Anda di halaman 1dari 22

PENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN KERUGIAN POTENSIAL

Tujuan Instruksional : Memahami apa itu manajemen risiko


Pokok bahasan ini menjelaskan tentang definisi manajemen risiko serta sumber-sumber
informasinya
Kompetensi Yang Diharapkan :
Mahasiswa diharapkan mengetahui definisi manajemen risiko dan elemen didalamnya
Waktu Pertemuan : 100 menit

Identifikasi risiko merupakan proses dimana suatu perusahaan secara sistematis dan terus
menerus mengidentifikasi property, liability, dan personnel exposure sebelum terjadinya peril.
Yang dilakukan oleh Manajer Risiko mencakup:
1. Membuat pertanyaan (check list) semua kegiatan yang dapat menimpa semua
bisnis/perusahaan apapun.
2. Melalui pendekatan sistematis mencari kerugiankerugian potensial mana (dari check list
tersebut) yang dapat menimpa perusahaan.

Sumber-Sumber Informasi yang Digunakan Dalam Identifikasi Risiko:


1.
2.
3.
4.
5.

Data dari perusahaan asuransi


Informasi dari Badan Penerbitan Asuransi
Informasi dari Asosiasi Manajemen Asuransi (AMA)
Informasi dari Ikatan Manajer Risiko dan Asuransi
Informasi dari Kepolisian

Tugas Manajer Risiko

1. Mempelajari dan mengevaluasi peristiwaperistiwa kerugian yang telah diderita,


2. Mengikuti dan mempelajari peristiwaperistiwa kerugian yang dilaporkan melalui publikasipublikasi,
3. Menghadiri pertemuan-pertemuan para manajer di dalam internal perusahaan, pertemuan
dengan manajer risiko di tingkat regional, nasional maupun internasional.

Metode Pengidentifikasian Risiko


1. Menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner,
2. Menggunakan laporan keuangan,
3. Membuat flow-chart barang mulai dari bahan mentah sampai menjadi barang jadi, sehingga
4.
5.
6.
7.
8.

dapat diketahui risiko-risiko yang dihadapi pada masing-masing tahap dari aliran tersebut.
Pemeriksaan/inspeksi langsung,
Mengadakan interaksi dengan departemen/ bagian dalam perusahaan,
Mengadakan interaksi dengan pihak luar,
Melakukan analisis terhadap kontrak-kontrak yang telah dibuat dengan pihak lain,
Membuat dan menganalisis catatan/statistik mengenai bermacam-macam kerugian yang

pernah diderita,
9. Mengadakan analisis lingkungan.
Klasifikasi Kerugian Potensial
1. Kerugian atas harta (property losses) *
Pembagian Jenis Harta
a) Benda Tetap
b) Benda Bergerak
Macam-macam kerugian atas harta
a) Kerugian Langsung
b) Kerugian Tidak Langsung
c) Kerugian Net Income
Pendapatan yang menurun
Biaya yang meningkat
2. Kerugian berupa kewajiban kepada pihak ketiga (liability losses) *
3. Kerugian personil (personil losses) *
Kerugian Berupa Kewajiban Kepada Pihak Ketiga (Liability Losses)
Tanggung jawab atas kerugian pihak lain (liability loss exposure) timbul karena adanya
kemungkinan bahwa aktivitas perusahaan menimbulkan kerugian harta atau personil pihak lain
tersebut baik yang disengaja maupun yang tidak.
Jenis tanggung jawab yang sah:
1. Tanggung jawab sipil/perdata*

2. Tanggung jawab umum/ pidana*


Penyebab kerugian:
1. Bahaya Fisik,
2. Bahaya Sosial,
3. Bahaya Ekonomi.
Menghitung Nilai Kerugian
1. Biaya yang sesungguhnya dari harta,
2. Nilai Buku,
3. Nilai taksiran pajak,
4. Biaya memproduksi kembali,
5. Nilai pasar,
6. Biaya penggantian dikurangi dengan penyusutan.

