Anda di halaman 1dari 15

PATOFISIOLOGI GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL

DALAM KEBIDANAN

Disusun oleh :
MASYKUROH
1910104001

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS OLMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIAH
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 3
A. Definisi Gangguan Sistem Gastrointestinal................................... 3
B. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Sistem Gastrointestinal .......... 4
C. Macam-macam Gangguan Gastrointestinal pada Wanita Hamil... 5
1. Hiperemesis Gravidarum........................................................ 5
2. Emesis Gravidarum ................................................................ 8
3. Gastritis................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................ 12
A. Kesimpulan .................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem organ
yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut. Pada bulan pertama kehamilan terdapat
perasaan mual ini adalah akibat kadar hormone estrogen yang meningkat. Tonus
otot-otot traktus digestivus (saluran gastrointestinal) menurun sehingga seluruh
traktus digestivus berkurang.
Saliva adalah pengeluaran air liur secara berlebihan daripada normal, bila
terlampau banyak dapat menjadi patologi. Saliva meningkat pada trimester
pertama, mengeluh mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan
melemah menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit
usus sehingga makanan akan lebih lama berada dalam saluran gastrointestinal. Ini
mungkin merupakan akibat jumlah progesterone besar yang terdapat selama
kehamilan.
Selain itu juga, uterus yang semakin membesar akan menekan rectum dan
usus bagian bawah sehingga terjadinya sembelit (konstipasi). Sembelit semakin
berat karena gerakan otot didalam usus diperlambat oleh tingginya kadar
progesterone. Adapun macam-macam gangguan gastrointestinal seperti emesis
gravidarum, hiperemesis gravidarum dan gasrtritis dalam kehamilan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sistem gastrointestinal ?
2. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi sistem gastriontetinal pada
kehamilan ?
3. Apa definisi dari macam-macam gangguan sistem gastriontetinal pada
kehamilan ?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari macam-macam gangguan sistem
gastriontetinal pada kehamilan ?

1
2

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Muliah Patofisiologi
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi sistem gastrointestinal
b. Mengetahui perubahan anatomi dan fisiologi sistem gastrointestinal
pada kehamilan
c. Mengetahui definisi macam-macam gangguan sistem gastrointestinal
pada kehamilan
d. Mengetahui penatalaksanaan macam-macam gangguan sistem
gastrointestinal pada kehamilan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Gangguan Sistem Gastrointestinal


Gangguan gastrointestinal adalah suatau kelainan atau penyakit pada
jalan makanan/pencernaan. Penyakit gastrointestinal yang termasuk yaitu
kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus
halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (taktus
biliaris) dan pancreas.
Sistem gastrointestinal berpengaruh dalam beberapa hal karena
kehamilan. Tingginya kadar progesterone mengganggu keseimbangan
cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah dan menigkatkan kontraksi
otot-otot polos. Sekresi saliva menjadi lebih asam dan lebih banyak, dan
asam lambung menurun. Perbesaran uterus lebih menekan diafragma,
lambung dan intestine.
Karena kehamilan yang berkembang terus, lambung dan usus digeser
oleh uterus yang membesar. Sebagai akibat perubahan-perubahan posisi
organ visera ini, penemuan fisik pada penyakit tertentu dapat berubah.
Apendiks, misalnya biasanya bergeser ke arah atas dan agak ke lateral saat
uterus membesar dan seringkali dapat mencapai pinggang kanan.
Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus
bagian bawah sehingga terjadinya sembelit (konstipasi). Sembelit
semakin berat karena gerakan otot didalam usus diperlambat oleh
tingginya kadar progesterone.
Wanita hamil sering mengalami heartburn (rasa panas di dada) dan
sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di
dalam lambung dan karena relaksasi sfingter dikerongkongan bagian
bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke
kerongkongan. Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan
jika sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya akan membalik
karena asam lambung yang dihasilkan lebih sedikit.

