MODUL A
KESEIMBANGAN GAYA
KELOMPOK 4
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
I. POLIGON GAYA
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk menguji bahwa beberapa gaya yang berada dalam kondisi seimbang memenuhi
persamaan :
Σ Px = Σ Py = Σ M
dan gaya-gaya tersebut dapat digambarkan dalam polygon gaya tertutup dimana sisi-
sisi polygon tersebut mewaikili gaya-gaya, termasuk besar dan arahnya.
B. TEORI DASAR
Desain suatu struktur benda didasarkan atas berat dari struktur itu sendiri dan gaya-
gaya yang bekerja pada struktur serta gerakan yang mempengaruhi struktur tersebut.
Umumnya pada desain struktur tidak terdapat gerakan dan struktur berada pada
keseimbangan statik.
Maka, gaya-gaya dalam keseimbangan harus memenuhi dua persamaan, yaitu resultan
dari semua gaya harus nol (0) dan momen di semua titik harus nol (0). Dalam
persamaan matematis kondisi ini dapat digambarkan sebagai :
Σ Px = 0 Σ Py = 0 Σ Pz = 0
Σ Mx = 0 Σ My = 0 Σ Mz = 0
Σ Px = 0 Σ Py = 0 Σ Mz = 0
C. TEORI TAMBAHAN
Hukum Newton
1. Hukum Newton 1
Jika resultan gaya yang bekerja pada benda yang sama dengan nol,
maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula
bergerak lurus beraturan akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap.
2. Hukum Newton 2
3. Hukum Newton 3
Jika suatu benda memberikan gaya pada benda lain maka benda yang
dikenai gaya akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang
di terima dari benda pertama tetapi arahnya berlawanan.
2. Gaya Berat
3. Berat Sejenis
D. PERALATAN
1. Papan gaya
2. Katrol tunggal
3. Katrol ganda
4. Tali
5. Penggantung beban
6. Selotip / isolasi
E. CARA KERJA
a. Gaya Konkuren
1. Melubangi pusat kertas A1 (perpotongan diagonal) dengan diameter lubang 6
mm.
2. Melepaskan centre peg (pasak) dan memasang kertas pada papan bidang gaya
dan memasang kembali centre peg (pasak) melalui lubang yang telah tersedia.
3. Menggunakan cincin tunggal dan 6 tali beban kemudian pasang masing-masing
tali pada katrol-katrol 3 tali pada katrol sebelah kiri dan lainnya pada katrol di
sebelah kanan.
4. Menggantungkan penggantung beban pada tali.
5. Menambahkan beban pada panggantung dan memerhatikan bagaimana tali-tali
tersebut bergerak membentuk keseimbangan baru setiap kali beban ditambah.
6. Setelah didapatkan keseimbangan, menggambar posisi gaya-gaya tersebut pada
kertas gambar dan tulis besar bebannya (termasuk berat penggantung).
b. Gaya Non Konkuren
P1 0,5 49 1
P2 1,4 18 4
P3 1,4 21 3
P4 0,7 43 2
P1 0,6 52 1
P2 1,5 22 4
P3 1,5 23 3
P4 0,8 59 2
G. PENGOLAHAN DATA
a. Gaya Konkuren
Σ -0,16 -0.09
= | 0 – (-0,16) | x 100%
= 16%
= | 0 – (-0,09)| x 100%
=9
= | 0 – (-0,04) | x 100%
= 4%
= | 0 – (-0,01)| x 100%
= 1%
= | 0 – (0,0247)| x 100%
= 2,47%
= | 0 – (0,013)| x 100%
= 1,3%
H. ANALISIS
1. Analisis Percobaan
Pada Modul A Keseimbangan Gaya bagian poligon gaya bertujuan untuk menguji bahwa
beberapa gaya yang berada dalam kondisi seimbang memenuhi persamaan :
Σ Px = Σ Py = Σ M
dan gaya-gaya tersebut dapat digambarkan dalam polygon gaya tertutup dimana sisi-sisi
polygon tersebut mewaikili gaya-gaya, termasuk besar dan arahnya.
Terdapat dua percobaan pada bagian poligon gaya , yaitu percobaan gaya
konkuren dan gaya non konkuren.
Gaya Konkuren adalah gaya yang bekerja berpotongan pada satu titik,
sedangkan gaya non konkuren adalah gaya-gaya yang garis kerjanya tidak
melalui sebuah titik.
1.1 Percobaan Gaya Konkuren
Pada percobaan Gaya Konkuren, hal yang pertama praktikan lakukan adalah
melubangi pusat kertas A1 (perpotongan diagonal) sebagai penanda pusat gaya.
Langkah selanjutnya, praktikan memasang cincin tunggal dan empat tali beban
yang terdiri dari dua tali panjang dan pedek kemdian praktikan memasang tali
tersebut pada katrol yang tersedia. Pada tiap katrol terdapat satu tali panjang dan
satu tali pendek. Tali panjang berfungsi untuk menarik beban ke atas dan tali
pendek berfungsi untuk menarik beban ke bawah. Pemasangan tali berfungsi
untuk memproyeksikan gaya-gaya yang terjadi pada percobaan. Gaya-Gaya yang
terproyeksi yaitu gaya horizontal dan gaya vertikal.
Setelah itu, praktikan memasang penggantung beban pada tali sebagai tempat
menaruh beban yang akan menimbulkan gaya. Langkah kelima, Praktikan
menambahkan beban pada penggantung, praktikan melakukan beberapa kali
percobaan hingga yaitu (1,4 N) tali pendek bagian kiri , ( 0,7 N) tali panjang
bagian kiri, ( 0,5 N) tali panjang bagian kanan, (1,4 N ) tali pendek bagian kanan
beban tersebut sudah termasuk beban penggantung agar cincin tunggal berada di
pusat gaya . Terakhir, praktikan menggambar posisi gaya pada kertas gambar dan
menulis besar beban ditambahkan berat penggantung.
Sehingga didapatkan nilai P1x dan P1y sebesar (0,32 N dan 0,37 N) di
kuadran 1, nilai P2x dan P2y sebesar ( 1,33 N dan -0,43 N ) di kuadran 4,
nilai P3x dan P3y sebesar ( -1,3 N dan 0,5 N) di kuadran 3 serta nilai P4x
dan P4y sebesar ( -0,51 N dan -0,47) di kuadran 2.Nilai dari resultan gaya
didapatkan dengan menjumlahkan gaya-gaya yang berkerja pada tiap
sumbu gaya. Besar resultan gaya yang berkerja pada sumbu x yaitu -0,16 N
( gaya bergerak ke sumbu y positif) dan Resultan gaya yang berkerja pada
sumbu y yaitu -0,09 N ( gaya bergerak ke sumbu y negatif).
Gaya-gaya yang bekerja pada tali tersebut selanjutnya digambarkan hingga
membentuk poligon tertutup yang saling berkejar-kejaran. Namun, Pada
percobaan gaya konkuren tidak didapatkan bentuk poligon tertutup yang
saling berkejar-kejaran. Hal tersebut akan dijelaskan pada analisis
kesalahan
4. Analisis Kesalahan
Pada percobaan poligon didapatkan kesalahan percobaan yang terjadi pada
percobaan gaya konkuren dan non konuren. Kesalahan tersebut diakibatkan
oleh momen gaya yang didapatkan tidak sama dengan nol. Pada percobaan
gaya konkuren didapatkan kesalahan relatif sebesar :
Kesalahan Literatur ∑Px sebesar 16%
Kesalahan Literatur ∑Py sebesar 9%.
I. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum gaya konkuren dan gaya non konkuren adaalah :
1. Dalam Hukum Kesetimbangan, Untuk membuat gaya-gaya menjadi setimbang
jumlah dari Momen Gaya harus sama dengan nol. Namun, pada percobaan
Konkuren dan Non Konkuren tidak didapatkan jumlah momen gaya sama dengan
nol.
2. Gaya-gaya yang berkerja pada garis kerja saat diproyeksikan seharusnya
membentuk poligon gaya tertutup yang saling berkejar-kejaran. Namun,pada
percobaan ini tidak di dapatkan bentuk poligon tertutup.
REFERENSI
1. Pedoman Praktikum Statika Universitas Indonesia
3 GAYA-GAYA SEJAJAR DAN TEGAK LURUS
A. TUJUAN PRAKTIKUM
B. TEORI DASAR
Kasus kedua terjadi ketika 2 (dua) buah gaya paralel, sama besar tetapi berlawanan
arah bekerja pada struktur yang beratnya dapat diabaikan.
Pv Pv
M Pb Pb
Pv Pv
C. TEORI TAMBAHAN
Benda tegar : elemen yang tidak berubah bentuk.
a. Kopel
Kombinasi 2 buah gaya yang sama besar, garis aksi sejajar arah saling
berlawanan.
b. Momen
Kecendurungan suatu gaya untuk memutar benda tegar sekitar sebuah
sumbudiukur oleh momen gaya terhadap sumbu tersebut.
Misal :Momen M A dari suatu gaya F terhadap suatu sumbu melalui A
atau momen Fterhadap A, didefinisikan sebagai : perkalian besar gaya F
dengan jarak tegaklurus d dari A ke garis aksi F.
MA= F.d
Satuan dalam SI adalah: Nm atau Nmm
c. Penjumlahan Kopel
Momen yang terjadi jika P + S = RM = (P + S) p = Pp + Sp = R.p
Dua kopel dapat diganti dengan kopel tunggal yang momennya sama
dengan jumlahaljabar dari kedua momen semula.Kedua gaya pada garis
aksi yang sama dapat langsung dijumlahkan untuk mencarimomen.
d. Teorema Varignon
Momen sebuah gaya terhadap setiap sumbu, sama dengan jumlah
momenkomponen gaya (Fx, Fy), terhadap sumbu yang
bersangkutan.Momen dihitung dengan cara mengalikan gaya jarak
terhadap satu pusat
momen.Gaya harus tegak lurus terhadap sumbu momen. Jika tidak tegak
lurus, maka harus dicari komponen gaya tegak lurus, baik Fx maupun
Fy.
Konsep Keseimbangan
Suatu partikel dalam keadaan keseimbangan jika resultan semua gaya
yang bekerja pada partikel tersebut nol.
Jika pada suatu partikel diberi 2 gaya yang sama besar, mempunyai garis gaya
yang sama dan arah berlawanan, maka resultan gaya tersebut adalah NOL. Hal
tersebut menunjukkan partikel dalam keseimbangan.
Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya–gaya yang
bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan
nol dan Sistem tidak mempunyai resultan gaya serta resultan kopel.
Syarat keseimbangan suatu benda tegar secara analitis adalah :
(i) jumlah gaya arah x = 0 (∑Fx = 0 )
(ii) jumlah gaya arah y = 0 (∑Fy = 0 )
(iii) (iii) jumlah momen M= 0 (∑M = 0 )
Dari persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa benda tidak bergerak dalam arah
translasi atau arah rotasi (diam).
