Anda di halaman 1dari 27

V.

PENGUKURAN RESIKO
AGRIBISNIS
Pertanyaan besar
apabila risiko sudah
dapat diidentifikasi,
apakah risiko
tersebut bisa diukur?
Evaluasi dan pengukuran resiko

Tujuan evaluasi risiko adalah memahami karakteristik


risiko dengan lebih baik.
Jika kita memahami risiko dengan lebih baik, maka
risiko akan lebih mudah dikendalikan.
1. Mempelajari karakteristik risiko
2. Melakukan pengukuran terhadap risiko
(mengembangkan ukuran besar kecilnya risiko)
3. Mengukur dampak risiko tersebut terhadap
organisasi
4. Evaluasi dan pengukuran risiko bisa digunakan
untuk melakukan prioritisasi risiko
Pengertian
Pengukuran resiko adalah usaha untuk mengetahui
besar/kecilnya resiko yang akan terjadi.
Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya resiko yang
dihadapi perusahaan, kemudian bisa melihat dampak dari
resiko terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa melakukan
prioritisasi resiko, resiko yang mana yang paling relevan.

Pengukuran resiko merupakan tahap lanjutan setelah


pengidentifikasian resiko.
Dimana pengidentifikasian risiko pada dasarnya merupakan
kegiatan analisis secara sistematis dan berkesinambungan untuk
menemukan/mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan
terjadinya kerugian yang potensial yang dihadapi/mengancam
perusahaan.
Manfaat Pengukuran
Resiko
· Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu
risiko yang dihadapi.
· Untuk mendapatkan informasi yang sangat
diperlukan oleh Manajer Risiko dalam upaya
menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang
paling dapat diterima/paling baik dalam penggunaan
sarana penanggulangan risiko.
Untuk memulai mengukur risiko, maka perlu
diketahui dimensi apa saja yang akan diukur
Dimensi (bagian) yang harus diukur:

1. Frekuensi atau jumlah kejadian yang akan terjadi


Besarnya kemungkinan kejadian artinya berapa besar kemungkinan suatu peristiwa
(event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) yang
dapat menimbulkan risiko dapat terjadi dalam suatu periode.

2. Keparahan dari kerugian


Besarnya kerugian bila suatu risiko terjadi, artinya berapa besar kerugian yang diderita
bila suatu risiko terjadi. Jadi dalam hal ini tingkat kegawatan (reverity) atau keparahan
dari kerugian-kerugian tersebut, sampai seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi
perusahaan, terutama kondisi finansialnya. Dari hasil pengukuran yang mencakup dua
dimensi (bagian) tersebut paling tidak diketahui:
Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran.
Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran yang lain naik-
turunnya nilai kerugian dari waktu ke waktu.

3. Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian


Yaitu kerugian yang ditanggung sendiri (diretensi), jadi tidak hanya nilai rupiahnya saja.
Frekuensi dan
Keparahan
Dari hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi (bagian)
tersebut paling tidak diketahui:
· Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode
anggaran.
· Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke
periode anggaran yang lain naik-turunnya nilai kerugian dari
waktu ke waktu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan pengukuran dimensi
(bagian) Dampak tersebut, antara lain:
1. Orang umumnya memandang bahwa dimensi kegawatan dari suatu
kerugian potensial lebih penting dari pada frekuensinya atau jumlah kejadian
yang akan terjadi.
2. Dalam menentukan kegawatan dari suatu kerugian potensial seorang
Manajer Risiko harus secara cermat memperhitungkan semua tipe kerugian
yang dapat terjadi, terutama dalam kaitannya dengan pengaruhnya terhadap
situasi finansial perusahaan.
3. Dalam pengukuran kerugian Manajer Risiko juga harus memperhatikan
orang, harta kekayaan atau exposures yang lain, yang tidak terkena peril (Suatu
peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab
langsung kerugian).
4. Kadang-kadang akibat akhir dari peril (Suatu peristiwa (event) yang
kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) terhadap
kondisi finansial perusahaan lebih parah dari pada yang diperhitungkan, antara
lain akibat tidak diketahuinya atau tidak diperhitungkannya kerugian-kerugian
tidak langsung.
5. Dalam mengestimasi kegawatan dari suatu kerugian penting pula
diperhatikan jangka waktu dari suatu kerugian, di samping nilai rupiahnya.
Mengukur resiko
Signifikasi suatu risiko individu maupun portofolio dapat disimpulkan
atau diketahui dalam melakukan pengukuran terhadap dimensi
risiko yaitu:
1. Kuantitas risiko adalah jumlah kerugian yang mungkin muncul
dari terjadinya risiko,
2. Kualitas risiko yaitu probabilitas dari kualitas risiko yaitu
probabilitas dari terjadinya risiko.
Yang akan diketahui dari pengukuran risiko adalah:
1) nilai rata-rata dari kerugian selama satu periode anggaran,
2) mengetahui variasi nilai kerugian satu periode anggaran
ke periode anggaran lain,
3) mengetahui dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian
tersebut terutama kerugian yang ditanggung sendiri.
Jenis Pengukuran
1. Pengukuran Kegawatan Kerugian
Untuk mengetahui berapa besarnya nilai kerugian, yang
selanjutnya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap kondisi
perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
· Kemungkinan kerugian maksimum dari setiap peril
(Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS
atau penyebab langsung kerugian).
· Probalilitas kerugian maksimum dari setiap peril (Suatu
peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau
penyebab langsung kerugian ).
· Keseluruhan (aggregat) kerugian maksimum setiap
tahunnya
Jenis Pengukuran
2. Pengukuran Frekuensi Kerugian
Untuk mengetahui berapa kali suatu jenis peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau penyebab
langsung kerugian) dapat menimpa suatu jenis objek yang bisa terkena peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya
menimbulkan LOSS atau penyebab langsung kerugian) selama suatu jangka waktu tertentu, yang umumnya satu tahun.
Maka yang perlu diperhatikan yaitu :
· Beberapa jenis kerugian yang dapat menimpa suatu objek.
· Beberapa jenis objek yang dapat terkena suatu jenis kerugian
Berdasarkan dimensi frekuensinya ada empat kategori kerugian :
· Almost (hampir nihil atau tidak ada)
· Slight (sedikit hampir tidak ada)
· Moderate (sedikit ada)
· Definite (pasti ada)
Dalam mengukur besarnya suatu risiko sebaiknya menggunakan ukuran Rupiah (satuan uang). Dari hasil pengukuran resiko
tersebut maka kerugian yang menimpa seseorang atau perusahaan dapat dikategorikan dengan skala sebagai berikut:
1 = Kerugian sangat kecil
2 = Kerugian kecil
3 = Kerugian menengah
4 = kerugian besar
5 = kerugian sangat besar
Pada setiap kejadian yang merugikan, biasanya ada dampak yang langsung dan dampak yang tidak langsung.
Untuk mengukur kerugian langsung yang ditimbulkan oleh suatu kejadian yang merugikan ada beberapa konsep yang dapat
digunakan, yaitu antaranya nilai perolehan. Selanjutnya untuk mengukur kerugian tidak langsung antara lain adanya
tambahan biaya misalnya berupa biaya sewa dan berkurangnya pendapatan. Sebagian kerugian langsung sangat sulit
untuk ditentukan.
Tekhnik Pengukuran
Resiko

1. Pengukuran resiko dengan


distribusi probabilitas (kemungkinan)
2. Standar deviasi
3. Sensitivitas Resiko
1. Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas (kemungkinan
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan
dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang
spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan
dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak
mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti. Konsep probabilitas yaitu
dengan konsep mengenai “sample space”(lingkup kejadian) dan event suatu
kejadian atau peristiwa. Sample Space (Set S) merupakan suatu set dari kejadian
tertentu yang diamati.

Misalnya : jumlah kecelakaan mobil di wilayah tertentu selama periode tertentu. Suatu
Set S bisa terdiri dari beberapa segmen (sub set) atau event (Set E). misalnya : jumlah
kecelakaan mobil di atas terdiri dari segmen mobil pribadi & mobil penumpang
umum.
Seberapa besar kemungkinan (probabilitas) risiko akan terjadi. Ada 5 (lima) kategori
probabilitas risiko:
1. Paling kecil kemungkinan terjadinya (very rare);
2. Jarang (rare);
3. Mungkin (possible);
4. Sangat mungkin (likely); dan
5. Hampir pasti (almost certain).
1. Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas (kemungkinan)
Untuk menghitung secara cermat probabilitas dari kecelakaan mobil tersebut masing-masing Set E perlu diberi
bobot. Pembobotan tersebut biasanya didasarkan pada bukti empiris dari pengalaman masa lalu. Misalnya : untuk mobil
pribadi diberi bobot 2, sedang untuk mobil penumpang umum diberi bobot 1, maka probabilitas dari kecelakaan mobil
tersebut dapat dihitung dengan rumus:
a. Bila tanpa bobot : P (E) = E/S
b. Bila dengan bobot : P (E) = W (E)
W (S)
Keterangan : P (E) = probabilitas terjadinya event.
E = sub set atau event
S = sample space atau set
W = bobot dari masing-masing event
Contoh :
Dari catatan polisi diketahui jumlah kecelakaan mobil di Bandung selama tahun 2000 sebanyak 10.000 kali. Dari jumlah
tersebut, 1000 menimpa mobil pribadi dan 9000 menimpa mobil penumpang umum.
Dengan demikian probabilitas terjadinya kecelakaan mobil pribadi adalah :
a. Tanpa bobot P (E) = 1000/10.000 = 0,1 = 10 %
b. Dengan bobot, mobil umum dengan bobot 1, mobil pribadi dengan bobot 2
P (E) = 1,818 = 18,18 % = 2000/11.000
(2000+9000)
(2x1000) + (1X9000)
2. Cara mengukur risiko
dengan simpangan baku
(standard deviation)
• Ukuran simpangan baku (standard deviation) yang
menggambarkan rata-rata perbedaan
penyimpangan atau kecenderungan. Semakin
bervariasi hasil (return) maka semakin besar risiko.
• Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat
bagi pengambil keputusan khususnya dalam
memilih salah satu alternatif dari beberapa
kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko
yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk
setiap return yang diperoleh
• Ukuran risiko yang telah membandingkan alternatif
dari beberapa kegiatan usaha dengan satuan
yang sama.
Cara mengukur Resiko
1. Standar deviasi
Standar deviasi adalah mengukur besarnya
penyimpangan dari nilai ekspektasinya. Semakin tinggi
standar deviasi, semakin tinggi ketidakpastian atau
risiko semakin besar. Sebagai contoh, sebuah saham
yang memiliki standar deviasi tinggi mengalami resiko
yang lebih tinggi.
Cara mengukur resiko
• Ukuran simpangan baku (standard deviation) yang
menggambarkan rata-rata perbedaan
penyimpangan atau kecenderungan. Semakin
bervariasi hasil (return) maka semakin besar risiko.
• Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat
bagi pengambil keputusan khususnya dalam
memilih salah satu alternatif dari beberapa
kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko
yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk
setiap return yang diperoleh
• Ukuran risiko yang telah membandingkan alternatif
dari beberapa kegiatan usaha dengan satuan
yang sama.
Mencari ukuran risiko absolut
menggunakan ragam (variance),
serta nilai simpangan baku (standard
deviation)
yang diukur dari akar kuadrat dari nilai
variance
Mencari ukuran risiko relatif menggunakan nilai koefisien
variasi (coefficient variation), Kriteria penilaian apabila nilai
koefisien variasi (KV) ≤ 1, maka usahatani yang
dianalisis memiliki risiko kecil

Cara mengukur resiko
Ukuran simpangan baku (standard deviation) yang menggambarkan
rata-rata perbedaan penyimpangan atau kecenderungan. Semakin
bervariasi hasil (return) maka semakin besar risiko.
• Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil
keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa
kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari
setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh
• Ukuran risiko yang telah membandingkan alternatif dari beberapa
kegiatan usaha dengan satuan yang sama.
• Pengukuran risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard
deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak
mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang
diharapkan (expected return).
• Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu
kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan
yang
sama.
Pengukuran resiko dengan stanfar deviasi
Coefficient variation merupakan ukuran risiko yang dapat
membandingkan dengan satuan yang sama dengan
mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return
yang diperoleh baik berupa risiko pendapatan, produksi atau
harga.
Risiko produksi, biaya, dan pendapatan dapat dilakukan secara
kuantitatif dengan menggunakan koefisien variasi dengan
rumus sebagai
berikut:
Contoh perhitungan resiko produksi
dengan koevisien variasi
Keterangan:
KV = Koefisien variasi
S = varian = σ2
σ = Standar deviasi (simpangan baku)
Xr = Nilai rata-rata

Nilai KV ≤ 0.5, usahatani yang dianalisis memiliki risiko kecil


Nilai 0.5 < KV ≤ 1, usahatani yang dianalisis memiliki risiko
sedang
Nilai KV > 1, usahatani yang dianalisis memiliki risiko besar.
Tekhnik Pengukuran
Resiko
3. Sensitivitas Resiko
Diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur
(obyek yang rentan terhadap resiko) terhadap
perubahan faktor penentu.
Tekhnik Pengukuran Resiko

4. Sensitivitas Resiko
Mengukur penyimpangan target sebagai akibat pergerakan satu unit
variabel. Atau dengan kata lain, seberapa sensitif suatu eksposur apabila
factor penentu mengalami perubahan.
Misalnya :
et = 1,2 + 0,8 ∆ it di mana:
et = perubahan yang terjadi akibat
∆ it = perbedaan nilai variabel
0,8 = koefisien yang merupakan sensitivitas dalam persamaan ini.

Untuk menggunakan sensitivitas sebagai ukuran risiko, kita perlu menetapkan


paling tidak dua variabel, yakni
(a) Variabel dependen à yg diukur tingkat risikonya
(b) Variabel independen à yg bisa mempengaruhi munculnya risiko
Tugas Mandiri
1. Jelaskan tujuan evaluasi resiko
2. Jelaskan pengertian pengukuran resiko
3. Jelaskan manfaat pengukuran risiko
4. Jelaskan demensi (bagian) yang pengukuran risiko
5. Jelaskan pengukuran risiko dengan distribusi probabilitas
6. Jelaskan pengukuran risiko dengan simpangan baku
(deviasi standart)
7. Jelaskan pengukuran risiko dengan sensitivitas
8. Kerjakan soal berikut ini, ukurlah risiko pendapatan
usahatani berdasarkan standar deviasi
Tugas Contoh : Hitunglah resiko
pendapatan usahatani berikut

Anda mungkin juga menyukai