Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TUTORIAL 1 MKDU4111 (JAWABAN)

Nama : Wahyudi Rahman


NIM : 049044961

Soal 1 (Jawaban)
Indonesia patut bersyukur karena berada pada letak geografis yang strategis. Berada di antara
benua Australia dan benua Asia, serta berada di antara Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik, membuat Indonesia merupakan jalur perdagangan yang sangat strategis.

Posisi silang Indonesia tersebut harusnya bisa membuat Indonesia meraup keuntungan
optimal serta mampu berbica banyak dalam kemaritiman dunia.

Sebelum menganalisis posisi penting geografis Indonesia di ASEAN dan dunia, kita telisik
dahulu sejarah dari kemaritiman di Indonesia.

Pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, wilayah Indonesia
hanya mencakup wilayah Hindia Belanda ditambah dengan Malaka, Borneo Utara, Papua,
Timor, dan kepulauan sekitarnya. Wilayah laut antara pulau-pulau di Indonesia hanya selebar
3 mil dari garis pantai, dan statusnya adalah perairan internasional menurut Ordonasi Hindia
Belanda 1939. Situasi ini mengancam keamanan dan kedaulatan Indonesia, karena kapal
asing bebas berlayar di area tersebut.

Pada 13 Desember 1957, Perdana Menteri Indonesia, Ir. Djuanda Kartawijaya, mengeluarkan
"Deklarasi Djuanda" yang menyatakan bahwa perairan di antara dan menghubungkan pulau-
pulau di Indonesia merupakan bagian dari wilayah daratan negara Republik Indonesia dan
oleh karena itu merupakan perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan Indonesia.
Deklarasi ini menerapkan prinsip negara kepulauan (Archipelagic State) dan memicu reaksi
pro dan kontra dari berbagai negara di dunia. Beberapa negara yang menentang termasuk
Amerika Serikat, Inggris, Australia, Belanda, Perancis, dan Selandia Baru, sedangkan
beberapa negara yang mendukung antara lain Filipina, Equador, dan Yugoslavia.

Amerika Serikat menolak Deklarasi Djuanda hingga tahun 1982, tetapi akhirnya konvensi
hukum laut PBB ke-III tahun 1982 menerima dan menetapkan deklarasi tersebut. Dalam
pertemuan tersebut, konsepsi Wawasan Nusantara diakui sebagai The Archipelagic Nation
Concept. Luas laut Indonesia bertambah dari kurang dari 1 juta km2 menjadi 5,8 juta km2
melalui UNCLOS 1982. Pemerintah Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No.
17 Tahun 1985 untuk memperkuat status Indonesia sebagai negara kepulauan.

Dari sejarah tersebut bisa kita ambil kesimpulan betapa penting peran wilayah maritim
Indonesia sejak dulu hingga sekarang.

Dalam konteks ASEAN, Indonesia secara alamiah sangat berpengaruh terhadap anggota
lainnya dikarenakan letak geografis yang berada diantara negara-negara anggota lainnya.
Indonesia mampu menjadi penengah terhadap perihal dan konflik anggota ASEAN yang lain
namun masih dalam batas prinsip politik luar negeri Indonesia.

Indonesia dalam geostrategisnya sebagai negara maritim, memprakarsai terbentuknya


ASEAN Maritime Forum (AMF). Sebagai kawasan dengan wilayah maritim yang luas,
keamanan maritim menjadi masalah penting bagi negara-negara di Asia Tenggara. Beberapa
masalah tersebut meliputi ancaman terhadap kedaulatan dan integritas teritorial, kejahatan
transnasional terorganisir seperti terorisme, penyelundupan senjata, narkotika, dan manusia,
pembajakan, perompakan dan kejahatan bersenjata di laut, illegal fishing, serta ancaman
keamanan maritim lainnya. Karena kompleksitas isu dan masalah tersebut, negara-negara di
Asia Tenggara perlu bekerja sama dalam kerangka organisasi regional ASEAN untuk
mengatasi masalah keamanan maritim tersebut.

Di komunitas internasional pun, Indonesia memiliki peran penting dalam kemaritiman dunia.
Karena sebagai anggota Dewan Organisasi Maritim Internasional (International Maritime
Organization-IMO), Indonesia memiliki posisi tawar yang tinggi dan fungsi penting serta
strategis dalam banyak hal, dan ikut menentukan arah dan kebijakan penyusunan aturan
maritim internasional yang juga berpengaruh terhadap kebijakan maritim nasional.

