Anda di halaman 1dari 14

SINERGITAS KOMANDO ARMADA I DAN BADAN KEAMANAN LAUT

REPUBLIK INDONESIA DALAM STRATEGI PERTAHANAN LAUT GUNA


MEMBERANTAS KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI SELAT MALAKA

THE SYNERGY OF FLEET I COMMAND AND SEA SECURITY AGENCY


OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN MARINE DEFENSE STRATEGY
TO ELIMINATE TRANSNATIONAL CRIME IN MALACCA STRAIT

Andhika Wira Kusuma1, Lukman Yudho Prakoso2, Dohar Sianturi3

Program Studi Strategi Pertahanan Laut, Universitas Pertahanan


(dikavin@gmail.com)

Abstrak – Tesis ini menganalisis tentang kerjasama antara Koarmada I dan Bakamla dalam upaya
memberantas kejahatan lintas negara yang terjadi di perairan Selat Malaka dan sekitarnya serta
mengidentifikasi peraturan yang berlaku dalam melaksanakan kerjasama dan potensi celah yang
ada pada tingkat operasional sehubungan dengan kejahatan yang terjadi di laut. Penelitian ini juga
berfokus kepada faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kerjasama antara kedua lembaga
tersebut dalam upaya pemberantasan kejahatan lintas negara. Pada dasarnya masing-masing
lembaga telah memiliki sarana yang dibutuhkan untuk upaya tersebut, namun perlu adanya
pemanfaatan bersama terhadap sarana yang ada untuk mencapai hasil yang optimal melalui
kerjasama antara kedua lembaga tersebut. Untuk menganalisis hubungan antar kedua lembaga
dipergunakan teori kerjasama antar instansi (inter-agency working), sementara untuk melihat
manfaat yang dihasilkan dari kerjasama tersebut digunakan teori sinergitas. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif melalui pengamatan dan studi pustaka. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masih dibutuhkan kerjasama yang lebih intensif dan interaksi secara formal
melalui prosedur kerjasama yang efektif agar upaya pemberantasan kejahatan lintas negara,
khususnya di perairan Selat Malaka dan sekitarnya dapat berjalan dengan lebih optimal.
Kata Kunci: Kejahatan lintas negara, kerjasama, strategi, selat Malaka

Abstract – This thesis analyzes the cooperation between Koarmada I and Bakamla in an effort to
eradicate transnational crime that occurs in the waters of the Malacca Strait and its surroundings and
identifies applicable regulations and potential gaps that exist at the operational level in relation to
crimes that occur at sea. This study also focuses on factors that affect the relationship between the
two institutions in the effort to eradicate transnational crime. Basically, each institution already has
the tools needed for this effort, however, there needs to be a joint use of existing facilities to achieve
optimal results through cooperation between the two institutions. To analyze the relationship
between the two institutions, the theory of cooperation between agencies (inter-agency working) is
used, while to see the benefits resulting from this collaboration, the theory of synergy is used. This
research uses qualitative methods through observation and literature study. The results showed that
more intensive cooperation and formal interactions were needed through effective cooperation
procedures so that efforts to eradicate transnational crime, especially in the waters of the Malacca
Strait, could run more optimally.
Keywords: Transnational crime, cooperation, strategy, Malacca Strait