Metode yang
biasa digunakan
oleh pihak
asuransi

Konsep Tanggung Jawab atas Kelalaian


Lalai atau Tort berasal dari Tortus, yang artinya membelit yaitu tingkah laku yang berbelit dan
tidak jujur. Salah/lalai atau tort adalah kesalahan sipil yang dapat diperbaiki dengan tindakan
ganti rugi.
Lalai adalah tindakan tidak sah yang dapat menjangkau apa saja yang tidak terjangkau oleh
hukum pidana. Lalai mencakup tindakantindakan tidak sah yang bukan kejahatan, bukan
pelanggaran hak milik dan sebagainya.
Pembelaan
Pembelaan atau kebebasan tanggung jawab pada prinsipnya hanya dimungkinkan bila
menyangkut tiga hal;
1. Adanya asumsi risiko
2. Membandingkan pengaruh ketidakhati-hatian terhadap kerugian
3. Lembaga-lembaga pemerintahan dan institusiinstitusi yang bersifat social.
Tanggung Jawab yang Berhubungan dengan Perbuatan Orang Lain
1. Tanggung jawab yang timbul karena tindakan karyawannya sendiri,
2. Tanggung jawab yang timbul karena hubungan kontrak/ kerjasama antara pelaku dan
perusahaan.

PRINSIP PENGUKURAN RISIKO

Tujuan Instruksional : Memahami manfaat dari manajemen risiko


Pokok bahasan ini menjelaskan tentang dimensi yang di ukur dari serta hal yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran tersebut
Kompetensi Yang Diharapkan :
Mahasiswa diharapkan mengetahui maksud dari prinsip-prinsip pengukuran risiko
Waktu Pertemuan : 100 menit

Manfaat Pengukuran Risiko


1. Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi,
2. Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh manajer risiko dalam upaya
menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang paling dapat diterima/ paling baik dalam
penggunaan sarana penanggulangan risiko.
Konsep Probabilitas
Probabilitas adalah kesempatan atau kemungkinan terjadinya suatu kejadian.

Dimensi Yang Diukur


1. Besarnya frekuensi kerugian, artinya berapa kali terjadinya suatu kerugian selama satu
periode tertentu
2. Tingkat kegawatan (severity) atau keparahan dari kerugian-kerugian tersebut. Artinya untuk
mengetahui sampai seberapa besar pengaruh dari suatu kerugian terhadap kondisi
perusahaan, terutama kondisi finansialnya.

Dari hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi tersebut paling tidak dapat diketahui:
1. Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran,
2. Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran yang lain naik turunnya
nilai kerugian dari waktu ke waktu.
3. Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian tersebut terutama kerugian yang ditanggung
sendiri (diretensi), jadi tidak hanya nilai rupiahnya saja.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan dimensi pengukuran tersebut,
antara lain:
1. Orang umumnya memandang bahwa dimensi kegawatan dari suatu kerugian potensial lebih
penting dari pada frekuensinya.
2. Dalam menentukan kegawatan dari suatu kerugian potensial seorang manajer risiko harus
secara cermat memperhitungkan semua tipe kerugian yang dapat terjadi terutama dalam
kaitannya dengan pengaruhnya terhadap situasi finansial perusahaan,
3. Dalam pengukuran manajer risiko juga harus memperhatikan orang, harta kekayaan atau
exposures yang lain, yang tidak terkena peril.
4. Kadang-kadang akibat akhir dari peril terhadap kondisi finansial perusahaan lebih parah dari
pada yang diperhitungkan, antara lain akibat tidak diketahuinya atau tidak diperhitungkannya
kerugian-kerugian tidak langsung,
5. Dalam mengestimasi kegawatan dari suatu kerugian penting pula diperhatikan jangka waktu
dari suatu kerugian disamping nilai rupiahnya.

Konsep sample space dan event


Ruang sample (sample space) merupakan sebuah himpunan yang memiliki ketentuan:
1. Tiap unsur dari ruang sampel menyatakan satu kali percobaan.
2. Tiap unsur dari percobaan harus sesuai dengan satu dan hanya satu unsur dari ruang sampel.
Bila sebuah ruang sampel telah di tentukan, suatu peristiwa atau kejadian (event) ialah subhimpunan dari ruang sampel
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Peristiwa A = sub himpunan A dari ruang sample S


Peristiwa B = sub himpunan B dari ruang sampel S
Peristiwa A atau B = A B
Peristiwa A dan B = A B
Peristiwa A mutlak terjadi A = S
Peristiwa A dan B merupakan peristiwa yang saling lepas = A B =