Hal ini sejalan dengan cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia yang mempunyai lima
pilar berkesinambungan, yaitu:

 Pilar pertama : pembangunan kembali budaya maritim Indonesia.


 Pilar kedua : Berkomitmen dalam menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan
fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan
dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.

 Pilar ketiga : Komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas


maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan,
serta pariwisata maritim.

 Pilar keempat : Diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk
bekerja sama pada bidang kelautan

 Pilar kelima : Membangun kekuatan pertahanan maritim.

Indonesia akan menjadi Poros Maritim Dunia, kekuatan yang mengarungi dua samudera
sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa.

Referensi:
- Lasiyo, Wikandaru Reno, Hastangka. 2022. Pendidikan Kewarganegaraan
(MKDU4111) Edisi 3. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
- Khairur Rijal, Najamuddin. 2018. E-Jurnal: Kepentingan Nasional Indonesia dalam
Inisiasi ASEAN Maritime Forum (AMF). Universitas Muhammadiyah Malang: 2018
- Menuju Poros Maritim Dunia
https://www.kominfo.go.id/content/detail/8231/menuju-poros-maritim-dunia/0/
kerja_nyata
- Mengenal Lebih Jauh Sejarah Maritim Indonesia Oleh: Muhammad Arif Pratama
http://lpmedentsundip.com/mengenal-lebih-jauh-sejarah-maritim-indonesia/
TUGAS TUTORIAL 1 MKDU4111 (JAWABAN)
Nama : Wahyudi Rahman
NIM : 049044961

Soal 2 (Jawaban)
Ketahanan nasional adalah konsep tentang kemampuan bangsa Indonesia dalam
mempertahankan kedaulatan dan kesatuan negara dari ancaman baik dari luar maupun dari
dalam serta mengusahakan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya.
Konsep ini bersifat dinamis dan berubah-ubah sesuai dengan tantangan zaman, hambatan,
serta gangguan yang dihadapi demi persatuan dan kelangsungan suatu bangsa menuju
kejayaan bangsa dan negara. Beberapa ahli, seperti Morgenthau, Mahan, dan Cline, telah
mengkaji kekuatan nasional suatu negara dan menemukan faktor-faktor yang memberikan
kekuatan kepada suatu negara, seperti geografi, sumber daya alam, kemampuan industri,
militer, demografi, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi, dan kualitas
pemerintah. Faktor-faktor tersebut bersifat stabil maupun berubah, dan kekuatan suatu negara
tidak hanya tergantung pada luas wilayah daratan, akan tetapi juga tergantung pada faktor
luasnya akses ke laut dan bentuk pantai dari wilayah negara.

Oleh karena itu, sebagai mahasiswa, ada beberapa peran yang dapat dilakukan untuk
membantu melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman terorisme,
separatisme, radikalisme, dan ekstremisme baik yang berasal dari dalam dan luar negeri serta
berupa fisik dan non-fisik, di antaranya:

1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang nilai-nilai nasionalisme dan


kebhinekaan Indonesia. Mahasiswa dapat membaca dan mempelajari literatur-literatur
terkait ideologi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan semboyan "Unity in Diversity"
serta memperjuangkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, saling toleransi terhadap kawan yang berbeda suku, agama, dan ras
dengan dasar satu Tanah Air.

2. Mengambil peran aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Mahasiswa dapat
terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan seperti memberikan bantuan
kepada masyarakat kurang mampu, membantu korban bencana alam, dan memperkuat
kegiatan keagamaan yang moderat dan toleran.

Kita ambil contoh, saat terjadi bencana gempa di jogja. Dengan semangat
nasionalisme, teman-teman kita dari daerah lain sigap membantu dengan menjadi
sukarelawan ataupun mengkordinasi bantuan amal.

3. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga perdamaian dan keamanan


nasional. Mahasiswa dapat membantu dalam penggalangan dukungan untuk kebijakan
pemerintah yang bertujuan untuk menjaga perdamaian dan keamanan nasional serta
mendorong masyarakat untuk menghormati hukum dan peraturan yang berlaku.

4. Meningkatkan pemahaman tentang ancaman terorisme, separatisme, radikalisme, dan


ekstremisme. Mahasiswa dapat membaca dan mempelajari literatur terkait dengan
ancaman tersebut, mengikuti seminar atau diskusi terkait dengan ancaman tersebut,
serta berdiskusi dengan teman-teman dan dosen tentang cara mengatasi ancaman
tersebut.

5. Terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan keamanan nasional.


Mahasiswa dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga yang berkaitan dengan keamanan nasional seperti kepolisian, militer, dan
Badan Intelijen Negara (BIN).

Referensi:
- "Mahasiswa dan Peran dalam Menghadapi Ancaman Terorisme" oleh Acep Ihsan Rofii
dan M. Edy Arifianto. Dalam Jurnal Studi Indonesia, Vol. 5, No. 2 (2017).
- "Peran Strategis Pemuda dalam Mencegah dan Menanggulangi Ancaman Terorisme"
oleh Syamsul Arifin. Dalam Jurnal Intelektualita, Vol. 5, No. 2 (2021).
- "Peran Mahasiswa dalam Membangun Karakter Bangsa untuk Memperkuat Ketahanan
Nasional" oleh Muhammad Iqbal. Dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan IPS, Vol.
3, No. 1 (2018).
TUGAS TUTORIAL 1 MKDU4111 (JAWABAN)
Nama : Wahyudi Rahman
NIM : 049044961

Soal 3 (Jawaban)

Integrasi nasional adalah suatu proses penyatuan berbagai suku, agama, budaya, adat istiadat,
dan bahasa menjadi suatu kesatuan bangsa yang utuh dan kokoh dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Integrasi nasional bertujuan untuk mencapai tujuan bersama
sebagai sebuah bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Dalam integrasi
nasional, setiap warga negara memiliki kesetaraan hak dan kewajiban sebagai bagian dari
bangsa yang sama, serta menghargai dan menghormati keberagaman budaya yang ada di
Indonesia. Integrasi nasional juga mengedepankan nilai-nilai kebangsaan seperti kejujuran,
gotong royong, persatuan, dan kesetiaan pada NKRI.

Namun dalam upaya pembangunan integrasi nasional selalu mendapat Ancaman, Tantangan,
Hambatan, dan Gangguan atau yang disingkat dengan ATHG. Ancaman, Tantangan,
Hambatan, dan Gangguan (ATHG) adalah faktor-faktor yang dapat mengganggu stabilitas
dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Macam-macam bentuk ATHG
tersebut antara lain :

1. Ancaman Militer: Ancaman yang bersifat militer dapat berasal dari negara-negara
tetangga yang mengancam integritas wilayah NKRI. Ancaman ini dapat berupa invasi,
aksi sabotase, atau perang terbuka.

2. Ancaman Non-Militer: Ancaman non-militer dapat berasal dari organisasi teroris,


gerakan separatis, atau kelompok radikal yang berusaha untuk mengganggu stabilitas
dan keamanan NKRI.

3. Tantangan Ekonomi: Tantangan ekonomi dapat berupa krisis ekonomi yang melanda
Indonesia atau perlakuan tidak adil dalam perdagangan internasional yang dapat
merugikan perekonomian nasional.
4. Tantangan Sosial dan Budaya: Tantangan sosial dan budaya dapat berupa masalah
kebangsaan, keberagaman budaya, kekerasan antar etnis, dan intoleransi agama yang
dapat memicu konflik horizontal.

5. Hambatan Pembangunan: Hambatan pembangunan dapat berasal dari infrastruktur


yang kurang memadai, kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas, dan tingkat
korupsi yang tinggi.

6. Gangguan Keamanan: Gangguan keamanan dapat berupa tindak kriminal, penyebaran


narkoba, perjudian, prostitusi, dan kejahatan siber yang dapat mengancam stabilitas
keamanan nasional.

Dibalik munculnya ATHG tersebut, dapat kita analisisi beberapa faktor yang menjadi
penyebabnya, meliputi:

1. Faktor Sosial
Faktor sosial seperti perbedaan agama, suku, dan budaya dapat memunculkan ATHG
yang memecah belah NKRI. Konflik antar suku atau agama, misalnya, dapat
mengakibatkan terbentuknya kelompok-kelompok yang merasa terpinggirkan dan
kemudian mengambil tindakan untuk memecah belah NKRI.

2. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga dapat menjadi penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah
belah NKRI. Kesenjangan ekonomi antara daerah-daerah atau kelompok-kelompok
tertentu di dalam NKRI dapat menimbulkan ketidakpuasan dan kemudian memicu
tindakan separatis.