3
4

Saliva meningkat dan pada trimester pertama, mengeluh mual dan


muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas
dan makanan akan lebih lama berada di dalam saluran makanan.
Reabsorbsi makanan baik, namun akan menimbulkan obstipasi. Gejala
muntah (emesis gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi hari,
disebut sakit pagi (morning sickness).
Sistem pencernaan dengan pengaruh hormone estrogen asam
lambung meningkat yang menyebabkan hipersalivasi, darah lambung
terasa panas, morning sickness dan terjadi emesis gravidarum. Sedangkan
pengaruh hormone progesterone menyebabkan gerakan usus menurun dan
terjadi obstipasi.
Hemoroid cukup sering pada kehamilan. Kelainan ini sebagian
besar disebabkan oleh konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena dibawah
uterus. Pirosis, umumnya pada kehamilan, paling mungkin disebabkan
oleh refluks secret-sekret asam ke esofagus bagian bawah, posisi lambung
yang berubah mungkin ikut menyumbang pada seringnya terjadi peristiwa
ini. Wanita hamil biasanya mengalami gangguan gastrointestinal pada
lambung seperti hiperemesis, emesis gravidarum dan gastritis.

B. Perubahan anatomi dan fisiologi sistem gastrointestinal pada kehamilan


1. Trimester 1
Pada bulan-bulan awal kehamilan 1/3 dari wanita hamil mengalami
mual dam muntah. Sebagaimana kehamilan berlanjut penurunan asam
lambung melambatkan pengosongan lambung dan menyebabkan
kembung. Menurunnya gerakan peristaltik tidak saja menyebabkan
mual tetapi juga konstipasi karena lebih banyak feses terdapat dalam
usus. Lebih banyak air diserap dan semakin keras jadinya. Konstipasi
juga disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah pada
awal masa kehamilan dan kembali pada masa kehamilan.
Gigi berlubang terjadi lebih mudah pada saliva yang bersifat asam.
Selama kehamilan dan membutuhkan perawatan yang baik untuk
5

mencegah karies gigi. Pada bulan-bulan terakhir nyeri ulu hati dan
regurgitasi (pencernaan asam) merupakan ketidaknyamanan yang
disebabkan tekanan keatas dari perbesaran uterus. Pelebaran pembuluh
darah rectum (hemoroid) dapat terjadi pada persalinan. Rektum dan
otot-otot yang memberikan sokongan yang sangat tegang.
2. Trimester 2
Mulut dan gusi terus hiperemia,sensitif terhadap zat iritan. Esofagus
dan lambung hormon progesteron meningkat merelaksasi otot
intestine dan menurunnya motilitas. Pengosongan lambung menurun.
Regulasi esofagus. Liver peningkatan hormon estrogen dan
progesteron mengakibatkan gejala gatal-gatal (pruritus gravidum).
3. Trimester 3
Terjadi perubahan posisi lambung dan usus akibat
perkembangan uterus. Penurunan tonus dan motilitas saluran
gastrointestinal menyebabkan waktu pengosongan lambung menjadi
lebih lama. Penyerapan makanan meningkat. Terjadi konstipasi yang
dapat meningkatkan terjadinya haemoroid. Adanya refluks sekret-
sekret asam ke esofagus menyebabkan terjadinya pirosis (nyeri ulu
hati). Gusi menjadi melunak dan mudah berdarah (hiperemi) kalau
terkena cedera ringan saja, misalnya oleh sikat gigi.
C. Macam-macam gangguan gastrointestinal pada wanita hamil
1. Hiperemesis gravidarum
a. Definisi hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan
atau tidak terkendali selama masa kehamilan, yang menyebabkan
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi dan
kehilangan berat badan (khumira, 2012).
b. Etiologi hiperemesis gravidarum
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti,
tetapi beberapa faktor predsiposisi yaitu :
1) Faktor adaptasi hormonal
6

