Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................................. 1


Bab I Pendahuluan .................................................................................................................. 2
Bab II Isi ................................................................................................................................. 3
2.1 Pemeriksaan Penunjang untuk Mendiagnosis GERD .................................................. 3
1. Pemantauan pH Esofagus .................................................................................... 3
2. Endoskopi ............................................................................................................ 3
3. Patologi Anatomi ................................................................................................. 4
4. Pemeriksaan Radiologis Esofagus ....................................................................... 6
5. Pemeriksaan Manometri ...................................................................................... 6
Bab III Kesimpulan ................................................................................................................. 7
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 8

1
BAB I
PENDAHULUAN
Gastroesophageal reflux (GER) merupakan keadaan dimana menganlirnya isi lambung
secara involunter ke dalam esofagus. Sedangkan, Gastroesophageal reflux Disease (GERD)
merupakan refluks patologik yang merugikan seperti adanya ulserasi mukosa, esofagitis,
striktur, episode apnea yang mengancam jiwa.
Penulisan Lembar Tugas Mandiri (LTM) ini berdasarkan topik berikut ini:
Tn. A 40 tahun, dengan berat badan 85 kg, tinggi badan 160 cm, mengeluh pada temannya
bahwa ia sering merasakan asam di mulutnya terutama setelah berolahraga angkat besi saat
fitness sejak 1 minggu yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu, teman-temannya banyak yang menjauh
dari dia saat bicara karena bau mulutnya.
Kemudian, berikut ini merupakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan topik diatas :
1. Jelaskan struktur anatomi dan histologi sistem gastrointestinal atas! 2. Jelaskan fisiologi dan
patofisiologi terjadinya GER! 3. Jelaskan etiologi GER! 4. Jelaskan gejala klinis yang
mendukung diagnosis GERD! 5. Jelaskan pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain untuk
mendiagnosis GERD! 6. Jelaskan tatalaksana GER dan GERD secara paripurna (termasuk
medikamentosa dan nutrisi) ! 7. Jelaskan komplikasi GERD dan dasar-dasar tatalaksananya! 8.
Jelaskan patogenesis bau mulut! 9. Jelaskan etiologi bau mulut ! 10. Jelaskan Pemeriksaan
penunjang bau mulut! 11. Jelaskan dasar-dasar penatalaksanaan bau mulut! 12. Jelaskan
patofisiologi dan patogenesis obesitas kaitannya dengan GER!
Pembahasan pada lembar tugas ini hanya menjelaskan pada nomor lima, yaitu Jelaskan
pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain untuk mendiagnosis GERD.

2
BAB II
ISI
2.1 Pemeriksaan Penunjang untuk Mendiagnosis GERD
Dengan melakukan pemeriksaan penunjang dapat memastikan terjadinya GERD yang
disertai dengan adanya kerusakan mukosa esofagus. Pemeriksaan penunjang dilakukan sebagai
alat bantu dalam mendiagnosis GERD. Berikut ini merupakan beberapa pemeriksaan penunjang
untuk mendiagnosis adanya GERD1 :
1. Pemantauan pH Esofagus
Dengan memantau pH esofagus dapat memberikan gambaran adanya paparan asam di
esofagus akibat adanya refluks, begitu juga frekuensi serta lamanya RGE (Refluks Gastro
Esofageal) terjadi. pH esofagus yang normal yaitu sekitar 5-7. Jika pemantauan pH didapat
kurang dari 4 (<4) maka mengindikasi adanya RGE.1
2. Endoskopi
Metode ini merupakan parameter yang digunakan untuk mendeteksi adanya esofagitis
akibat GERD. Akan tetapi, gambaran hasil endoskopi pada mukosa esofagus yang normal
tidak menutup kemungkinan terjadinya esofagitis. Oleh karena itu, perlu dilakukan biopsi
jaringan esofagus untuk dilihat secara patologi anatomi sehingga hasil diagnosis terhadap
esofagitis yang terjadi penyebabnya lebih jelas. Savary-Miller mengklasifikasikan esofagitis
berdasarkan derajat kerusakan mukosanya menjadi 4.1

