Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan Metode

Ruang Rajawali 5B adalah bangsal kanker wanita. Dalam melakukan asuhan

keperawatan di rajawali 5B menggunakan metode keperawatan modular, yang

mana memang tepat untuk diterapkan di Rawajali 5B yang merupakan bangsal

kanker wanita dengan kapasitas pasien 36 pasien. Terbaginya 3 tim dalam setiap

shif dan metode modular adalah subuah motde asuhan keperawatan yang mana

perawat professional dan no professional dapat saling bekerja sama memberikan

asuhan keperawatan secara kompeherensif.

Dalam proses penerimaan pasien baru, di ruang rajawali 5B sudah sesuai

dengan SOP yang ada. Namun ada beberapa kali terjadi secara obeservasi proses

penerimaan pasien baru tidak sesuai dengan SOP. Dalam hasil observasi

penerimaan pasien baru tidak dilakukan orientasi ruangan terkait letak kamar

mandi, musola, nomer kamar pasien dan hanya ditunjukkan langsung kamar

pasien. Selain itu dalam proses penerimaan pasien baru media yang digunakan

hanya menggunakan media lisan dan dengan waktu yang singkat. Hal ini

membuat pasien bingung karena informasi yang diberikan terbatas. Terdapat

leaflet tentang hak dan kewajiban pasien, berdasarkan SOP seharusnya perawat

menjelaskan isi dari leaflet yang ada akan tetapi dalam hasil obeservasi leaflet

hanya diberikan kepada pasien tanpa dijelaskan.

Discharge planning yang ada di ruang rajawali 5B sudah sesuai dengan

SOP, akan tetapi dalam media discharge planning masih minim hanya

menggunakan lisan. Media leaflet/ brosur adalah media paling sederhana yang
bias digunakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruang , bahwa

ketika pasien pulang jarang untuk diberikan leaflet hanya melakukan discharge

planning melalui lisan. Di ruangan rajawali 5B sendiri pun selama proses

pengkajian tidak ada brosur atau leflet tentang discharge planning, hal ini sejalan

dengan hasil wawancara dengan perawat bahwa jarang diberikan leaflet karena

memang bentuk nyata dari leaflet tidak ditemukan diruangan.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan tidak ada kendala yang

terjadi saat timbang terima sudah sesuai SOP hanya saja jumlah tenaga yang

membantu optimalisasi penerapan model yang digunakan kurang. Semua yang di

sampaikan jelas, semua perawat shift selanjutnya datang tepat waktu dan

mengikuti proses timbang terima , bentuk pendokumentasian dalam buku operan

belum menggunakan metode SBAR, hanya berisi nama pasien, nomor CM,

diagnosa medis, nama DPJP, dan rencana tindak lanjut saja. Setelah melakukan

timbang terima masing-masing tim melakukan operan lebih rinci. Namun

terkadang tidak semua tim melakukan timbang terima di depan pasien pada

pergantian shift siang ke shift malam. Pre conference jarang dilaksanakan di ruang

Rajawali 5B, namun jika masing-masing tim hanya satu orang pre conference

tidak dilaksanakan. Untuk saat ini terdapat mahasiswa praktik manajemen yang

menggunakan metode tim role play, dengan perawat sebagai role modelnya.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan mengenai Supervisi, di

ruang Rajali 5B belum adanya format khusus yang terstruktur dalam supervisi

namun hanya berdasar SOP. Format supervisi harus memiliki karakteristik

dilakukan secara berkesinambungan, sesuai dengan prosedur, dan instrumen harus


terstandar baku yang harus melalui uji validitas dan rrabilitas, selain itu supervisi

harus menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan

bimbingan (Suyanto, 2009).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan ditemukan pula

pengaruh E-RM yaitu mengenai Sentuhan perawat ke pasien berkurang karena

waktu tersita untuk mengerjakan E-RM. Saat melakukan asuhan keperawatan

perilaku perawat memegang peranan penting. Meski terdapat tugas baru yaitu

pengisian E-RM perawat diharapkan tertap berfokus pada pasien sebab aspek

caring berupa sentuhan dan perhatian terhadap pasien merupakan hal yang wajib

dilakukan saat pemberian intervensi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai