Anda di halaman 1dari 7

KEJAHATAN TRANS NASIONAL DAN PENGARUHNYA DALAM STABILITAS

PERBATASAN NEGARA DITINJAU DARI POSISI STRATEGIS KEPRI1


Oleh :

Erdianto Effendi, SH,M.Hum.2


A. Pendahuluan Globalisasi memunculkan peranan Multi National
Globalisasi yang dewasa ini terjadi merupakan Corporation dan Tran National Corporation ke dalam
bentuk perubahan sosial paling dahsyat dampaknya bagi pentas dunia, Non Governemental Organisation dan
pelbagai bidang kehidupan baik politik, ekonomi, Organisasi Internasional dan pada saat bersamaan
hukumdan kebudayaan. Globalisasi menjadi salah satu terjadi penurunan peranan dan dominasi pemerintah
kata kunci menyusul semakin pesatnya perkembangan dalam tata ekonomi global. Dengan demikian, di bidang
teknologi terutama teknologi informasi atau komunikasi. ekonomi tak dapat lagi disangkal bahwa globalisasi
Globalisasi menurut Hoof 3 lebih dari Internationalisation diartikan sebagai kapitalisme yang dicirikan dengan
yang lebih fokus pada interaksi antar negara, sedangkan adanya perdagangan bebas.
globalisation tampaknya memunculkan dimensi Sungguhpun secara umum diakui bahwa konsep
tambahan yang membuat kedaulatan negara semakin perdangan bebas, demokrasi, hak asasi manusia dan
terkikis. Sementara itu, Darell R Johnson 4 melihat lingkungan hidup dipercaya dapat meningkatkan kualitas
globalisasi dari lima aspek yaitu globalisasi informasi, hidup dan kehidupan manusia tidak sedikit pula yang
globalisasi pasar modal dunia, globalisasi standar, justru meragukan kampanye tersebut. Pujiyono 7
globalisasi tanpa pemimpin, dan globalisasi perda- misalnya, mensinyalir bahwa konsep perdagangan
gangan dan investasi. bebas tidak lain merupakan upaya negara maju untuk
Globalisasi dianggap sebagai keniscayaan yang memperlemah daya saing negara berkembang dalam
tidak dapat dihindarkan dalam hubungan antar negara. konsep kapitalisme yang di dalam prakteknya juga
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi meng- membawa pelbagai isu seperti kelestarian lingkungan,
hadirkan sarana komunikasi dan transportasi canggih demokrasi dan hak asasi manusia.
telah merubah pola hubungan dan sistem interaksi antar Dari apa yang disampaikan di atas, terlihat bahwa
individu, kelompok, bangsa maupun antar negara. isu utama globalisasi yang sesungguhnya adalah
Batas-batas negara semakin borderless, interaksi kapitalisme di bidang ekonomi dengan isu ikutan seperti
kehidupan di segala bidang bersifat mendial. Kehidupan demokratisasi, lingkungan hidup dan hak asasi manusia.
politik, sosial, hukum, ekonomi berdimensi global. Dengan kata lain, di balik kampanye Barat untuk
Globalisasi multi sektor sebagai dua sisi mata uang demokratisasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup,
menghadirkan kebaikan dan kerugian. 5 Secara lebih misi utamanya tetaplah demi kepentingan politik
khusus, FX Joko Priyono menyebutkan bahwa ekonomi Barat dan negara-negara maju. Ini terbukti
globalisasi di Indonesia tercermin dengan semakin dengan diterapkannya standar ganda dalam menyikapi
banyaknya produk-produk asing, terkikisnya nilai-nilai pelbagai bentuk otoritarian di negara-negara berkem-
kebangsaan yang diikuti dengan kebijakan pemerintah bang. Iran, Korea Utara, serta Irak dan Afganistan
untuk meliberalisasi sektor pendidikan, liberalisasi sektor disikapi dengan represif, tetapi di sisi lain, Barat hanya
jasa finansial serta investasi.6 berdiam diri melihat “pembantaian” yang dilakukan oleh
1
Disampaikan dalam Seminar Kajian Nasional Potensi dan TantanganDaerah Pesisir dalam Menjaga Keamanaan Nasional The Hills
Hotel, Batam-Kepulauan Riau, Tanggal 30 September 2012, diselenggarakan oleh dilaksanakan oleh Panitia Bersama LPMP Kepulauan
Riau, LDK Universitas Riau dan PKHAM Pekanbaru.
2
Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Riau, Kandidat Doktor Hukum Pidana di Universitas Padjadjaran
3
Hoof dalam Nyoman Serikat Putra Jaya, Globalisasi dalam Pembinaan Hukum Nasional, Makalah, disampaikan dalam Matrikulasi
Program Doktor Ilmu Hukum Undip, Semarang, 8 September 2007, hal.2.
4
Ibid
5
Pujiono, Konsep Good Governance, Instrumen Neo Liberalisme dalam Kapitalisme Ekonomi Global, makalah dalam Jurnal Masalah-
masalah Hukum, Edisi Vol. 35 No. 3 Juli- September 2006, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 2006, hal.299.
6
FX Joko Priyono, Globalisasi dan Pembinaan Hukum Ekonomi, makalah dalam Matrikulasi Program Doktor Ilmu Hukum Undip,
Semarang, 6 September 2007, hal.1.
7
Op.Cit.

JURNAL SELAT, OKTOBER 2013, VOL. 1 NO. 1 1


junta militer di Myanmar. gic state) terbesar di dunia dengan 17.480 pulau dan
Persaingan yang sengit antar Koroporasi Trans panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Sebagai-
Nasional dan antar negara sebagai dampak globalisasi, mana disebutkan dalam UNCLOS 1982 bahwa Negara
juga menimbulkan banyaknya celah bagi terjadinya kepulauan adalah negara yang terdiri atas satu atau
pelbagai kejahatan trans nasional yang pada awalnya lebih   gugusan  pulau,  dimana  diantaranya  terdapat
bermula dari persaingan ekonomi. Mengingat dam- pulau-pulau lain yang merupakan satu kesatuan
paknya yang begitu luas, Beberapa kejahatan tersebut politik atau secara historis merupakan satu ikatan.
antara lain korupsi, pencucian uang, perdagangan Dengan konsep Negara kepulauan maka Indonesia
orang, penyelundupan orang dan senjata. Kelima mempunyai kedaulatan penuh atas perairan yang
kejahatan ini dinyatakan sebagai kejahatan trasnational berada  di sisi  dalam  garis  pangkal kepulauan, yang
crime yang dipandang serius sehingga memerlukan dikenal sebagai perairan kepulauan. 10
pengaturannya dalam bentuk suatu konvensi atau Data lain menyebutkan pula bahwa wilayah daratan
treaty.8 Dalam hal ini adalah Konvensi PBB Menentang Indonesia terdiri dari 1,9 juta km persegi tersebar pada
Tindak Pidana Terorganisasi atau Konvensi Palermo sekitar 17.500 buah pulau yang disatukan oleh laut yang
yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang- sangat luas sekitar 5,8 juta km persegi. Panjang garis
Undang Nomor 5 Tahun 2009. pantai yang mengelilingi daratan tersebut adalah sekitar
Menurut Martua Raja Taripan Laut, termasuk pula 81.000 km yang merupakan garis pantai tropis
ke dalam kejahatan trans nasional adalah smuggling terpanjang atau terpanjang kedua setelah Kanada.11
atau penyelundupan, trafficking atau penjualan barang Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa Indonesia
maupun manusia, illegal fishing, illegal mining, dan illegal adalah negara kepulauan bisa juga disebut negara
logging. maritim bukan negara agraris. ¾ dari luas Indonesia
Kasus-kasus seperti ini tidak sulit ditemukan, terutama adalah berupa lautan yang menyimpan begitu banyak
di daerah-daerah terpencil dan berbatasan langsung kekayaan alam baik hayati maupun nir-hayati, dengan
dengan negara-negara tetangga. Sebagai negara demikian besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi dan
kepulauan, sedikitnya ada sembilan daerah atau wilayah keberhasilan pembangunan dapat disupport dari sektor
yang berbatasan langsung dengan negara-negara ini.   Sejarah  juga  telah  membuktikan  bahwa  dalam
tetangga, seperti Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), beberapa abad lamanya, pusat-pusat pertumbuhan
Sumatra Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat. 9 ekonomi dan peradaban di wilayah Nusantara memiliki
Sebagai negara kepulauan Indonesia berada pada kekuatan ekonomi dan politik dengan berbasis pada
posisi strategis sangat memiliki beragam keuntungan sumber daya kelautan. Setelah puluhan tahun seakan
sekaligus tempat yang menjadi surga bagi para pelaku diabaikan, baru di era reformasi, kesadaran untuk
kejahatan trans nasional. Letak geografis Indonesia yang menjadikan pembangunan berbasis sumberdaya
memiliki perairan dan wilayah yang cukup luas juga memiliki kelautan menjadi arus utama pembangunan nasional
dampak negatif, yaitu berupa kejahatan yang terorganisasi bangsa ini.12
dan permasalahan sosial lainnya tersebut. Dalam masyarakat Indonesia, kawasan kepulauan
Mengatasi masalah-masalah tersebut, pertanyaan dijadikan sebagai rumah habitat mereka, yang diwarnai
yang perlu dijawab oleh paper ini adalah bagaimana dengan sebuah garis tengah bumi, yang menjadi alur
kebijakan hukum pidana dala menanggulangi kejahatan perjalanan matahari. Wilayah ini terletak di penampang
trans nasional di wilayah perbatasan khususnya di tengah permukaan bumi. Memiliki kelembaban yang
Kepulauan Riau. tinggi, wilayah perlintasan matahari ini disebut dengan
garis equator (khatulistiwa).13
B. Indonesia sebagai Negara Kepulauan Dengan kondisi geografis tersebut secara politik laut
Indonesia merupakan Negara Kepulauan (archipela- justru menjadi perekat bukan pemisah antar pulau. Oleh

8
Romli Atmasasmita, Globalisasi Kejahatan Bisnis, Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm.39.
9
Martua Raja Taripar Laut, KejahatanTrans Nasional dan Kedaulatan, Opini Republika, tanggal 20 Maret 2010.
10
Dedi Syafikri, Permasalahan Kelautan Yang Muncul Dalam Negara Kepulauan Indonesia, Opini, Sumbawa Post, Edisi 25 Juni 2009,
dalam htp://www.sumbawanews.com terakhir kali dikunjungi tanggal 22 September 2011 Pukul 05.30 WIB.
11
Rohmin Dahuri, Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia, Gramedia, Jakarta, 2003, hlm.1
12
Dedi Syafikri, Loc.Cit
13
Yusmar Yusuf, “Kearifan dan Kepiawaian Lokal: Sumbu Hukum Komunal (Kosmologi Melayu, Masyarakat Adat dan Persepsi Kekinian)”,
dalam Jurnal Respublika, Universitas Lancang Kuning, Edisi No. 1 November 2008, Vol.8, hlm.115

2 JURNAL SELAT, OKTOBER 2013, VOL. 1 NO. 1


karena itu Indonesia menolak konsepsi Territoriale Zee C. Kebijakan Hukum Pidana
en Maritime Kringen Ordonantie (TZMKO) 1939 yang Dalam RPJP 2005-2025 tercermin visi misi
menyatakan lebar laut wilayah perairan Indonesia hanya pemerintah di bidang hukum. Visi misi pemerintah dalam
meliputi jalur-jalur laut yang mengelilingi setiap pulau bidang hukum ini lah yang dapat kita sebut sebagai
atau bagian pulau Indonesia yang lebarnya hanya 3 mil politik hukum pemerintah. Hal ini sejalan dengan definisi
laut. politik hukum menurut Abdul Hakim Garuda Nusantara
Secara politik internasional, wilayah perbatasan sebagaimana dikutip oleh Mahfud MD15, politik hukum
negara pada umumnya dan perbatasan laut pada adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan
khususnya seringkali menjadi sumber sengketa yang secara nasional oleh Pemerintah Indonesia yang
bahkan pada beberapa tingkatan berpotensi konflik yang meliputi Pertama, pembangunan hukum yang berintikan
serius hingga konflik besenjata. Oleh karena itu, pembuatan dan pembaruan terhadap materi-materi
pengamanan, pengelolaan dan status hukum yang jelas hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan, dan kedua,
atas batas wilayah laut sangat penting bagi semua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
negara apalagi negara kepulauan Indonesia. Batas penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para
wilayah negara memiliki arti penting dari sisi politik penegak hukum.
karena menyangkut kedaulatan negara atas wilayah dan Sedangkan menurut Sudarto, politik hukum adalah
penduduk yang mendiami wilayah tersebut. kebijakan dari negara melalui badan-badan yang
Masalah batas menjadi sumber sengketa bukan saja berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yan
karena berkaitan dengan aspek politik tetapi juga dikehendaki yang diperkirakan bisa digunakan untuk
berkaitan dengan aspek lain yang tidak kalah pentingnya mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyara-