Aksioma Definisi Probabilitas


1. Probabilitas adalah suatu nilai/angka yang besarnya terletak antara 0 dan 1 yang diberikan
pada masing-masing peristiwa.
2. Jumlah hasil penambahan keseluruhan probabilitas dari peristiwa-peristiwa yang mutually
exclusive dalam sampel space adalah 1.
3. Probabilitas suatu peristiwa yang terdiri dari sekelompok peristiwa yang mutually exclusive
dalam satu set (sample space) merupakan hasil penjumlahan dari masingmasing probabilitas
yang terpisah.
Probabilitas Suatu Peristiwa
Bila suatu percobaan dapat menimbulkan sejumlah hasil yang berbeda serta memiliki
kesempatan untuk terwujud yang sama dan bila m dari hasil di atas merupakan peristiwa A maka
probabilitas peristiwa A = (A) = m/n Peristiwa bukan A = (AI ) = = 1- (A)

Contoh :
Dari 6 mata dadu, berapa kemungkinan munculnya mata satu dalam satu kali lemparan ?
Kemungkinan munculnya mata satu dalam satu kali lemparan adalah: 1/6. Sedangkan
probabilitas tidak munculnya mata satu atau munculnya mata yang lain adalah: 1 1/6 = 5/6

CONTOH:
Dari catatan polisi diketahui bahwa jumlah kecelakaan kendaraan bermotor di Kota Banjar
selama tahun 2004 sebanyak 1.000 kali. Dari jumlah tersebut sebanyak 100 merupakan
kecelakaan mobil pribadi dan 900 mobil penumpang umum.
Asumsi dalam probabilitas;
1. Bahwa kejadian atu event tersebut akan terjadi,
2. Bahwa kejadian-kejadian tersebut adalah mutually exlusive, artinya dua peristiwa tidak akan
terjadi secara bersamaan,
3. Bahwa pemberian bobot pada masing-masing peristiwa dalam set adalah positif, sebab
besarnya probabilitas akan berkisar antara 1 dan 0, dimana peristiwa yang pasti terjadi
probabilitasnya 1, sedangkan peristiwa yang pasti tidak terjadi probabilitasnya 0.
Expected Value
Expected Value dari suatu peristiwa dapat ditentukan dengan membuat tabel (tabel binomial)
untuk hasilhasil yang mungkin diperoleh dari menilai masingmasing hasil tersebut berdasarkan
probabilitasnya. Dengan menjumlahkan hasil dari masing-masing peristiwa tersebut akan
diperoleh expected value.
Contoh:
1. Dari 100 rumah di Bandung, terbakarnya satu rumah adalah 37% dan kerugian rata-rata
untuk setiap kebakaran adalah Rp1.000.000,- maka berapa expected value dari kerugian?
2. Keuntungan yang diharapkan Rp10.000.000, probabilitas mendapatkan keuntungan tersebut
80%, berapa expected value-nya?
Penafsiran Tentang Probabilitas/Asas-Asas Menghitung Probabilitas
1. Peristiwa yang saling pilah (Mutually Exclusive Event)
2. Compound Events
Compound events yang bebas (independen)
Compound events bersyarat (Conditional compound events)
3. Peristiwa yang inklusif
1. Peristiwa Yang Saling Pilah (Mutually Exclusive Event)
Dua peristiwa yang saling pilah/lepas bila dan hanya bila ke dua peristiwa tersebut tidak
dapat terjadi saat yang bersamaan .
Teorema (A B) = p (A) + (B) A B = , (A B) = (0) = 0
Contoh:
Probabilitas terjadinya kerugian peristiwa A sebesar Rp1.000.000 adalah 1/10 dan kerugian
peristiwa B sebesar Rp2.500.000 adalah 1/20, maka probabilitas akan terjadinya kerugian
Rp1.000.000 atau Rp2.500.000 adalah??
2. Compound Events

Compound Events adalah terjadinya dua atau lebih peristiwa terpisah selama jangka yang
sama. Metode untuk menentukan suatu Compound Events tergantung pada sifat peristiwa
yang terpisah, apakah merupakan peristiwa bebas atau peristiwa bersyarat.
a) Compound Events yang bebas (independen) dua peristiwa adalah bebas terhadap satu
sama lain, jika terjadinya salah satu tidak ada hubungannya dengan peristiwa yang lain.
Probabilitas terjadinya peristiwa itu serentak (dalam waktu yang sama) adalah sama
dengan hasil perkalian probabilitas masing-masing peristiwa.
Contoh:
Suatu perusahaan memiliki dua gudang. Gudang A di Semarang dan gudang B di
Surabaya. Kemungkinan terjadinya kebakaran gudang A =1/20, dan gudang B =1/40,
tentukan beberapa kemungkinan sebagai berikut:
a. Probabilitas terbakarnya gudang A dan B
b. Probabilitas terbakarnya gudang A dan bukan gudang B
c. Probabilitas tidak terbakarnya gudang A dan terbakarnya gudang B
d. Probabilitas tidak terbakarnya gudang A dan juga gudang B
b) Compound Events bersyarat Merupakan dua peristiwa atau lebih dimana terjadinya
peristiwa yang satu akan mempengaruhi terjadinya peristiwa yang lain. Probabilitas
Compound Events bersyarat dapat dihitung dengan rumus:

3. Peristiwa Yang Inklusif


Peristiwa yang inklusif atau Peristiwa yang tidak lepas (disjoint) adalah peristiwa tidak saling
lepas adalah dua peristiwa atau lebih yang tidak mempunyai hubungan saling pilah dimana
ingin diketahui probabilitas terjadinya paling sedikit satu peristiwa diantara dua atau lebih
peristiwa tersebut.
Teorema :
(A B) = (A) + (B) (A B)

PENANGGULANGAN RISIKO
Tujuan Instruksional : Memahami bagaimana cara menanggulangi risiko
Pokok bahasan ini menjelaskan tentang penanganan risiko dan metode-metode penanganan
Kompetensi Yang Diharapkan :
Mahasiswa diharapkan mengetahui maksud dari penanggulangan risiko
Waktu Pertemuan : 100 menit

Agar risiko yang dihadapi bila terjadi tidak akan menyulitkan bagi yang terkena, maka risikorisiko tersebut harus selalu diupayakan untuk diatasi / ditanggulangi, sehingga ia tidak menderita
kerugian atau kerugian yang diderita dapat diminimumkan.
Ada beberapa cara/metode untuk menangani risiko tersebut. Jeff Wodward berpendapat
bahwa, Metode-metode dimaksud adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Risks avoidance (penghindaran risiko);


Risks reuction (penurunan risiko);
Risks retention (menahan risiko);
Risks sharing (membagi risiko), dan
Risks tranfer (mengalihkan risiko).

To try eliminate risk in business is futile, artinya : sia-sialah untuk mencoba menyingkirkan
risiko dalam bisnis. Risiko merupakan bagian hakikat usaha mengerahkan sumber daya
masa kini untuk mencapai keuntungan di masa depan yang semula diharapkan. Demi
kemajuan, risiko memang harus diterima dan ditangani. Penanganan risiko kini telah
menjadi inti ilmu tersendiri yang dinamakan Risk Management (pengelolaan Risiko).
Namun ini baru dipakai dua dasawarsa terakhir. Hingga kini ilmu tersebut masih dalam taraf
perkembangannya.

Dengan demikian maka penanganan risiko harus dilajutkan dengan pengelolaan agar
mendapatkan suatu kepastian.
Pengelolaan risiko pada pokoknya merupaka proses yang mengandung tahap-tahap
sebagai berikut:
1.

Pengenalan risiko yang dihadapi.

2.

Banyak risiko mudah dikenali atau diidentifikasi . Namun pelbagai risiko


memerlukan penelitian. Seorang pengelola risiko harus mulai dengan membuat
inventarisasi risiko yang dihadapi.

3.

Pengukuran frekuensi dan kehebatan risiko yang di hadapi.

4.

Pengendalian risiko yang dihadapi.

Teknik Pengelolaan Risiko


1.

Pencegahan kerugian, misalnya dengan alat deteksi dan pemadaman kebakaran serta
kelebihan karyawan dalam penggunaannya.

2.

Penyisihan cadangan untuk menampung kerugian yang mungkin terjadi.

3.

Pembuatan anggaran belanja untuk perbaikan kerusakan rutin.

4.

Pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi mendiri.