a) Anemia
Selama kehamilan trimester pertama, wanita hamil
mengalami anemia saat kadar hemoglobin kurang dari
11gr/dl atau kadar hematokritnya turun sampai dibawah 37%.
b) Primigravida
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormone estrogen dan korionik gonadotropin, dan
jumlah hormone yang dikeluarkan terlalu tinggi dan
menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum
(Manuaba,2010).
c) Molahidatidosa
Pada kehamilan molahidatidosa kadar HCG lebih tinggi dan
terjadi peningkatan hormone estrogen dan progesterone yang
memicu terjadinya mual muntah yang berlebihan
(prawirahardjo, 2010).
2) Faktor psikologi
Hubungan faktor psikologi dengan kejadian hiperemesis
gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang
menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan
dengan suami dan sebagainya diduga dapat menjadi faktor
kejadian hiperemesis gravidarum(Manuaba,2010).
3) Faktor alergi
Pada kehamilan ketika diduga terjadi invasi jaringan villi
korialis yang masuk dalam peredaran darah ibu, maka faktor
alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis
gravidarum (Manuaba,2010).
c. Gejala hiperemesis gravidarum
1) Mual dan muntah, yang parah dan berkepanjangan
2) Berat badan menurun
3) Dehidrasi
4) Jantung berdebar
7

5) Konstipasi
6) Mengeluarkan air liur secara berlebihan
7) Pusing dan nyeri kepala
8) Sangat sensitif terhadap aroma
9) Sulit menelan makanan atau minum
10) Hipotensi atau tekanan darah rendah
11) Berat badan bayi rendah
d. Diagnosis hiperemesis gravidarum
1) Pemeriksaan laboratorium darah, urine, dan elektrolit untuk
memastikan pengidap benar-benar mengalami hiperemesis
gravidarum dan bukan kondisi lainnya.
2) Pencitraan dengan USG, untuk melihat kondisi janin dalam
kandungan.

e. Pengobatan hiperemesis gravidarum

1) Pemberian obat-obatan lewat suntikan, seperti vitamin B6,


vitamin B12, serta antiemetik atau antimual, untuk meringankan
gejala hiperemesis gravidarum.
2) Pemasangan cairan infus, untuk menjaga asupan cairan yang
dibutuhkan oleh pengidap agar terhindar dari dehidrasi.
3) Perubahan kebiasaan dan lingkungan, seperti banyak istirahat
dan kurangi gerak, menggunakan pakaian longgar, menghindari
aroma-aroma, suara bising, dan kedipan cahaya berlebih yang
dapat memicu mual. Selain itu, konsumsi kudapan kering
(misalnya biskuit) secara berkala, konsumsi makanan tinggi
karbohidrat tapi rendah lemak, serta minum air jahe ketika
merasa mual
8

f. Pencegahan hiperemesis gravidarum

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hiperemesis


gravidarum adalah dengan berkonsultasi dengan dokter saat
merencanakan kehamilan dan menghindari faktor-faktor yang
dapat menjadi pemicunya.

g. Patofisiologi

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan


muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan
cadangan karbohidratdan lemak habis terpakai keperluan energi,
karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan
asam dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan
kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang, natrium dan klorida air kemih
turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi
sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal
menambah frekuensi muntah-muntah lebih banyak dapat merusak
hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.

2. Emesis
a) Definisi emesis gravidarum
Emesis gravidarum adalah gejala wajar atau sering terdapat pada
kehamilan trimester pertama, mual biasanya terjadi pada pagi hari
tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejal ini
biasanya terjadi enam minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2007).
9

b) Etiologi emesis gravidarum


1) Peningkatan hormon kelamin yang diproduksi selama hamil
2) Perubahan hormon yang akan mengakibatkan pengeluaran
asam lambung yang berlebihan terutama di pagi hari.
3) Selama hamil pergerakan usu menjadi lambat, karen pengaruh
hormon hipofise.
c) Penatalaksanaan emesis gravidarum
1) Makan-makanan yang mengandung karbohidrat dan protein yang
dapat membantu mengatasi rasa mual, banyak mengkonsumsi
buah dan sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti
roti, kentang, biscuit, dan sebagainya.
2) Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang
akan memperburuk rasa mual.
3) Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah.
4) Vitamin B6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil.
5) Makan dalam jumlah sedikit tapi sering.
6) Pengobatan tradisional, jahe biasanya juga dapat mengurangi
rasa mual.
3. Gastritis

a) Definisi gastritis
Penyakit gastritis sering terjadi pada kehamilan muda, dengan dasar
keluhan seperti mual, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri
didaerah epigastrium dan sebagianya. Keluhan ini hamper sama
dengan hiperemesis gravidarum. Bila penyakit ini disebabkan oleh
kehamilan biasanya keluhan akan hilang setelah trimester I. Kelainan
gastrointestinal bisa timbul pada saat kehamilan atau kelainan yang
sebelumnya sudah ada akan bertambah berat sewaktu hamil.
10

b) Klasifikasi gastritis

1) Gastritis Akut adalah peradangan mukosa lambung yang akut


dengan kerusakan-kerusakan erosive.
2) Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri Helicobacter
Pylori.
3) Gastritis Bacterial adalah yang gastritis infektiosa disebabkan
pleh refluks dari duodenum.

4. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptic ialah bila terdapat


ketidakseimbangan faktor penyerang dan faktor pertahaan pada
mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan faktor ofensif atau
penurunan kapasitas defensife mukosa. Faktor ofensif tersebut meliputi
asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi
Helicobacter Pylori yang bersifat gram negative, OAINS, alcohol dan
radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau faktor defensive
mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni preepitelial,
epithelial dan subepitelial.
Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah
berupa lapisan mucus bicarbonate yang merupakan penghalan
fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia termasuk ion hydrogen.
Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas
pertahanannya meliputi produksi mucus, bikarbonat, transportasi ion,
untuk mempertahankan Ph, dan membuat ikatan antar sel. Lapisan
pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang adekuat.
5. Penatalaksanaan
a) Gastritis akut
1) Instruksi pasien untuk menghindari alcohol
11

2) Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mngandung gizi


dianjurkan
3) bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parental
4) bila pendarahan terjadi, lakukan pentalaksanaan untuk
hemorargi saluran gastrointestinal
5) untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka
encer
6) pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat
gangrene atau perfonase
7) reaksi lambung di perlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus

b) Gastritis kronis
a) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makanan
lunak diberikan sedikit tapi sering.
b) Mengurangi stress
c) Helicobacter Pylori diatasi dengan antibiotic (tetrasiklin ¼,
amoxicillin) dan gram bismuth (pepto-Bismol).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa gangguan sistem
gastrointestinal adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan.Penyakit ini
merupakan golongan besar dari penyakit pada organ mulut, esofagus, usus halus, usus besar,
rektum, anus, bahkan hati, pankreas dan empedu.
Penyakit pencernaan bervariasi dari penyakit ringan hingga berat yang dapat
menyebabkan kematian. Namun, walaupun terkadang terasa ringan penyakit pada sistem
pencernaan ini dapat mengakibatkan dampak yang berat bahkan fatal apabila dibiarkan
tanpa penanganan yang dapat dan intensif. Sebagian penyakit dari sistem pencernaan dapat
dijadikan ciri atau dampak dari penyakit lain sebagai penyakit permulaan atau sampingan.
Tentu saja hal ini tidak dapat diremehkan bagitu saja mulai dari penyebab maupun cara
pencegahannya.

B. Saran
Kita harus lebih mengenali dan mengetahui macam-macam penyakit pencernaan mulai
dari penyebab hingga penanganan dan terapi yang tepat. Serta menjaga pola makan,
kebersihan diri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari penyakit-penyakit tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Dermawan, Deden, dan Tutik, Rahayuningsih. 2010. Keperawatan Medical


Bedah: Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publisher.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan.


Yogyakarta: Gosyen Publisher.

Lusianah & Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Sjamsuhidajat R &de Jong, W. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai