Abstrak – Tesis ini menganalisis tentang kerjasama antara Koarmada I dan Bakamla dalam upaya
memberantas kejahatan lintas negara yang terjadi di perairan Selat Malaka dan sekitarnya serta
mengidentifikasi peraturan yang berlaku dalam melaksanakan kerjasama dan potensi celah yang
ada pada tingkat operasional sehubungan dengan kejahatan yang terjadi di laut. Penelitian ini juga
berfokus kepada faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kerjasama antara kedua lembaga
tersebut dalam upaya pemberantasan kejahatan lintas negara. Pada dasarnya masing-masing
lembaga telah memiliki sarana yang dibutuhkan untuk upaya tersebut, namun perlu adanya
pemanfaatan bersama terhadap sarana yang ada untuk mencapai hasil yang optimal melalui
kerjasama antara kedua lembaga tersebut. Untuk menganalisis hubungan antar kedua lembaga
dipergunakan teori kerjasama antar instansi (inter-agency working), sementara untuk melihat
manfaat yang dihasilkan dari kerjasama tersebut digunakan teori sinergitas. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif melalui pengamatan dan studi pustaka. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masih dibutuhkan kerjasama yang lebih intensif dan interaksi secara formal
melalui prosedur kerjasama yang efektif agar upaya pemberantasan kejahatan lintas negara,
khususnya di perairan Selat Malaka dan sekitarnya dapat berjalan dengan lebih optimal.
Kata Kunci: Kejahatan lintas negara, kerjasama, strategi, selat Malaka
Abstract – This thesis analyzes the cooperation between Koarmada I and Bakamla in an effort to
eradicate transnational crime that occurs in the waters of the Malacca Strait and its surroundings and
identifies applicable regulations and potential gaps that exist at the operational level in relation to
crimes that occur at sea. This study also focuses on factors that affect the relationship between the
two institutions in the effort to eradicate transnational crime. Basically, each institution already has
the tools needed for this effort, however, there needs to be a joint use of existing facilities to achieve
optimal results through cooperation between the two institutions. To analyze the relationship
between the two institutions, the theory of cooperation between agencies (inter-agency working) is
used, while to see the benefits resulting from this collaboration, the theory of synergy is used. This
research uses qualitative methods through observation and literature study. The results showed that
more intensive cooperation and formal interactions were needed through effective cooperation
procedures so that efforts to eradicate transnational crime, especially in the waters of the Malacca
Strait, could run more optimally.
Keywords: Transnational crime, cooperation, strategy, Malacca Strait
1
Prodi Strategi Pertahanan Laut Unhan
2
Prodi Strategi Pertahanan Laut Unhan
3
Prodi Strategi Pertahanan Laut Unhan
I
ndonesia sebagai negara kepulauan perang terbuka dari negara lain, namun
terbesar di dunia, merupakan negara potensi ancaman saat ini telah berevolusi
yang terdiri dari 17.499 pulau yang dengan melibatkan aktor non negara
membentang dari Sabang sampai atau non-state actors5.
Merauke. Wilayah perairan Indonesia Berdasarkan Buku Putih Pertahanan
seluas 3,25 juta kilometer persegi Indonesia Tahun 2015, kejahatan lintas
ditambah Zona Ekonomi Eksklusif seluas negara dipandang sebagai salah satu
2,55 juta kilometer persegi, membuat ancaman terhadap keamanan global. Di
wilayah perairan Indonesia lebih besar kawasan Asia Tenggara, kejahatan jenis
dari luas daratannya yang hanya sebesar ini merupakan ancaman serius dan
2,01 juta kilometer persegi4. Posisi menjadikan kerawanan bagi stabilitas
Indonesia yang sangat strategis yang keamanan. Dalam UU No. 5 Tahun 2009
terletak di antara Samudera Hindia dan tentang pengesahan United Nations
Samudera Pasifik memberikan Convention Against Transnational
keuntungan secara geografis, selain itu Organized Crimes, disebutkan sejumlah
Indonesia juga diapit oleh dua benua yaitu kejahatan yang termasuk dalam
Asia dan Australia, kondisi tersebut kejahatan terorganisir lintas negara, yaitu
menjadi sangat potensial karena dapat pencucian uang, korupsi, perdagangan
mendatangkan keuntungan bagi satwa dan tumbuhan illegal,
Indonesia, di sisi lain ada pula ancaman perdagangan manusia, dan
ataupun gangguan terhadap keamanan penyelundupan migran. Menurut
pelayaran yang dapat mempengaruhi Suhirwan, Indonesia perlu meratifikasi
pertahanan negara. konvensi tersebut mengingat potensi
Di era globalisasi, bentuk dan pola ancaman kejahatan lintas negara yang
ancaman terhadap suatu negara telah semakin dinamis dihadapkan pada posisi
mengalami perubahan. Ancaman strategis Indonesia saat ini6. Berdasarkan
terhadap suatu negara saat ini sudah trend yang ada, saat ini terdapat
4 5
BPHN, ‘UU No. 9 Tahun 2015’, JDIH, 2015 Elke Krahmann, New Threats And New Actors in
<https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.00 International Security (New York: Palgrave
4>, diakses pada 30 Oktober 2020. Macmillan, 2005), hlm. 71.
6
Suhirwan and L. Y. Prakoso, Defense Strategy at
Sea Handling of Transnational Organized
52 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
beberapa jenis kejahatan lintas negara arus aliran barang seringkali diikuti
yang marak di Indonesia, diantaranya dengan pertukaran informasi atau ilmu
adalah perdagangan narkotika dan obat- pengetahuan baru dari berbagai belahan
obatan terlarang, perdagangan manusia, dunia. Terkait dengan hal ini, saat ini
perompakan laut, penyelundupan fungsi tersebut telah tergeser oleh
senjata, pencucian uang, serta perkembangan teknologi informasi.
terorisme7, dimana semua ancaman Keempat, laut sebagai atribut kekuasaan
kejahatan lintas negara tersebut dimana negara menggunakan laut
berpotensi masuk dari ataupun terjadi di sebagai instrumen dalam upaya
wilayah laut dikarenakan posisi Indonesia memenuhi kepentingan nasionalnya.
yang sangat terbuka. Selat Malaka yang berada di antara dua
Laut memiliki empat fungsi utama wilayah daratan, yaitu Pulau Sumatera
yang dapat memberikan keuntungan bagi dan Semenanjung merupakan salah satu
negara pada masa damai maupun selat internasional terpenting di dunia.
perang8. Pertama, laut merupakan Pentingnya Selat Malaka dalam kegiatan
tempat berkumpulnya sumber daya, baik pelayaran internasional dapat dilihat dari
hayati maupun energi, yang berperan adanya penyaluran minyak yang diangkut
penting bagi negara. Kedua, laut sebagai oleh kapal yang melalui Selat ini tiga kali
jalur transportasi dan perdagangan yang lebih besar dari Terusan Suez dan 15 kali
merupakan unsur penghubung utama lebih besar dari yang mengalir melalui
dari aktivitas perdagangan serta Terusan Panama. Selain itu, dua per tiga
merupakan bagian dari globalisasi yang ton minyak mentah berasal dari Teluk
dianggap dapat meningkatkan Persia dengan tujuan Jepang, Korea Sela-
perdamaian dan kemakmuran. Ketiga, tan, dan Tiongkok. Bahkan lebih dari
laut sebagai media informasi dan setengah pengiriman dunia melewati
penyebaran ide, dimana meningkatnya Selat Malaka9. Ada lebih dari 200 kapal
Crime (TNOC) in Nunukan Indonesia’s National Joshua Ho and Sam Bateman (New York:
Sea Border, in IOP Conference Series: Earth and Routledge, 2013), hlm 34.
9
Environmental Science, 2019, hlm 2. Chong Guan Kwa and John K. Skogan, "Maritime
7
Buku Putih Pertahanan Indonesia. (Kementrian Security in Southeast Asia", dalam
Pertahanan RI, 2015), hlm 15. Suproboningrum, Peran Diplomasi Maritim
8
Geoffrey Till, ‘The Historic Attributes of The Sea dalam Keberhasilan Patroli Terkordinasi
And Maritime Developments in The Asia- Indonesia-Malaysia-Singapura untuk Menekan
Pacific’, in Maritime Challenges and Priorities in Angka Pembajakan dan Perompakan Laut di
Asia: Implications for Regional Security, ed. by Selat Malaka, 2018), hlm 20.
10 12
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Lukman Yudho Prakoso, Suhirwan Suhirwan,
Tentara Nasional Indonesia, Lembaran Negara and Kasih Prihantoro, Sea Defense Strategy
RI Tahun 2004 No 127 Pasal 9. And Urgency Of Forming Maritime Command
11
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Center, Jurnal Pertahanan, 2020, Vol 6 No 2
Kelautan Pasal 61. hlm 205.
54 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
Pada dasarnya, kedua instansi Metode Penelitian
maritim tersebut telah memiliki sarana Penelitian ini menggunakan metode
dan prasarana pada tingkat operasional kualitatif dengan maksud untuk
masing-masing untuk melaksanakan memberikan gambaran dan rekomendasi
upaya-upaya pemberantasan kejahatan tentang hubungan dan sinergi antara
lintas negara. Koarmada I memiliki unsur Koarmada I dan Bakamla dalam hal upaya
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) pemberantasan kejahatan lintas negara di
yang rutin melaksanakan patroli di Selat Malaka. Cara memperoleh data
wilayah kerjanya, termasuk perairan Selat dalam penelitian ini adalah dengan studi
Malaka, sedangkan Bakamla memiliki kepustakaan dari berbagai sumber
unsur Kapal Negara (KN) yang seperti dokumen resmi, jurnal, buku, dan
dipergunakan untuk melaksanakan halaman website. Selain itu, dilakukan
operasinya. Dalam hal surveillance, juga pengamatan terhadap fenomena
Koarmada I memiliki radar pantai, long yang terjadi antara kedua lembaga dan
range camera, dan AIS receiver pada juga bertanya kepada narasumber
sistem Integrated Maritime Surveillance melalui sambungan telepon untuk
System (IMSS) sedangkan Bakamla mendapatkan informasi yang dibutuhkan
memiliki AISSAT Bakamla sebagai sarana guna mendukung penelitian. Dalam
pengawasan di Selat Malaka. Yang sedikit penelitian ini digunakan metode induktif
berbeda adalah pada bidang personel, dengan pendekatan konsep
dimana Koarmada I diawaki militer (TNI pemanfaatan sarana dan
AL) sedangkan pengawak Bakamla interoperabilitas. Metode induktif
berasal dari sipil dan juga militer yang digunakan untuk menguraikan data di
”dipinjamkan” dari TNI AL. Setiap instansi lapangan mengenai kemampuan sarana
memiliki kelebihan dan kekurangannya pengawasan dan pendeteksian yang ada
masing-masing dalam hal sarana guna berkaitan dengan interaksi antar
pemberantasan kejahatan lintas negara, lembaga, dimana data yang diperoleh
sehingga diperlukan kerjasama dan kemudian dipertukarkan untuk
sinergi yang baik untuk mendapatkan menghasilkan informasi yang selanjutnya
hasil yang optimal. dianalisis dengan berpegang pada teori
kerjasama antar instansi dalam upaya
pemberantasan kejahatan lintas negara.
13 14
Abd Rahman Hamid, Sejarah Maritim Indonesia Ken Booth, Navies and Foreign Policy, Navies and
(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm 27. Foreign Policy (London: Routledge, 1977), hlm
16.
56 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
adanya indikasi terjadinya tindak dekat dengan Selat Malaka. Secara
kejahatan. Informasi tersebut untuk keseluruhan, Koarmada I memiliki 24 KRI
selanjutnya dapat diteruskan kepada yang umum dipergunakan untuk
unsur-unsur di lapangan untuk melakukan pelaksanaan patroli secara terus menerus
penyelidikan ataupun penindakan. di Selat Malaka, yang terdiri dari 8 KRI dari
Satkor, 12 KRI dari Satkat, dan 4 KRI dari
Kemampuan Unsur Koarmada I Lantamal IV Tanjungpinang. Unsur –unsur
Dalam situasi damai, unsur-unsur KRI yang berasal dari Satkor pada
Koarmada I melaksanakan fungsi umumnya memiliki panjang antara 70-90
kehadiran di laut pada wilayah kerjanya meter dengan kecepatan antara 20-25
melalui gelar operasi patroli. Dalam knot serta dipersenjatai dengan rudal
melaksanakan fungsi tersebut, Koarmada pertahanan udara, torpedo, roket, dan
I memiliki lima satuan kapal dan satu meriam 30mm15. Sedangkan unsur-unsur
satuan pasukan khusus, yaitu Satuan KRI yang berasal dari Satkat dan Lantamal
Kapal Eskorta (Satkor), Satuan Kapal IV Tanjungpinang pada umumnya
Amfibi (Satfib), Satuan Kapal Bantu memiliki panjang antara 40-60 meter
(Satban), Satuan Kapal Cepat (Satkat), dengan kecepatan antara 20-30 knot
Satuan Kapal Ranjau (Satran) dan Satuan serta dipersenjatai dengan mitraliur
Komando Pasukan Katak (Satkopaska). 12,7mm dan meriam 40mm, beberapa
Namun dalam pelaksanaan operasi diantaranya juga dilengkapi rudal anti
patroli, diperlukan unsur-unsur KRI yang kapal permukaan. Disamping itu, untuk
memiliki kecepatan dan daya jelajah memperluas cakupan operasi, pesawat
tinggi serta manuverabilitas yang baik, intai maritim juga turut dilibatkan dalam
sehingga pada umumnya satuan kapal pelaksanaan gelar operasi walaupun
Koarmada I yang melaksanakan patroli secara struktural, penggunaan pesawat
adalah Satkor dan Satkat, ditambah intai maritim harus dikoordinasikan
dengan unsur KRI dari Pangkalan Utama dengan Pusat Penerbangan TNI AL
TNI AL (Lantamal) IV Tanjungpinang, (Puspenerbal). Selain itu dalam situasi
dikarenakan Lantamal IV termasuk jajaran tertentu seperti pembajakan atau
Koarmada I dan letaknya yang cukup penyanderaan di tengah laut yang
15
Koarmabar, Armada Pengawal Perairan Barat
Nusantara (Koarmabar, 2015), hlm 15.
16
‘https://jurnalmaritim.com/Armada-Sea-and-
Coast-Guard-Indonesia/’, diakses pada 30
Oktober 2020.
58 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
Nm. Dari segi lokasi, dan penempatannya, penindakan terhadap target terpilih,
infrastruktur IMSS dibagi menjadi empat. Koarmada I mendapatkan sumber
Yang pertama adalah Fleet Command and informasi dari intelijen, dan walaupun
Control Center (FCC) yang berlokasi di informasi terkait pendeteksian juga dapat
Markas Komando (Mako) Koarmada I. diperoleh dari Bakamla, sifatnya masih
Yang kedua adalah Regional Command insidentil berdasarkan permintaan dari
and Control Center (RCC) yang berlokasi di Koarmada I.
Pangkalan TNI AL (Lanal) Batam. Yang
ketiga adalah Coastal Surveillance Station Sarana surveillance Bakamla RI
(CSS) yang berada di sebelas Pos TNI AL Dalam hal surveillance di Selat Malaka,
Satuan Radar (Posal Satrad) di sepanjang Bakamla dilengkapi dengan sarana
Selat Malaka dan Shipboard Surveillance monitoring yang tersebar di kapal dan
Sytem (SSS) yang terpasang di enam KRI stasiun Bakamla. Walaupun sektor patroli
jajaran Koarmada I. Dalam kondisi ideal, KN Bakamla tidak selalu di Selat Malaka,
sistem ini mampu melaksanakan namun 6 unit kapal patroli Bakamla yang
pendeteksian dan pengklasifikasian berukuran 48 meter telah dilengkapi
target dengan kemampuan sensor serta dengan radar, AIS, dan long range camera.
kapasitas komunikasi yang handal Stasiun pemantauan keamanan dan
khususnya di jalur Selat Malaka yang keselamatan laut Bakamla di Aceh,
merupakan wilayah kerja Koarmada I. Tanjung Balai Karimun, dan Batam juga
Kemampuan utama dari sistem ini adalah telah dilengkapi dengan AIS base station,
kemampuan menampilkan posisi KRI radar coastal surveillance, long range
yang sedang melaksanakan gelar operasi camera, dan global maritime distress and
disamping situasi lalu lintas perairan di safety system (GMDSS). Selain itu
sekitarnya secara real time. Saat ini kemampuan surveillance Bakamla juga
kondisi sistem IMSS dalam keadaan tidak dipertajam dengan AISSAT Bakamla yang
siap, dikarenakan cukup banyaknya telah dikembangkan menjadi Bakamla
peralatan yang mengalami kerusakan Integrated Information System (BIIS).
baik di CSS maupun SSS sehingga Sistem ini mampu menyediakan informasi
kemampuan deteksi dan surveillance secara dini dengan cara melakukan
Koarmada I menjadi tumpul. Dalam analisis terhadap obyek atau kejadian
melaksanakan operasi maupun yang mencurigakan berdasarkan perilaku
17
Susanto and Dicky R. Munaf, Komando Dan Berbasis Sistem Peringatan Dini (Jakarta :
Pengendalian Keamanan Dan Keselamatan Laut Gramedia Pustaka Utama., 2015), hlm 61.
60 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Laut | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
dalam operasi dan hendaknya dibarengi melaksanakan operasinya di Selat Malaka
dengan sinergi dalam pertukaran data mulai dari garis pantai terluar sampai
yang dapat memberikan informasi dengan 12 mil laut yang menjadi rezim laut
tentang tindak kejahatan secara lebih teritorial19. Di sisi lain, hasil operasi berupa
tepat dan akurat. Berpedoman pada teori penangkapan diserahkan kepada
Penrose, dimana sinergi adalah upaya Koarmada I untuk selanjutnya
yang berbasis sumber daya18, maka dilaksanakan penyidikan, karena
sarana berupa kapal maupun informasi kewenangan untuk melaksanakan
yang akurat secara bersama-sama penyidikan ada pada TNI AL maupun
merupakan sumber daya yang menjadi stakeholder lain sesuai bidangnya masing-
kekuatan untuk memberantas kejahatan masing. Menurut Mahan, strategi dalam
lintas negara di laut. Secara lebih jauh, mencapai kekuatan maritim yang baik
sinergi antar lembaga sepatutnya dapat tidak hanya bertumpu pada kekuatan
memberikan kemenangan pada semua Angkatan Laut saja, namun juga
pihak yang terlibat tanpa ada yang memerlukan kekuatan maritim dan
merasa dikalahkan dengan hasil yang sarana pendukung yang memadai dari
dicapai karena terjadinya sinergi tersebut semua pemangku kepentingan.
dan seluruh pihak seharusnya Berdasarkan teori tersebut, dikaitkan
mendapatkan manfaat yang sama atas dengan sinergitas Koarmada I dan
sinergi yang terjalin. Dalam upaya Bakamla, maka kedua lembaga tersebut
pemberantasan kejahatan lintas negara di dapat saling mendukung dengan segenap
Selat Malaka, perlu adanya koordinasi kemampuan yang dimiliki oleh masing-
antara kedua lembaga yang bersifat masing pihak.
saling menguatkan. Alternatif langkah Menurut Himmelman, kerjasama
yang dapat diambil adalah dengan yang dilaksanakan antar lembaga (inter
merumuskan suatu perjanjian kerjasama agency working) dapat diidentifikasikan
untuk memperjelas posisi masing-masing sebagai networking, koordinasi,
lembaga. Dalam hal penggunaan unsur- kerjasama, dan kolaborasi20. Secara lebih
unsur KRI Koarmada I, Bakamla dapat jauh dapat diartikan bahwa networking
18 19
Mehmet Barca, ‘The Theory of the Growth of the United Nation, United Nations Convention on the
Firm’, in Economic Foundations of Strategic Law of the Sea 1982 Pasal 3.
20
Management, 2018. Arthur Turovh Himmelman, ‘Collaboration for
Change: Definitions, Decision-Making Models,