Tabel 1. Derajat esofagits berdasarkan kerusakan mukosa1

3
Gambar 1. Gambaran Endoskopi esofagus (terdapat Erosi esofagus melingkar, ulserasi, dan
peradangan)2
3. Patologi Anatomi
Penggunaan pemeriksaan dengan pengamatan secara histologis perlu juga dilakukan untuk
memperjelas diagnosis. Pada beberapa kasus terjadinya esofagitis refluks dilihat dengan
pemeriksaan endoskopi didapati gambaran endoskopi normal, akan tetapi setelah dilakukan
pemeriksaan histologis terdapat adanya hiperplasia epitel skuamous esofagus yang
merupakan tanda awal terjadinya esofagus refluks.1
Selain itu, pada pemeriksaan juga ditemukan adanya sel-sel radang neutrofil, eusinofil, dan
limfosit. Eosinofil yang ditemukan menjadi nilai diagnostik terjadinya refluks esofagus.
Begitu juga dengan neutrofil yang ditemukan pada epitel esofagus. Gambaran lain juga yaitu
membran basal yang mengalami hiperplasia sehingga memiliki ketebalan 20-25% dan
pemanjangan papil subepitelial yang lebih dari epitel normal.1

Gambar 2. Esofagitis Refluks dengan eusinofil intrapeitelial yang tersebar3

4
Gambar 3. Esofagitis Refluks dengan eosinofil intraepitel yang banyak tersebar3

Gambar 5. (A) Perbatasan Gastroesofagus normal, (B) Perbatasan Gastroesofagus yang


terlihat pulau kecil skuamosa lebih pucat, (C) Transisi mukosa skuamosa esofagus &
mukosa metaplasik yang mengandung sel goblet3

5
4. Pemeriksaan Radiologis Esofagus
Pemeriksaan radiologis juga dapat dilakukan untuk melihat adanya proses refluks yang
terjadi. akan tetapi, pemeriksaan ini kurang peka dibandingkan pemeriksaan endoskopi
untuk esofagitis ringan. Untuk esofagitis berat yang terjadi akibat GERD dapat terlihat
penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen.5

Gambar 6. Gambaran radiologi terjadinya penyimpangan mukosa di sepertiga bagian distal


Kerongkongan4
5. Pemeriksaan Manometri
Merupakan pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan
ke dalam kerongkongan sehingga dapat menilai ada tidaknya peristaltik esofagus yang
terjadi. Dengan begitu, kelainan motilitas primer pada esofagus dapat dideteksi.5

6
BAB III
KESIMPULAN
Gastroesophageal reflux Disease (GERD) merupakan refluks isi dari lambung ke
esofagus. gejala yang sering terjadi diantarnya yaitu esofagitis. Untuk melakukan diagnosis
yang tepat terhadap GERD dapat dilakukan dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan terhadap GERD diantaranya yaitu pemantauan pH
esofagus, endoskopi, patologi anatomi, radiologis esofagus, dan pemeriksaan manometri.
Pemantauan pH esofagus jika didapatkan kurang dari 4 maka mengindikasikan adanya
refluks esofagitis. Pemeriksaan dengan melihat mukosa esofagus dengan endoskopi dapat
terlihat adanya esofagitis. Akan tetapi, mukosa yang normal jika dilihat dengan endoskopi
terkadang terdapat esofagitis jika dilihat secara histologis patologi anatominya. Untuk itu,
dalam melakukan endoskopi perlu dilakukan juga pemeriksaan patologi anatomi.
Pemeriksaan radiologis kurang peka terhadap esofagitis ringan tetapi dapat terlihat jika
esofagitis berat dengan gambaran berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak, atau
penyempitan lumen. Pemeriksaan manometri dilakukan untuk melihat ada tidaknya
peristaltik esofagus yang terjadi.

7
DAFTAR PUSTAKA
1. Mulyani RL. Hegar B. Esofagitis Refluks pada anak. Sari Pediatri. Juni 2006; 8(1): 43-53
2. Clarret DM, Hachem C. Gastroesophageal Reflux Disease. Missouri Medicine. June 2018;
115(3): 214-7.
3. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins basic pathology. Environmental disease and
nutrition. Philadephia : Elsevier. 2013. 560-2 p.
4. Eatsmen GW, Wald C, Crossin J. Getting started in clinical radiology. Germany : Thieme.
2006. 186 p.
5. Agustin AW. Hubungan obesitas terhadap kejadian Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD) di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala : Banda
Aceh. 2015. 8-10 p.

Anda mungkin juga menyukai