Cara yang dapat dilakukan (perusahaan) untuk meminimumkan risiko kerugian, antara
lain :
1. Mengadakan pencegahan dan pengurangan terhadap kemungkinan terjadinya peristiwa yang

menimbulkan kerugian, misalnya : membangun gedung dengan bahan-bahan yang anti


terbakar untuk mencegah bahaya kebakaran, memagari mesin-mesin untuk menghindari
kecelakaan kerja, melakukan pemeliharaan dan penyimpanan yang baik terhadap bahan dan

hasil produksi untuk menghindari risiko kecurian dan kerusakan, mengadakan pendekatan
kemanusiaan untuk mencegah terjadinya pemogokan, sabotase dan pengacauan.
2. Melakukan retensi, artinya mentolerir terjadinya kerugian, membiarkan terjadinya kerugian
dan untuk mencegah terganggunya operasi perusahaan akibat kerugian tersebut disediakan
sejumlah dana untuk menanggulanginya (contoh: pos biaya lain-lain atau tak terduga dalam
anggaran perusahaan).
3. Melakukan pengendalian terhadap risiko, contoh : melakukan hedging (perdagangan
berjangka) untuk menanggulangi risiko kelangkaan dan fluktuasi harga bahan baku /
pembantu yang diperlukan.
4. Mengalihkan / memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu dengan cara mengadakan
kontrak pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan asuransi terhadap risiko tertentu,
dengan membayar sejumlah premi asuransi yang telah ditetapkan, sehingga perusahaan
asuransi akan mengganti kerugian bila betul-betul terjadi kerugian yang sesuai dengan
penjanjian.
Tugas dari seorang manajer risiko adalah berkaitan erat dengan upaya memilih dan menentukan
cara-cara / metode yang paling efisien dalam penanggulangan risiko yang dihadapi perusahaan.

ASURANSI
Tujuan Instruksional : Memahami pengertian dari asuransi
Pokok bahasan ini menjelaskan tentang prinsip dasar asuransi
Kompetensi Yang Diharapkan :
Mahasiswa diharapkan mengetahui maksud dari asuransi
Waktu Pertemuan : 100 menit

Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau
bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, properti,
kesehatan dan lain sebagainya mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak dapat
diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit, di mana melibatkan
pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin
perlindungan tersebut.
Istilah "diasuransikan" biasanya merujuk pada segala sesuatu yang mendapatkan perlindungan.

Prinsip Dasar Asuransi


Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu:

Insurable interest

Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara
tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.

Utmost good faith


Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang
material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun
tidak. Artinya adalah: si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala
sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus
memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan yang
dipertanggungkan.

Proximate cause
Suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan
suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang
baru dan independen.

Indemnity
Suatu mekanisme di mana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam
upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat
sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278).

Subrogation
Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar.

Contribution
Hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung,
tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan
indemnity.

STANDAR DALAM PROSES MANAJEMEN RISIKO

Tujuan Instruksional : Memahami standar proses manajemen risiko


Pokok bahasan ini menjelaskan tentang kerangka kerja manejemen risiko
Kompetensi Yang Diharapkan :
Mahasiswa diharapkan dapat menjadi pembelajaran dan sebagai bahan masukan untuk
mempersiapkan industri nasional yang berkualitas, berdaya saing tinggi dan berpotensi dalam
penyiapan komponen/material
Waktu Pertemuan : 100 menit

PROSES MANAJEMEN RISIKO


Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk
strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat digunakan
antara lain mentransfer risiko pada pihak lain, mengindari risiko, mengurangi efek buruk dari
risiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari risiko tertentu.

1. Identifikasi Risiko
Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha.
Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalam manajemen risiko. Salah
satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi

sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:
Brainstorming
Survei
Wawancara
Informasi historis
Kelompok kerja, dll.

2. Analisa Risiko
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran risiko
dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas
terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif
dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur,
namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang
terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik
supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan
terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko
tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk
asset immateriil.
a. Dampak adalah efek biaya, waktu dan kualitas yang dihasilkan suatu risiko

b. Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu risiko, maka kita dapat
mengetahui potensi suatu risiko. Untuk mengukur bobot risiko kita dapat
menggunakan skala dari 1-5 sebagai berikut seperti yang disarankan oleh JISC
infoNet:

3. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
Risk Avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali.
Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial
keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
Risk Reduction Risk Reduction atau Risk Mitigation
Merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun
mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
Risk Transfer
Yatu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi)
maupun hedging.
Risk Deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu
proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
Risk Retention

Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun


mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari
aktivitas.
Penanganan Risiko
High probability, high impact : risiko jenis ini umumnya dihindari ataupun ditransfer.
Low probability, high impact : respon paling tepat untuk tipe risiko ini adalah dihindari.
Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi risiko serta kembangkan contingency plan.
High probability, low impact : mitigasi risiko dan kembangkan contingency plan Low
probability, low impact : efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun biayanya dapat saja
melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini mungkin lebih baik untuk menerima
efek dari risiko tersebut. Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka
perlu dipersiapkan contingency plan seandainya benar-benar terjadi. Contingency plan
haruslah sesuai dan proporsional terhadap dampak risiko tersebut. Dalam banyak kasus
seringkali lebih efisien untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk mengurangi
risiko dibandingkan mengembangkan contingency plan yang jika diimplementasikan
akan lebih mahal. Namun beberapa scenario memang membutuhkan full contingency
plan, tergantung pada proyeknya. Namun jangan sampai tertukar antara contingency
planning dengan re-planning normal yang memang dibutuhkan karena adanya perubahan
dalam proyek yang berjalan.
4. Implementasi Manajemen Risiko
Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka saatnya untuk
mengimplementasikan metode yang telah direncanakan tersebut.
5. Monitoring Risiko
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting
dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko tidaklah berhenti sampai disana
saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan
dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk
selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk
mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko
yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih
akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

MANAJEMEN RISIKO PADA BERBAGAI INDUSTRI

Tujuan Instruksional : Memahami apa saja contoh risiko potensial yang terjadi pada industri
Pokok bahasan ini menjelaskan tentang Identifikasi risiko industri nasional
Kompetensi Yang Diharapkan :
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui pengelolaan risiko
Waktu Pertemuan : 100 menit

Beberapa Contoh Risiko Potensial yang Dapat Terjadi Pada Beberapa Industri Nasional

Berdasarkan pengalaman risiko dari beberapa industri nasional tersebut di atas, maka dapat
dibedakan antara sumber risiko yang berasal dari risiko internal dan risiko eksternal. Risiko
internal berasal/terjadi pada industri nasional itu sendiri sedangkan risiko eksternal berasal dari
luar manajemen industri. Risiko internal merupakan risiko dimana pihak industri nasional dapat
melakukan pengendalian dari dalam misalnya jadwal, proses manufaktur, perkiraan biaya, tugas
dan tanggungjawab personel, ketersediaan Sumber Daya Manusia, keselamatan dan kesehatan
kerja, dan lain-lain. Sedangkan risiko eksternal adalah risiko yang terjadi diluar kendali industri
dan dapat mempengaruhi kinerja pihak industri misalnya tindakan kebijakan pemerintah,
perubahan hukum dan peraturan, alasan politik dan keamanan dalam negeri, persyaratanpersyaratan teknis dan perijinan, perubahan nilai tukar mata uang asing, perubahan harga
material, perubahan suku bunga, ketersediaan bahan baku oleh pemasok, kekurangan energi,
ketersediaan infrastruktur, masalah sosial dan lingkungan, dan lain-lain.
Komitmen, komunikasi, koordinasi, dan kerjasama dari pimpinan puncak industri nasional
dengan para pemangku kepentingan diharapkan dapat meminimalisir atau menghilangkan risiko
serta kerugian yang timbul akibat risiko. Dalam upaya meningkatkan kinerja industri maka perlu
dilaksanakan pengelolaan risiko secara terus menerus.
Berdasarkan pengalaman sistem manajemen risiko dari beberapa industri nasional seperti PT.
Semen Gresik, PT. Krakatau Steel dan lain-lain maka beberapa hal/upaya yang dilakukan untuk
pengembangan manajemen risiko dan peningkatan pengelolaan risiko pada industri antara lain:
1. Melakukan identifikasi, pemetaan, pengukuran, analisis, pengelolaan, pemantauan dan
pengendalian risiko dalam setiap tahap proses kegiatan industri secara berkelanjutan dan
terus menerus.
2. Melakukan pengurangan risiko, pembagian risiko atau pengalihan risiko pada setiap tahap
kegiatan industri untuk meminimalkan atau menghilangkan risiko yang terjadi.
3. Melakukan komitmen, komunikasi, koordinasi, konsultansi dan kerjasama antar manajemen
di dalam industri itu sendiri secara efektif dan efisien terhadap penerapan sistem manajemen
risiko di setiap kegiatan manajemen.
4. Melakukan penerapan sistem manajemen risiko dalam setiap proses kegiatan industri, baik
dalam setiap kebijakan strategis maupun kegiatan operasional.
5. Melakukan review, penyempurnaan dan penerapan kebijakan manajemen risiko dan prosedur
jaminan mutu secara berkala dan terus menerus.

