signifikan dalam waktu yang terbatas, sementara persoalan yang ada harus
segera dianalisis, disimpulkan dan ada solusinya.
Dimensi aksiologis dalam intelijen adalah berupa tindakan atau
operasi intelijen yang menggunakan berbagai bentuk dan tingkatan power
(kekuatan atau kekuasaan). Dalam dunia militer dan politik dikenal adanya
tiga jenis kekuatan atau kekuasaan, yaitu: (a) Kekuasaan keras (hard
power), dengan menggunakan kekuatan fisik militer, kepolisian, kejaksaan
dan pengadilan; (b) Kekuasaan lunak (soft power), berupa kekuasaan
untuk mempengaruhi dan meyakinkan (the power to persuade), yang
umumnya berkenaan dengan dunia gagasan, nilai-nilai, pendidikan,
budaya, agama dan musik; (c) Kekuasaan cerdas (smart power), berada
diantara hard power dan soft power, yang pada umumnya berupa tindakan
memberi imbalan uang, barang, keuntungan materi, pangkat dan jabatan.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah geografi
yang luas, beragam jenis sumber daya alam, serta kondisi demografi yang
terdiri atas berbagai suku, agama, dan ras, memiliki tingkat kerentanan
yang cukup tinggi terhadap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
(ATHG) baik yang datang dari luar atau dalam negeri, sehingga diperlukan
suatu perumusan strategi dan kebijakan bagi Pemerintah RI dalam rangka
pembangunan dan memperkuat ketahanan nasional. Penerapan strategi
dan kebijakan politik yang tidak tepat sasaran akan berdampak kepada
instabilitas politik, keamanan, dan ekonomi, bahkan dapat pula berdampak
kepada negara gagal (failed state). Intelijen dalam hal ini memiliki fungsi
yang sangat strategis dalam memberikan dukungan informasi yang akurat
dan cepat sesuai dengan perencanaan dan kebutuhan Pemerintah RI
dalam rangka pembangunan nasional, agar segala strategi dan kebijakan
yang dirumuskan dan diterapkan tepat sasaran dan sesuai dengan apa
yang menjadi aspirasi rakyat serta kepentingan nasional.
AMH juga menyebutkan bahwa secara umum ada tiga fungsi
intelijen, yang merupakan wujud dari unsur aksiologis intelijen, yaitu:
(a) Penyelidikan (detection) berupa kegiatan pengumpulan keterangan-
keterangan, terutama mengenai keadaan dan tindakan apa yang akan
dilakuka pihak lawan, yang setelah diolah dan dinilai dinamakan ‘intelijen’;
(b) Pengamanan (security) terhadap personil, material dan keterangan
(termasuk dokumen), yaitu kegiatan melindungi, mengurangi potensi
gangguan dan membatasi ruang gerak dan kesempatan lawan.
Pengamanan juga untuk mencegah pihak lawan dapat mengetahui
keadaan dan rencana pihak kita. Ada tindakan pengamanan aktif (contra
intelligence) dan pengamanan pasif (seperti dengan kamuflase atau
penyamaran); (c) Penggalangan (conditioning). Ada dua jenis. Pertama,
‘operasi penggalangan keras’ berupa serangan bersenjata, teror,
Referensi
A.M. Hendropriyono (2013). Filsafat Intelijen Negara Republik Indonesia.
KOMPAS.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/502532-hendropriyono-jadi-
guru-besar-intelijen-pertama-di-dunia
1
https://www.kompasiana.com/malikbewok/5510d9fe813311593bbc6b32/filsafat-intelijen
DAFTAR PUSTAKA
Tahan Samuel L. Toruan. 2019. Filsafat Intelijen : Ontologi I. Slide Mata Kuliah
Filsafat Intelijen. Sentul : UNHAN.
Tahan Samuel L. Toruan. 2019. Filsafat Intelijen : Ontologi II. Slide Mata Kuliah
Filsafat Intelijen. Sentul : UNHAN.
Hendropriyono. 2013. Filsafat Intelijen. Kompas : Jl. Palmerah Selatan 26-28
Jakarta.
I wayan Midhio.2019. Intelijen Fisik. Slide Mata Kuliah Filsafat Intelijen
Sentul: Bogor.