Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kasus

HORDEOLUM INTERNA

Oleh :
Arief Budiman, S.Ked
NIM. 1708436521

Pembimbing:
dr. Efhandi Nukman, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
PEKANBARU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


2 Sejumlah neoplasma kulit jinak dan ganas dapat berkembang di kulit
periokular; mereka mungkin timbul dari epidermis, dermis, atau struktur
adneksa kelopak mata. Kebanyakan lesi, apakah jinak atau ganas,
berkembang dari
3 epidermis, lapisan kulit komersial yang tumbuh dengan cepat. Meskipun
banyak dari lesi ini dapat terjadi di tempat lain di tubuh, penampilan dan
perilaku mereka di kelopak mata mungkin unik karena karakteristik
khusus
4
kulit kelopak mata dan elemen adneksa khusus. Lesi ganas yang paling
sering mempengaruhi kelopak mata adalah karsinoma sel basal, karsinoma
sel skuamosa, karsinoma sel sebasea, dan melanoma. Secara histologis1.

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak


mata, bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri,
biasanya oleh kuman Stafilokokus.1 Dikenal bentuk hordeolum internum
dan eksternum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar
Zeis atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom
dengan penonjolan terutama yang terletak di dalam tarsus.1
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yakni nampak
adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna
kemerahan. Gejala disertai dengan rasa sakit dan mengganjal dan nyeri
bila ditekan. Nyeri yang dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau
hanya berupa perasaan tidak nyaman. Kadang mata berair dan peka
terhadap sinar. Adakalanya nampak bintik berwarna keputihan atau
kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak mata. Hordeolum
dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan
nanah.1,2
Hordeolum internum atau radang kelenjar Meibom memberikan
penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum.
Hordeolum eksternum tonjolan ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan
kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.1
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited).
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan
antibiotik topikal maupun obat antibiotika sistemik.1-3 Jika tidak membaik
perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar.
Hordeolum dapat dicegah dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu
ketika hendak menyentuh mata atau kelopaknya.1,2
Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang
merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita
dan abses palpebra.1
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada
hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan
kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada
mata yang sakit serta terapi yang sesuai.1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. PALPEBRA

2.1 Anatomi palpebra2,4

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata;
palpebra inferior menyatu dengan pipi.

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).

1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

2. Muskulus Orbikularis okuli


Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian
orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat
di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian
orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.

3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kujlit kepala.

4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak
atas dan 20 buah di kelopak bawah).

5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi


tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss
dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian
posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-
muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau
tarsal).

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior


palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.

Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5
cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.

Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis


yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara
palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator
palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan
tarsus inferior.

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,


bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.


Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.

Punctum Lacrimal2.
Anatomy of upper and lower eyelids.2

2.2 HORDEOLUM
2.2.1 DEFINISI HORDEOLUM
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, yang
biasanya merupakan infeksi Staphylococcus. Bila kelenjar Meibom yang terkena,
timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan
hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar
Zeiss dan Moll.1

2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan
pada praktek kedokteran. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka kejadian
paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Hordeolum dapat timbul pada
satu kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi
kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.3

2.2.3 ETIOLOGI
Hordeolum biasanya merupakan infeksi dari bakteri Staphylococcus pada
kelenjar sebasea.1

2.2.4 PATOGENESIS
Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss
atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang
terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi
pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar
Zeis atau Moll akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.
Pada hordeolum eksternum nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Hordeolum
interna akan memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal.
Hordeolum interna biasanya akan berukuran lebih besar dibanding dengan
hordeoulum eksternum.1

2.2.5 GEJALA1
1. Bengkak pada kelopak atas atau bawah
2. Rasa sakit
3. Merah
4. Lunak
5. Keropeng pada tepi kelopak
6. Rasa panas
7. Gatal
8. Rasa silau
9. Mata berair
10. Berkedip tidak enak
11. Rasa kelilipan
12. Penglihatan terganggu

Gambar Hordeolum eksterna

Gambar Hordeolum interna 2

2.2.6 PENATALAKSANAAN 2-4


Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2
minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat
topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat
antibiotika oral (diminum). Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah
sebagai berikut :
- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,
Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain.
Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama
pada fase peradangan.
- Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin,
Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak
menunjukkan perbaikan dengan antibiotik atopikal. Obat ini diberikan
selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya
atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.

Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan


sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan
keluhan nyeri, misalnya : Asetaminofen, Asam mefenamat, Ibuprofen, dan
sejenisnya.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi atopikal dengan
pentokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di
daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, lakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotik.

2.2.7 Diagnosa Banding


Diagnosa banding hordeolum adalah : 1,2
1. Kalazion, peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan
menyebabkan peradangan kronik kelenjar tersebut. Gejala adanya benjolan
pada kelopak mata, tidak hiperemis, tidak ada nyeri tekan, adanya
pseudoptosis, dan kelenjar preurikel tidak membesar.
2. Dakriosistitis., peradangan saccus lakrimal. Peradangan ini mulai oleh
terdapatnya obstruksi duktus nasolakrimal. Pada anak-anak biasanya
akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal. Pada orang dewasa
akibatnya tertekan saluran nasolakrimal. Biasanya disebabkan oleh polip
hidung. Pada keadaan akut didapatkan epifora, daerah yang nyeri di
kantung air mata dan demam. Adanya pembengkakan kantung air mata
dan memerah di daerah saccus lakrimal, dan nyeri tekan di daerah saccus,
daerah kantung air mata berwarna merah meradang. Keadaan kronis tidak
terdapat nyeri, tanda radang ringan, mata berair.
3. Selulitis atau abses kelopak mata, peradangan supuratif jaringan ikat
dibelakang septum orbita. Gejala seperti demam, mata merah, kelopak
edema, mata proptosis atau eksoftalmus diplopia, nyeri jika digerakkan,
demam, dan tajam penglihatan menurun. Pada retina didapatkan tanda
stasis. Pembuluh vena dengan edema papil.
4. Moloskum kontagiosum, pada kelopak mata terlihat benjolan dengan
pengaungan di tengah biasanya terletak di tepi kelopak mata. Ditemukan
konjungtivitis.