6. Membuat pedoman/panduan manajemen risiko bagi industri nasional yang belum


menerapkan sistem manajemen risiko serta melakukan penyempurnaan pedoman/panduan
manajemen risiko bagi industri yang telah memilikinya.
7. Membuat dan menyempurnakan struktur organisasi manajemen risiko yang menunjukkan
tugas, wewenang dan tanggungjawab antar unit kerja sistem manajemen risiko yang terkait
dengan pengelolaan risiko industri.
8. . Melakukan sosialisasi penerapan manajemen risiko pada seluruh personel di setiap tahapan
proses dan kegiatan bisnis industri.
9. Membuat kontrak jangka panjang dengan pihak industri lokal maupun industri asing untuk
pasokan bahan baku sehingga meminimalkan risiko dan menjamin kelangsungan kebutuhan
bahan baku .
10. Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) dan Sistem Manajemen Lingkungan untuk mencegah kerusakan aset, kebakaran dan
kecelakaan personel.
11. Menjalin komunikasi dan koordinasi dengan sesama industri sejenis dengan berperan aktif
dalam kegiatan asosiasi industri nasional.
12. Menerapkan budaya keselamatan bagi setiap personel di lingkungan industri sehingga risiko
kecelakaan dapat diminimalisir ataupun dihilangkan pada setiap tahap kegiatan industri.
13. Melakukan program manajemen perawatan terhadap seluruh aset industri secara berkala
sehingga dapat dijaga secara optimal serta memelihara SDM yang kompeten dengan
pemberian kompensasi yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
14. Menerapkan budaya risiko dan budaya keselamatan bagi setiap personel sehingga risiko
dapat dihilangkan atau diminimalisir pada setiap tahap kegiatan industri.
15. Melakukan manajemen pengadaan barang atau penyediaan suku cadang secara berkala untuk
mengantisipasi risiko kekurangan barang dan suku cadang.

Dari beberapa contoh risiko potensial yang dapat terjadi pada industri nasional serta beberapa
upaya untuk pengembangan sistem manajemen risiko, maka pengkajian manajemen risiko
pada industri nasional sebaiknya dirinci, dikaji dan diaplikasikan sebagai suatu bagian
integral dari dokumen panduan manajemen risiko khususnya yang terkait dengan program
PLTN di Indonesia sehingga semua sumber risiko industri nasional dapat diidentifikasi dan
diantisipasi seawal mungkin sejak fase pra-konstruksi PLTN. Identifikasi beberapa risiko
potensial yang terjadi pada industri nasional dapat menjadi bahan masukan untuk

mempercepat pembenahan dan restrukturisasi industri nasional yang memiliki daya saing
tinggi dan handal untuk menuju globaliasi pasar bebas dengan persaingan dunia usaha yang
lebih maju sehingga hasil produk/komponen diakui dunia dengan kelas dan standar kualitas
yg memenuhi syarat sehingga mampu bersaing dengan produk luar negeri. Selain itu risiko
potensial yang terjadi pada industri nasional dapat dijadikan pembelajaran dan masukan bagi
para pemangku kepentingan sehingga penyiapan industri untuk dapat ikut berpartisipasi
dalam pembangunan PLTN di Indonesia sudah sejak awal direncanakan dengan baik
sehingga pada saat pembangunan PLTN, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dapat
meningkat dan hasil produk industri sesuai dengan mutu yang dipersyaratkan oleh
spesifikasi, kode dan standar PLTN.

Anda mungkin juga menyukai