Anda di halaman 1dari 8

Nama : Diah Rai Wardhani

NIM : 042452646
Prodi : S1 Akuntansi

Tugas Tutorial 1
Pendidikan Kewarganegaraan
(MKWU4109)

Jawaban No 1

Berikut ini adalah hasil analisis saya mengenai pentingnya posisi geografis
Indonesia di tingkat ASEAN dan dunia. Negara Indonesia terletak pada garis
khatulistiwa (ekuator) dan diapit oleh dua benua, yaitu benua Asia dan benua
Australia serta dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Posisi silang NKRI ini membawa dampak yang cukup signifikan, baik berupa
dampak negatif maupun dampak positif.
Dilihat dari aspek ekonomi, posisi silang Indonesia membawa keuntungan
dengan memudahkan lalu lintas dalam perdagangan internasional. Indonesia
dapat dengan mudah melakukan ekspor dan impor dengan negara lain. Sejak
jaman dahulu, Indonesia telah melakukan perdagangan dengan bangsa-bangsa
lainnya, seperti dengan bangsa Arab, Persia, Gujarat, dan India. Letak posisi
silang ini menjadikan Indonesia sebagai titik persilangan perdagangan antara
negara Jepang, Korea, dan Republik Rakyat China (RRC) dengan negara-
negara di benua Australia, Afrika, dan Eropa. Indonesia juga memiliki empat
choke point dari sepuluh choke point yang ada di dunia. Choke point adalah
jalur pelayaran internasional yang utama yang dilintasi oleh berbagai kapal
niaga. Keempat choke point tersebut adalah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat
Lombok, dan Selat Makassar.
Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua musim dan kaya akan flora,
fauna, dan sumber daya alam. Kekayaan sumber daya alam Indonesia sangat
melimpah, yang mencakup potensi alam bumi, laut, dan udara yang berupa
sumber daya alam yang bisa diperbarui maupun sumber daya mineral yang
tidak bisa diperbarui. Kekayaan alam ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya untuk kemakmuran rakyat dan agar bisa diekspor ke luar negeri. Saat
ini, lima komoditas ekspor terbesar Indonesia adalah batu bara, minyak nabati
atau CPO, besi baja, dan alas kaki. Karena posisi geografisnya yang strategis
dan memiliki sumber daya alam yang melimpah, banyak negara-negara lain di
dunia yang melakukan investasi di Indonesia, baik dengan investasi langsung
(Foreign Direct Investment/FDI) maupun investasi tidak langsung.

1
Dilihat dari aspek sosial budaya, posisi silang ini memudahkan terjadinya
pertukaran budaya dan budaya dari luar dengan mudahnya masuk ke
Indonesia. Misalnya, masuknya bahasa asing yang juga ikut membentuk
perkembangan bahasa Indonesia sampai sekarang. Sejak jaman dahulu, para
pedagang dari luar juga menyebarkan kebudayaan dan ajaran agama. Akan
tetapi, hal buruknya adalah budaya-budaya dari luar yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa juga ikut masuk. Demikian juga, Indonesia menjadi mudah
untuk dimasuki peredaran obat-obatan terlarang.
Beberapa tahun belakangan ini, Presiden Joko Widodo mencanangkan visi
Indonesia untuk menjadi negara maritim pertama di dunia. Negara maritim
adalah negara yang bisa memanfaatkan dan menjaga laut untuk
menyejahterakan masyarakatnya. Hal ini diilhami dari posisi geografis
Indonesia yang strategis sebagai jalur lalu lintas perdagangan internasional.
Indonesia diharapkan agar bisa menjadi poros maritim dunia dan
memanfaatkan letak geostrategis ini untuk meningkatkan kekuatan di dunia
internasional. Maka dari itu, Presiden Joko Widodo meluncurkan mega proyek
untuk meningkatkan dan membangun pelabuhan-pelabuhan baru di seluruh
wilayah Indonesia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pentingnya posisi geografis Indonesia di tingkat
ASEAN dan dunia adalah letak posisi silang Indonesia sebagai jalur
perdagangan internasional memudahkan ekspor dan impor. Letak geografis di
ekuator membuat Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang
melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk masyarakatnya maupun untuk
diekspor. Dari aspek sosial budaya, posisi silang Indonesia memudahkan
masuknya budaya asing dan terjadinya pertukaran budaya.