D. PERALATAN
a. Alat 1 b. Alat 2
6. Tali
7. Penggantung beban
8. Klip papan
9. Cincin
10. Cincin gand
a. Gaya-gaya paralel
2. Melepas centre peg (pasak) dan pasang kertas pada papan bidang gaya dan
pasan kembali centre peg (pasak) melalui lubang yang tersedia.
3. Mengambil salah satu rangka batang dan letakkan lubang pusat gravitasi di atas
pasak tengah papan gaya.
4. Memasang tali di lokasi reaksi perletakan pada katrol.
5. Menggunakan dua katrol ganda secara vertical di atas setiap ujung rangka
batang untuk mengetahui reaksi dan gantung beban langsung dari bawah
rangka batang pada lubang yang telah tersedia. Penggantung beban ikut
dihitung sebagai bagian dari keseluruhan beban sedangkan tali penggantung
diabaikan beratnya.
6. Menggantungkan beban ke rangka batang dan tambahkan beban ke setiap tali
pengimbang reaksi sehingga :
(a) Rangka batang horizontal.
(b) Lubang pusat gravitasi tepat di tengah pasak tengah / centre peg.
Pada kondisi ini rangka batang akan seimbang, mengambang bebas akibat reaksi
vertikal dan gaya yang bekerja padanya.
7. Membaca dan catat beban total termasuk penggantung dan reaksinya.
8. Mengulangi percobaan dengan beban berbeda diletakkan di lubang sambungan
yang berbeda atau dengan rangka batang lainnya.
1. Mengganti Kertas gambar pada papan gaya dan pasang kembali pasak tengah/
cetre peg.
2. Memasang lempengan bulat dengan lubang tengahnya di atas pasak tengah dan
pasang pengimbang degan pengait sambungan yang tersedia.
Pilih 2 (dua) pasang lubang yang segaris dan berlawanan arah pada lempeng
dan pasang pengait pada kedua lubang tersebut.
5. Mencatat arah dari Gerakan lempeng dan memutuskan arah untuk pasangan
beban yang sama besar dan berlawanan arah seperti B1 dan B2. Awalnya gaya-
gaya A vertical dan gaya-gaya B horizontal.
6. Menambahkan beban yang sama beberapa Newton ke penggantung beban
vertikal
7. Kemudian menyeimbangkan lempeng dengan menambah beban-beban yang
sama kepenggantung beban horizontal. Lempeng akan menggantung bebas di
sekitar pasak tengah dan stabil ketika kesetimbangan tercapai.
F. DATA PENGAMATAN
Gambar 2.3 Data Gaya-Gaya Sejajar dan Tegak Lurus
Titik A Titik B
P1 1,3 47 1 10 25 10 5
P2 0,9 18 4 0 30 0 0
P3 1,3 21 3 0 0 0 30
P4 0,9 58 2 10 5 10 25
Jarak Jarak
G. PENGOLAHAN DATA
= | 0 – (-0,04) | x 100%
= 5%
= | 0 – (-0,01)| x 100%
= 9,9%
= | 0 – (6,37)| x 100%
= 6,37%
= | 0 – (27,3)| x 100%
= 27,3%
–P4y(5)
ΣMb = P1x(10) + P1y (5) + P2x (0) + P2y(0) + P3x (0) + P3y (30) + P4x(10) +
P4y(25)
H. ANALISIS
Analisis Percobaan
Pada praktikum gaya-gaya sejajar dan tegak lurus bertujuan untuk memeriksa apakah
keseimbangan dapat terwujud ketika gaya-gaya paralel bekerja pada struktur.
Langkah pertama pada praktikum gaya-gaya sejajar dan tegak lurus yaitu praktikan
melubangi pusat kertas A1 (perpotongan diagonal) dengan diameter lubang sebesar
6mm. Lubang tersebut berfungsi sebagai pusat gaya yang bekerja. Selanjutnya,
praktikan memasangkan tali pada katrol yang terdiri dari dua buah tali panjang dan dua
buah tali pendek. Tali panjang berfungsi untuk menarik beban keatas dan tali pendek
berfungsi menarik beban kebawah. Setelah itu, praktikan menempatkan rangka batang
tepat pada lubang yang merupakan pusat gaya . Rangka batang tidak boleh menyentuh
pasak yang terdapat di tengah kertas dengan cara menambahkan beban pada
penggantung beban. Beban yang didapat hingga rangka batang tidak menyentuh batang
di tengah kertas yaitu P1 dan P3 sebesar 1,3 N dan P2 serta P4 sebesar 0,9 N. Langkah
terakhir, praktikan mencatat beban total dan menggambarkan gaya-gaya pada rangka
batang.
Analisis Data/Hasil
Pada percobaan gaya-gaya paralel didapatkan empat buah gaya yang bekerja
yaitu P1 sebesar (1,3 N) di kuadran 1, P2 sebesar ( 0,9 N) di kuadran 4, P3
sebesar (1,3N) di kuadran 3, P4 sebesar (0,9 N) di kuadran 2.
Sudut-sudut yang berkerja pada P1,P2,P3,dan P4 yaitu sebesar 47◦, 18◦, 21◦,
dan 58◦. Selanjutnya keempat gaya tersebut diuraikan dengan menggunakan
rumus :
Sehingga didapatkan nilai P1x dan P1y sebesar ( 0,88 N) dan (0,95 N ). Nilai
P2x dan P2y sebesar (0,85 N) dan (-0,27 N). Nilai P3x dan P3y sebesar (-1,21
N) dan (-0,47 N) serta Nilai dari P4x dan P4y sebesar (-0,47 N) dan ( 0,78 N ).
