Anda di halaman 1dari 15

1.

Jelaskan pemahaman MDA dan sejarah lahirnya MDA versi amerika serta
jelaskan konsep global MDA yang disampaikan amerika.

Setelah serangan 11 September, para pejabat pemerintah Amerika


mulai mendiskusikan cara lain yang mungkin digunakan teroris untuk
menyerang warga Amerika, khususnya dalam wilayah maritim. Dalam pidato
yang disampaikan pada Januari 2002, Presiden George W. Bush mencatat,
“Jantung dari Program Maritime Domain Awarnese adalah informasi yang
akurat, intelijen, pengawasan, dan pengintaian dari semua kapal, kargo, dan
orang-orang yang berlayar di perairan samudera. Pada bulan November tahun
2002, Kongres amerika telah meloloskan Undang-Undang Keamanan
Transportasi Maritim. Dewan Keamanan Nasional dan presiden terus
mengeksplorasi masalah-masalah seputar keselamatan dan keamanan
lingkungan maritim AS. Pada bulan Desember 2004.
Maritime Domain Awarnese adalah usaha meningkatkan pemahaman
terhadap kejadian – kejadian di laut dan kawasan pantai dan mencarikan solusi
yang tepat dan efesien dalam penyelesaiannya. Bagian poko dari Maritime
Domain Awarnese adalah membangun pertukaran informasi, jaringan dan
kegiatan analisis antara stakeholders maritim atas apa yang terjadi di laut dan
sekitarnya, sehingga setiap peristiwa yang mengancam keamanan maritim
dapat segera direspon dengan cepat. Pada awalnya secara konseptual MDA
dibangun karena kepentingan Amerika Serikat sebagai respons terhadap
serangan 11 September 2001. Setidaknya ada dua faktor pendorong
pengembangan MDA oleh beberapa negara maju yang disponsori oleh Amerika
Serikat.
Pertama, kepentingan politik dan keamanan. Laut merupakan tempat
untuk melaksanakan proyeksi kekuatan guna menyebarkan pengaruh politik.
Dengan demikian, laut menjadi tempat pertemuan kepentingan antar berbagai
pihak, baik dalam wadah kerja sama maupun konflik. Pasca perang dingin,
peran negara dalam isu politik dan keamanan mulai ditandingi oleh aktor non
negara. Dalam perkembangannya, aktor non negara mampu mengancam
kepentingan aktor negara, termasuk dalam domain maritim. Kenyataan tersebut
bisa dilihat dalam kasus terorisme maritim di kawasan perairan tertentu di
dunia, begitu pula dengan perompakan dan pembajakan. Perkembangan
demikian dipandang sebagai ancaman terhadap kepentingan aktor negara.
Kemudian, munculnya kekuatan-kekuatan baru dari aktor negara
dipandang sebagai ancaman dan tantangan terhadap kepentingan kekuatan -
kekuatan lama aktor negara yang telah lebih dahulu eksisi karena beberapa
kekuatan baru itu memiliki aspirasi politik yang berbeda dengan kekuatan lama
yang telah ada sebelumnya. Kekuatan-kekuatan baru tersebut
mengembangkan pula kekuatan maritim, termasuk Angkatan Laut, guna
memperkokoh kehadiran sekaligus melindungi kepentingan nasionalnya.
Kedua, kepentingan ekonomi. Laut merupakan wadah bagi kepentingan
ekonomi bagi mayoritas di dunia, baik sebagai eksploitasi sumberdaya alam
maupun perlintasan perdagangan. Globalisasi yang dimulai dari laut
menempatkan laut pada posisi strategis dan sekaligus kritis dalam sistem
global saat ini. Ancaman terhadap keamanan maritim akan berimplikasi
langsung terhadap globalisasi yang bertumpu pada pergerakan barang dan
jasa lewat laut.
Negara Amerika Serikat membangun kekuatan maritimnya dengan
slogan Sea Power Protects American Way of Life. Lahirlah A Cooperative
Strategy for 21st Century Sea Power yang dipublikasikan pada Oktober 2007
oleh United States Marine Corps, United States Coast Guard dan United States
Navy. Hal ini dilakukan Amerika Serikat setelah adanya beberapa kejadian
sebelumnya yang telah dialami oleh Amerika, seperti kejadian pemboman
bunuh diri terhadap USS Cole (DDG67) yang sedang bersandar dan
melaksanakan bekal ulang di Pelabuhan Aden, Yaman pada 12 Oktober 2000.
Kejadian lainnya adalah peristiwa serangan bunuh diri terhadap beberapa
sasaran di kota New York dan kota Washington D. C. yang telah meruntuhkan
bangunan tertinggi di kota New York, yaitu menara kembar World Trade Center
pada tanggal 11 September 2001. Kejadian – kejadian tersebut membangkitkan
kesadaran Amerika Serikat untuk meningkatkan rasa kesadaran akan perlunya
MDA.
Pada 2003, dalam kesaksian di depan The Senate Select Committee
an Intelligence, Direktur Central Intelligence Agency (George Tenet)
memberikan perhatian terhadap isu ungoverned space. Tennet
mendeskripsikan ungoverned space sebagai “where extremist movements
finds shelter and can win the breathing space do grow”. Penekanan terhadap
isu ungoverned space mencerminkan pergeseran fokus keamanan Amerika
Serikat pada grup non negara. Sebagai tindak lanjut dari perhatian terhadap
ungoverned space, Amerika Serikat memberikan perhatian khusus terhadap isu
governance at sea pada sejumlah kawasan perairan di dunia, yaitu Karibia,
Samudera Hindia dan Pasifik. Perhatian terhadap wilayah perairan itu antara
lain karena 90% perdagangan dunia lewat laut dan tidak memalingkan
perhatian serupa terhadap ungoverned space di daratan seperti perbatasan
Afghanistan – Pakistan, Somalia, Yaman, Irak dan Sahel.
Maritime Domain Awarnese adalah bagian dari perhatian Amerika
Serikat terhadap ungoverned space. Dalam rangka mengimplementasikan
Maritime Domain Awarnese, pada bulan Oktober 2005 diterbitkan dokumen
berjudul National Plan do Achieve Maritime Domain Awareness. Menurut
Rencana Nasional itu, “Maritime Domain Awarnese adalah pemahaman efektif
apapun yang terkait dengan domain maritim yang dapat mempengaruhi
keamanan, keselamatan, ekonomi, atau lingkungan dari Amerika Serikat”.
Rencana Nasional juga menyatakan tujuan dari Maritime Domain Awarnese
adalah “untuk memfasilitasi ketepatan waktu, keputusan yang akurat yang
memungkinkan pengambilan tindakan untuk generalisir ancaman terhadap
kepentingan nasional Amerika Serikat”.

Konsep Maritime Domain Awarnese Amerika Serikat:


1. Proliferation Security Initiative
Proliferation Security Initiative bertujuan untuk menghentikan
perdagangan, sistem pengiriman, dan materi yang terkait dengan senjata
pemusnah massal ke dan dari negara-negara dan aktor non-negara secara
global. Proliferation Security Initiative bertujuan untuk mencegah secara fisik
negara – negara yang dianggap sebagai negara nakal, seperti Korea Utara dan
Iran, dari menghasilkan senjata pemusnah massal atau mengekspornya ke
pihak ketiga. Proliferation Security Initiative diluncurkan oleh Presiden Amerika
Serikat George W. Bush pada bulan Mei 2003 dalam sebuah pertemuan di
Kraków, Polandia, dan sekarang telah berkembang serta didukung oleh 105
negara di seluruh dunia, termasuk Rusia, Kanada, Inggris, Australia, Perancis,
Jerman, Italia, Argentina, Jepang, Belanda, Polandia, Singapura, Selandia
Baru, Republik Korea dan Norwegia. Meskipun mendapat dukungan lebih dari
separuh Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, sejumlah negara seperti India,
China dan Indonesia menentang inisiatif tersebut, karena di bawah undang –
undang maritim internasional, pencarian kapal-kapal di perairan internasional
hanya bisa dilakukan di kapal bajak laut, kapal-kapal yang mengangkut budak
dan kapal yang tanpa kewarganegaraan. Sebagai konsekuensinya, terus ada
kontroversi mengenai validitas Proliferation Security Initiative.

2. Regional Maritime Security Initiative


Regional Maritime Security Initiative adalah sebuah usulan yang
dikeluarkan pada tahun 2004 oleh Amerika Serikat pada masa pemerintahan
George W. Bush. Inisiatif ini pada awalnya bermaksud untuk mengadakan
hubungan kemitraan berlandaskan asas sukarela antar negara untuk
mempromosikan pertukaran informasi dan peringatan dini dalam melawan
ancaman transnasional di domain maritim. Amerika Serikat mengeluarkan
inisiatif ini karena ingin melawan pembajakan dan potensi terorisme maritim,
Regional Maritime Security Initiative mengusulkan patroli multinasional di
perairan teritorial negara pesisir. Beberapa negara seperti Indonesia dan
Malaysia menolak inisiatif ini karena alasan nasionalisme.

3. Global Threat Reduction Initiative


Global Threat Reduction Initiative bertujuan untuk meminimalisir
secepat mungkin jumlah persediaan bahan nuklir yang dapat digunakan untuk
senjata, dengan cara mengurangi dan mengamankan bahan nuklir yang rentan
di lokasi–lokasi sipil di seluruh dunia. Inisiatif ini juga akan berusaha untuk
menerapkan mekanisme yang memastikan bahwa bahan nuklir, radiologis dan
peralatan terkait, di manapun mereka berada, tidak digunakan untuk tujuan
jahat. Global Threat Reduction Initiative diperkenalkan pada 26 Mei 2004 dikota
Wina Oleh Sekretaris Energi Amerika Serikat Spencer Abraham.

4. Container Security Initiative


Container Security Initiative bertujuan untuk meningkatkan keamanan
kargo kontainer yang dikirim ke Amerika Serikat. Container Security Initiative
membahas tentang potensi pengiriman senjata oleh teroris melalui domain
maritim yang bisa mengancam keamanan perbatasan dan perdagangan global.
Container Security Initiative ini mengusulkan sebuah tindak pengamanan untuk
memastikan semua kontainer yang berpotensi menimbulkan risiko terorisme
diidentifikasi dan diperiksa di pelabuhan – pelabuhan luar negeri sebelum
ditempatkan di kapal – kapal yang akan berlayar menujus Amerika Serikat. Biro
Kepabeanan dan Perlindungan Perbatasan A. S. telah menempatkan tim
Petugasnya di luar negeri untuk bekerja sama dengan pemerintah setempat.
Maksud dari Container Security Initiative ini adalah untuk "memperluas zona
keamanan ke arah luar, sehingga perbatasan Amerika adalah garis pertahanan
terakhir, bukan yang pertama”. Diperkenalkan pada tahun 2002 oleh Biro
Kepabeanan dan Perlindungan Perbatasan Amerika Serikat.

5. Megaports Initiative
Megaports Initiative upaya bekerjasama dengan kepabeanan, otoritas
pelabuhan, operator pelabuhan, atau entitas terkait lainnya di negara–negara
mitra untuk secara sistematis meningkatkan kemampuan deteksi bahan nuklir
dan radioaktif khusus lainnya dalam kargo kontainer yang melintasi jaringan
pelayaran maritim global. Untuk mendukung misinya, Inisiatif ini membantu
negara – negara mitra melengkapi pelabuhan – pelabuhan internasional utama
mereka dengan peralatan pendeteksi radiasi dan sistem komunikasi alarm.
Sebagai tambahan, Inisiatif ini memberikan pelatihan komprehensif untuk
personil negara mitra, cakupan perawatan jangka pendek, dan dukungan teknis
untuk memastikan ketahanan dan kelangsungan hidup sistem deteksi radiasi
yang terpasang.
6. International Ship and Port Facility Security Initiative
International Ship and Port Facility Security Initiative merupakan
sebuah amandemen Konvensi Keselamatan Hidup di Laut (1974 / 1988)
tentang pengaturan keamanan minimum untuk kapal, pelabuhan dan instansi
pemerintah. Setelah mulai berlaku pada tahun 2004, International Ship and Port
Facility Security Initiative ini memberikan tanggung jawab kepada pemerintah,
perusahaan pelayaran, personil kapal, dan personil fasilitas pelabuhan untuk
"mendeteksi ancaman keamanan dan melakukan tindakan pencegahan
terhadap insiden keamanan yang mempengaruhi kapal atau fasilitas pelabuhan
yang digunakan dalam perdagangan internasional”.

7. Aviation Security Initiative


AVSEC (Aviation Security) yaitu menjamin keamanan dan keselamatan
penerbangan, keteraturan dan efiensi penerbangan, di seluruh area
penerbangan, termasuk juga awak pesawat udara, memberikan perlindungan
terhadap awak pesawat udara, para penumpang, petugas di darat, masyarakat
dan instansi yang ada di bandar udara dari tindakan melawan hukum,dan
memenuhi standar peraturan yang ada di penerbangan baik secara
internasional maupun nasional, dalam aturan Internasional berpedoman pada
ICAO itu singkatan dari International Civil Aviation Organitation, merupakan
sebuah organisasi penerbangan sipil internasional dibawah PBB. ICAO
mempunyai aturan-aturan penerbangan yang disebut Annex. Aturan Keamanan
Penerbangan terdapat di Annex 17 Security – Safeguarding International Civil
Aviation Against Acts of Unlawful Interference. Jadi setiap negara yang
menjadi anggota ICAO harus mematuhi aturan yang dibuat oleh ICAO tersebut.

2. Apa yang anda ketahui tentang Levelling MDA serta implementasinya dalam
system pertahanan negara kita?

Levelling MDA Dari Perspective USA :


Strategic Level :
Maritime Domain Awareness Amerika serkat memberikan kontribusi bagi
pengamanan lingkungan hidup secara global.
Operational Level :
Maritime Domain Awareness berada pada tingkatan komandan Operasional,
panglima Armada Bernomor dan Markas besar Angkatan Laut Amerika Serikat
yang diberikan kewenangan untuk mendapat informasi dan koordinasi pada
levelnya.
Tactical Level :
Maritime Domain Awareness menekankan pada keamanan maritim secara
global yang diperankan oleh kapal perang Angkatan Laut untuk terus
beroperasi secara rutin di kawasan litoral, mengorganisasikan kemampuan
organik sensors dengan informasi maritim dari seluruh sumber daya yang
terdapat di tingkat operasional maupun di tingkat strategis.

3. Jelaskan prinsip sea power termasuk 6 element yang disampaikan


AT.Mahan, prinsip sea power Geofrey Tili dan korelasi sea power dalam
menjaga keamanan nasional?

Theory mahan dapat dibagi menjadi dua bidang yaitu pertama Philosofy
mengenai Sea Power dan kedua adalah Principles of Naval Strategi yang
didapat dari analisa sejarah yang dititik beratkan pada jangka waktu antara
1660 – 1783. Sea Power menurut Mahan bukanlah hanya kekuatan Angkatan
Lautnya tetapi adalah kombinasi antara Armada dagang yang berkembang dan
kekuatan Angkatan Laut sebagai pelindungnya dari segala kegiatan di darat
dan di laut yang menyokong keduanya. Pertama Mahan melihat laut sebagai
suatu jalan besar di mana manusia dapat bergerak kesemua jurusan atau arah
dengan bebas. Setelah itu pengamatan lebih lanjut dapat menunjukkan bahwa
dalam pe- nguasaan jalan-jalan itu ada jalan-jalan yang banyak sekali dipakai
lebih dari pada lain-Iainnya, jalan-jalan itulah yang disebut route-route
perdagangan (trade routes). Meskipun laut sebagai salah satu sarana
perdagangan mengandung bahaya, baik yang telah diketahui maupun yang
masih menjadi teka-teki tapi perjalanan melalui laut adalah lebih murah dan
lebih murah dibanding dengan jalan. jalan daratan.
Kapal-kapal sebagai alat angkut yang hilir mudik membawa barang
dagangan harus mempunyai pangkalan-pangkalan di dalam negeri dan
pelabuhan-pelabuhan yang tersebar di daerah-daerah seberang dan timbullah
koloni-koloni di daerah seberang yang mula-mula hanya merupakan kekuatan-
kekuatan di daerah pelabuhan, lama-Iama timbul kebutuhan-kebutuhan untuk
menjamin pengumpulan-pengum pulan bahan-bahan produksi dan pasaran
diseluruh negeri hingga akhirnya daerah- daerah seberang itu menjadi daerah
jajahannya dalam arti politik.
Armada-armada dagang itu berlayar mengurangi lautan dunia
ketempat- tempat yang jauh dari negaranya dan dalam suasana rebutan daerah
Pengaruh dan lain-Iain timbul bentrokan secara kekerasan. Untuk
menanggulangi ini mula kapal dagang dipersenjatai dan lambat laun timbullah,
kapal yang selalu dipergunakan untuk melindungi dan menyerang kapal lain
maka timbullah jenis-jenis kapal perang yg di gabungkan oleh pemerintah yang
akhirnya menjadi Angkatan Laut. Jadi Angkatan Laut timbul sebagai akibat
berkembangnya Armada-armada dagang yang untuk melindunginya dan bila,
armada dagang ini hilang, Angkatan lautnya pun akan hilang pula, kecuali bagi
negara yang mempunyai maksud agresif yang memelihara Angkatan Laut,
sebagai bagian dari kekuatan militernya untuk menyerang negara-negara lain.

Mahan menemukan beberapa kondisi yang mempengaruhi


pertumbuhan Sea Power yaitu :
1. Posisi Geografis.
Letak geografis sesuatu negara terhadap negara lainnya
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pemeliharaan Sea Power. Posisi
geografi suatu negara akan sangat menentukan bagi kejayaan bangsa
tersebut di mana posisi tersebut dapat memberikan keuntungan strategis
atau tidak. Tentunya juga dilihat bagaimana disposisi kekuatan angkatan laut
yang dimilikinya. Suatu negara yang tidak mempunyai perbatasan daratan
dengan negara lain akan lebih menguntungkan daripada negara-negara
yang mempunyai perbatasan daratan.

2. Bentuk Fisik
a. Pantai merupakan suatu perbatasan. Makin gampang pantai dilalui dan
memberi jalan keluar ke laut makin besar kemungkinan kesempatan bagi
penduduk untuk berhubungan dengan dunia luar. Ini dimungkinkan dengan
keadaan pantai di mana banyak daerah-daerahnya yang dapat dijadikan
pelabuhan. Negara- negara yang mempunyai pantai di mana tidak bisa
diadakan pelabuhan-pelabuhan tak mungkin mempunyai perdagangan
melalui laut dan juga tak mungkin mempunyai Angkatan Laut. Keadaan
pantai yang memungkinkan adanya pelabuhan- pelabuhan yang dalam
dapat menjadi sumber kekuatan.
b. Kekayaan alam suatu negara yang memungkinkan suatu negara hidup
makmur tanpa banyak tergantung di dunia luar dapat dinilai sebagai faktor
negatip pada Sea Power suatu negara. Perbandingan yang menyolok
adalah antara England dan Perancis. Perancis negara yang serba
kecukupan tidak memerlukan rakyatnya membanting tulang dan ber layar
keluar daerahnya apalagi melalui laut.
Sedangkan Inggris sebaliknya kekayaan alamnya kurang dapat
menjamin kehidupan penduduknya. Untuk hidup dia harus mengimport
bahan makanan. untuk dapat mengimport dia harus dapat menghidupkan
industrinya sebagai imbalan untuk diexport ke dunia luar. Dan satu- satunya
hubungan dunia luar adalah melalui laut. jadi seolah-olah orang Inggris
ditarik ke laut. Ini menyebabkan jugaorang-orang Inggris suka mengembara
dan berusaha diluar negaranya hingga tejadllah koloni-koloni. Sekarang mau
tidak mau Shipping merupakan alat penghubung dan berkembanglah segala
usaha-usaha/kegiatan yang menunjang shipping ini yang akhirnya menjadi
Sea Power.
c. Selain keadaan pantai dan kekayaan alam ini maka relief dari daerah daratan
yang menyukarkan jalan-jalan penting besar pula pengaruhnya. Sebagai
contoh .ltali yang merupakan suatu Peninsula yang panjang dan sempit
hanya kedua belah pantainya saja yang dapat dibuat jalan, sedangkan
daerah tengahnya yang merupakan rangkaian gunung-gunung sepanjang
pulau. Di sini terlihat bahwa lautlah yang merupakan jalan termudah untuk
perhubungannya. Inipun akan mendorong kepada pertumbuhan Sea power
bila daerah suatu negara dipisahkan menjadi dua atau lebih oleh lautan
maka peguasaan lautan terutama yang menjadi pemisah itu adalah satu
keharusan. Keadaan ini akan menyebabkan satu dian tara dua yaitu Negara
akan menjadi suatu Sea Power atau negara yang sama sekali tanpa
kekuatan.

3. Luas daerah.
Dari sudut " Sea Power “ bukan luasnya tetapi yang dilihat
panjangnya pantai dan sifat-sifat pelabuhannya. Panjangnya pantai ini
(dalam hal keadaan lain-Iain yang sama) atau menjadi faktor kekuatan atau
menjadi faktor kelemahan tergantung apakah penduduknya banyak atau
sedikit. Bila panjangnya pantai sebanding dengan banyaknya penduduk
tentu ini akan menjadi faktor penguat dari Sea Power panjangnya tempat-
tempat yang dapat dibuat pelabuhan memungkinkan banyaknya kontak
dengan dunia luar, memajukan perdagangan, shipping dan bilamana power
cukup untuk menunjang perkembangan, ini akan menjelmakan Sea Power.
Sebaliknya bila tidak sebanding maka pantai itu tak dapat dikembangkan.

4. Jumlah penduduk.
Menurut Mahan, jumlah populasi juga menentukan pengembangan
kekuatan laut.Jumlah populasi yang besar akan memberikan manfaat dalam
penyiapan kekuatan laut. Tidak hanya personel pengawak namun juga
pekerja pekerja yang akan membuat kapal. Jika melihat perkembangan
dunia saat ini, rasanya teori Mahan ini pun masih dapat diterapkan. Sebagai
contoh misalnya Indonesia dengan populasi yang sedemikian besar, saat
masyarakatnya sudah berorientasi maritim maka berapa banyak tenaga
pelaut yang dapat disiapkan termasuk berapa banyak armada kapal yang
dapat dibangun dengan cepat untuk menggerakkan perekonomian.
5. Karakter dari rakyat.
Karakter dari penduduk secara keseluruhan merupakan bentuk
karakter dari pemerintahan sebuah negara. Saat sebuah negara tidak
memiliki karakter kelautan yang kuat, maka secara keseluruhan hal tersebut
akan berdampak pada penduduk yang ada. Karakter nasional yang kuat
untuk membangun kekuatan lautnya baik melalui perdagangan maupun
pengembangan kekuatan angkatan lautnya merupakan hal dasar untuk
dapat menjadi sebuah negara yang besar.

6. Karakter/sifat dari pemerintahnya.

Faktor-faktor tersebut yaitu letak geographi, bentuk fisik, luas daerah,


jumlah penduduk serta karakter bangsa merupakan modal dalam
pembentukan Sea Power. Sifat dari pemerintahan dan lembaga-Iembaga
kenegaraan lainnya dan sifat-sifat dari orang-orang yang berpengaruh di
kalangan pemerintahan besar sekali pengaruhnya terhadap perkembangan
Sea Power. Hal ini berhubungan dengan kebijakan pemerintah, pemanfaatan
kepadatan penduduk, dan sikap terhadap negara tetangga. Negara yang
memiliki pemerintahan yang kuat dan kebijaksanaan yang tegas akan lebih
dapat memanfaatkan kepadatan penduduknya untuk menjadi kekuatan yang
menjadikannya berkembang ke arah kemajuan.

Menurut Geoffrey Till :


Menurut Geoffrey Till, laut memiliki empat fungsi utama yang dapat
memberikan keuntungan bagi negara pada masa damai maupun perang.
Pertama, laut sebagai sumber daya di mana laut merupakan tempat
berkumpulnya sumber daya, baik hayati maupun energi, yang berperan
penting bagi negara seperti biota laut, minyak bumi, dan gas alam. Kedua,
laut sebagai jalur transportasi dan perdagangan yang berarti laut merupakan
unsur penghubung utama dari aktivitas perdagangan yang merupakan
bagian dari globalisasi serta dianggap dapat meningkatkan perdamaian dan
kemakmuran dalam skala global. Ketiga, laut sebagai media informasi dan
penyebaran ide. Meningkatnya arus aliran barang sering kali diikuti dengan
pertukaran informasi atau ilmu pengetahuan baru dari berbagai belahan
dunia meskipun saat ini fungsi tersebut telah tergerus oleh perkembangan
teknologi informasi. Keempat, laut sebagai atribut kekuasaan di mana negara
menggunakan laut sebagai instrumen dalam upaya memenuhi kepentingan
nasional mereka.
Geoffrey Till menyatakan ada empat komponen dasar menuju
terciptanya sea power sebagai basis negara maritim, yakni : (1) masyarakat
yang memiliki preferensi terhadap laut (maritime community), (2) sumber
daya maritim (sumber daya laut, infrastruktur, perkapalan), (3) posisi
geografis, dan (4) political will pemerintah. Keempat komponen itu
merupakan pra syarat bagi terciptanya pelabuhan – pelabuhan laut yang
dinamis dalam sistem perdagangan internasional, armada perkapalan
nasional dan angkatan laut yang kuat.
Definisi dari sea power adalah seperangkat strategi operasional
dalam penguasaan laut melalui superioritas Angkatan Laut. Proyeksi
kekuatan maritim dan kontrol atas jalur komunikasi maritim (SLOCs)
merupakan dua elemen penting dari penggunaan kekuatan Angkatan Laut.
Geoffrey Till menyebutkan bahwa poin terpenting dari sea power bukan
hanya terletak pada peristiwa – peristiwa yang terjadi di laut, tapi lebih
kepada bagaimana peristiwa – peristiwa itu dapat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang terjadi di darat. Lebih jauh Geoffrey Till
mengatakan bahwa sea power bukan hanya tentang apa yang diperlukan
untuk dapat mengendalikan dan memanfaatkan laut, tetapi juga merupakan
kapasitas untuk memengaruhi tingkah laku pihak lain atau sesuatu yang
dikerjakan orang di laut atau dari laut. Pengertian ini mendefinisikan sea
power dalam terminologi hasil, tujuan, bukan cara.
Korelasi Antara Sea Power Dengan MDA :
Adanya Maritime Domain Awareness berkaitan erat dengan keamanan maritim
di kawasan yang secara geografis lebih didominasi oleh perairan. Maritime
Domain Awareness merupakan keterpaduan antara unsur Angkatan Laut, coast
guard, otoritas pelabuhan, perusahaan pelayaran, perusahaan ekspedisi dan
lain sebagainya guna menghadapi tantangan yang dapat mempengaruhi
keamanan maritim karena akan berdampak kepada roda perekonomian di
kawasan yang pergerakannya sebagian besar menggunakan laut.
Korelasi dari peran dan tugas Angkatan Laut, untuk pembangunan kemaritiman
bangsa, maka laut harus aman dari ancaman yang mengganggu kedaulatan
maupun keamanan, karena ekonomi suatu bangsa harus sejalan dengan fungsi
pertahanannya. Di samping itu, Angkatan Laut juga dihadapkan pada tugas –
tugas yang terkait peran konstabulari, untuk menanggulangi pencurian sumber
daya laut maupun menjamin keamanan maritim.
Untuk dapat menunaikan peran dan tugas tersebut dengan baik, Angkatan Laut
Indonesia telah menempuh langkah – langkah strategis dengan melaksanakan
pembangunan kekuatan demi tercapainya tugas pokok. Selain itu, untuk
merespons dinamika lingkungan strategis, TNI AL mengambil sejumlah
kebijakan dan inisiatif, baik bersifat unilateral, bilateral maupun multilateral.
Salah satu kebijakan dan inisiatif TNI AL adalah mengaktualisasikan
pembangunan kesadaran maritim (Maritime Domain Awareness / MDA). Bila
dilihat dari konstelasi geografis Indonesia dan perkembangan lingkungan
strategis saat ini di mana negara – negara maju terus mengembangkan
ekonominya melalui sektor kelautan, maka TNI Angkatan Laut melalui program
ini berupaya membangun kesadaran maritim bangsa Indonesia yang
diimplementasikan dengan pembangunan alutsista produksi dalam negeri
seperti rencana pembangunan kapal selam dan kapal kombatan di dalam
negeri sebagai salah satu upaya peningkatan kesadaran maritim dari berbagai
aspek. Ditinjau dari aspek teknologi, dibangunnya kapal selam tersebut dapat
mendorong usaha industri dan jasa maritim menuju kemandirian alutsista
melalui ToT (Transfer of Technology), dari aspek politik dapat memberikan efek
penangkalan (detterence effect) dan posisi tawar (bargaining position) di
kawasan regional maupun internasional, dari aspek pertahanan keamanan
dapat menjamin tegaknya kedaulatan di seluruh wilayah laut dan laut yurisdiksi
nasional, yang pada akhirnya akan meningkatkan kepada aspek ekonomi
karena dapat memberikan kontribusi yang besar kepada negara untuk
kemakmuran masyarakat Indonesia karena terjaminnya keamanan nasional
(national security) dan dari aspek sosial budaya yang dapat memberikan rasa
bangga bagi bangsa Indonesia yang memandang laut sebagai alat pemersatu
dan kesejahteraan bangsa. Dalam program pembangunan kemandirian
alutsista, akan banyak instansi – instansi terkait dan industri – industri swasta
maupun pemerintah yang ikut terlibat dalam program menuju kemandirian
alutsista, hal ini sebagai konsekuensi logis, karena adanya penilaian yang
bersifat sangat strategis sekaligus dapat membuka peluang bisnis dan investasi
bagi industri galangan kapal nasional maupun swasta. Dengan banyaknya
peluang bisnis akan meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung
pembangunan sektor maritim, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran
maritim yang semakin merata.
TNI Angkatan laut ikut mendorong kebangkitan industri dalam negeri antara lain
melalui pembangunan kapal perang jenis Kapal Cepat Patroli (Fast Patrol
Boat), Landing Platform Dock (LPD) di PT PAL Surabaya, Kapal Bantu Cair
Minyak (BCM) oleh PT Anugerah Buana Marine di Banten, Kapal Cepat Rudal
43 meter di PT Palindo Marines, Batam dan Kapal Angkut Tank (AT) oleh PT
Kodja Bahari, Jakarta dan PT Daya Radar Utama di Lampung. Untuk
memperkuat patroli udara maritim TNI Angkatan Laut juga melaksanakan
pengadaan pesawat udara dan helikopter dari PT Dirgantara Indonesia,
pembangunan sarana deteksi Integrated Maritime Surveillance System (IMSS)
yang dipasang pada beberapa pos pengamat dilengkapi dengan radar
surveillance untuk daerah pesisir di wilayah perbatasan. Disamping itu
dilaksanakan pula program pemeliharaan, di mana seluruh alutsista yang
dimiliki diupayakan untuk senantiasa siap melaksanakan tugasnya. Program
pemeliharaan tersebut salah satunya ditempuh dengan cara revitalisasi dan
modernisasi alutsista yang sudah ada agar dapat dipakai dalam jangka waktu
lama, seperti di antaranya repowering beberapa KRI kelas Frigate sehingga
mampu digunakan 10 – 15 tahun ke depan, revitalisasi peralatan deteksi dan
persenjataan di beberapa KRI dan pesawat udara patroli, yang semuanya
dilakukan oleh industri dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.atkpmedan.ac.id/aviation-security/. Diakses pada 03 November
2019. 03.50

Anda mungkin juga menyukai