Referensi:
Lasiyo, Wikandaru, R., & Hastangka. (2022). Pendidikan Kewarganegaraan.
Penerbit Universitas Terbuka. Hal 2.6.
Wangke, H. (2018). Diplomasi Indonesia dan Pembangunan Konektivitas
Maritim. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Jawaban No 2

Berikut ini adalah penjelasan mengenai peran mahasiswa agar dapat


melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Ancaman,
Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG) baik yang berasal dari dalam
dan luar negeri serta berupa fisik dan nonfisik. Menurut pendapat saya,
mahasiswa bisa berperan untuk meningkatkan ketahanan nasional NKRI

2
dengan melakukan upaya bela negara, baik bela negara fisik (militer) maupun
bela negara nonfisik (nonmiliter). Tetapi, menurut saya, sebagai kalangan
terpelajar dan sesuai dengan profesinya, mahasiswa lebih tepat untuk
melakukan bela negara jenis nonfisik.
Upaya bela negara ini dapat dilakukan mulai dari hal-hal kecil dalam
kesehariannya, misalnya dengan belajar dengan sungguh-sungguh di
perkuliahan dan menekuni ilmu sesuai bidang yang dipelajarinya. Sehingga
setelah lulus nantinya, bisa menjadi sumber daya manusia Indonesia yang
berkualitas dan dapat berperan bagi kemajuan Indonesia. Sumber daya
manusia Indonesia diharapkan agar bisa berkompetisi dengan sumber daya
manusia dari negara lain. Karena sekarang sangat banyak tenaga kerja asing
yang masuk ke Indonesia.
Mahasiswa juga wajib untuk mengikuti Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi untuk menanamkan semangat
kebangsaan dan cinta tanah air. Dengan mengikuti Pendidikan
Kewarganegaraan, mahasiswa diharapkan bisa memahami hak dan
kewajibannya sebagai warga negara serta bisa memupuk rasa kebangsaan dan
nasionalisme.
Sebagai kalangan akademis dan terpelajar, mahasiswa dapat melakukan
berbagai kegiatan riset/penelitian dan pengembangan ( research and
development) di berbagai bidang untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) serta menghasilkan temuan-temuan dan inovasi baru yang
bisa diterapkan dan membawa manfaat bagi masyarakat.
Upaya bela negara lainnya yang bisa dilakukan mahasiswa adalah dengan
menaati peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk peraturan dan tata tertib
di lingkungan universitas. Dengan menaati hukum, keadilan dan ketertiban
akan tercipta.
Mahasiswa juga dapat melakukan upaya bela negara dengan melestarikan
kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional, misalnya dengan mempelajari
kesenian daerah, tari-tari tradisional, alat-alat musik tradisional. Hal ini akan
membuat budaya daerah akan tetap dikenal oleh generasi selanjutnya dan agar
jangan sampai budaya nasional Indonesia diakui oleh negara lain.
Untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta mencegah ancaman dari dalam
dan disintegrasi bangsa, mahasiswa dalam kesehariannya harus menerapkan
sikap saling menghargai, menghormati, dan bertoleransi kepada sesama dan
kepada kelompok masyarakat lain yang memiliki perbedaan, misalnya
perbedaan suku bangsa, ras, etnis, dan agama. Sehingga akan tercipta
hubungan yang harmonis di masyarakat dan menghindarkan dari timbulnya
konflik antargolongan yang dapat mengancam kesatuan NKRI. Mahasiswa juga