1
Prodi Strategi Pertahanan Laut Unhan
2
Prodi Strategi Pertahanan Laut Unhan
3
Prodi Strategi Pertahanan Laut Unhan

Sinergitas Komando Armada I Dan Badan.... | Kusuma, Prakoso, Sianturi | 51


Pendahuluan tidak lagi berbentuk agresi militer atau

I
ndonesia sebagai negara kepulauan perang terbuka dari negara lain, namun
terbesar di dunia, merupakan negara potensi ancaman saat ini telah berevolusi
yang terdiri dari 17.499 pulau yang dengan melibatkan aktor non negara
membentang dari Sabang sampai atau non-state actors5.
Merauke. Wilayah perairan Indonesia Berdasarkan Buku Putih Pertahanan
seluas 3,25 juta kilometer persegi Indonesia Tahun 2015, kejahatan lintas
ditambah Zona Ekonomi Eksklusif seluas negara dipandang sebagai salah satu
2,55 juta kilometer persegi, membuat ancaman terhadap keamanan global. Di
wilayah perairan Indonesia lebih besar kawasan Asia Tenggara, kejahatan jenis
dari luas daratannya yang hanya sebesar ini merupakan ancaman serius dan
2,01 juta kilometer persegi4. Posisi menjadikan kerawanan bagi stabilitas
Indonesia yang sangat strategis yang keamanan. Dalam UU No. 5 Tahun 2009
terletak di antara Samudera Hindia dan tentang pengesahan United Nations
Samudera Pasifik memberikan Convention Against Transnational
keuntungan secara geografis, selain itu Organized Crimes, disebutkan sejumlah
Indonesia juga diapit oleh dua benua yaitu kejahatan yang termasuk dalam
Asia dan Australia, kondisi tersebut kejahatan terorganisir lintas negara, yaitu
menjadi sangat potensial karena dapat pencucian uang, korupsi, perdagangan
mendatangkan keuntungan bagi satwa dan tumbuhan illegal,
Indonesia, di sisi lain ada pula ancaman perdagangan manusia, dan
ataupun gangguan terhadap keamanan penyelundupan migran. Menurut
pelayaran yang dapat mempengaruhi Suhirwan, Indonesia perlu meratifikasi
pertahanan negara. konvensi tersebut mengingat potensi
Di era globalisasi, bentuk dan pola ancaman kejahatan lintas negara yang
ancaman terhadap suatu negara telah semakin dinamis dihadapkan pada posisi
mengalami perubahan. Ancaman strategis Indonesia saat ini6. Berdasarkan
terhadap suatu negara saat ini sudah trend yang ada, saat ini terdapat

4 5
BPHN, ‘UU No. 9 Tahun 2015’, JDIH, 2015 Elke Krahmann, New Threats And New Actors in
<https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.00 International Security (New York: Palgrave
4>, diakses pada 30 Oktober 2020. Macmillan, 2005), hlm. 71.
6
Suhirwan and L. Y. Prakoso, Defense Strategy at
Sea Handling of Transnational Organized
52 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
beberapa jenis kejahatan lintas negara arus aliran barang seringkali diikuti
yang marak di Indonesia, diantaranya dengan pertukaran informasi atau ilmu
adalah perdagangan narkotika dan obat- pengetahuan baru dari berbagai belahan
obatan terlarang, perdagangan manusia, dunia. Terkait dengan hal ini, saat ini
perompakan laut, penyelundupan fungsi tersebut telah tergeser oleh
senjata, pencucian uang, serta perkembangan teknologi informasi.
terorisme7, dimana semua ancaman Keempat, laut sebagai atribut kekuasaan
kejahatan lintas negara tersebut dimana negara menggunakan laut
berpotensi masuk dari ataupun terjadi di sebagai instrumen dalam upaya
wilayah laut dikarenakan posisi Indonesia memenuhi kepentingan nasionalnya.
yang sangat terbuka. Selat Malaka yang berada di antara dua
Laut memiliki empat fungsi utama wilayah daratan, yaitu Pulau Sumatera
yang dapat memberikan keuntungan bagi dan Semenanjung merupakan salah satu
negara pada masa damai maupun selat internasional terpenting di dunia.
perang8. Pertama, laut merupakan Pentingnya Selat Malaka dalam kegiatan
tempat berkumpulnya sumber daya, baik pelayaran internasional dapat dilihat dari
hayati maupun energi, yang berperan adanya penyaluran minyak yang diangkut
penting bagi negara. Kedua, laut sebagai oleh kapal yang melalui Selat ini tiga kali
jalur transportasi dan perdagangan yang lebih besar dari Terusan Suez dan 15 kali
merupakan unsur penghubung utama lebih besar dari yang mengalir melalui
dari aktivitas perdagangan serta Terusan Panama. Selain itu, dua per tiga
merupakan bagian dari globalisasi yang ton minyak mentah berasal dari Teluk
dianggap dapat meningkatkan Persia dengan tujuan Jepang, Korea Sela-
perdamaian dan kemakmuran. Ketiga, tan, dan Tiongkok. Bahkan lebih dari
laut sebagai media informasi dan setengah pengiriman dunia melewati
penyebaran ide, dimana meningkatnya Selat Malaka9. Ada lebih dari 200 kapal

Crime (TNOC) in Nunukan Indonesia’s National Joshua Ho and Sam Bateman (New York:
Sea Border, in IOP Conference Series: Earth and Routledge, 2013), hlm 34.
9
Environmental Science, 2019, hlm 2. Chong Guan Kwa and John K. Skogan, "Maritime
7
Buku Putih Pertahanan Indonesia. (Kementrian Security in Southeast Asia", dalam
Pertahanan RI, 2015), hlm 15. Suproboningrum, Peran Diplomasi Maritim
8
Geoffrey Till, ‘The Historic Attributes of The Sea dalam Keberhasilan Patroli Terkordinasi
And Maritime Developments in The Asia- Indonesia-Malaysia-Singapura untuk Menekan
Pacific’, in Maritime Challenges and Priorities in Angka Pembajakan dan Perompakan Laut di
Asia: Implications for Regional Security, ed. by Selat Malaka, 2018), hlm 20.

Sinergitas Komando Armada I Dan Badan.... | Kusuma, Prakoso, Sianturi | 53


yang melewati Selat Malaka setiap hari hukum serta menjaga keamanan di
dan sekitar 70.000 kapal per tahun. wilayah laut yurisdiksi nasional,
Diantara kapal-kapal tersebut 80% melaksanakan tugas TNI dalam
membawa minyak yang diangkut ke Asia pembangunan dan pengembangan
Timur Laut serta sepertiga dari barang kekuatan matra laut, serta melaksanakan
yang diperdagangkan di dunia. Kondisi pemberdayaan wilayah pertahanan laut10.
lalu lintas pelayaran yang padat dan Sedangkan Bakamla bertugas
keadaan selat yang dangkal serta sempit melaksanakan penegakan keamanan dan
dengan banyak pulau kecil menyebabkan keselamatan pada wilayah perairan
Selat Malaka ideal terhadap potensi negara Indonesia dan perairan yurisdiksi
terjadinya kejahatan yang pada akhirnya negara Indonesia11. Kemiripan fungsi dan
dapat berdampak terhadap pertahanan tugas dari kedua instansi tersebut di satu
negara di laut. sisi dapat berguna untuk saling
Dalam upaya pemberantasan mendukung dalam upaya pemberantasan
kejahatan lintas negara yang terjadi di kejahatan lintas negara di laut, namun di
Selat Malaka dan sekitarnya, diperlukan sisi lain dapat menimbulkan
perhatian serius dari para pemangku permasalahan seperti munculnya ego
kepentingan di laut, diantaranya adalah sektoral dalam pelaksanaan tugas karena
Komando Armada I (Koarmada I) sebagai masing-masing memiliki pandangan dan
komando utama operasi (kotama ops) dasar tersendiri terhadap tugas dan
TNI Angkatan Laut di wilayah Barat dan fungsinya. Menurut Lukman Yudho,
Badan Keamanan Laut (Bakamla) sebagai faktor komunikasi sangat berpengaruh
pelaksana penegakan keamanan dan pada penerimaan kebijakan oleh sasaran
keselamatan pada wilayah perairan kelompok badan penegakan hukum,
negara Indonesia. sehingga kualitas komunikasi akan
Koarmada I sebagai kotama ops TNI mempengaruhi efektifitas penerapan
AL memiliki fungsi mengemban tugas TNI strategi pertahanan di laut 12.
di bidang pertahanan laut, menegakkan

10 12
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Lukman Yudho Prakoso, Suhirwan Suhirwan,
Tentara Nasional Indonesia, Lembaran Negara and Kasih Prihantoro, Sea Defense Strategy
RI Tahun 2004 No 127 Pasal 9. And Urgency Of Forming Maritime Command
11
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Center, Jurnal Pertahanan, 2020, Vol 6 No 2
Kelautan Pasal 61. hlm 205.
54 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
Pada dasarnya, kedua instansi Metode Penelitian
maritim tersebut telah memiliki sarana Penelitian ini menggunakan metode
dan prasarana pada tingkat operasional kualitatif dengan maksud untuk
masing-masing untuk melaksanakan memberikan gambaran dan rekomendasi
upaya-upaya pemberantasan kejahatan tentang hubungan dan sinergi antara
lintas negara. Koarmada I memiliki unsur Koarmada I dan Bakamla dalam hal upaya
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) pemberantasan kejahatan lintas negara di
yang rutin melaksanakan patroli di Selat Malaka. Cara memperoleh data
wilayah kerjanya, termasuk perairan Selat dalam penelitian ini adalah dengan studi
Malaka, sedangkan Bakamla memiliki kepustakaan dari berbagai sumber
unsur Kapal Negara (KN) yang seperti dokumen resmi, jurnal, buku, dan
dipergunakan untuk melaksanakan halaman website. Selain itu, dilakukan
operasinya. Dalam hal surveillance, juga pengamatan terhadap fenomena
Koarmada I memiliki radar pantai, long yang terjadi antara kedua lembaga dan
range camera, dan AIS receiver pada juga bertanya kepada narasumber
sistem Integrated Maritime Surveillance melalui sambungan telepon untuk
System (IMSS) sedangkan Bakamla mendapatkan informasi yang dibutuhkan
memiliki AISSAT Bakamla sebagai sarana guna mendukung penelitian. Dalam
pengawasan di Selat Malaka. Yang sedikit penelitian ini digunakan metode induktif
berbeda adalah pada bidang personel, dengan pendekatan konsep
dimana Koarmada I diawaki militer (TNI pemanfaatan sarana dan
AL) sedangkan pengawak Bakamla interoperabilitas. Metode induktif
berasal dari sipil dan juga militer yang digunakan untuk menguraikan data di
”dipinjamkan” dari TNI AL. Setiap instansi lapangan mengenai kemampuan sarana
memiliki kelebihan dan kekurangannya pengawasan dan pendeteksian yang ada
masing-masing dalam hal sarana guna berkaitan dengan interaksi antar
pemberantasan kejahatan lintas negara, lembaga, dimana data yang diperoleh
sehingga diperlukan kerjasama dan kemudian dipertukarkan untuk
sinergi yang baik untuk mendapatkan menghasilkan informasi yang selanjutnya
hasil yang optimal. dianalisis dengan berpegang pada teori
kerjasama antar instansi dalam upaya
pemberantasan kejahatan lintas negara.

Sinergitas Komando Armada I Dan Badan.... | Kusuma, Prakoso, Sianturi | 55


Selanjutnya untuk menganalisis sementara peran diplomasi dilaksanakan
hubungan antar instansi dalam upaya dengan menggunakan kekuatan laut
tersebut, dilakukan dengan sebagai sarana diplomasi guna
menggunakan teori sinergitas. mendukung negara dalam kebijakan
politik luar negeri. Pelaksanaan kerjasama
Hasil dan Pembahasan dalam pemberantasan kejahatan lintas
Kemampuan dan Sarana Kedua Instansi negara di laut dengan instansi
Menurut Hamid, ada dua kekuatan laut kemaritiman lain seperti Bakamla
dalam negara maritim, yaitu naval power diharapkan dapat berjalan dengan baik
dan sea power13. Kekuatan naval power sejalan dengan tiga peran tersebut.
merupakan konsep pengoperasian Sedangkan dalam hal sea power, kapal
armada laut negara di kawasan laut dalam merupakan elemen utama yang
batas wilayah territorial suatu negara. diperlukan pada pelaksanaan operasi di
Sedangkan kekuatan sea power, yaitu laut, sehingga ketersediaannya baik
bentuk penguasaan wilayah laut dengan dalam segi kualitas maupun kuantitas
menggunakan armada laut yang tangguh, sangat menentukan keberhasilan dalam
yang diperuntukkan pada kawasan laut setiap operasi yang digelar. Dengan
yang strategis, terutama untuk menjamin semakin banyaknya jumlah kapal yang
kelancaran pelayaran dan perdagangan dimiliki, maka tingkat kehadiran di laut
luar negeri. Dalam hal naval power, akan semakin tinggi yang tentunya akan
menurut Ken Booth, Angkatan Laut memberikan efek penangkalan terhadap
memiliki tiga peran yaitu peran militer, tindak kejahatan di laut. Sementara dari
peran polisionil, dan peran diplomasi14. segi kemampuan surveillance, sarana
Peran militer merupakan peran TNI AL deteksi merupakan salah satu rangkaian
dalam memenangkan konflik bersenjata early warning system yang menghasilkan
atau perang dengan mendayagunakan data-data seperti identitas maupun pola
kekuatan militer secara optimal, gerak kapal dan lalu lintas di laut yang
sedangkan peran polisionil dilaksanakan selanjutnya diolah menjadi informasi
dalam rangka penegakan hukum di laut, untuk dianalisis sehingga dapat diketahui

13 14
Abd Rahman Hamid, Sejarah Maritim Indonesia Ken Booth, Navies and Foreign Policy, Navies and
(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm 27. Foreign Policy (London: Routledge, 1977), hlm
16.
56 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
adanya indikasi terjadinya tindak dekat dengan Selat Malaka. Secara
kejahatan. Informasi tersebut untuk keseluruhan, Koarmada I memiliki 24 KRI
selanjutnya dapat diteruskan kepada yang umum dipergunakan untuk
unsur-unsur di lapangan untuk melakukan pelaksanaan patroli secara terus menerus
penyelidikan ataupun penindakan. di Selat Malaka, yang terdiri dari 8 KRI dari
Satkor, 12 KRI dari Satkat, dan 4 KRI dari
Kemampuan Unsur Koarmada I Lantamal IV Tanjungpinang. Unsur –unsur
Dalam situasi damai, unsur-unsur KRI yang berasal dari Satkor pada
Koarmada I melaksanakan fungsi umumnya memiliki panjang antara 70-90
kehadiran di laut pada wilayah kerjanya meter dengan kecepatan antara 20-25
melalui gelar operasi patroli. Dalam knot serta dipersenjatai dengan rudal
melaksanakan fungsi tersebut, Koarmada pertahanan udara, torpedo, roket, dan
I memiliki lima satuan kapal dan satu meriam 30mm15. Sedangkan unsur-unsur
satuan pasukan khusus, yaitu Satuan KRI yang berasal dari Satkat dan Lantamal
Kapal Eskorta (Satkor), Satuan Kapal IV Tanjungpinang pada umumnya
Amfibi (Satfib), Satuan Kapal Bantu memiliki panjang antara 40-60 meter
(Satban), Satuan Kapal Cepat (Satkat), dengan kecepatan antara 20-30 knot
Satuan Kapal Ranjau (Satran) dan Satuan serta dipersenjatai dengan mitraliur
Komando Pasukan Katak (Satkopaska). 12,7mm dan meriam 40mm, beberapa
Namun dalam pelaksanaan operasi diantaranya juga dilengkapi rudal anti
patroli, diperlukan unsur-unsur KRI yang kapal permukaan. Disamping itu, untuk
memiliki kecepatan dan daya jelajah memperluas cakupan operasi, pesawat
tinggi serta manuverabilitas yang baik, intai maritim juga turut dilibatkan dalam
sehingga pada umumnya satuan kapal pelaksanaan gelar operasi walaupun
Koarmada I yang melaksanakan patroli secara struktural, penggunaan pesawat
adalah Satkor dan Satkat, ditambah intai maritim harus dikoordinasikan
dengan unsur KRI dari Pangkalan Utama dengan Pusat Penerbangan TNI AL
TNI AL (Lantamal) IV Tanjungpinang, (Puspenerbal). Selain itu dalam situasi
dikarenakan Lantamal IV termasuk jajaran tertentu seperti pembajakan atau
Koarmada I dan letaknya yang cukup penyanderaan di tengah laut yang

15
Koarmabar, Armada Pengawal Perairan Barat
Nusantara (Koarmabar, 2015), hlm 15.

Sinergitas Komando Armada I Dan Badan.... | Kusuma, Prakoso, Sianturi | 57


membutuhkan infiltrasi ataupun yang memerlukan dukungan unsur KRI
sabotase, personel dari Satkopaska dapat Koarmada I, Bakamla harus terlebih
dilibatkan untuk penanganan terhadap dahulu meminta persetujuan dari
masalah tersebut. Panglima TNI, dimana permintaan
tersebut tidak selalu mendapat
Kemampuan Unsur Bakamla RI persetujuan sehingga pelaksanaan
Dalam melaksanakan operasi di laut, operasi menjadi kurang optimal.
Bakamla RI secara keseluruhan memiliki
10 unit kapal yang dapat dipergunakan Sarana surveillance Koarmada I
untuk patroli dalam waktu relatif Dalam hal surveillance, Koarmada I
panjang. Unsur-unsur kapal tersebut memiliki Pusat Komando dan
terdiri dari satu unit kapal markas Pengendalian (Puskodal) sebagai unsur
berukuran 11o meter, 3 unit kapal patroli pelayanan Staf Koarmada I yang bertugas
berukuran 80 meter, dan enam unit kapal membantu Panglima dibidang
patroli berukuran 48 meter. Selain itu pelaksanaan kegiatan komando dan
untuk kegiatan patroli dalam jarak dekat pengendalian operasi di lingkungan
dengan waktu relatif singkat, Bakamla Koarmada I dalam mengumpulkan,
memiliki 16 unit kapal tipe Catamaran menilai dan mengolah data serta
berukuran 15 meter dan 14 RIB berukuran menyajikan informasi mengenai kegiatan
12 meter16. Untuk kapal-kapal patroli operasi dan latihan beserta hasil-hasilnya.
Bakamla memiliki kecepatan maksimal 20 Dalam pengawasan di wilayah Selat
knot dan untuk kapal patroli dengan Malaka sendiri, Puskodal bertumpu
panjang 48 meter keatas dipersenjatai kepada sistem informasi terintegrasi
dengan mitraliur 12,7mm. Dihadapkan Integrated Maritime Surveillance System
dengan luasnya wilayah operasinya di (IMSS) yang terdiri dari peralatan sensor
Selat Malaka, jumlah unsur Bakamla jauh berupa Automatic Identification System
dari mencukupi sehingga kadangkala (AIS) monitor, Forward Looking Infrared
memerlukan dukungan dalam Camera (FLIR) dan radar pantai yang
pelaksanaannya, namun dalam operasi memiliki jangkauan sampai dengan 90

16
‘https://jurnalmaritim.com/Armada-Sea-and-
Coast-Guard-Indonesia/’, diakses pada 30
Oktober 2020.
58 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
Nm. Dari segi lokasi, dan penempatannya, penindakan terhadap target terpilih,
infrastruktur IMSS dibagi menjadi empat. Koarmada I mendapatkan sumber
Yang pertama adalah Fleet Command and informasi dari intelijen, dan walaupun
Control Center (FCC) yang berlokasi di informasi terkait pendeteksian juga dapat
Markas Komando (Mako) Koarmada I. diperoleh dari Bakamla, sifatnya masih
Yang kedua adalah Regional Command insidentil berdasarkan permintaan dari
and Control Center (RCC) yang berlokasi di Koarmada I.
Pangkalan TNI AL (Lanal) Batam. Yang
ketiga adalah Coastal Surveillance Station Sarana surveillance Bakamla RI
(CSS) yang berada di sebelas Pos TNI AL Dalam hal surveillance di Selat Malaka,
Satuan Radar (Posal Satrad) di sepanjang Bakamla dilengkapi dengan sarana
Selat Malaka dan Shipboard Surveillance monitoring yang tersebar di kapal dan
Sytem (SSS) yang terpasang di enam KRI stasiun Bakamla. Walaupun sektor patroli
jajaran Koarmada I. Dalam kondisi ideal, KN Bakamla tidak selalu di Selat Malaka,
sistem ini mampu melaksanakan namun 6 unit kapal patroli Bakamla yang
pendeteksian dan pengklasifikasian berukuran 48 meter telah dilengkapi
target dengan kemampuan sensor serta dengan radar, AIS, dan long range camera.
kapasitas komunikasi yang handal Stasiun pemantauan keamanan dan
khususnya di jalur Selat Malaka yang keselamatan laut Bakamla di Aceh,
merupakan wilayah kerja Koarmada I. Tanjung Balai Karimun, dan Batam juga
Kemampuan utama dari sistem ini adalah telah dilengkapi dengan AIS base station,
kemampuan menampilkan posisi KRI radar coastal surveillance, long range
yang sedang melaksanakan gelar operasi camera, dan global maritime distress and
disamping situasi lalu lintas perairan di safety system (GMDSS). Selain itu
sekitarnya secara real time. Saat ini kemampuan surveillance Bakamla juga
kondisi sistem IMSS dalam keadaan tidak dipertajam dengan AISSAT Bakamla yang
siap, dikarenakan cukup banyaknya telah dikembangkan menjadi Bakamla
peralatan yang mengalami kerusakan Integrated Information System (BIIS).
baik di CSS maupun SSS sehingga Sistem ini mampu menyediakan informasi
kemampuan deteksi dan surveillance secara dini dengan cara melakukan
Koarmada I menjadi tumpul. Dalam analisis terhadap obyek atau kejadian
melaksanakan operasi maupun yang mencurigakan berdasarkan perilaku

Sinergitas Komando Armada I Dan Badan.... | Kusuma, Prakoso, Sianturi | 59


atau anomali tertentu sehingga dapat pengamanan laut, melalui sinergitas antar
memberikan waktu untuk merespon lembaga dapat menghasilkan output
informasi tersebut. kekuatan yang jauh lebih besar dalam
menjaga stabilitas keamanan di laut.
Pola Kerjasama Antar Lembaga Sejauh ini, pelibatan unsur KRI Koarmada
Menurut A.F. Stone James yang dikutip I dalam setiap operasi yang digelar
dari Susanto dan Munaf17, hubungan Bakamla menunjukan bahwa sinergitas
antara dua pihak atau lebih dapat antara kedua lembaga berada pada
menghasilkan tingkatan komunikasi yang tingkat respectful yaitu memiliki
dihadapkan pada elemen kerja sama dan kesepahaman dalam berkomunikasi yang
kepercayaan. Berdasarkan pola bersifat kompromi dan saling
hubungan kerja sama yang mungkin menghargai. Salah satu faktor yang
terjadi akan menghasilkan tiga sifat mempengaruhi hal ini adalah karena
komunikasi, yaitu 1) defensif, tingkat kerja sebagian besar pengawak Bakamla,
sama dan kepercayaan yang rendah khususnya yang bertugas di KN adalah
sehingga mengakibatkan pola personel TNI AL, baik yang berasal dari
komunikasi bersifat pasif-defensif, 2) Koarmada I maupun satuan TNI AL lain.
respectful, kerja sama dan kepercayaan Disamping itu, berdasarkan informasi
yang tinggi sehingga menghasilkan pola yang diperoleh dari pusat komando dan
komunikasi yang saling menghargai dan pengendalian kedua lembaga, selama ini
bersifat kompromi, 3) synergistic, dimana telah terjadi proses information sharing
kerja sama yang sudah baik serta saling antara keduanya dalam mendukung
mempercayai akan menghasilkan pola pelaksanaan operasi. Di sisi lain, masih
komunikasi yang bersifat sinergitas yang terdapat permasalahan terkait
berarti kerja sama yang terjalin akan penggunaan unsur KRI Koarmada I dalam
menghasilkan output lebih besar dari pelaksanaan operasi Bakamla dan proses
penjumlahan hasil keluaran masing- information sharing yaitu sifatnya yang
masing pihak. Hal ini dikaitkan dengan tidak reguler atau terus menerus. Dalam
keberadaan banyak lembaga yang mencapai kondisi synergistic, diperlukan
berwenang untuk melaksanakan jalinan sinergi antara unsur kapal patroli

17
Susanto and Dicky R. Munaf, Komando Dan Berbasis Sistem Peringatan Dini (Jakarta :
Pengendalian Keamanan Dan Keselamatan Laut Gramedia Pustaka Utama., 2015), hlm 61.
60 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
dalam operasi dan hendaknya dibarengi melaksanakan operasinya di Selat Malaka
dengan sinergi dalam pertukaran data mulai dari garis pantai terluar sampai
yang dapat memberikan informasi dengan 12 mil laut yang menjadi rezim laut
tentang tindak kejahatan secara lebih teritorial19. Di sisi lain, hasil operasi berupa
tepat dan akurat. Berpedoman pada teori penangkapan diserahkan kepada
Penrose, dimana sinergi adalah upaya Koarmada I untuk selanjutnya
yang berbasis sumber daya18, maka dilaksanakan penyidikan, karena
sarana berupa kapal maupun informasi kewenangan untuk melaksanakan
yang akurat secara bersama-sama penyidikan ada pada TNI AL maupun
merupakan sumber daya yang menjadi stakeholder lain sesuai bidangnya masing-
kekuatan untuk memberantas kejahatan masing. Menurut Mahan, strategi dalam
lintas negara di laut. Secara lebih jauh, mencapai kekuatan maritim yang baik
sinergi antar lembaga sepatutnya dapat tidak hanya bertumpu pada kekuatan
memberikan kemenangan pada semua Angkatan Laut saja, namun juga
pihak yang terlibat tanpa ada yang memerlukan kekuatan maritim dan
merasa dikalahkan dengan hasil yang sarana pendukung yang memadai dari
dicapai karena terjadinya sinergi tersebut semua pemangku kepentingan.
dan seluruh pihak seharusnya Berdasarkan teori tersebut, dikaitkan
mendapatkan manfaat yang sama atas dengan sinergitas Koarmada I dan
sinergi yang terjalin. Dalam upaya Bakamla, maka kedua lembaga tersebut
pemberantasan kejahatan lintas negara di dapat saling mendukung dengan segenap
Selat Malaka, perlu adanya koordinasi kemampuan yang dimiliki oleh masing-
antara kedua lembaga yang bersifat masing pihak.
saling menguatkan. Alternatif langkah Menurut Himmelman, kerjasama
yang dapat diambil adalah dengan yang dilaksanakan antar lembaga (inter
merumuskan suatu perjanjian kerjasama agency working) dapat diidentifikasikan
untuk memperjelas posisi masing-masing sebagai networking, koordinasi,
lembaga. Dalam hal penggunaan unsur- kerjasama, dan kolaborasi20. Secara lebih
unsur KRI Koarmada I, Bakamla dapat jauh dapat diartikan bahwa networking

18 19
Mehmet Barca, ‘The Theory of the Growth of the United Nation, United Nations Convention on the
Firm’, in Economic Foundations of Strategic Law of the Sea 1982 Pasal 3.
20
Management, 2018. Arthur Turovh Himmelman, ‘Collaboration for
Change: Definitions, Decision-Making Models,

Sinergitas Komando Armada I Dan Badan.... | Kusuma, Prakoso, Sianturi | 61


adalah proses pertukaran informasi, bernilai strategis sudah tentu akan
koordinasi adalah pertukaran informasi berdampak pada posisi Indonesia secara
yang disertai dengan perubahan, regional maupun global. Dari hasil
kerjasama merupakan networking dan penelitian terhadap sinergitas Koarmada
koordinasi yang disertai pembagian I dan Bakamla dapat disimpulkan bahwa
sumber daya, sedangkan kolaborasi dalam hubungan antar lembaga yang ada,
adalah gabungan semua unsur tersebut sinergi belum sepenuhnya terbangun,
ditambah peningkatan aktivitas instansi permasalahan yang ada diantaranya
tertentu yang saling menguntungkan. adalah belum adanya aturan yang jelas
Mengacu pada teori tersebut, hubungan tentang penggunaan sumber daya
antara Koarmada I dan Bakamla sejauh ini berupa penggunaan alutsista dan
masih berada pada tahap koordinasi information sharing diantara keduanya.
karena sebagian besar interaksi pada Selain itu, hubungan kerjasama yang ada
level operasional hanya dilakukan secara masih bersifat informal dan berada pada
informal sehingga tidak memiliki dasar tahap koordinasi, sehingga keputusan
yang kuat bagi satu lembaga untuk yang diambil cenderung bersifat
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki subyektif secara personal dan bukan
oleh lembaga lainnya, dan tanpa dasar sesuai ketentuan. Adapun saran yang
yang kuat, akan sulit untuk mendapatkan dapat diberikan adalah perlu dibuat
dukungan bagi operasi patroli yang semacam perjanjian kerjasama sambil
dilakukan untuk pemberantasan tindak menunggu revisi Perpres mengenai
kejahatan di laut. kewenangan tiap-tiap pemangku
kepentingan di laut. Perjanjian kerjasama
Kesimpulan tersebut hendaknya mengatur dengan
Secara umum, kedua instansi telah jelas tentang prosedur penggunaan
memiliki sarana yang diperlukan dalam sumber daya berupa unsur KRI maupun
upaya pemberantasan kejahatan lintas informasi yang diperlukan dalam
negara di Selat Malaka. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan operasi masing-
dalam pelaksanaan operasi guna menjaga masing guna memberantas tindak
kestabilan situasi di Selat Malaka yang

Roles, and Collaboration Process Guide’, White


Paper, 2002. hlm 2-4.
62 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
kejahatan lintas negara, khususnya di Conference Series: Earth and
Environmental Science.
Selat Malaka.
Susanto, and Dicky R. Munaf (2015).
Komando Dan Pengendalian
Daftar Pustaka Keamanan Dan Keselamatan Laut
Berbasis Sistem Peringatan Dini.
Buku dan Jurnal
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Barca, Mehmet (2018). The Theory of the
Till, Geoffrey (2013). The Historic
Growth of the Firm in Economic
Attributes of The Sea And Maritime
Foundations of Strategic
Developments in The Asia-Pacific, in
Management.
Maritime Challenges and Priorities in
Booth, Ken (1977). Navies and Foreign Asia: Implications for Regional
Policy. London: Routledge. Security, ed. by Joshua Ho and Sam
Buku Putih Pertahanan Indonesia (2015). Bateman. New York: Routledge.

Hamid, Abd Rahman (2013). Sejarah


Maritim Indonesia. Yogyakarta: Internet dan website
Penerbit Ombak.
https://jurnalmaritim.com/Armada-Sea-
Himmelman, Arthur Turovh (2002). and-Coast-Guard-Indonesia/. 2019.
Collaboration for Change:
Definitions, Decision-Making
Models, Roles, and Collaboration Peraturan Perundang-undangan
Process Guide, White Paper. Undang-Undang Republik Indonesia
Koarmabar (2015). Armada Pengawal Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Perairan Barat Nusantara. Jakarta: Tentara Nasional Indonesia.
Koarmabar. Undang-Undang Republik Indonesia
Krahmann, Elke (2005). New Threats And Nomor 5 Tahun 2009 tentang
New Actors in International pengesahan United Nations
Security. New York: Palgrave Convention Against Transnational
Macmillan. Organized Crime.
Kwa, Chong Guan, and John K. Skogan Undang-Undang Republik Indonesia
(2007). Maritime Security in Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Southeast Asia. Kelautan.
Prakoso, Lukman Yudho, Suhirwan Undang-Undang Republik Indonesia
Suhirwan, and Kasih Prihantoro Nomor 9 Tahun 2015 tentang
(2020). Sea Defense Strategy And Pemerintahan Daerah.
Urgency Of Forming Maritime United Nations Convention on The Law of
Command Center. Jurnal The Sea (UNCLOS) 1982.
Pertahanan Vol. 6 No. 2
Suhirwan, and L. Y. Prakoso (2019).
Defense Strategy at Sea Handling of
Transnational Organized Crime
(TNOC) in Nunukan Indonesia’s
National Sea Border, in IOP

Sinergitas Komando Armada I Dan Badan.... | Kusuma, Prakoso, Sianturi | 63


64 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai