Anda di halaman 1dari 10

BIOINDIKATOR PERAIRAN

Laporan Praktikum
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi
Dibimbing oleh Drs. Agus Dharmawan, M.Si dan Farid Akhsani, S.Si., M.Si

Oleh :

Kelompok 5 Offering C 2018

Adera Suri Wardani (180341617544)


Gracia Filia Mulyono (180341617560)
Hendrawan (180341600135)
Naily Adniya Rochmy (180341617575)
Rahma Nur Aini Berlian (180341617547)
Siti Widyawati (180341617501)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

Februari 2020
A. Topik :
B. Tujuan :

C. Dasar Teori
Sungai sebagai salah satu ekosistem air berfungsi sebagai tempat hidup
organisme (Maryono, 2005). Menurut Susanto dkk (2008) organisme yang
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan kecepatan arus sungai merupakan
orgamisme yang hidupnya dalam sungai.

Bentos merupakan organisme yang hidupnya di dalam perairan dan dapat


ditemukan pada substrat dasar suatu perairan, baik yang bersifat sesil (melekat)
maupun vagil (bergerak bebas). Penggolongan bentos dapat dibedakan
berdasarkan tempat hidupnya dan siklus hidupnya. Berdasarkan tempat hidupnya,
bentos dapat dibedakan menjadi epifauna dan infauna (Barus, 2004).

Suatu bentos disebut epifauna jika hidup di atas substrat dasar perairan
sedangkan infauna adalah bentos yang hidupnya tertanam di dalam substrat dasar
perairan. Berdasarkan siklus hidupnya bentos dapat dibagi menjadi holobentos,
yaitu kelompok bentos yang seluruh hidupnya bersifat bentos dan merobentos,
yaitu kelompok bentos yang hanya bersifat bentos pada fase-fase tertentu dari
siklus hidupnya (Barus, 2004).

Komunitas bentos memiliki peran sangat penting dalam ekosistem perairan


terutama di danau dan sungai (Sharma et al, 2013). Penilaian kualitas lingkungan
perairan umumnya sering menggunakan makrozoobentos (Vyas et al, 2012).
Makrozoobentos merupakan organisme yang sering digunakan sebagai indikator
pencemaran serta memiliki peran dalam biomonitoring dari suatu perairan
(Minggawati, 2013). Karena hidupnya yang cenderung menetap pada sedimen
dasar perairan, memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar.
(Sharma et al., 2013), mudah ditangkap dan kelangsungan hidupnya yang panjang
(Purnami et al. 2010).

Menurut Pearsons, pengelompokan hewan menurut ukuran tubuh yang


dapat lolos saring terbagi menjadi :

a. Makrozoobentos, yaitu kelompok bentos yang berukuran lebih besar


dari 1,0 mm. Kelompok ini termasuk hewan bentos yang terbesar. Contohnya:
larva dari diptera, odonata dan sebagainya
b. Mesobentos, adalah kelompok bentos yang memiliki ukuran antara 0,1
mm -1,0 mm. Hewan yang termasuk dalam kelompok ini molusca kecil, cacing
kecil, dan crustaceae kecil.

c. Mikrobentos, merupakan kelompok bentos yang berukuran lebih kecil


dari 0,1 mm. Kelompok ini termasuk hewan bentos yang paling kecil. Contohnya :
protozoa khususnya cilliata.

Spesies makrozobentos dapat dikelompokkan berdasarkan kepekaannya


terhadap pencemaran terdiri atas :

a. Intoleran, merupakan organisme yang bisa tumbuh dan berkembang


dalam kondisi lingkungan yang sempit

b. Fakultatif, adalah organisme yang dapat bertahan hidup pada kondisi


lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran.

c. Toleran, yaitu organisme yang bisa tumbuh dan berkembang dalam


kondisi lingkungan yang luas. Organisme ini dapat ditemukan di perairan yang
memiliki kulitas jelek. (Gaufin)

Cara pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan analisis fisika


dan kimia air serta analisis biologi. Untuk perairan yang bersifat dinamis, dapat
digunakan analisis biologi sehingga diperoleh gambaran tentang kualitas perairan.
Analisis fisika dan kimia air kurang memberikan gambaran realita mengenai
kualitas perairan. Kehidupan bentos yang relatif menetap dapat digunakan sebagai
petunjuk kualitas lingkungan dengan sebab bentos tersebut selalu kontak dengan
limbah yang masuk ke habitatnya. Spesies hewan bentos yang mudah untuk
diidentifikasi serta peka terhadap perubahan lingkungan perairan yaitu
makrozoobentos (Nybakken, 1992).

Bioindikator merupakan komunitas organisme yang perilakunya serta


keberadaannya di alam memiliki keterkaitan dengan kondisi lingkungan.
Pengaruh keberadaan organisme tersebut mengindikasikan terjadi perubahan
kualitas air, sehingga bentos dapat digunakan sebagai penunjuk kualitas
lingkungan (Fitriana, 2006). Salah satu faktor penentu keragaman
makrozoobentos ialah kecepatan arus. Kecepatan arus akan mempengaruhi
komposisi substrat dasar (sedimen) dan aktifitas makrozoobentos yang ada.
(Wibisono, 2004).
Pada masa awal perkembangan, hewan makroinvertebrata air
sangat rentan terhadap temperatur tinggi. Hewan makroinvertebrata dapat
meningkatkan siklus hidupnya sehingga lebih cepat dewasa pada tingkat tertentu.
Temperatur yang tinggi menyebabkan semakin rendahnya kelarutan oksigen
sehingga berakibat hambatan bagi organisme akuatik dalam melakukan respirasi
(Barus, 2004).

Menurut Effendi (2003) konsentrasi bahan tersuspensi atau zat terlarut


tinggi dapat mengakibatkan cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan
. Berkurangnya cahaya matahari disebabkan karena banyaknya faktor antara lain
adanya bahan yang tidak larut seperti debu, tanah liat maupun mikroorganisme air
yang mengakibatkan air menjadi keruh.

Intensitas cahaya memiliki fungsi sebagai alat pendukung kehidupan


organisme air dalam habitatnya. Larva dari Baetis rhodani akan bereaksi terhadap
perubahan intensitas cahaya, dimana jika intensitas cahaya matahari berkurang
maka hewan ini akan ke luar dari tempat perlindungannya menuju ke bagian atas
bebatuan untuk mencari makanan (Barus, 2004).

Faktor yang sangat penting di dalam ekosistem air adalah oksigen terlarut.
Fungsinya untuk respirasi sebagian besar organisme air. Nilai oksigen terlarut di
perairan sebaiknya berkisar antara 6 – 8 mg/l, semakin rendah nilai DO maka
makin tinggi tingkat pencemaran ekosistem tersebut. Kadar organik merupakan
suatu hal yang berpengaruh pada kehidupan makrozoobentos. Makrozoobentos
dapat memperoleh nutrisi melalui kadar organik. Suatu perairan yang memiliki
kadar organik tinggi umumnya akan mengakibatkan meningkatnya jumlah
populasi hewan bentos. (Barus, 2004)
D. Alat dan bahan

Alat Bahan

E. Cara Kerja
1.
G. Analisis Data
H. Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran

Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3

Analisis menggukan Soil tester


metode garis Kuadran
pada
kuadran 1

Soil Tester Vegetasi Soil Tester


pada yang pada
kuadran ke 2 ditemukan kuadran ke 3

Anda mungkin juga menyukai