksi apa yang


akan terjadi, dan berapa besarnya kerugian yang diperoleh. Example:
Teknik pengukuran berbeda tingkat kecanggihannya (tingkat kuantifikasi),
dalam artian beda tipe resiko beda juga tekhnik yang digunakan.

Berikut contoh tipe resiko dan teknik pengukurannya:

Tipe risiko Definisi Teknik pengukuran

Risiko pasar Harga pasar bergerak kea Value at Risk  (VAR),


rah yang tidak stresstesting
menguntungkan
(merugikan)

Risiko kredit Counterparty tidak bisa Credit rating,


membayar kewajibannya  creditmetrics
(gagal bayar) ke perusahaan

Risiko perubahan tingkat Tingkat bunga berubah yang Metode pengukuran


bunga mengakibatkan kerugian jangka waktu, durasi
pada portopolio perusahaan

Risiko operasional Kerugian yang terjadi Matriks frekuensi dan


melalui operasi perusahaan signifikansi kerugian,
(misal system yang gagal, VAR Operasional
serangan teroris)

Risiko kematian Manusia mengalami Probabilitas kematian


kematian dini (lebih cepat dengan table mortalitas
dari usia kematian wajar)

Risiko kesehatan Manusia terkena penyakit Probabilitas terkena


tertentu penyakit dengan
menggunakan table

7
morbiditas

Risiko teknologi Perubahan teknologi Analisis skenario


mempunyai konsekuensi
negative terhadap
perusahaan

2.3 Jenis-Jenis Pengukuran Resiko

1. Pengukuran Kegawatan Kerugian


Untuk mengetahui berapa besarnya nilai kerugian, yang
selanjutnya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap kondisi
perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
 Kemungkinan kerugian maksimum dari setiap peril (Suatu
peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS
atau penyebab langsung kerugian).
 Probalilitas kerugian maksimum dari setiap peril (Suatu
peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS
atau penyebab langsung kerugian ).
 Keseluruhan (aggregat) kerugian maksimum setiap
tahunnya
2. Pengukuran Frekuensi Kerugian
Untuk mengetahui berapa kali suatu jenis peril (Suatu
peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau
penyebab langsung kerugian) dapat menimpa suatu jenis objek
yang bisa terkena peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya
menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) selama
suatu jangka waktu tertentu, yang umumnya satu tahun. Maka yang
perlu diperhatikan yaitu :
 Beberapa jenis kerugian yang dapat menimpa suatu objek.
 Beberapa jenis objek yang dapat terkena suatu jenis
kerugian

Berdasarkan dimensi frekuensinya ada empat kategori kerugian :


 Almost nil (hampir nihil atau tidak ada)
 Slight (sedikit hampir tidak ada)

8
 Moderate (sedikit ada)
  Definite (pasti ada)
Dalam mengukur besarnya suatu risiko sebaiknya
menggunakan ukuran Rupiah (satuan uang). Dari hasil pengukuran
resiko tersebut maka kerugian yang menimpa seseorang atau
perusahaan dapat dikategorikan dengan skala sebagai berikut: 
1 = Kerugian sangat kecil
2 = Kerugian kecil
3 = Kerugian menengah
4 = kerugian besar
5 = kerugian sangat besar
Pada setiap kejadian yang merugikan, biasanya ada dampak
yang langsung dan dampak yang tidak langsung. Untuk mengukur
kerugian langsung yang ditimbulkan oleh suatu kejadian yang
merugikan ada beberapa konsep yang dapat digunakan, yaitu
antaranya nilai perolehan. Selanjutnya untuk mengukur kerugian
tidak langsung antara lain adanya tambahan biaya misalnya berupa
biaya sewa dan berkurangnya pendapatan. Sebagian kerugian
langsung sangat sulit untuk ditentukan.

2.4 Prinsip – Prinsip Pengukuran Resiko

1 Transparansi
Prinsip ini mensyaratkan agar seluruh potensi risiko yang ada pada
suatu aktivitas, khususnya transaksi, dibeberkan secara terbuka. Risiko
yang tersembunyi/disembunyikan akan menjadi sumber permasalahan
terbesar dan, per definisi, tidak akan dapat dikelola dengan baik.

2 Pengukuran yang Akurat


Prinsip ini mewakili sisi sains dari konsep Manajemen Risiko, dan
mensyaratkan investasi berkesinambungan untuk berbagai teknik dan alat
yang akan digunakan sebagai syarat dari proses Manajemen Risiko yang
kuat.

3 Informasi Berkualitas yang Tepat Waktu

9
Prinsip ini akan turut menentukan akurasi pengukuran dan kualitas
keputusan yang diambil. Sebaliknya tidak terpenuhinya prinsip ini bisa
membawa manajemen pada suatu keputusan yang berisiko fatal.

4 Diversifikasi
Sistem Manajemen Risiko yang baik menempatkan konsep
diversifikasi sebagai sesuatu yang penting untuk dicermati. Hal ini
menuntut pola pemantauan yang konstan dan konsisten. Asumsinya adalah
bahwa konsentrasi (Risiko) dapat muncul setiap saat seiring dengan
berbagai perubahan yang terjadi di dunia.

5 Independensi
Berdasarkan prinsip independensi, keberadaan suatu kelompok
Manajemen Risiko yang independen makin dianggap sebagai suatu
keharusan. Prinsip ini tidak sekedar berbicara tentang kewenangan dan
level tanggung jawab dari kelompok Manajemen Risiko dan
kelompok/unit lainnya dalam perusahaan, melainkan juga tentang tentang
visi perusahaan dan kualitas interrelasi antara kelompok Manajemen
Risiko dengan kelompok/unit lainnya, dan juga antar kelompok/unit yang
melaksanakan transaksi dengan mengambil risiko tertentu.

6 Pola Keputusan yang Disiplin


Porsi sains dalam konsep Manajemen Risiko memang telah
memberikan banyak kontribusi bagi kemampuan Manajemen Risiko
dalam melakukan pengukuran risiko namun kualitas keputusan tetap saja
tergantung pada bagaimana manajemen memutuskan cara terbaik untuk
menggunakan alat/teknik tertentu dan memahami keterbatasan yang
dimiliki oleh alat/teknik tersebut.

7 Kebijakan
Prinsip ini mensyaratkan bahwa tujuan dan strategi Manajemen
Risiko suatu perusahaan harus dirumuskan dalam sebuah Policy, Manual
& Procedure yang jelas. Policy harus secara jelas menjabarkan dan
mendefiniskan filosofi Manajemen Risiko perusahaan dan menyediakan
keseluruhan pendekatan yang digunakan serta organisasi dari proses
pengambilan Risiko. Tujuan utama dari hal tersebut adalah untuk
memberikan kejelasan mengenai proses Manajemen Risiko, baik untuk
pihak internal maupun untuk pihak eksternal seperti regulator dan para
analis.

10
Prinsip-prinsip tersebut di atas akan menjadi penentu arah dalam
menyusun suatu kerangka kerja, suatu model Manajemen Risiko yang
handal. Lebih jauh, prinsip-prinsip tersebut juga akan menjadi penentu
keberhasilan dari penerapan model Manajemen Risiko dalam suatu
perusahaan. Tanpa pemahaman mendalam serta konsistensi dalam
menggunakan prinsip-prinsip tersebut, maka penyusunan dan penerapan
suatu model Manajemen Risiko tidak akan memberikan nilai tambah yang
seharusnya dapat diperoleh.

2.5 Manfaat Pengukuran Resiko

Adapun manfaat pengukuran resiko yaitu:


1 Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi.
2 Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh Manajer
Risiko dalam upaya menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang
paling dapat diterima/paling baik dalam penggunaan sarana
penanggulangan risiko.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1 Pengukuran resiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya resiko


yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya resiko
yang dihadapi perusahaan, kemudian bisa melihat dampak dari resiko
terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa melakukan prioritisasi resiko,
resiko yang mana yang paling relevan.
2 Teknik Pengukuran Resiko :
 Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas (kemungkinan)
 National Risiko
 Volatilitas Risiko
 Pendekatan VaR ( Value at Risk)
 Matriks Frekuensi dan Signifikansi Risiko
 Analisis Skenario
3 Jenis pengukuran risiko
 Pengukuran Kegawatan Kerugian, Untuk mengetahui berapa besarnya
nilai kerugian, yang selanjutnya dikaitkan dengan pengaruhnya
terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
 Pengukuran Frekuensi Kerugian, Untuk mengetahui berapa kali suatu
jenis peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan
LOSS atau penyebab langsung kerugian) dapat menimpa suatu jenis
objek yang bisa terkena peril (Suatu peristiwa (event) yang
kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian)
selama suatu jangka waktu tertentu, yang umumnya satu tahun.
4 Prinsip pengukuran risiko
 Transparansi
 Pengukuran yang akurat
 Informasi yang berkualitas tepat waktu
 Diversifikasi
 Independensi
 Pola keputusan yang disiplin
 Kebijakan
5 Manfaat pengukuran risiko
 Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi.
 Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh Manajer
Risiko dalam upaya menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang

12
paling dapat diterima/paling baik dalam penggunaan sarana
penanggulangan risiko.

3.5 SARAN

Sebagai seorang Pemimpin atau Manajer harus lebih memahami


bagaimana cara mengidentifikasi resiko dan mengetahui bagaimana
mengatur berbagai macam resiko yang ada untuk mempermudah dalam
mengambil keputusan yang akan diambil dengan resiko yang paling kecil.

13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/pengukuran_resiko

http://kalisat-berbagi-blogspot.com/207/04/manajemen-resiko-pengukuran-
resiko.html

http://www.academia.edu/32418597/manajemen-resiko_identifikasi-dan-
pengukuran-resiko

http://muhamadumarul.blogspot.com/2014/01/prinsip-prinsip-pengukuran-
risiko_7869.html

14

Anda mungkin juga menyukai