yaitu masalah ekonomi. Menurut Dedy Syafikri 14 kat untuk mencapai apa yang dicita-citakan, dan usaha
berbagai masalah timbul baik dari dalam negeri sendiri untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik
maupun dari luar misalnya dengan negara-negara tetangga sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu.16
yang terkait dengan batasan wilayah antara lain : Untuk melihat bagaimana politik hukum pemerintah
“ Dari dalam negeri sendiri misalnya sampai pada hal pertama ini adalah dengan melihat arah
saat ini pemerintah belum mampu memberda- pembangunan di bidang politik dan hukum yang termuat
yakan ribuan pulau yang tersebar di seluruh dalam RPJP yaitu :
perairan nusantara. Masih banyak pulau-pulau ...bahwa demokratis yang berlandaskan
yang dimiliki yang masih belum memiliki nama hukum merupakan landasan penting untuk
sebagai identitasnya. Bahkan beberapa pulau mewujudkan pembangunan Indonesia yang
kecil di wilayah perairan dalam atau perairan maju, mandiri, dan adil. Demokrasi dapat
kepulauan misalnya digugusan kepulauan Nias, menigkatkan partisipasi masyarakat dalam
dan Karimun Jawa banyak dikelola dan dimiliki berbagai kegiatan pembangunan, dan memak-
warga negara asing. Padahal sudah jelas dalam simalkan potensi masyarakat, serta mening-
UU agraria tidak diperkenankan warga negara katkan akuntabilitas dan transparansi dalam
asing memiliki wilayah di Negara Indonesia. penyelenggaraan Negara. Hukum pada dasar-
Upaya pengamanan wilayah perairan nusantara nya bertujuan untuk memastikan munculnya
masih jauh dari harapan, terlebih lagi dengan aspek-aspek positif dan menghambat aspek
pulau-pulau kecil terluar yang dimilikinya. negative kemanusiaan serta memastikan
Padahal jika ditinjau dari posisinya pulau kecil terlaksananya keadilan untuk semua warga
terluar ini sangat strategis untuk menarik garis Negara tanpa memandang dan membedakan
batas laut teritorial, zona tambahan, batas landas kelas social, ras, etnis, agama maupun gender.
kontinen, dan zona ekonomi eksklusif (ZEE). “ Hukum yang ditaati dan diikuti akan menciptakan
Atas dasar fakta tersebut, luasnya wilayah yang kektertiban dan keterjaminan hak-hak dasar
menjadi prioritas pengamanan dibandingkan sumber masyarakat secara maksimal.”
daya manusia (SDM) dalam hal ini personel keamanan
yang bertugas menjaga wilayah kerap kali dimanfaatkan Dari apa yang diterangkan di atas sudah jelaslah
oleh para pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya. amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
14
Dedy Syafikri, Loc.Cit
15
Mahfud, MD, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Yogyakarta : Gama Media, 1999, hlm. 29.
16
Sudarto dalam M. Hamdan, Politik Hukum Pidana, Jakarta : Raja Grafindo Persada,1996, hlm.5-6.

JURNAL SELAT, OKTOBER 2013, VOL. 1 NO. 1 3


RPJPN 2005-2025 tentang politik hukum pemerintah
yang mengharuskan terwujudnya masyarakat Indonesia Kebijakan formulasi di level legislasi lazim dikenal
yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dengan istilah kriminalisasi. Dewasa ini, kriminalisasi
dan beradab ditandai dengan karakter bangsa yang berbagai perbuatan yang dianggap bertentangan
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral dengan kaedah moral dan kaedah sosial dianggap
berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan sebagai solusi yang terbaik.
watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia Mengapa demikian? Karena sanksi pidana adalah
yang beragam, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan sanksi yang paling keras dibandingkan sanksi perdata
Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong dan sanksi administrasi. Jadi kehadiran sanksi pidana
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan dalam perundang-undangan di luar hukum pidana
berorientasi iptek serta makin mantapnya budaya semata-mata dimaksudkan untuk tegaknya ketentuan
bangsa yang tercermin dalam meningkatnya peradaban, perundang-undangan tersebut. Pentingnya sanksi
harkat, dan martabat manusia Indonesia, dan meng- berupa pidana juga menjadi perhatian Herbert L Packer
uatnya jati diri dan kepribadian bangsa. yang menyatakan :
Dalam lapangan hukum pidana, RPJPN bidang a. Sanksi pidana sangatlah diperlukan; kita tidak dapat
hukum akan terwujud dalam bentuk kebijakan atau hidup sekarang maupun di masa yang akan datang,
politik kriminal. Kebijakan atau upaya penanggulangan tanpa pidana;
kejahatan pada hakikatnya merupakan bagian integral b. Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik
dari upaya perlindungan masyarakat (social defence) yang tersedia, yang kita miliki untuk menghadapi
dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (social bahaya-bahaya besar dan segera serta untuk
welfare). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tujuan menghadapi ancaman-ancaman dari bahaya;
akhir atau tujuan utama dari politik kriminal ialah c. Sanksi pidana suatu ketika merupakan “penjamin
perlindungan masyarakat.17 yang utama atau terbaik” dan suatu ketika meru-
Kebijakan kriminal dilaksanakan dengan dua cara pakan “pengancaman yang utama” dari kebebasan
yaitu sarana penal dan sarana non penal. Sarana non manusia. Ia merupakan penjamin apabila digunakan
penal adalah tanpa menggunakan sarana penal secara hemat cermat dan secara manusiawi; ia
(prevention without punishment) Kebijakan ini pada merupakan pengancaman, apabila digunakan
dasarnya bermuara dari ajaran hukum fungsional, ajaran secara sembarangan dan secara paksa.20
ilmu hukum sosiologis (sociological jurisprudence) dan
teori tujuan pemidanaan yang integratif.18 Padahal, fakta aktual menunjukkan bahwa secara
Sedangkan kebijakan kriminal dengan sarana penal umm hukum pidana mengalami kegagalan dalam
berarti penggunaan sarana penal dalam penang- menajalankan peran dan fungsinya. Oleh karena itu,
gulangan kejahatan melalui tahapan-tahapan yaitu : penerapan kriminalisasi dengan menggunakan hukum
1. Tahap formulasi (kebijakan legislatif), yaitu pidana sebagai sarana penyelesaian masalah menurut
menentukan sesuatu perbuatan diklasifikasikan Romli Atmasasmita perlu dikaji kembali. Fungsi dan
sebagai tindak pidana atau bukan; peranan hukum pidana sebagai yang telah “terlanjur
2. Tahap aplikasi (kebijakan yudikatif) yaitu penerapan jauh” menerapkan prinsip “primum remedium” dan
hukum positif oleh aparat penegak hukum mulai dari filsafat pemidanaan retributif daripada prinsip klasik “
tingkat penyidikan, penuntutan hingga pemeriksaan ultimum remedium” merupakan kekeliruan yang
di persidangan, dengan mengacu kepada ketentuan mendasar sehingga dalam penerapannya harus selalu
hukum acara pidana ; berakhir dengan pemidanaan.21
3. Tahap eksekusi (kebijakan eksekutif/administratif) Di level aplikasi dan eksekusi, berdasarkan data
yaitu tahapan pelaksanaan pidana secara konkret.19 yang dimiliki Polri, untuk kasus trafficking atau smuggling

17
Barda Nawawi Arief, , Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1996. hlm.4.
18
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1995, hlm.4.
19
Ibid
20
Herbert L Packer dalam Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penaggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara, Genta
Publishing, Yogyakarta, 2010, hal. 28.
21
Romli Atmasasmita, “Menemukan Kembali Arah Politik Hukum Pidana Indonesia, (Reinventing The Indonesian Criminal Policy)”, makalah
dalam Seminar Politik Hukum yang Diselenggarakan oleh Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran Tahun Akademik 2009/2010 bekerjasama dengan Mahkamah Konstitusi RI, hlm.14.

4 JURNAL SELAT, OKTOBER 2013, VOL. 1 NO. 1


people misalnya, pada 2009 lalu terjadi 422 kasus. tetangga, perusahaan trans nasional maupun organisasi
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2008 kejahatan trans nasional.
yang jumlahnya mencapai 230 kasus. Selain itu, Salah satu kasus yang dapat di jadikan contoh dalam
penyelundupan senjata api (senpi) juga mengalami permasalah ini adalah lepasnya pulau terluar Sipadan
kenaikan dari 16 kasus pada 2008 menjadi 25 kasus dan Ligitan. Lepasnya dua pulau ini ke tangan Malaysia
pada 2009 lalu.22 menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia. Walaupun
Ini belum termasuk illegal logging, mining, dan secara territorial sejauh 12 mil laut serta menurut
fishing.Khusus untuk illegal logging, yang berhasil perjanjian antara Inggris dan Belanda, kedua pulau
diungkap selama 2009 mencapai 426 kasus dengan tersebut masuk kedalam wilayah kedaulatan NKRI,
barang bukti berbagai batang kayu berkualitas dan namun Mahkamah Internasional (ICJ) lebih
peralatan berat lainnya. Untuk illegal mining, kasus yang menitikberatkan pada bukti peranan Malaysia di kedua
ditangani selama 2009 mencapai 138 kasus. Selain pulau ini. Tiga aspek utama yang dijadikan alasan
kejahatan model di atas, kejahatan lain yang dianggap Mahkamah Internasional memenangkan Malaysia yakni
meresahkan adalah perampokan di perairan, seperti keberadaan secara terus menerus (continuous
Selat Malaka di Sumatra Utara dan Kepulauan Riau. Di presence), penguasaan efektif (effective occupation),
Indonesia, daerah-daerah perbatasan yang dianggap dan pelestarian ekologis (ecology preservation).
rawan terhadap terjadinya tindak kejahatan transna- Sementara Indonesia lemah dalam ketiga hal tersebut
sional meliputi kawasan gugusan Kepulauan Riau dan dibanding Malaysia. 24
pesisir Selat Malaka yang berbatasan langsung dengan Kekhawatiran terhadap keberadaan pulau kecil
Singapura dan Malaysia. 23 terluar tidak terbatas pada lepasnya pulau ke negara
Selat Malaka sebagai salah satu jalur perlintasan lain (Sipadan-Ligitan). Letaknya yang berhadapan
tersibuk di dunia sangat rawan terhadap tindak langsung dengan 10 negara tetangga (Singapura,
kejahatan. seperti perompakan dan penyelundupan. baik Malaysia, Thailand, India, Vietnam, Palau, Papua Nugini,
penyelundupan barang maupun manusia. Hal ini lebih Australia, Philipina, dan Timor Leste) berpotensi rawan
dikenal sebagai Tekong Pompong yang disebut sebagai terhadap pengaruh ideologi, ekonomi, politik, sosial-
jaringan Riau. budaya, dan pertahanan keamanan. Lingkungan alam
Luasnya wilayah yang ditangani dan harus dijaga juga dapat terancam karena sebagian besar pulau
tidak cukup hanya dengan penempatan personel berhadapan langsung dengan lautan bebas, contohnya
keamanan, baik TNI maupun Polri. Jumlah personel Polri abrasi yang dapat menghilangkan titik dasar. Dari 92
yang hanya 400.000 personel tidak akan mampu meng- pulau-pulau kecil terluar (PPKT) yang tersebar di 20
cover luas wilayah Indonesia yang mencapai 191.9440 Provinsi, terdapat 12 pulau yang menjadi perhatian
kilometer persegi atau sekitar 3.977 mil dengan 33 khusus yakni Pulau Rondo, Sekatung, Nipa, Berhala,
daerah provinsi yang memiliki populasi mencapai 230 Marore, Miangas, Marampit, Batek, Dana, Fani, Fanildo,
juta penduduk. Meski demikian, tidak dapat dimungkiri dan Pulau Bras.25 Kondisi semacam ini pada gilirannya
keberadaan aparat keamanan di daerah perbatasan akan berpotensi memicu disintegrasi bangsa, melun-
mutlak dalam menjaga wilayah Negara Kesatuan turnya nilai patriotisme dan yang lebih penting
Republik Indonesia (NKRI). Dari sisi peralatan, kapal ternodainya kedaulatan negara.
patroli yang dimiliki POLRI saat ini hanya 42 kapal. Guna mengatasi masalah ini, di level aplikasi dan
Padahal, untuk pengamanan wilayah perairan Indo- eksekusi maka perlu ditempuh upaya peningkatan
nesia, mulai dari Sabang sampai Marauke, idealnya Polri kapasitas personil baik TNI AL, POLRI, Imigrasi, maupun
harus memiliki 300 kapal patroli dengan beragam Bea Cukai. Selain jumlah personil, institusi-institusi
spesifikasi dan kemampuan operasi. terkait juga perlu ditingkatkan lagi kemampuan
Lemahnya kemampuan negara dalam meningkatkan penunjang berupa sarana dan prasarana pendukung.
kemampuan aparat penegak hukum dalam berbagai Dan yang lebih penting lagi tentu saja adalah
tindak pidan trans nasional, dengan sendirinya akan peningkatan kesejahteraan. Hal ini penting guna untuk
memantik masuknya kekuatan asing di wilayah menjaga integritas para stakeholder dalam menjaga
perbatasan dengan mudahnya baik atas nama negara wilayah perbatasan dari gangguan keamanan atas
22
Martua Raja Taripar Laut, Loc.Cit
23
Dedy Syafikri, Ibid
24
Ibid
25
Mustofa dalam Ibid

JURNAL SELAT, OKTOBER 2013, VOL. 1 NO. 1 5


kejahatan trans nasional khususnya dan menjaga upaya-upaya yang disebut dalam butir (b) dan (c) dapat
kedaulatan negara umumnya. dimasukkan dalam kelompok upaya “non-penal”.
Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat
D. Kebijakan Non Penal jalur “non-penal” lebih bersifat tindakan pencegahan
Kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya
pada hakikatnya merupakan bagian integral dari upaya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab
perlindungan masyarakat (social defence) dan upaya terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara
mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare). lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tujuan akhir atau kondisi yang secara langsung atau tidak langsung dapat
tujuan utama dari politik kriminal ialah perlindungan menimbul-menumbuhsuburkan kejahatan. Posisi kunci
masyarakat.26 dan strategis dalam menanggulangi sebab-sebab dan
Menurut Barda Nawawi Arief, politik kriminal pada kondisi-kondisi yang menimbulkan kejahatan.
hakikatnya juga merupakan bagian integral dari politik Menghadapi keraguan bekerjanya hukum pidana
sosial (yaitu kebijakan atau upaya untuk mencapai secara efektif dalam mengatasi pelbagai kejahatan trans
kesejahteraan sosial). Upaya penanggulangan nasional, maka pilihan untuk menggunakan sarana non
kejahatan perlu ditempuh dengan pendekatan kebijakan, penal adalah solusi yang dapat ditempuh. Solusi
dalam arti : tersebut yaitu mengatasi terlebih dahulu sebab atau
a. ada keterpaduan (integralitas) antara politik kriminal faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan trans
dan politik sosial; nasional khususnya di wilayah perbatasan. Solusi
b. ada keterpaduan (integralitas) antara upaya tersebut merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat,
penanggulangan kejahatan dengan “penal” dan “non Pemerintah Daerah dan masyarakat antara lain :
penal”.27 1. Fokus pembangunan ekonomi masyarakat pesisir
dan perbatasan.
Bertolak dari konsep pemikiran dan kebijakan yang 2. Penertiban administrasi kependudukan melalui E
integral itu, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan KTP dan pengetatan masuknya penduduk dari luar
dalam kebijakan penanggulangan kejahatan dengan Kepri tanpa alasan yang jelas.
menggunakan sanksi pidana yaitu : 3. Keikutsertaan masyarakat dalam mengawasi
a. Perlu ada pendekatan integral antara kebijaksanaan pelbagai perilaku yang berpotensi sebagai sumber
penal dan non penal; kejahatan trans nasional.
b. Perlu pendekatan kebijakan dan pendekatan nilai
dalam penggunaan sanksi pidana. E. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat
Menurut G.P. Hoefnagels 28 penanggulangan disimpulkan :
kejahatan dapat ditempuh dengan : 1. Dampak negatif globalisasi yang paling serius adalah
a. penerapan hukum pidana (criminal law application); munculnya kejahatan terorganisir berupa kejahatan
b. pencegahan tanpa pidana (prevention without trans nasional. Kejahatan transnasional merupakan
punishment) dan masalah bangsa-bangsa di dunia yang memerlukan
c. mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai perhatian seluruh bangsa.
kejahatan dan pemidanaan lewat media massa 2. Kejahatan trans nassional yang sering terjadi di
(influencing views of society on crime and wilayah perbatasan negara memicu konflik
punishment/mass media). perbatasan antar negara, dapat mengancam
stabilitas dan kedaulatan negara.
Dengan demikian upaya penanggulangan kejahatan 3. Perlu ditempuh dua macam kebijakan yaitu kebijakan
secara besar dapat dibagi dua, yaitu lewat jalur “penal” penal sekaligus kebijakan non penal. Di level
(hukum pidana dan lewat jalur “non-penal” (bukan/di luar kebijakan penal, perlu peningkatan kemampuan
hukum pidana). Pembagian G.P. Hoefnagels di atas, aparat, jumlah personil, tingkat kesejahteraan dan

26
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai
....Op.Cit. hal. 2.
27
Ibid
28
Ibid, hal.48.

6 JURNAL SELAT, OKTOBER 2013, VOL. 1 NO. 1


integritas aparat penegak hukum yaitu TNI AL, pembangunan di wilayah perbatasan, penertiban
POLRI, Bea Cukai dan Imigrasi. administrasi kependudukan, dan partisipasi
4. Di level kebijakan non penal perlu ditingkatkan fokus masyarakat.

F. Daftar Pustaka

Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Pujiono, Konsep Good Governance, Instrumen Neo
Penaggulangan Kejahatan dengan Pidana Liberalisme dalam Kapitalisme Ekonomi Global,
Penjara, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010 makalah dalam Jurnal Masalah-masalah Hukum,
———, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Edisi Vol. 35 No. 3 Juli- September 2006,
Aditya Bhakti, Bandung, 1996. Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,
Dedi Syafikri, Permasalahan Kelautan Yang Muncul Semarang, 2006
Dalam Negara Kepulauan Indonesia, Opini, Rohmin Dahuri, Keanekaragaman Hayati Laut Aset
Sumbawa Post, Edisi 25 Juni 2009 Pembangunan Berkelanjutan Indonesia,
FX Joko Priyono, Globalisasi dan Pembinaan Hukum Gramedia, Jakarta, 2003
Ekonomi, makalah dalam Matrikulasi Program Romli Atmasasmita, “Menemukan Kembali Arah Politik
Doktor Ilmu Hukum Undip, Semarang, 6 Hukum Pidana Indonesia, (Reinventing The
September 2007 Indonesian Criminal Policy)”, makalah dalam
M. Hamdan, Politik Hukum Pidana, Jakarta : Raja Seminar Politik Hukum yang Diselenggarakan
Grafindo Persada,1996 oleh Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum
Mahfud, MD, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Tahun
Yogyakarta : Gama Media, 1999 Akademik 2009/2010 bekerjasama dengan
Martua Raja Taripar Laut, KejahatanTrans Nasional dan Mahkamah Konstitusi RI.
Kedaulatan, Opini Republika, tanggal 20 Maret ——, Globalisasi Kejahatan Bisnis, Prenada Media
2010. Group, Jakarta, 2010.
Nyoman Serikat Putra Jaya, Globalisasi dalam Yusmar Yusuf, “Kearifan dan Kepiawaian Lokal: Sumbu
Pembinaan Hukum Nasional, Makalah, Hukum Komunal (Kosmologi Melayu,
disampaikan dalam Matrikulasi Program Doktor Masyarakat Adat dan Persepsi Kekinian)”, dalam
Ilmu Hukum Undip, Semarang, 8 September Jurnal Respublika, Universitas Lancang Kuning,
2007. Edisi No. 1 November 2008, Vol.8

JURNAL SELAT, OKTOBER 2013, VOL. 1 NO. 1 7

Anda mungkin juga menyukai