3
dapat secara aktif melawan paham-paham radikalisme atau fundamentalis
keagamaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila.
Di samping melakukan upaya bela negara nonfisik (nonmiliter), mahasiswa
juga bisa berperan serta dalam bela negara fisik (militer), misalnya dengan
menjadi anggota organisasi Resimen Mahasiswa (Menwa). Di Menwa,
mahasiswa akan mendapatkan pelatihan dasar kemiliteran, seperti cara
menggunakan senjata, ilmu bela diri militer, taktik pertempuran, dll. Dengan
memiliki keterampilan kemiliteran, diharapkan jika suatu saat terdapat
ancaman fisik terhadap NKRI, mahasiswa bisa menjadi kekuatan cadangan
untuk mendukung kekuatan militer NKRI.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran mahasiswa agar dapat melindungi NKRI
dari ATHG yang berasal dari dalam dan luar negeri dan berupa fisik dan
nonfisik adalah dengan melakukan upaya bela negara. Bela negara nonfisik
dapat dilakukan dengan belajar dengan giat, mengikuti Pendidikan
Kewarganegaraan, menaati hukum, dan melestarikan kebudayaan nasional.
Bela negara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Resimen Mahasiswa
(Menwa) dan mengikuti pelatihan dasar kemiliteran.

Khalid, I. (2021, Januari 13). " Peran Mahasiswa dalam Upaya Bela Negara ".
https://www.kompasiana.com/amp/idhamkhalid9748/5ffea5db8ede484c0f79a9
b2/peran-mahasiswa-dalam-upaya-bela-negara
Lasiyo, Wikandaru, R., & Hastangka. (2022). Pendidikan Kewarganegaraan.
Penerbit Universitas Terbuka. Hal 3.8-3.10.

Jawaban No 3

Berikut ini adalah hasil analisis saya mengenai penyebab munculnya Ancaman,
Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG) yang bisa memecah belah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). ATHG yang muncul bisa
memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. ATHG ini bisa berbentuk
ATHG fisik ataupun ATHG nonfisik dan bisa berasal dari dalam maupun luar
negeri.
Sebelumnya, perlu dipahami definisi dari ATHG terlebih dulu. Ancaman
(threat) adalah usaha untuk mengubah kebijakan yang dilakukan dengan
sistematis melalui tindakan kriminal atau politis. Tantangan ( challenge) adalah
hal-hal yang akan menggugah kemampuan suatu negara. Hambatan ( obstacles)
adalah usaha dari dalam yang bersifat tidak terarah dengan tujuan untuk
melemahkan suatu negara. Sedangkan gangguan ( disturbance) adalah usaha

