Pengukuran resiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya resiko yang akan terjadi.
Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya resiko yang dihadapi perusahaan, kemudian
bisa melihat dampak dari resiko terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa melakukan
prioritisasi resiko, resiko yang mana yang paling relevan.
Pengukuran resiko merupakan tahap lanjutan setelah pengidentifikasian resiko. Dimana
pengidentifikasian risiko pada dasarnya merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan
berkesinambungan untuk menemukan/mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya
kerugian yang potensial yang dihadapi/mengancam perusahaan.
Konsep Probabilitas
Pengukuran kerugian baik dari dimensi frekuensi dan kegawatan berhubungan dengan
kemungkinan (probabilitas) dari kerugian potensiil tersebut. Untuk melakukan analisa terhadap
kemungkinan dari suatu kerugian potensiil perlu memahami prinsip dasar teori probabilitas.
Probabilitas adalah kesempatan atau kemungkinan terjadinya suatu kejadian/ peristiwa.
a. Konsep “sample space” dan “event”
Sample Space (Set S) merupakan suatu set dari kejadian tertentu yang diamati. Misalnya:
jumlah kecelakaan mobil di wilayah tertentu selama periode tertentu. Suatu Set S bisa terdiri dari
beberapa segmen (sub set) atau event (Set E). misalnya : jumlah kecelakaan mobil di atas terdiri
dari segmen mobil pribadi & mobil penumpang umum.
Untuk menghitung secara cermat probabilitas dari kecelakaan mobil tersebut masing-
masing Set E perlu diberi bobot. Pembobotan tersebut biasanya didasarkan pada bukti empiris
dari pengalaman masa lalu. Misalnya : untuk mobil pribadi diberi bobot 2, sedang untuk mobil
penumpang umum diberi bobot 1, maka probabilitas dari kecelakaan mobil tersebut dapat
dihitung dengan rumus:
a. bila tanpa bobot : P (E) = E/S
b. bila dengan bobot : P (E) =
Keterangan : P (E) = probabilitas terjadinya event.
E = sub set atau event
S = sample space atau set
W = bobot dari masing-masing event
Contoh:
Dari catatan polisi diketahui bahwa jumlah kecelakaan kendaraan bermotor di Tasikmalaya
selama tahun 2004 sebanyak 1.000 kali. Dari jumlah tersebut sebanyak 100 merupakan
kecelakaan mobil pribadi dan 900 mobil penumpang umum. (Untuk mobil pribadi diberi bobot 2,
sedangkan untuk mobil penumpang umum diberi bobot 1.
Probabilitas terjadinya kecelakaan mobil pribadi adalah:
100 1
a. tanpa Bobot = = = 10%
1000 10
2 ×100 2
b. bila dengan bobot =
(2 ×100)+(1 ×900)
= = 18,18 %
11
d. Sifat probabilitas
Probabilitas adalah merupakan aproksimasi. Sebab sangat jarang sekali terjadi atau bahkan
tidak mungkin kita dapat mengetahui besarnya probabilitas secara mutlak (pasti sama dengan
kenyataan). Yang kita dapatkan hanyalah suatu perkiraan, yang mungkin benar dan mungkin
juga tidak.
Jadi apa yang kita dapatkan dari suatu penelitian atau perhitungan berdasarkan definisi
probabilitas adalah merupakan ekspresi, yaitu sebagai prosentase total exposure dalam rangka
mendapatkan estimasi empiris dari probabilitas. Maka dari itu probabilitas dari sudut empiris
dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang, yang dinyatakan dalam
prosentase.
Misalnya : apabila suatu event telah terjadi x kali dari jumlah n kasus dari kemungkinan
terjadinya event tersebut, maka probabilitas empirisnya adalah : x/n. Namun probabilitas
tersebut adalah menggambarkan data historis (apa yang telah terjadi). Sedang kegunaannya
untuk meramalkan kejadian/eventyang akan datang merupakan approksimasi/perkiraan saja;
kecuali bilaevent tersebut akan dengan sendirinya berulang persis seperti masa lalu. Suatu situasi
yang tampaknya sangat mustahil.
Selanjutnya perlu disadari bahwa untuk probabilitas, misalnya 2/5, tidaklah berarti bahwa
kejadiannya adalah sama apabila kasus atau jumlahexposure/percobaannya kecil. Hal itu hanya
akan terjadi apabila n nya sangat besar atau mendekati tak terhingga (hukum bilangan besar),
dimana x/n akan dapat menghasilkan probabilitas empiris yang hampir tepat.
e. Event yang indefendent dan acak
Suatu konsep yang sangat penting dalam probabilitas dan penerapannya dalam asuransi
adalah berkenaan kejadian/event yang sifatnya berdiri sendiri atau independent. Artinya hasil
dari suatu event dalam sekelompok kemungkinan event tidak akan mempengaruhi penilaian
tentang probabilitas dari event yang lain.
Hal itu berlaku pula bagi percobaan, dimana hasil dari sejumlah percobaannya juga dapat
dianggap independent. Dalam kasus ini sample space nya adalah serangkaian percobaan
(Succesive trials) dan hasilnya merupakan akibat yang dapat terjadi pada masing-masing
percobaan.
Di samping itu event dalam suatu percobaan haruslah terjadi secara acak, artinya masing-
masing event mempunyai kesempatan atau probabilitas yang sama.
Prinsip keacakan dan ketidak-tergantungan event mempunyai peranan yang sangat penting
dalam asuransi, sebab :
Underwriter/perusahaan asuransi akan berusaha untuk mengklasifikasikan unit-
unit exposures ke dalam kelompok-kelompok, dimana kejadian/kerugian dapat dianggap
sebagai event yangindependent. Dimana dengan cara ini maka jumlah pembebanan yang
sama kepada masing-masing anggota kelompok dapat dijustifikasi karena masing-masing
kelompok menyadari bahwa besarnya kemungkinan terjadinya kerugian adalah sama,
baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
Suatu jenis kerugian mungkin dapat diterima dua kali atau lebih oleh individu yang sama
Daftar Pustaka
http://sule-epol.blogspot.com/2018/10/makalah-pengukuran-resiko.html
http://myblognophy.blogspot.com/2014/04/manajemen-risiko.html
Disusun Oleh :
7I – Manajemen
UNIVERSITAS PAKUAN
FAKULTAS EKONOMI
2019