Anda di halaman 1dari 7

Maritime Security Studies

Faculty of National Security Yosy Gustasya


Indonesia Defense University 120190302030

UJIAN TENGAH SEMESTER


FILSAFAT INTELIJEN

1. Setelah mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang


Aksiology Intelijen, apa yang mahasiswa ketahui mengenai
Aksiologi Intelijen tersebut dikaitkan dengan pngertian dari
pengetahuan ilmu intelijen. Jelaskan secara singkat.
Secara teoritis, filsafat dapat dilihat dari dimensi ontologis,
epistemologis, aksiologis dan etika. Pemaknaan ontologis tentang intelijen
adalah pembacaan tentang intelijen dan segala siasatnya, dalam disiplin
filsafat negara. Dimensi ontologis intelijen (keberadaan intelijen itu sendiri)
diibaratkan sebagai otak dan pancaindera dari tubuh manusia. Dalam
bukunya tersebut, AMH berulang-ulang menegaskan bahwa prinsip dan
karakteristik dari institusi dan operasi intelijen di dunia termasuk di
Indonesia-- sebagai sifat dari ontologis intelijen ini adalah Velox (dari
bahasa Latin, artinya ‘kecepatan’) dan Exactus (‘keakuratan’). Artinya
intelijen harus mampu secara cepat mendeteksi setiap potensi ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG), dan mampu bertindak akurat
untuk mencegah, mengeliminir atau bahkan menghancurkan ancaman
tersebut.
Epistemologi atau filsafat pengetahuan intelijen adalah bersifat
‘deteksi dini’ dan hasilnya adalah ‘peringatan dini’ dan tindak lanjutnya
adalah ‘cegah dini’. Epistemologi intelijen adalah kebenaran yang
bersandar pada ilmu pengetahuan (science) dan menolak metafisika.
Kebenaran dalam intelijen ditentukan oleh tinggi rendahnya derajat
kebenaran yang dikandung oleh sumber pengetahuan tersebut. AMH
memberi contoh: informasi dari agen yang ditanam di kelompok teroris
memiliki derajat kebenaran tertinggi (nilai A), sementara informasi dari
informan derajatnya lebih rendah (nilai B atau C), dan informasi dari sumber
lain seperti diluar kelompok teroris itu, misalnya dari pengamat, derajat
kebenarannya lebih rendah lagi (nilai C atau D). Menurut AMH, kebenaran
sumber pengatahuan intelijen harus berkorespondensi dengan
pengetahuan yang telah disampaikannya, dan harus koheren atau
diperkuat dengan kebenaran sebelumnya. Karenanya semua pengetahuan
intelijen harus dapat diverifikasi secara empirik.
Pengetahuan dan kebenaran intelijen diperoleh melalui penarikan
kesimpulan dari sederet informasi yang diterima. Penarikan kesimpulan
intelijen tidak dapat dilakukan secara induktif, seperti halnya dalam metode
penelitan ilmiah di dunia akademis pada umumnya. Sebabnya adalah
karena intelijen tidak dapat mengumpulkan bukti-bukti khusus secara

© Program Studi Keamanan Maritim, Universitas Pertahanan Indonesia | 2020 | 1


Maritime Security Studies
Faculty of National Security Yosy Gustasya
Indonesia Defense University 120190302030

signifikan dalam waktu yang terbatas, sementara persoalan yang ada harus
segera dianalisis, disimpulkan dan ada solusinya.
Dimensi aksiologis dalam intelijen adalah berupa tindakan atau
operasi intelijen yang menggunakan berbagai bentuk dan tingkatan power
(kekuatan atau kekuasaan). Dalam dunia militer dan politik dikenal adanya
tiga jenis kekuatan atau kekuasaan, yaitu: (a) Kekuasaan keras (hard
power), dengan menggunakan kekuatan fisik militer, kepolisian, kejaksaan
dan pengadilan; (b) Kekuasaan lunak (soft power), berupa kekuasaan
untuk mempengaruhi dan meyakinkan (the power to persuade), yang
umumnya berkenaan dengan dunia gagasan, nilai-nilai, pendidikan,
budaya, agama dan musik; (c) Kekuasaan cerdas (smart power), berada
diantara hard power dan soft power, yang pada umumnya berupa tindakan
memberi imbalan uang, barang, keuntungan materi, pangkat dan jabatan.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah geografi
yang luas, beragam jenis sumber daya alam, serta kondisi demografi yang
terdiri atas berbagai suku, agama, dan ras, memiliki tingkat kerentanan
yang cukup tinggi terhadap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
(ATHG) baik yang datang dari luar atau dalam negeri, sehingga diperlukan
suatu perumusan strategi dan kebijakan bagi Pemerintah RI dalam rangka
pembangunan dan memperkuat ketahanan nasional. Penerapan strategi
dan kebijakan politik yang tidak tepat sasaran akan berdampak kepada
instabilitas politik, keamanan, dan ekonomi, bahkan dapat pula berdampak
kepada negara gagal (failed state). Intelijen dalam hal ini memiliki fungsi
yang sangat strategis dalam memberikan dukungan informasi yang akurat
dan cepat sesuai dengan perencanaan dan kebutuhan Pemerintah RI
dalam rangka pembangunan nasional, agar segala strategi dan kebijakan
yang dirumuskan dan diterapkan tepat sasaran dan sesuai dengan apa
yang menjadi aspirasi rakyat serta kepentingan nasional.
AMH juga menyebutkan bahwa secara umum ada tiga fungsi
intelijen, yang merupakan wujud dari unsur aksiologis intelijen, yaitu:
(a) Penyelidikan (detection) berupa kegiatan pengumpulan keterangan-
keterangan, terutama mengenai keadaan dan tindakan apa yang akan
dilakuka pihak lawan, yang setelah diolah dan dinilai dinamakan ‘intelijen’;
(b) Pengamanan (security) terhadap personil, material dan keterangan
(termasuk dokumen), yaitu kegiatan melindungi, mengurangi potensi
gangguan dan membatasi ruang gerak dan kesempatan lawan.
Pengamanan juga untuk mencegah pihak lawan dapat mengetahui
keadaan dan rencana pihak kita. Ada tindakan pengamanan aktif (contra
intelligence) dan pengamanan pasif (seperti dengan kamuflase atau
penyamaran); (c) Penggalangan (conditioning). Ada dua jenis. Pertama,
‘operasi penggalangan keras’ berupa serangan bersenjata, teror,

© Program Studi Keamanan Maritim, Universitas Pertahanan Indonesia | 2020 | 2


Maritime Security Studies
Faculty of National Security Yosy Gustasya
Indonesia Defense University 120190302030

penculikan, sabotase dan subversi. Ada juga ‘operasi penggalangan


cerdas’ atau operasi psikologi (Perang Urat Syaraf/PUS), yang sifatnya
lebih untuk mempengaruhi dan mengubah persepsi orang/pihak lain sesuai
keinginan kita. Menurut AMH, pada masa perang melawan teror saat ini,
senjata yang paling ampuh adalah dengan penggalangan, yang harus
dilakukan dengan cepat, tepat dan senyap.
AMH juga memaparkan bahwa dalam dunia intelijen secara umum
dikenal tiga metode, yaitu: (a) ‘Metode Putih’ atau disebut aksi terbuka.
Dalam intelijen negara biasanya dilakukan oleh kalangan diplomat di
negara tempat mereka ditugaskan. Sementara dalam intelijen musuh
umumnya menggunakan tangan wartawan, yang baik sadar atau tidak
menulis berita tertentu yang diinginkan oleh musuh, contohnya berita
tentang terorisme yang justru turut menyebarkan ketakutan di
masyarakat. Atau memang wartawan yang memang telah dibina menjadi
agen intelijen, karena media massa dipandang sebagai titik kritis (critical
point), artinya dapat memberikan keuntungan bagi siapapun yang
menguasainya (h.70). Termasuk dalam hal ini kalangan NGO yang dapat
dipengaruhi dan/atau digunakan musuh untuk mengangkat isu tertentu
yang menguntungkan musuh; (b) ‘Metode Hitam’ atau aksi tertutup, adalah
operasi rahasia, yang dilakukan secara diam-diam dan tidak diekspose ke
publik; (c) ‘Metode Kelabu’ yang menggabungkan aksi terbuka dan tertutup.
Seperti kelompok bersenjata atau teroris (metode putih) yang juga
melakukan gerakan bawah tanah (metode hitam) atau klandestin
(clandestine). Intelijen yang melakukan penyergapan dan sekaligus
melakukan upaya penggembosan kelompok bersenjata juga dapat
dikatakan menggunakan metode ini. Kombinasi dari metode putih, hitam,
abu-abu, resmi, illegal, terbuka ataupun senyap sangat umum digunakan
dalam dunia intelijen .

Referensi
A.M. Hendropriyono (2013). Filsafat Intelijen Negara Republik Indonesia.
KOMPAS.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/502532-hendropriyono-jadi-
guru-besar-intelijen-pertama-di-dunia

© Program Studi Keamanan Maritim, Universitas Pertahanan Indonesia | 2020 | 3


Maritime Security Studies
Faculty of National Security Yosy Gustasya
Indonesia Defense University 120190302030

2. Pesan Intelijen saat ini dan kecenderungan intelijen dimana


mendadatang sangat dibutuhkan informasi yang cepat dan
tepat (velox et Exovtus). Jelaskan dengan singkat
hakikat/Esesnsi Intelijen yang menjadi bagian dari Velox et
Exoctus tersebut.
Filsafat intelijen dirumuskan Jend. (Purn.) A.M Hendropriyono dalam
disertasinya untuk mengimbangi hadirnya filsafat teror di tanah air. Filsafat
yang dimaksud adalah ketika intelijen dikaji dalam ranah pemikiran.
Kehadirannya menjadi proses dalam rancang bangun sebuah kajian
pemikiran (ideologi) yang kemudian berdialektika dengan berbagai dimensi
ilmu lainnya. Dengan adanya proses dialektika, maka intelijen akan diterima
sebagai sebuah worldview (cara pandang terhadap dunia dalam konteks
kekinian). 1

Gambar 1. Esensi Intelijen


Kecepatan dan ketepatan (velox et exactus) adalah semboyan
intelijen. Kecepatan dan ketepatan diperlukan dalam mengassess berbagai
kemungkinan cara bertindak, yang meliputi fungsi penyelidikan (detection),
pengamanan (security) baik melalui kamuflase dan kontra intelijen, atau
penggalangan (conditioning) melalui perang psikologis atau perang urat
syaraf. Pengguna (user) intelijen adalah Negara Republik Indonesia untuk
mencapai tujuan bernegara yakni melindungi segenap bangsa Indonesia,
yang menempatkan Pemerintahan negara Republik Indonesia yang
demokratis sebagai subjek, serta tegaknya keamanan dan ketertiban dan

1
https://www.kompasiana.com/malikbewok/5510d9fe813311593bbc6b32/filsafat-intelijen

© Program Studi Keamanan Maritim, Universitas Pertahanan Indonesia | 2020 | 4


Maritime Security Studies
Faculty of National Security Yosy Gustasya
Indonesia Defense University 120190302030

keselamatan negara bangsa, di tengah dinamika lingkungan strategis


global, regional dan nasional dalam pusaran tarik menarik, asimetris dan
inkonvensional.

Hakikat intelijen yang dimateriatisasi oleh tindakan yang cepat


(Velax) dan tepat (Exactus) untuk menghindarkan bangsa Indonesia dari
himpitan filsafati, berada dalam suasana kedaruratan. Kedaruratan pada
tataran operasional kerapkali memunculkan tindakan yang tidak masuk
akal, sedangkan hukum positif manapun tidak hadir di sana.

Aparat intelijen yang bertanggungjawab terhadap keamanan umum


sering dipersalahkan, ketika tindakannya dalam mencegah setiap potensi
ancaman menjadi ancaman nyata. Dasar berpijak aparat intetijen yang
bersangkutan adalah moral, yang merupakan payung paradigmatik bagi
segala macam alternative siasat. Kedaruratan itu sendiri menurut Adian
(2012) bukan kasus yang meminta pengecualian hukum. Kedaruratan
adalah dasar bagi jenis hukum dan keadilan baru. Dalam suatu realitas
yang goncang, kita tidak pertu sibuk mencari landasan hukum positif dalam
menyelamatkan rakyat. Hat itu disebabkan pada dasarnya, suasana
kedaruratan sejak kelahirannya sudah berwatak hukum.

Upaya pemerintah dalam mendeteksi ancaman cyber sendiri telah


dilakukan, tertuang dalam Perpres No. 73 Tahun 2017 menjelaskan bahwa
Badan Intelijen Negara perlu disempurnakan dan direvitalisasi.
Penyempurnaan Intelijen berdasarkan filsafat Intelijen Pancasila pada
masa kini dilakukan dengan konsep Smart Intelligence, yaitu memenuhi
kriteria responsive, simpatik, kreatif dan nasionalis. Responsif dalam arti
cepat tanggap dalam menghadapi sebuah situasi, tidak boleh tertinggal
informasi dari media sosial terlebih dengan masyarakat sipil. Intelijen
bereaksi cepat dan tepat dalam moto Velox et excatus.

Saat ini Indonesia mempunyai badan-badan intelijen ditingkatan


strategis yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi, serta kewenangan
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Badan-badan intelijen
tersebut terdiri atas;
(a) Badan Intelijen Negara (BIN) sebagai badan intelijen yang
membidangi urusan intelijen luar negeri dan intelijen dalam negeri, dan
sekaligus sebagai badan koordinator atas seluruh badan-badan negara
yang membidangi urusan intelijen;
(b) Intelijen Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai badan intelijen
di organisasi TNI yang membidangi urusan intelijen militer atau pertahanan;
(c) Intelijen Kepolisian (POLRI) sebagai badan intelijen di organisasi
POLRI yang membidangi urusan intelijen kepolisian;

© Program Studi Keamanan Maritim, Universitas Pertahanan Indonesia | 2020 | 5


Maritime Security Studies
Faculty of National Security Yosy Gustasya
Indonesia Defense University 120190302030

(d) Intelijen Kejaksaan RI sebagai badan intelijen di organisasi


Kejaksaan RI yang membidangi urusan intelijen penegakan hukum;
(e) Intelijen Kementerian
Dan Lembaga Pemerintah non-Kementerian sebagai badan intelijen
di Kementerian dan Lembaga Pemerintah non-Kementerian yang
membidangi urusan intelijen dalam rangka mendukung tugas-tugas
Kementerian dan Lembaga Pemerintah non-Kementerian.

© Program Studi Keamanan Maritim, Universitas Pertahanan Indonesia | 2020 | 6


Maritime Security Studies
Faculty of National Security Yosy Gustasya
Indonesia Defense University 120190302030

DAFTAR PUSTAKA

Tahan Samuel L. Toruan. 2019. Filsafat Intelijen : Ontologi I. Slide Mata Kuliah
Filsafat Intelijen. Sentul : UNHAN.
Tahan Samuel L. Toruan. 2019. Filsafat Intelijen : Ontologi II. Slide Mata Kuliah
Filsafat Intelijen. Sentul : UNHAN.
Hendropriyono. 2013. Filsafat Intelijen. Kompas : Jl. Palmerah Selatan 26-28
Jakarta.
I wayan Midhio.2019. Intelijen Fisik. Slide Mata Kuliah Filsafat Intelijen
Sentul: Bogor.

© Program Studi Keamanan Maritim, Universitas Pertahanan Indonesia | 2020 | 7

Anda mungkin juga menyukai