3. Faktor Politik
Faktor politik juga dapat menjadi penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah
belah NKRI. Pergolakan politik seperti konflik kekuasaan, korupsi, dan ketidakpuasan
terhadap pemerintah dapat memicu terbentuknya kelompok-kelompok yang ingin
memisahkan diri dari NKRI.
4. Faktor Eksternal
Faktor eksternal seperti campur tangan asing dalam urusan dalam negeri dapat
memicu munculnya ATHG yang bisa memecah belah NKRI. Misalnya, dukungan
asing terhadap gerakan separatis di suatu daerah atau pemberian bantuan dari luar
negeri yang tidak sesuai dengan kepentingan nasional dapat memperparah situasi.

Sumber:
- Lasiyo, Wikandaru Reno, Hastangka. 2022. Pendidikan Kewarganegaraan
(MKDU4111) Edisi 3. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
- Suhendra, A. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Nasional
Indonesia. Jurnal Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, 4(1), 56-68.
- Priyono, A., & Setiawan, A. (2020). Pelestarian Ketahanan Nasional melalui
Pendekatan Etnografi. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 9(2), 115-123.
- Lasiyo. (2017). Ketahanan Nasional: Telaah Konsep dan Implementasi. Yogyakarta:
Gava Media.
TUGAS TUTORIAL 1 MKDU4111 (JAWABAN)
Nama : Wahyudi Rahman
NIM : 049044961

Soal 4 (Jawaban)

Pancasila tidak hanya menjadi identitas nasional yang penting bagi kehidupan bangsa
Indonesia, tetapi juga sebagai identitas nasional yang harus dijaga dan dilestarikan
keberadaannya. Pancasila harus menjadi acuan dalam menjalankan kehidupan bernegara dan
bermasyarakat, serta menjadi pedoman dalam memperjuangkan kepentingan bangsa
Indonesia di tingkat nasional maupun internasional. Oleh karena itu, sebagai warga negara
Indonesia, kita semua harus memahami, mengamalkan, dan memperjuangkan nilai-nilai
Pancasila sebagai bagian dari identitas nasional Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan.

Ideologi Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam memperkuat wawasan ideologi
Indonesia terkait dengan pembinaan ketahanan nasional. Salah satu cara untuk memperkuat
ideologi Pancasila adalah dengan memperkuat pemahaman masyarakat akan nilai-nilai
Pancasila, baik secara individu maupun kolektif. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
antara lain:

1. Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila harus menjadi bagian integral dari sistem pendidikan nasional.
Pembelajaran tentang Pancasila harus dimulai dari tingkat dasar dan terus diperdalam
hingga tingkat perguruan tinggi. Hal ini akan membantu membangun kesadaran dan
pengertian yang kuat tentang nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional.

2. Sosialisasi Pancasila
Sosialisasi Pancasila harus terus dilakukan melalui berbagai media, baik media
elektronik maupun cetak. Sosialisasi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat
ini, sehingga pesan-pesan tentang Pancasila dapat diterima oleh seluruh lapisan
masyarakat.
3. Implementasi Pancasila
Implementasi Pancasila harus terus dilakukan di semua bidang kehidupan masyarakat,
termasuk dalam pembangunan ekonomi, politik, dan sosial. Seluruh kebijakan yang
diambil oleh pemerintah harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.

4. Pemberdayaan masyarakat
Masyarakat harus diberdayakan agar mampu memahami dan mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pemberdayaan masyarakat dapat
dilakukan melalui berbagai program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat,
seperti pelatihan, penyuluhan, dan program-program partisipasi masyarakat.

5. Penguatan lembaga negara


Lembaga-lembaga negara harus diperkuat agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai
pembangun dan pengawas implementasi Pancasila di semua bidang kehidupan
masyarakat. Lembaga-lembaga negara harus bersikap tegas dalam menegakkan nilai-
nilai Pancasila.

Melalui upaya-upaya di atas, diharapkan masyarakat Indonesia dapat semakin memahami dan
memperkuat ideologi Pancasila sebagai dasar negara dan kepribadian bangsa Indonesia,
sehingga dapat memperkuat wawasan ideologi Indonesia dan pembinaan ketahanan nasional.

Referensi:
- Kaelan, M., & Zubaidi, A. (2007). Pembinaan ketahanan nasional. Bandung: Yrama
Widya.
- Lasiyo, Wikandaru Reno, Hastangka. 2022. Pendidikan Kewarganegaraan
(MKDU4111) Edisi 3. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
- Mardikanto, T. (2014). Pendidikan kewarganegaraan untuk memperkuat wawasan
kebangsaan. Jakarta: Rajawali Pers.
- Ridwan, A. (2019). Penguatan ideologi Pancasila dalam membangun ketahanan
nasional. Jurnal Bunga Rampai Hukum, 2(2), 102-113.

Anda mungkin juga menyukai