2.2.7 PROGNOSIS

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa


mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang
sesuai.

BAB III
LAPORAN KASUS
RAHASIA
STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU

IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. HSI Pekerjaan : Pelajar
Umur : 12 tahun Pendidikan : SD
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Pemeriksaan : 24/06/2019
Alamat : KM 04 Perawang, Provinsi Riau.

3.1 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan pada kelopak mata kiri bawah sejak 1 minggu lalu.

Riwayat penyakit sekarang


Terdapat benjolan pada kelopak mata kiri bawah sejak 1 minggu lalu. Berukuran
seperti biji kacang hijau, berwarna kemerahan, dan sejajar dengan bulu mata.
Terasa mengganjal seperti ada pasir. Saat melihat cahaya terasa seperti silau dan
mata mudah berair, saat berkedip terasa kurang nyaman dan gatal. Sedikit
terganggu ketika melihat kebawah karena benjolan tersebut.

Riwayat pengobatan
Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada dan merupakan pengobatan yang
pertama.

Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat keluhan yang sama dahulunya (+) namun hilang dengan
sendirinya tanpa dibawa berobat atau diberikan obat,
- Riwayat penyakit kulit (-),
- Riwayat alergi (-).
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga dengan keluhan yang sama.

Riwayat sosial ekonomi dan kebiasaan


Pekerjaan sebagai seorang Pelajar. Terbiasa menggosok mata selepas bermain
diluar rumah tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

3.2 PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 84 x/menit, reguler
Suhu : 37oC
Frekuensi nafas : 22 x/menit
STATUS OFTALMOLOGI
OD OS
20/70 Visus Tanpa Koreksi 20/70
S -0,75 🡪 20/20 Visus Dengan Koreksi S -0,75 🡪 20/20
Ortoforia Posisi Bola Mata Ortoforia

Gerakan Bola Mata

Baik ke segala arah Baik ke segala arah


18 mmHg Tekanan bola mata 17 mmHg
Palpebra superior : Palpebra superior :
● Hematom (-), ● Hematom (-),
● Benjolan (-), ● Benjolan (-),
● Hiperemis (-), ● Hiperemis (-),
● Nyeri tekan (-). Palpebra ● Nyeri tekan (-).
Palpebra inferior : Palpebra inferior :
● Hematom (-), ● Hematom (-),
● Benjolan (-), ● Benjolan (+),
● Hiperemis (-), ● Hiperemis (+),
● Nyeri tekan (-). ● Nyeri tekan (+).
Injeki konjungtiva (-) Konjungtiva Injeki konjungtiva (-)
Jernih, erosi (-) Kornea Jernih, erosi (-)
Tenang Sklera Tenang
Dalam COA Dalam
Bulat, sentral, Ø 3 mm, Bulat, sentral, Ø 3 mm,
Iris/Pupil
refleks cahaya +/+ refleks cahaya +/+
Jernih Lensa Jernih
Funduskopi:
Refleks (+) Refleks fundus Refleks (+)
Jernih Media Jernih
Bulat, batas tegas, pucat, a:v 2:3, Bulat, batas tegas, pucat, a:v 2:3,
Papil
CDR 0,3 CDR 0,3
Normal Retina Normal
Normal Makula Normal

Gambar

3.1 Gambar mata kanan 3.1 Gambar mata kiri

KESIMPULAN/RESUME :
Perempuan usia 12 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan pada
kelopak mata kiri bawah sejak 1 minggu lalu, berukuran seperti biji kacang hijau,
berwarna kemerahan, dan sejajar dengan bulu mata. Terasa mengganjal, silau dan
mata mudah berair, saat berkedip kurang nyaman dan gatal, terganggu ketika
melihat kebawah.
Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan visus 20/70 dengan koreksi, mata
kiri visus 20/20 dengan koreksi. Pemeriksaan oftalmologi didapatkan benjolan
pada kelopak mata kiri bawah.

3.3 DIAGNOSA KERJA


● Hordeolum interna palpebra inferior OS

3.4 PENATALAKSANAAN
● Non Farmakologi :
▪ Kompres dengan air hangat sebanyak 3 kali sehari selama
10 menit tiap kalinya
● Farmakologi :
o Cendo floxa 6x/sehari
o Cendo citrol 6x/sehari
o Cloramfenikol salep 3x/sehari

3.5 PROGNOSIS
OS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam

DAFTAR PUSTAKA
1. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan V, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2008.
2. Susan r. Carter, M.D., Eyelid Disorders: Diagnosis and Management
University of California, San Francisco, School of Medicine, San
Francisco, California. Am Fam Physician. 1998 Jun 1;57(11):2695-2702.
3. Panicharoen C, Hirunwiwatkul P. Current pattern treatment of hordeolum
by ophthalmologists in Thailand. J Med Assoc Thai. 2011;94(6):721-4
4. Riordan, Paul E. , Whitcher, John P. Vaughan & Asbury Oftalmologi
Umum, Edisi 17, Jakarta: EGC. 2009.

Anda mungkin juga menyukai