4
yang berasal dari luar yang bersifat tidak terarah dengan tujuan untuk
melemahkan suatu negara.
Penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah belah NKRI dapat disebabkan
karena beberapa faktor. Faktor yang paling utama adalah karena keberagaman
dan kemajemukan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya dihargai dan
diterima perbedaan yang ada. Masih kuatnya rasa primordialisme (kesukuan)
dan paham identitas SARA (Suku, Agama, Ras, dan antar Golongan) sering
menyebabkan timbulnya konflik antar kelompok. Contohnya seperti konflik
yang pernah terjadi di daerah Sampit dan Poso. Hubungan antaretnis dan
antaragama yang kurang harmonis dapat menciptakan ketegangan dalam
masyarakat dan dapat menimbulkan disintegrasi bangsa.
Masyarakat Indonesia sangat majemuk dan beragam serta memiliki latar
belakang yang sangat bervariasi. Perbedaan ini bisa berupa perbedaan suku
(misalnya suku Jawa, Ambon, Madura, Sunda, dll.), perbedaan agama dan
kepercayaan (Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dll.), perbedaan status sosial dan
ekonomi (misalnya masyarakat berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah),
hingga perbedaan pandangan politik. Keberagaman ini sayangnya sering tidak
diikuti dengan sikap saling memahami dan bertoleransi. Semboyan Bhinneka
Tunggal Ika masih belum sepenuhnya terinternalisasi dan diterapkan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya konflik antar kelompok, konflik antar agama, atau konflik antar
golongan. Misalnya, hanya karena salah paham, bisa menyulut emosi berbagai
pihak dan menyebabkan terjadinya konflik. Oleh karena itu, rasa kebhinekaan
dan nilai-nilai persatuan harus terus ditingkatkan di tengah-tengah
masyarakat Indonesia.
Penyebab lainnya adalah karena adanya kesenjangan politik, sosial, dan
ekonomi. Ketimpangan sosial yang semakin besar di masyarakat, misalnya
karena perbedaan penghasilan, perbedaan status sosial, dan kondisi politik
yang tidak harmonis dapat menimbulkan rasa iri dan sentimen terhadap
kelompok lainnya. Contohnya adalah persoalan politik identitas yang memecah
belah persatuan dan kesatuan serta partai politik yang kehilangan rasa
nasionalisme dan menonjolkan unsur golongan seperti agama atau kesukuan.
ATHG yang muncul bisa disebabkan karena gerakan separatis, terorisme, dan
gerakan radikalisme atau fundamentalis keagamaan. Gerakan separatis adalah
gerakan yang menginginkan kedaulatan suatu daerah dan memisahkan suatu
wilayah dari wilayah NKRI. Sejak pasca kemerdekaan hingga sekarang,
Indonesia telah mengalami berbagai macam gerakan separatis, misalnya PKI
Madiun, pemberontakan DI/TII, PRRI, pemberontakan Permesta, Gerakan Aceh
Merdeka (GAM), dan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Berbagai aksi
terorisme juga kerap kali terjadi, contohnya adalah kasus Bom Bali I, bom di

5
Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, pengeboman serentak gereja-gereja
di malam natal pada tahun 2000, dan masih banyak kasus lainnya. Gerakan-
gerakan dan paham-paham ini menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai
dasar bangsa Indonesia yang terdapat dalam Pancasila.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyebab munculnya ATHG yang bisa memecah
belah NKRI antara lain adalah karena faktor keberagaman masyarakat
Indonesia yang belum sepenuhnya saling menerima dan menghargai, masih
kuatnya identitas SARA, adanya kesenjangan politik, sosial, dan ekonomi,
serta munculnya gerakan separatis, paham radikalisme dan fundamentalis
keagamaan.

Referensi:
Lasiyo, Wikandaru, R., & Hastangka. (2022). Pendidikan Kewarganegaraan.
Penerbit Universitas Terbuka. Hal 4.4 dan 4.9.
Putri, A.S. (2020, Januari 28). "Ancaman Bagi Integrasi Nasional".
https://amp.kompas.com/skola/read/2020/01/28/200000969/ancaman-bagi-
integrasi-nasional

Jawaban No 4

Berikut ini adalah telaah saya mengenai bagaimana cara memperkuat ideologi
Pancasila sebagai usaha untuk memperkuat wawasan ideologi Indonesia
terkait dengan pembinaan ketahanan nasional.
Ketahanan ideologi yang berlandaskan Pancasila merupakan salah satu unsur
ketahanan nasional. Pancasila sebagai ideologi negara mempunyai kemampuan
dalam memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan bisa menangkal ideologi
dari luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Untuk memperkuat ideologi Pancasila agar nilai-nilainya bisa
diinternalisasikan oleh setiap warga negara, ada beberapa cara yang bisa
dilakukan. Salah satunya adalah melalui jalur pendidikan. Nilai-nilai Pancasila
diajarkan di dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan mata kuliah
Pendidikan Pancasila yang diberikan mulai dari jenjang pendidikan dasar
hingga pendidikan tinggi. Dengan pemberian pendidikan Pancasila ini,
diharapkan para siswa dan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa bisa
menginternalisasikan nilai-nilai luhur Pancasila dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah/universitas, dan di lingkungan masyarakat.
Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan juga harus
selalu diperbarui dan tingkatkan dan seharusnya lebih menekankan pada

6
praktik daripada teori. Karena selama ini, kebanyakan penyampaiannya masih
terlalu menonjolkan aspek teoritis.
Saat ini Indonesia tengah menikmati keuntungan demografis dengan jumlah
penduduk usia produktif yang besar. Berkaitan dengan ideologi Pancasila, hal
ini harus dimanfaatkan dengan cara meng-estafet-kan atau mentransfer nilai-
nilai Pancasila kepada generasi muda ini. Sehingga di era globalisasi di mana
ideologi-ideogi dari luar dengan mudahnya masuk ke Indonesia, ideologi
Pancasila akan tetap bertahan dan diterapkan oleh para generasi muda yang
akan menjadi penerus bangsa ke depannya.
Cara lain untuk memperkuat ideologi Pancasila adalah melalui penegakkan
hukum. Nilai-nilai Pancasila merupakan dasar dan sumber dari hukum yang
berlaku di Indonesia. Sehingga, dengan penegakkan hukum, secara tidak
langsung akan memperkuat nilai-nilai Pancasila yang mendasarinya. Beberapa
ahli juga ada yang berpendapat bahwa perlu untuk dibentuk lembaga khusus
sebagai pembina, pengembang, dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila.
Upaya lain dalam memperkuat ideologi Pancasila adalah melalui pendekatan
budaya. Pancasila terkandung di dalam nilai-nilai budaya masyarakat yang
mewujud dalam berbagai bentuk, contohnya adalah lagu daerah, alat musik
tradisional, dan tari-tarian daerah. Dengan melestarikan kebudayaan daerah,
secara tidak langsung juga melestarikan nilai-nilai Pancasila yang terkandung
di dalamnya.
Di sisi lain, ideologi-ideologi lain dari luar yang tidak sesuai dengan Pancasila
harus dihilangkan dari NKRI karena akan mengancam ideologi Pancasila.
Contohnya adalah ideologi radikalisme, fanatisme agama, dan ideologi liberal.
Ideologi radikalisme adalah ideologi yang menggunakan kekerasan serta tidak
menghargai hak asasi manusia (HAM). Fanatisme agama juga sangat
mengancam persatuan bangsa dan dapat menimbulkan konflik antaragama.
Ideologi liberal adalah ideologi yang mengutamakan kebebasan individu yang
sebebas-bebasnya. Kesemua ideologi tersebut harus dihilangkan karena
mengancam ideologi Pancasila dan kelangsungan hidup NKRI.
Faktanya sekarang, tidak hanya ideologi dari luar yang mengancam
kelangsungan ideologi Pancasila, tetapi masyarakat Indonesia sendiri sering
terbawa arus globalisasi dan melupakan nilai-nilai Pancasila. Sebagian besar
warga negara Indonesia masih belum mempraktikkan nilai-nilai filosofis yang
ada dalam Pancasila dan butir-butirnya. Oleh karena itu, sebagai warga negara
Indonesia yang baik, kita harus selalu berusaha untuk terus mempelajari,
memahami, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa cara memperkuat ideologi Pancasila untuk
memperkuat ketahanan ideologi nasional dapat dilakukan melalui pendekatan

7
Pendidikan Kewarganegaraan, pendekatan penegakan hukum, dan pendekatan
budaya. Ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila seperti ideologi
radikalisme dan liberalisme harus dihilangkan dari NKRI. Nilai-nilai Pancasila
juga harus selalu diamalkan oleh warga negara Indonesia dalam
kesehariannya.

Referensi:
Lasiyo, Wikandaru, R., & Hastangka. (2022). Pendidikan Kewarganegaraan.
Penerbit Universitas Terbuka. Hal 3.6 dan 3.16-3.17.
Setyowati, A. (2019, Oktober 7). "Strategi Menyelamatkan Pancasila".
https://amp.kompas.com/nasional/read/2019/10/13/21112671/strategi-
menyelamatkan-pancasila

Anda mungkin juga menyukai