Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ARTRITIS GOUT (ASAM URAT)

A. Pengertian
Asam urat (uric acid-dalam bahasa inggris) adalah salah satu jenis penyakit
rematik artikuler, yakni rematik yang terjadi dibagian sendi dan merupakan hasil akhir
dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia
pembentuk DNA (Ode, 2012)
Penyakit asam urat (Gout) adalah suatu penyakit pada sendi sebagai manifestasi
dari akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi
sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (Helmi, 2014).

B. Etiologi
Menurut Ahmad (2011), penyebab asam urat sangat beragam dan kesemuanya harus
diwaspadai. Oleh karena itu, kepedulian terhadap penyebab asam urat tersebut harus
ditingkatkan. Gaya hidup sehat dan pola makan yang baik baik harus diterapkan untuk
menghindari dan mencegah penyakit ini. Secara umum penyebab asam urat ada 2, yaitu:
1. Faktor Primer (faktor dari dalam tubuh)
Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan metabolisme
yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun menula
beresiko besar terkena asam urat. Penyakit darah dapat juga menjadi penyebab asam
urat.
Penyakit sumsum tulang dan polisitemia, misalnya bisa menjadi penyebab
tingginya kadar asam dalam darah yang menjadi penyakit asam urat. Selain itu,
obat-obatan seperti alkohol dalam obat, obat kanker, dan vitamin B12 pun bisa
menjadi penyabab asam urat. Penyakit asam urat singkatnya adalah penyakit yang
disebabkan tingginya kadar asam dalam darah. Oleh karena itu, orang dengan
penyakit obesitas dan penyakit gula paling rentan terhadap penyakit ini.
2. Faktor Sekunder (faktor dari luar tubuh)
Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau faktor dari luar. Asam
urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi. Konsumsi
makanan dengan kadar purin tinggi adalah salah satunya. Purin adalah salah satu
senyawa basa organik yang menyusun asam inti sel jika bereaksi dapat
meningkatkan asam urat dengan cepat. Penyebab asam urat sering diasumsi berasal
dari kondisi alami tubuh, padahal kondisi tubuh yang buruk utamanya terjadi karena
pola makan yang salah. Oleh karena itu, untuk menghindari asam urat, anda harus
mulai memperhatikan berbagai makanan penyebab asam urat untuk anda hindari.
C. Tanda dan Gejala
Menurut Syamsiyah dan Sari (2017), ada 4 tahap perkembangan seseorang terkena
asam urat yaitu:
1. Tahap Asimtomatik
Tahap ini adalah tahap dimana awal seseorang mengalami asam urat. Penderita
tidak mengetahui secara langsung karena tidak menimbulkan gejala apapun.
Penderita hanya mengetahui melalui cek kadar asam urat. Tidak diperlukan
pengobatan farmakologi pada tahap ini karena biasanya dengan menerapkan gaya
hidup sehat asam urat sudah dapt diatasi.
2. Tahap Akut
Tahap ini merupakan tahap setelah Asimtomatik dimana kadar asam urat seseorang
sudah tinggi dan mulai terjadi penumpukan dan pembentukan kristal di persendian.
Tahap ini disertai dengan gejala seperti nyeri sendi. Gejala seperti demam,
menggigil dan malaise mungkin dapat terjadi dalam fase ini. Tahap ini rasa nyeri
biasanya timbul pada malam hari. Rasa nyeri pada tahap ini hampir mirip dengan
nyeri sendi lainnya. Nyeri ini biasanya tibamuncul dan tiba-tiba hilang.
3. Tahap Interkritikal
Tahap interkritikal merupakan tahap jeda dari tahap akut. Biasanya nyeri pada tahap
ini hilang dan penderita menganggap sudah sembuh dari asam urat. Akhirnya
penderita tidak menjaga pola makan dan tidak menjaga gaya hidup.
Meskipun tidak menimbulkan serangan atau gejala apapun pada tahap ini penyakit
asam urat masih aktif dan dapat terus berkembang. Pada tahap ini harusnya
penderita menjaga gaya hidup dan pola makan agar suatu saat nanti tidak kambuh
dan tidak muncul kembali.
4. Tahap Kronik
Tahap kronik adalah tahap yang paling parah dari penyakit asam urat. Pada tahap
ini rasa nyeri bahkan sampai menimbulkan gejala seperti benjolan atau bengkak.
Tidak seperti tahap sebelumnya, nyeri sendi ini bersifat terus menerus bahkan akan
menyebabkan kerusakan tulang disekitar persendiansehingga dapat menimbulkan
kecacatan. Tahap kronik biasanya terjadi beberapa tahun dari serangan awal. Tahap
ini mungkin terjadi apabila penderita tidak mendapatkan pengobatan yang tepat dan
tidak menjaga pola makan dan gaya hidup.
D. Patofisiologi

Penyakit sendi akibat asam urat adalah penyakit yang dapat muncul karena
peningkkatan kadar asam urat dalam darah yang melebihi ambang batas (Soeroso,
2011). Mekanisme yang menyebabkan terjadinya kelebihan asam urat dalam darah,
yaitu adanya kelebihan produksi asam urat dalam tubuh dan penurunan ekskresi asam
urat melalui urin.
Peningkatan produksi asam urat dapat disebabkan oleh tingginya konsumsi
bahan pangan yang mengandung purin. Bahan pangan dengan kandungan purin tinggi
dapat meningkatkan kadar asam urat dalam urin 0,5-0,75 g/ml purin yang dikonsumsi.
Produksi asam uratyang tinggi juga disebabkan oleh meningkatnya sintesis purin dalam
tubuh, misalnya terserang penyakit inborn errors of metabolism purin pada tumor.
E. Pathway
F. Pemeriksaan penunjang
1. Kadar asam urat serum meningkat
2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
3. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat
4. Analisis cairan synovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukkan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis
5. Sinar X sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Serangan Akut
Obat yang diberikan :
a. Kolkisin merupakan pilihan utama dalam pengobatan serangan artritis gout
maupun pencegahan dengan dosis rendah.
b. Obat anti inflamasi non steroid (DAINS) yang paling sering digunakan adalah
indometasin.
c. Kortikosteroid.
d. Analgesik diberikan bila rasa nyeri sangat berat.
e. Tirah baring.
2. Penatalaksanaan periode antara
Bertujuan mengurangi endapan urat dalam jaringan dan menurunkan frekuensi
serta keparahan serangan
a. Diet
1) Hindari alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing dan sebagainya).
2) Perbanyak minum.
b. Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia seperti tiozid, diaretik,
aspirin, dan asam nikotinat yang menghambat ekskresi asam urat dan ginjal.
c. Kolkisin secara teratur
1) Mencegah serangan gout yang akan datang.
2) Menekan serangan akut.
d. Penurunan kadar asam urat serum
Diindikasikan pada artrtitis akut yang sering dan tidak terkontrol dengan kolkisin
terdapat tofi / kerusakan ginjal.
1) Obat Urikosurik menghambat reabsorbsi tubulus terhadap asam urat yang telah
difiltrasi dan mengurangi penyimpanannya, mencegah pembentukan tofi baru
dan mengurangi ukuran yang telah terbetnuk.
2) Inhibitar Xantin Oksidase / Alopurinal
a) Menurunkan produksi asam urat
b) Meningkatkan pembentukan xantin dan hipoxantin dengan menghambat
enzim xantin oksidase.
3) Tujuan Utama Pengobatan Artritis Goat adalah :
a) Mengobati serangan akut secara baik dan benar.
b) Mencegah serangan ulangan artritis goat akut.
c) Mencegah kelainan sendi yang berat akibat penimbunan kristal urat.
d) Mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat peninggian asam urat pada
jantung, ginjal dan pembuluh darah.
e) Mencegah pembentukan batu pada saluran kemih.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS GOUT (ASAM URAT)
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, Tgl MRS, No. Reg., dx medis.
2. Riwayat Penyakit
a. Keluahan Utama
Nyeri disertai pembengkakan dan kemerahan dari sendi yang sakit (terutama pada
sendi metatarsofalongeal) pertama dari ibu jari.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
P : Provokatif / Pallatif / Penyebab Kaji penyebab
Q : Quantitas / Quantitas Nyeri
Kaji seberapa sering px menyerangiai, tindakan apa yang dapat menyebabkan
nyeri.
R : Regional / area yang sakit
Sering mengenai sendi dipangkal ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut,
pergelangan tangan dan sikut.
S : Severtity / Tingkat Keparahan
Kaji derajat nyeri px
- demam - menggigil
T : Time
Kapan keluhan dirasakan ?
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji dan tanyakan pada klien apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit
yang sama seperti saat ini ?
4. Riwayat Penyakit / Kesehatan Keluarga
a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien ?
b. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serius yang lain seperti
(HT, DM, TB, Pneumonia, dll.)
5. Riwayat Psikologis Spiritual
a. Psikologi : Tanyakan kepada klien apakah bisa menerima penyakit yang
dideritanya ?
b. Sosial : Bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan di Rumah
Sakit dan apakah klien bisa beradaptasi dengan klien yang lain ?
c. Spiritual : Apakah klien tetap beribadah dan melaksanakan ibadahnya
menurut agamanya ?
d. Pemenuhan Kebutuhan
a) Pola Nutrisi
Makan : Pada umumnya pasien gout artritis diberikan diit rendah putin
pantangan makanan kaya protan.
Minum : Kaji jenis dan frekuensi minum sesuai dengan indikasi
b) Pola Eliminasi
BAK : Kaji frekwensi, jumlah, warna dan bau.
BAB : Kaji frekwensi, konsistensi dan warna
c) Pola Aktivitas
Biasanya pasien gout artritis pada saat melakukan aktivitas mengalami
keterbatasan tentang gerak, kontrktur / kelainan pada sendi.
d) Istirahat tidur
Kaji pola kebiasaan pasien pada saat istirahta tidur dirumah maupun di rumah
sakit.
e) Personal Hygiene
Kaji kebiasaan pasien dalam kebiasaan diri. (Mandi, gosok gigi, cuci tangan,
kebersihan rambut, dll.)
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. TTV
c. Kesadaran
d. GCS
7. Pemeriksaan Persistem
Otot, Tulang, integument Otot, tulang
1) Mengalami atrofi pada otot.
2) Kontraktur / kelainan pada sendi. Integumen
3) Kaji tumor kulit.
4) Kulit tampak merah, keunguan, kencang, licin, teraba hangat pada waktu sendi
membengkak.
b. Pulmonaile
1) Kaji bentuk dada, frekwensi pernafasan. Apakah ada nyeri tekan.
2) Dan apakah ada kelainan pada bunyi nafas.
c. Cardiofaskuler
1) Inspeksi terjadi distensi vena
2) Palpasi : Takhikardi
3) Auskultasi : Apakah ada suara jantung normal S1 dan S2 tunggal
d. Abdomen
Pada penderita Gout Artritis biasanya terjadi anoreksia dan konstipasi.
d. Urologi
Hampir pada 20 % penderita Gout Artritis memiliki batu ginjal.
e. Muskuluskeletal
1) Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.
2) Tofi dengan gout kronik, ini temuan paling bermakna. Tofi adalah
pembesaran jaringan permanen diakibatkan dari deposit kristal urat
natrium, dapat terjadi dimana saja pada tubuh tetapi umum ditemukan pada
sendi sinovial, bursa alecranon dan vertebrate.
3) Laporan episode serangan gout adalah nyeri berdenyut, berat dan tak dapat
ditoleransi.
Reproduksi
Biasanya mengalami gangguan pada saat melakukan aktivitas
sexual akibat kekauan sendi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak sendi
2. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri / sekunder terhadap fibrositas.
3. Risiko tinggi terhadap isolasi sosial yang berhubungan dengan kesulitan ambulasi dan
keletihan
4. Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder
terhadap penyakit.
5. Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder
terhadap penyakit.
C. INTERVENSI
1. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak sendi
Tujuan :
Kriteria Hasil :
a. Adanya dan tingkat nyeri.
b. Fungsi dan mobilitas sendi :
1) Keterbatasan pada rentang gerak.
2) Adanya deformitas.
c. Kekuatan Otot
Intervensi :
a. Berikan penghilang nyeri sesuai kebutuhan.
Rasional : Nyeri dapat berperan dalam menurunkan mobilitas.
b. Berikan dorongan kepatuhan pada program latihan yang ditentukan, yang dapat
meliputi latihan berikut :
1) Rentang gerak
2) Penguatan otot
3) Ketahanan
Rasional : Program latihan teratur meliputi aktivitas rentang gerak, isometrik dan aerobik
tertentu dapat membantu mempertahankan integritas fungsi sendi.
c. Berikan dorongan untuk melakukan latihan yang sesuai denga tingkat aktivitas
penyakit.
Rasional : Selama periode inflamasi akut, individu dapat mengimbolisasi sendi pada
posisi yang paling nyaman.
2. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri / sekunder terhadap fibrositas.
Kriteria Hasil :
a. Kebutuhan Tidur yang lazim, pola, terbangun pada malam hari.
b. Adanya nyeri pada malam hari.
c. Adanya fibrositis sekunder, ditandai oleh :
1) Kesulitan mempertahankan tidur atau tidur non restoratif.
2) Karakteristik titik tubuh nyeri tekan setempat.
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mandi dengan air hangat / pancur sebelum tidur, juga
mungkin bermanfaat mandi pancur pada pagi-pagi untuk mengurangi kekakuan pagi.
Rasional : Air hangat meningkatkan sirkulasi sendi yang emngalami inflamasi dan
merilekskan otot
b. Dorong pelaksanaan ritual menjelang tidur. Misal : aktivitas hygiene, membaca
atau minum hangat.
Rasional : Ritual menjelang tidur membantu meningkatkan relaksasi dan menyiapkan
tidur.
c. Lakukan tindakan penghilang nyeri sebelum tidur distraksi dan relaxsasi.
Rasional : Klien dengan penyakit inflamasi sendi sering mengalami gejala yang
memburuk pada malam hari.
d. Anjurkan posisi sendi yang tepat :
1) Bantal untuk posisi ekstremitas.