Nilai Resultan gaya yang bekerja didapatkan dengan menjumlahkan gaya-gaya
yang berkerja pada sumbu gaya. Resultan gaya pada sumbu x adalah (0,05 N)
dan resultan gaya pada sumbu y adalah (0,99 N)Pada Gaya Sejajar dan Tegak
Lurus didapatkan momen gaya akibat perkalian anatara gaya yang
diproyeksikan pada sumbu x dan y dengan lengan gaya yang bervariasi sesuai
titik A dan titik B. Momen gaya terjadi pada titik A dan titik B sebesar 6,37 Nm
dan 27,3 Nm.
Pada percobaan ini tidak didapatkan penjumlahan momen gaya sama dengan
nol. Hal tersebut akan dianalisa pada analisis kesalahan.Gaya-gaya yang berkerja
selanjutnya digambarkan hingga membentuk poligon tertutup yang saling berkejar-
kejaran. Namun, Pada gaya sejajar dan tegak lurus tidak terbentuk poligon tertutup yang
saling berkejar-kejaran. Hal tersebut juga akan dijelaskan pada analisis kesalahan.
Analisis Kesalahan
Dari hasil percobaan di atas, dapat diperoleh kesalahan relatif :
Kesalahan literatur ∑Px sebesar 5%
Kesalahan Literatur ∑Py sebesar 9,9%
Kesalahan Literatur ∑Ma sebesar 6,37%
Kesalahan Literatur ∑Mb sebesar 27,3%
Kesalahan yang terjadi juga berasal dari kesalahan praktikan yaitu :
1 Ketidak tepatan praktikan dalam memasang pembebanan agar rangka batang
berada pada posisi setimbang.
2.Kesalahan Paralaks
Kesalahan yang terjadi akibat penyimpangan ukuran dari ukuran yang
direncanakan, posisi, akibat kesalahan mata praktikan dalam membaca alat ukur.
Kesalahan paralks mengakibatkan momen gaya tidak sama dengan nol.
3 Kesalahan Praktikan dalam memproyeksikan garis gaya pada sumbu-x dan
sumbu-y sehingga didapatkan nilai sudut yang tidak akurat
4 Kesalahan praktikan dalam menentukan pembulatan angka penting yang
mengakibatkan perbedaan hasil.
I. KESIMPULAN
Pada praktikum gaya-gaya sejajar dan paralel didapatkan kesimpulan
1 Gaya-Gaya paralel menjadi setimbang apabila momen gaya tersebut sama dengan
nol
2 Pada percobaan diatas tidak didapatkan momen gaya sama dengan nol. Momen
Gaya pada titik A dan titik B yaitu 6,37 Nm dan 27,3 Nm
3 Rata- Rata Kesalahan Relatif pada percobaan diatas yaitu sebesar
12,1
LAMPIRAN
REFERENSI
1 Anonim.Pendoman Praktikum Statika Universitas Indonesia
KELOMPOK 4
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
MODUL B
MOMEN LENTUR PADA BALOK-BALOK
I. TUJUAN
Memahami kelakuan momen tahanan pada balok.
Mengukur momen lenturan pada penampang normal pada balok yang dibebani
dan menguji kesesuaiannya dengan teori.
II. TEORI
P
x
A B
X
Potongan penampang x-x
RA RB
Pertimbangkan sebuah balok yang bertumpu pada perletakan A & B dan menerima
beban P. Bila balok dipotong pada penampang vertikal xx, dan supaya balok
seimbang, maka setiap bagiannya harus berada pada keseimbangan. Abaikan beban
balok sendiri, setiap kelebihan beban melalui yang terjadi di A untuk menjaga
keseimbangan harus dipindahkan ke bagian B melalui potongan xx, dan sebaliknya.
Juga gaya di A akibat B harus sebanding dan berlawanan arah dari gaya B akibat A.
Bila hanya terdapat gaya vertikal dan berada pada bidang balok, maka tidak akan ada
reaksi- reaksi horizontal, maka keseimbangan akan memenuhi kondisi-kondisi :
1. Keseimbangan vertikal.
2. Keseimbangan momen.
Kondisi di atas digunakan untuk keseluruhan balok untuk menghitung reaksi di A & B.
Momen Lentur
P
x
x
A B
x
RA RB
a b
l
Gambar B.2 Balok Sederhana dengan Beban P dan Potongan xx
IV. PERALATAN
1. 1 – HST. 9aRangkaian batang momen lentur
2. 3 – HST. 905Penggantung beban
3. 2 – HST. 906Tempat kedudukan
Besarnya variasi beban dan jarak dapat ditentukan oleh asisten praktikum yang
terkait.
Jenis percobaan
Beban
Data Pengamatan
Beban Langsung
No X (cm) P(N) Awal (N) Akhir (N) Selisih Momen
(N) (Nm)
1 10 5 10 12 2 0,3
2 20 10 12 21 9 1,35
3 40 15 12 26 14 2,10
4 60 20 10 24 14 2,10
Garis Pengaruh
No X (cm) P(N) Awal (N) Akhir Selisih Momen
(N) (N) (Nm)
1 10 10 10 14 4 0,6
2 20 10 12 21 9 1,35
3 30 10 12 24 12 1,80
4 40 10 12 21 9 1,35
5 50 10 12 19 7 1,05
6 60 10 10 16 6 0,90
7 70 10 10 14 4 0,60
8 80 10 10 12 2 0,30
1. Beban Langsung
Reaksi Perletakan :
1. X= 10 cm dan P= 5 N
Σ MB = 0 Σ V= 0
-5 (80) + RA (90) = 0 4,45 N + RB = 5 N
400 = 90 RA RB = 0,55 N
RA = 4,45 N
2. X= 20 cm P= 10 cm
Σ MB = 0 Σ V= 0
-10(70) + RA (90) = 0 7,78 N + RB = 5 N
700 = 90 RA RB = 2,22 N
RA = 7,78 N
3. X= 40 cm P= 15 N
Σ MB = 0 Σ V= 0
-15(50) + RA (90) = 0 RA + RB = 15 N
750 = 90 RA RB = 6,7 N
RA = 8,3 N
Σ MB = 0 Σ V= 0
-20(30) + RA (90) = 0 RA + RB = 20 N
600= 90 RA RB = 13,3 N
RA = 6,67 N
Kesalahan Relatif :
𝑀 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑀 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑎𝑛
KR = x 100 %
𝑀 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
35,48+3,43+50,24+76,48
KR = = 41,4 %
4
Beban Langsung
8.93
4,2
1.398,39
2.1 2.1
1.35
0.465
0.3
10 20 40 60
Σ MB = 0 Σ V= 0
-3,75(85) – 1,25 (65) + RA (90) = 0 RA+ RB-3,75-1,25 = 5 N
318,75 + 81,25 = 90 RA RB = 0,56 N
RA = 4,44 N
2. X= 25 cm P= 10 N
Σ MB = 0 Σ V= 0
-10(65) + RA (90) = 0 RA+ RB-10 = 0
650 = 90 RA RB = 2,18 N
RA = 7,22 N
3. X= 65cm P= 15 N
Σ MB = 0 Σ V= 0
-15(25) + RA (90) = 0 RA+ RB-15 = 0
375= 90 RA RB = 10,84 N
RA = 4,16 N
4. X= 70cm P= 20 N
Σ MB = 0 Σ V= 0
-15(25) – 5 (5) + RA (90) = 0 RA+ RB-5-15 = 15,56 N
400 = 90 RA RB = 15,56 N
RA = 4,44 N
Kesalahan Relatif :
𝑀 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑀 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑎𝑛
KR = 𝑀 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
x 100 %
No X (cm) P (N) M praktikan M Teori Kesalahan
( Nm) ( Nm) Relatif (%)
1 10 5 0,3 0,364 15,58
2 25 10 1,5 1,447 5,85
3 65 15 1,05 7,046 85,09
4 70 20 1,2 10,114 88,13
15,58+5,85+85,09+88,13
KR =
4
= 48,6 %
7.046
1.447
1.5 1.2
1.05
0.364
0.3
0.1 0.25 0.65 0.7
3. Garis Pengaruh
ΣMa = 0 ΣMb= 0
-Vb(0.9) + x(10) = 0 Va(0.9) – P(0.9 – x) = 0
ΣM = Vb(0.63) ΣM = Va(0.27)
100 9−10𝑥
ΣM = (0.63) ΣM = (0.27)
9 0.9
ΣM = 7x ΣM = 2.7 - 3x
a. X = 0.1 m, P = 10 N
ΣMa = 0 Va + Vb = 10
Vb(0.9) – 0.1(10) = 0 Va +
10
= 10
9
0.9Vb = 1 80
Va = 𝑁
9
10
Vb = 𝑁
9
Garis pengaruh momen di II (lihat kanan)
M = Vb(0.63)
10
M= 𝑥 0.63
9
M = 0.7 N
b. X = 0.2 m, P = 10 N
ΣMa = 0 Va + Vb = 10
Vb(0.9) – 10(0.2) = 0 2
Va + 0.9 = 10
0.9Vb = 2 7
Va = 0.9 𝑁
2
Vb = 0.9 𝑁
M = 1.4 N
c. X = 0,3 m, P = 10 N
∑M = RA x (0,27)
= (10 – 100/9 (0,3)) x (0,27)
= 1,8 Nm
d. X = 0,4 m, P = 10 N
∑M = RA x (0,27)
= (10 – 100/9 (0,4)) x (0,27)
= 1,5 Nm
e. X = 0,5 m, P = 10 N
∑M = RA x (0,27)
= (10 – 100/9 (0,5)) x (0,27)
= 1,2 Nm
f. X = 0,6 m, P = 10 N
∑M = RA x (0,27)
= (10 – 100/9 (0,6)) x (0,27)
= 0,9 Nm
g. X = 0,7 m, P = 10 N
∑M = RA x (0,27)
= (10 – 100/9 (0,7)) x (0,27)
= 0,6 Nm
h. X = 0,8 m, P = 10 N
∑M = RA x (0,27)
= (10 – 100/9 (0,8)) x (0,27)
= 0,3 Nm
Momen Kesalahan
No X(cm) Momen Teori
Praktikum Relatif
1 10 0,6 0.7 14,2
2 20 1,35 1.4 3,5
3 30 1,80 1.8 0
4 40 1,35 1.5 10
5 50 1,05 1.2 12,5
6 60 0,90 0.9 0
7 70 0,60 0.6 0
8 80 0,30 0.3 0
14,2+3,5+10+12,5
KR =
4
= 10,05 %
Beban Tak Langsung
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Analisis Percobaan
3. Garis Pengaruh
No X(cm) Momen Praktikum Momen Teori
1 10 0,6 0.7
2 20 1,35 1.4
3 30 1,80 1.8
4 40 1,35 1.5
5 50 1,05 1.2
6 60 0,90 0.9
7 70 0,60 0.6
8 80 0,30 0.3
Data pada percobaan ini berasal dari jenis percobaaan, pembacaan awal dan akhir
alat ukur, jarak ke titik A, serta besarnya beban Data Momen Praktikum berasal
dari selisih pembacaan alat ukur dengan potongan hal tersebut dilakukan karena
rangka sudah memiliki beban sebelum diberi beban cincin sedangkan pada
percobaaan tersebut praktikan hanya menghitung beban cincin. Lalu, praktikan
menghitung secara analitis yaitu dengan mencari momen dengan mengkalikan
gaya-gaya yang berkerja dengan jarak dan disesuaikan dengan arahnya searah atau
berlawanan jarum jam.untuk mencari besar momen teori.
Terdapat tiga buah grafik perbandingan antara momen praktikum dan momen
teori. pada praktikum modul B yaitu percobaan beban langsung, tidak langsung,
dan garis pengaruh. Grafik tersebut membuktikan besarnya momen berbanding
lurus dengan jarak dan gaya karena grafik tersebut memiliki bentuk yang
menyesuaikan antara jarak dan beban yang digunakan .
Analisis Kesalahan
Kesalahan Relatif pada tiap percobaan pada modul ini cukup besar. Percobaan
Beban Langsung memiliki kesalahan relative sebesar 41,4 %, Beban tidak
langsung sebesar 48,6 % dan Percobaan garis pengaruh yaitu sebesar 10,05 %.
Hal-hal yang menyebabkan Kesalahan Relatif yang didapat cukup besar yaitu :
1. Ketidak telitian praktikan dalam pembulatan angka penting sehingga
mempengaruhi hasil dari momen praktikum dan teori
2. Ketidak telitian praktikan dalam membaca alat ukur yaitu dial dan meteran
sehingga mempengaruhi hasil dari momen praktikum dan teori
3. Adanya Beban Kejut yang karena kurang tepatnya praktikan dalam menaruh
beban ( beban ditaruh dengan tidak hati-hati) sehingga terdapat penambahan
beban tambah mempengaruhi momen praktikum dan teori
IX. KESIMPULAN
X. REFERENSI
XI. LAMPIRAN
Gambar B.5 Beban Tak Langsung
KELOMPOK 4
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
MODUL C
STRUKTUR AWAL
JEMBATAN
I. TUJUAN
Alat didesain untuk memberikan pembacaan langsung dari reaksi vertikal di tiap-tiap
perletakan dimana terdapat alat baca. Dapat digunakan untuk memperoleh garis
pengaruh untuk tiap-tiap reaksi, dan untuk mempelajari kegunaan dari garis pengaruh
untuk beban bergerak.
II. TEORI
Definisi dari garis pengaruh adalah suatu grafik dari pengaruh di titik yang dipilih pada
suatu struktur. Nilai numerik dari pengaruh tersebut diplot akibat beban satu satuan.
x1 x2 x3 x4 x5
Beban berjalan
Semua beban yang bekerja dari arah manapun dikondisikan menghasilkan
penjumlahan yang nol. Jika penjumlahan hasinya nol, maka struktur tersebut dapat
dikatakan stabil.Berdasarkan sifatnya beban struktur dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Beban mati, ialah semua beban yang diakibatkan oleh berat sendiri struktur atau
unsur-unsur lainya yang terikat secara permanent dan besaran juga posisinya tetap.
2. Beban hidup, ialah semua beban yang bekerja pada struktur selain beban mati.
Besaran juga posisinya berubah ubah. Berdasarkan sifatnya dapat dibedakan
menjadai:
a. Beban yang dapat dipindahkan (moveable loads) yaitu beban yang dapat
dipindahkan tanpa menimbulkan getaran dinamik
Contoh : beban orang, beban mebel, alat-alat kantor.
b. Beban bergerak/ dinamik (moaving loads) yaitu beban yang bergerak terus-
menerus pada struktur sehingga menimbulkan getaran dinamik.
Contoh : beban angin, beban gempa, beban kendaraan, kereta api.
Sesuai dengan uraian diatas yaitu beban yang dapat menimbulkan getaran
dinamik, maka gaya ini perlu diwaspadai. Beban ini sangat berpengaruh sekali
dalam struktur. Karena beban ini bersifat melintas dan mempunyai tagangan yang
mengejutkan maka perlu drencanakan berapa tegangan maksimum yang mungkin
akan terjadi pada struktur.
Beban yang bergerak (melintas) pada struktur dapat berupa:
1) Beban orang, baik sendiri maupun kelompok (yang dapat diasumsikan sebagai
beban merata)
2) Beban kendaraan, Kereta api, Truk gandeng, Bus, Trailer, Peti kemas, Pesawat
terbang, Angkutan, dan lain-lain
Suatu rangkain beban yang melintas diatas suatu struktur dimana
kedudukannya selalu berubah, sedang besar dan arahnya telah tertentu.
Kedudukannya yang selalu berubah berakibat pada setiap tampang struktur. Untuk
membantu menentukan bagian struktur yang mengalami keadaan kritis (tegangan
maksimum) oleh suatu posisi tertentu dari beban bergerak digunakan Diagram
Garis Pengaruh.
IV. PERALATAN
Persiapan alat :
Beban 25 N
∑MB = 0 ∑MA= 0
∑MD = 0 ∑MB= 0
∑MC = 0 ∑MA= 0
𝑥
Vd= 260
∑MF = 0 ∑ME= 0
∑MF = 0 ∑ME= 0
GP x 25 N
Teori
Praktikum
𝑉 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑉 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Kesalahan Relatif = x 100 %
𝑉 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
No Posisi V(A) V ( B) V ( C) V ( D) V (E ) V ( F)
(mm)
1 0 270 % 0 0 0 0 0
2 250 0 0 0 0 0 0
3 430 55,5 % 40,6 % 142 % 0 0 0
4 690 0 0 0 431,9 % 55,5 % 98,8 %
5 870 0 0 0 0 18,1 % 66,7 %
6 1120 0 0 0 0 0 0
Tabel C.5 Kesalahan Relatif Praktikum Garis Pengaruh Beban 25 N
a. Tabel reaksi
Data Pengamatan Beban 50 N
No P (mm) V(A) V(B) V(C ) V(D) V(E ) V(F )
1 0 7,1 1,5 0 0,2 7,7 11,5
2 250 1,8 1,6 0 0 9,7 19,8
3 430 -4,4 1,7 2,6 -2 0,7 18,3
4 690 2 1,4 0 2,3 41,3 -18,2
5 870 2,5 2,4 0 0 36,3 1,6
6 1120 3 0,4 0 -2,4 4,8 17,9
Tabel C.6 Garis Pengaruh beban 50 N
X=0 maka Va = 1
X = 430 maka Va=-0,72
∑ Ma = 0
-Vb.250 +P.x = 0
-Vb.250 +1.x =0
250−𝑥
Va = .
250
X=0 maka Va = 1
X = 430 maka Va=-0,72
Beban Berjalan di balok anak
CD (0≤ 𝑥 ≤ 260)
∑ Md = 0
Vc.260 -P (260-x) = 0
Vc.260-1 (260-x) =0
260−𝑥
Va = 260
X=0 maka Vc = 1
X = 430 maka Vc=-0,72
∑ Mc = 0
-Vd.260 +P.x = 0
-Vd.260 +1.x =0
𝑥
Vd= 260
X=0 maka Vd =0
X=260 maka Vd=1
∑ Mb = 0
Va.250 + Vc.180 = 0
180.(𝑥−260)
260−𝑥 260
Va.250 + = . 180 =0 va =
260 250
∑ Mf = 0
Ve.250 - Vd.430 = 0
260−𝑥 430
Ve. . 250
260
X=0 maka Ve = 0
X = 260 maka Ve= 1,72
∑ Me = 0
-Vd.180 - Vf. 250 = 0
𝑥 180
Vf= 260 . 250
X=0 maka Vf =0
X=260 maka Vf=-0,72
Beban berjalan di balok induk 2
0≤ 𝑥 ≤ 430
∑ Mf = 0
Ve.250 – P. x = 0
𝑥
Ve = 250
X=0 maka Ve = 0
X = 430 maka Ve= 1,72
∑ Me = 0
-Vf. 250 – Vd. 180 = 0
𝑥 180
Vf= 260 . 250
X=0 maka Vf =0
X=430 maka Vf=1.19
Teori
No P(mm) V(A) V(B) V (C) V ( D) V (E ) V (F)
1 0 50 0 0 0 0 0
2 250 0 50 0 0 0 0
3 430 -36 86 50 0 0 0
4 690 0 0 0 50 86 -36
5 870 0 0 0 0 50 0
6 1120 0 0 0 0 0 50
Tabel C.7 Garis Pengaruh Teoritis untuk beban 50 N
Praktikum
No P (mm) V(A) V(B) V(C ) V(D) V(E ) V(F )
1 0 7,1 1,5 0 0,2 7,7 11,5
2 250 1,8 1,6 0 0 9,7 19,8
3 430 -4,4 1,7 2,6 -2 0,7 18,3
4 690 2 1,4 0 2,3 41,3 -18,2
5 870 2,5 2,4 0 0 36,3 1,6
6 1120 3 0,4 0 -2,4 4,8 17,9
Tabel C.6 Garis Pengaruh beban 50 N
180 180
Gambar C.7 Diagram Garis Pengaruh Va Teori dan Praktikum pada beban
50 N
180 180
Gambar C.8 Diagram Garis Pengaruh Vb Teori dan Praktikum pada beban
50 N
180 180
Gambar C.9 Diagram Garis Pengaruh Vc Teori dan Praktikum pada beban
50 N
180
180
yA=0.6
𝑦𝐵 1,72
= 430
330
yB = 1,32
yC = 0,6
yD= 0.6
yE= 1.32
= 50x 1,72 + 25 x = 86 +25x 1,32 = 119 N ( Saat x= 900 mm)
yF= 0.6
Teori
VA VB VC VD VE VF
V max 65 119 65 65 119 65
P (mm) 0 380 480 640 820 1070
C.9 Data Hasil Perhitungan Teoritis Maksimum
Praktikum
V(A) V (B ) V (C ) V (D ) V (E ) V(F)
V max 119,2 113,8 67,6 52,6 107,2 50,14
P ( mm) 0 430 430 690 690 1120
C.10 Data Pengamatan Praktikum maksimum
Diagram
Va
Vb
Vc
Vd
Ve
Vf
VII. ANALISIS
1. Analisis Percobaan
Praktikum Struktur Awal Jembatan bertujun untuk memberikan
pembacaan langsung dari reaksi vertikal di tiap-tiap perletakan dimana
terdapat alat baca. Dapat digunakan untuk memperoleh garis pengaruh
untuk tiap-tiap reaksi, dan untuk mempelajari kegunaan dari garis
pengaruh untuk beban bergerak. Peralatan yang digunakan yaitu
Jembatan bagian Kiri, Jembatan bagian kanan, Gantungan di tengah,
Pilar pendukung ujung, pilar pendukung bagian dalam, alat baca, beban
bergerak. Terdapat dua sub materi pada percobaan ini yaitu garis
pengaruh dan beban berjalan.
Langkah Pertama yaitu Praktikan mengkalibrasi alat terlebih dahulu
sehingga jarum besar menunjukkan angka nol pada keadaan setimbang
saat tak ada beban di atas jembatan .Sedangkan, Jarum kecil berfungsi
sebagai pengurang dari hasil baca skala saat terdapat beban di atas
jembatan. Skala dari jarum besar adalah 10 sedangkan jarum kecil
sebesar 100. Sehingga saat jarum besar menunjukan besar gaya
praktikan membaginya dengan 10.
2. Analisis Hasil
Terdapat dua balok pada percobaan ini balok anak dan balok
induk. Balok anak yaitu C-D sedangkan AB EF adalah balok induk.
Perhitungan pada reaksi perletakan menggunakan metode clapyeron.
Metode tersebut digunakan untuk menghitung reaksi perletakan dan
momen yang berkerja pada struktur statis tak tentu dengan metode
putaran sudut. Metode tersebut digunakan karena model jembatan
menerus tiga bentang tersebut adalah struktur statis tak tentu.
Pada percobaaan beban satu satuan ( 25 N dan 50 N) nilai dari
Va dan Vb didapatkan apabila beban bergerak di sepanjang A-D. Nilai
vc dan Vd diapatkan apabila beban bergerak di sepanjang C-D. Nilai
dari Ve dan Vf juga didapatkan apabila beban dbergerak di sepanjang
C-F. Hal tersebut terjadi karena beban pada induk balok tidak
mempengaruhi anak balok, tetapi beban pada anak balok akan
mempengaruhi induk balok. Pada percobaan perletakan maksimum
besar grafik merupakan perbandingan garis pengaruh pada tiap
pereletakan yaitu perletakan Va, Vb,Vc,Vd, Ve, dan Vf. Ketika beban
satu satuan ditaruh pada tiap perletakan Va,Vb,Vc,Vd,Ve,Vf terdapat
gaya vertikal yang bekerja di tiap perletakan tersebut yang ditunjukan
oleh jarum besar dan jarum kecil. Jarum besar memiliki skala gaya 10
sedangkan, jarum kecil memiliki skala gaya 100. Praktikan membagi
gaya vertikal pada tiap perletakan dengan 10 untuk jarum besar dan 100
untuk jarum kecil. Jarum kecil juga berfungsi sebagai pengurang gaya
yang bekerja pada reaksi vertikal. Kesalahan Relative pada percobaan
gaya satu satuan untuk beban sebesar 25 N adalah 131 % dan beban
sebesar 50 N adalah 70,98 %.
Pada pecobaan beban berjalan dengan roda gandar praktikan
meletakan beban besar 50 N pada perletakan yang dicari dan beban kecil
akan berada interval perletakan tersebut. Terdapat 6 buah perletakan
yaitu perletakan Va,Vb,Vc,Vd,Ve, dan Vf. Selanjutnya, praktikan akan
membaca gaya-gaya yang bekerja pada reaksi pereltakan dengan
membagi gaya pada jarum besar dengan 10 karena skala pada jarum
besar adalah 10 dan menguranginya dengan jarum kecil yang memiliki
skala 100 untuk mendapatkan hasil.
Pada Reaksi perletakan max beban besar berada tepat pada titik
di mana terdapat koordinat max, seperti terlihat pada grafik.Grafik di
dapatkan dengan perbandingan segitiga. Ternyata posisi beban max
hasil praktikum juga mengalami deviasi jika dibandingkan dengan teori.
Pada diagram garis pengaruh menerapkan teori perbandingan segitiga.
Kesalahan relative pada percobaan ini adalah 23,85 % dan akan
dijabarkan pada analisis kesalahan.
3. Analisis Kesalahan
Pada Percobaan beban tunggal dengan beban 25 N kesalahan
relative yang didaptkan sebesar 131 % sedangkan beban 50 N kesalahan
relative yang didapatkan sebesar 70,98 %. Sedangka, untuk percobaan
roda gandar kesalahan relative yang di dapat sebesar 23,85 %.
Kesalaahan relative yang diperoleh praktikan sangat besar, hal tersebut
diakibatkan oleh :
1. Kesalahan paralaks saat pembacaan yaitu pada saat mata dengan
skala tidak terletak pada satu garis lurus
2. Kesalahan pembacaan alat ukur sehingga gaya yang didapatkan
tidak sesuai
3. Ketidak telitian pada saat pengolahan data menyebabkan kesalahan
relative yang cukup besar
4. Beban Kejut akibat praktikan yang kurang baik dalam menaruh
beban pada tiap perletakan
VIII. KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktikum struktur awal jembatan yaitu :
1. Reaksi perletakan pada balok induk hanya ada ketika beban berjalan
di sepanjang balok induk dan balok anak .
2. Reaksi perletakan pada balok anak hanya terjadi apabila beban
berjalan pada balok anak tersebut.
3. Reaksi perletakan max didapatkan jika posisi beban barada pada
ordinat terbesar.
4. Kesalahan relative pada praktikum struktur awal jembatan yaitu :
a. Beban 25 N 131,0 %
b. Beban 50 N 70,98 %
c. Beban roda gandar 23,85 %
IX. REFERENSI
Praktikum Struktur dan Material
X. LAMPIRAN