2) Bantal servikal
Rasional : Posisi tepat dapat membantu mencegah nyeri selama tidur dan terjaga.
3. Risiko tinggi terhadap isolasi sosial yang berhubungan dengan kesulitan ambulasi dan
keletihan
Kriteria Hasil :
a. Pola sosial ini dan sebelumnya.
a. Perubahan yang diantisipasi, keinginan terhadap suatu peningkatan.
Intervensi :
a. Dorong px untuk mengungkapkan perasaan dan mengevaluasi pola sosialisasinya.
Rasional : klien yang dapat menentukan apakah ola sosialisasinya memuaskan atau
tidak.
b. Diskusikan keuntungan menggunakan waktu luang untuk mempercayai diri
(Membaca / membuat kerajinan tangan).
Rasional : Aktivitas hiburan dapat membuat seseorang lebih tertarik pada orang lain.
c. Hindari menonton televisi berlebihan.
Rasional : Selain pendidikan dokumenter, TV mendorong partisipasi pasif dan biasnaya
tidak menantang intelektual.
d. Identifikasi hambatan utnuk kontak sosial.
1) Kurang transportasi
2) Nyeri
3) Penurunan mobilitas.
Rasional : Masalah mobilitas umumnya menghambat mobilisasi, tetapi banyak kesulitan
yang berkaitan dapat diatasi dengan perencanaan.
4. Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder
terhadap penyakit.
Kriteria Hasil :
a. Kebutuhan akan dan kemampuan untuk menggunakan alat bantu.
b. Besarnya ketidakmampuan pada aktivitas perawatan diri bisa teratasi.
Intervensi :
a. Rujuk ke terapi akupasi untuk instruksi teknik penghematan energi dan
penggunaan alat bantu.
Rasional : Terapi akupasi dapat memberikan instruksi khusus dan bantuan lebih lanjut.
b. Berikan privasi dan lingkungan kondusif untuk melakukan setiap aktivitas.
Rasional : Lingkungan yang nyaman, aman, dapat menurunkan ansietas dan
meningkatkan kemampuan perawatan diri.
c. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat adekuat.
Rasional : Kelelahan menurunkan motivasi untuk aktivitas perawatan diri.
d. Jelaskan keterbatasan bahan rujukan swa.bantu sepertii dari Yayasan Rematik.
Rasional : Meningkatkan swa.bantu untuk meningkatkan harga diri.
5. Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder
terhadap penyakit.
Kriteria Hasil :
a. Untuk meningkatkan pengetahuan px tentang atau pengalaman kondisi artritis
baik pribadi atau saudara, teman : perasaan beban dan pertanyaan.
b. Membantu kesiapan dan kemampuan px dan keluarga px untuk belajar dan
menyerap informasi.
Intervensi :
a. Jelaskan tentang artritis inflamasi menggunakan alat bantu. Pengajaran yang
sesuai dengan tingkat pengertian px dan keluarga px tentang :
1) Proses inflamasi
2) Fungsi dan Struktur sendi
3) Penyakit kronis alamiah
Rasional : Untuk menekankan pengertian yang baik terhadap proses penyakit dan
tindakan yang dilakukan klien utnuk mengatasi gejala dan meminimalkan dampak.
b. Ajarkan klien untuk menggunakan obat yang diresepkan dengan tepat dan untuk
segera melaporkan gejala efek samping.
Rasional : Mentaati jadwal dapat membantu mencegah fluktuasi kadar obat dalam darah
yang dapat menurunkan efek samping.
c. Jelaskan penggunaan modalitas tindakan lain seperti :
1) Penggunaan pemanas atau pendingin lokal.
2) Alat bantu
3) Latihan
Rasional : Cedera dapat menurunkan mobilitas lebih jauh dan motivasi untuk
melanjutkan terapi
d. Jelaskan hubungan stress pada penyakit inflamasi. Diskusikan tentang teknik
penatalaksanaan stress :
1) Relaksasi pronfesik
2) Bimbingan imajinasi
3) Latihan teratur.
Rasional : Penggunaan efektif teknik penatalaksanaan stress dapat membantu
meminimalkan efek stress pada proses penyakit.
e. Pertegas pentingnya perawatan tindak lanjut rutin.
Rasional; : Perawatan tindak lanjut dapat mengidentifikasi dini komplikasi dan
membantu mengurangi ketidakmampuan karena disuse.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, N.R. 2011. Cara Mudah Mencegah, Mengobati, Asam urat & Hipertensi. Yogyakarta:
Dianamika Medika.

Helmi, Z. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogakarta: Mediaction
Publishing.

Ode, S.L. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soeroso, J. 2011. Asam Urat. Jakarta: Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai