Anda di halaman 1dari 22

Kelautan Dalam

Aspek Pertahanan
Dan Keamanan

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Oleh :
Kirana Pramesti A (1901095028)
Nanda Eka (1901095032)
Yuyun Novitasari (1901095047)
01 Sejarah kemaritiman
02 Stategi Pertahanan Laut

03 Konsep Pertahanan Maritim Indonesia


04 Konsep Maritim Negara Kepulauan
05 Keamanan Marta Laut
Penguasaan Teknologi Untuk Pertahanan Dan

06 Perbatasan Maritime RI

Pembahasan
Beberapa masalah praktis yang dikelompokkan dalam istilah keamanan
maritim termasuk kejahatan seperti pembajakan , perampokan bersenjata di
laut, perdagangan orang dan barang-barang haram, penangkapan ikan ilegal
 atau pencemaran laut .Seringkali persaingan antar negara dan kekerasan
Keamanan maritim merupakan istilah payung yang ekstremisme ( terorisme maritim ) relevan. Ini termasuk laut yang
diinformasikan untuk mengklasifikasikan isu-isu di ranah maritim digambarkan sebagai ruang sentral untuk keamanan maritim termasuk
 yang seringkali terkait dengan keamanan nasional , lingkungan sebagai “ panggung untuk proyeksi kekuatan geopolitik, peperangan
laut, pembangunan ekonomi, dan keamanan manusia .  Ini antarnegara atau perselisihan militer, sebagai sumber ancaman khusus
termasuk lautan dunia tetapi juga laut regional, perairan teritorial seperti pembajakan, atau sebagai penghubung antar negara yang
 , sungai dan pelabuhan. Konsep teoritis keamanan maritim telah memungkinkan berbagai fenomena dari kolonialisme menuju globalisasi ”.
berkembang dari perspektif proyeksi kekuatan angkatan laut
nasional yang sempit menjadi sebuah kata kunciyang Meskipun menjadi perhatian sepanjang sejarah negara bangsa, keamanan
menggabungkan banyak sub-bidang yang saling berhubungan. maritim telah berkembang sejak awal tahun 2000-an, ketika kekhawatiran
Definisi istilah keamanan maritim bervariasi dan meskipun tidak khusus atas serangan teroris terhadap fasilitas pelabuhan memicu minat pada
ada definisi yang disepakati secara internasional, istilah tersebut keamanan di domain maritim dan mengarah pada pembuatan Kode
sering digunakan untuk menggambarkan tantangan regional dan
Keamanan Fasilitas Pelabuhan dan Kapal Internasional. . Beberapa negara
internasional yang ada, dan baru, terhadap domain maritim.
dan organisasi internasional sejak itu telah menguraikan strategi keamanan
Karakter kata kunci memungkinkan aktor internasional untuk
mendiskusikan tantangan baru ini tanpa perlu mendefinisikan maritim. Khususnya perompakan di Asia Tenggara, lepas pantai Somalia dan
setiap aspek yang berpotensi diperebutkan.  di Afrika Barat yang telah memicu pengakuan atas efek merugikan dari
ketidakamanan maritim bagi pembangunan ekonomi, keamanan manusia dan
juga lingkungan.Keamanan maritim seringkali bersifat transnasionaldan
melampaui domain maritim itu sendiri (lihat liminalitas ). Ini ditandai
sebagai kompleks lintas yurisdiksi dan / atau sangat yurisdiksi. 
01.SEJARAH KEAMANAN KEMARITIMAN
 Tahun 30SM-177M orang Romawi menciptakan istilah mare nostrum ( laut kita dalam bahasa Latin) sebagai istilah
untuk menggambarkan penguasaannya atas Laut Mediterania.
 Antara abad ke-15 dan ke-17, mengembangkan konsep hukum mare clausum ( laut tertutup dalam bahasa
Latin legal ) 
 Pada 1609,Hugo Grotius , seorang filsuf dan ahli hukum Belanda, menerbitkan buku mare liberum di mana ia
memperkenalkan konsep laut bebas ( mare liberum diterjemahkan ke laut bebas dalam bahasa Latin resmi ). Dalam
bukunya, Grotius memaparkan fondasi kebebasan navigasi di laut. Laut dipandang sebagai wilayah internasional, di
mana setiap bangsa bebas melakukan perdagangan
 Konsep Grotius tentang laut bebas digantikan oleh United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS),
 Perjanjian internasional ini pertama kali berlaku pada tahun 1958 sebagai Convention on the High Seas (UNCLOS
I). Kesepakatan terakhir adalah UNCLOS III, yang berlaku sejak tahun 1994. Sekarang mencakup berbagai zona
dan yurisdiksi, termasuk perairan internal, teritorial, dan kepulauan. Ini selanjutnya mendefinisikan perairan
berdaulat eksklusif dari suatu negara yang disebut zona bersebelahan , dan zona ekonomi eksklusif (ZEE) di mana
negara memiliki hak eksploitasi tunggal sumber daya seperti minyak dan ikan. Yang terakhir dapat diperpanjang
dengan landas kontinen , perpanjangan alami wilayah negara bagian masing-masing. Keamanan maritim hingga saat
itu sebagian besar berkaitan dengan konflik laut antarnegara bagian dan pembajakan di laut.
 Sebagai konsep dan agenda keamanan laut telah berkembang sejak akhir 1990-an dan awal 2000-an. Kekhawatiran khusus
atas serangan teroris di fasilitas pelabuhan memicu kepentingan keamanan baru di domain maritim. Peristiwa penting
yang mempengaruhi paradigma keamanan maritim adalah pemboman USS Cole pada tahun 2000 dan serangan 11
 September pada tahun 2001.  Beberapa negara dan organisasi internasional sejak itu telah menguraikan strategi keamanan
laut. Banyak praktik dan standar terbaik mengenai keamanan fisik maritim seperti ISPS Code dari tahun 2002 sebagai
konsekuensi dari serangan telah diterbitkan oleh pihak berwenang yang mengatur atau industri maritim. Dengan adanya
persepsi ancaman teroris tersebut, maka cakupan konsep keamanan laut mulai meluas dari fokus yang sempit pada
konfrontasi militer antarnegara hingga mencakup isu-isu lainnya. (Lihat juga studi keamanan penting )

 Khususnya lonjakan pembajakan selama awal 2000-an di Asia Tenggara , lepas pantai Somalia dan di Afrika Barat yang
telah memicu pengakuan atas efek merugikan dari ketidakamanan maritim. Sebagai akibat dari biaya ekonomi untuk
perdagangan dunia dan ancaman fisik terhadap pelaut, keamanan maritim memperoleh perhatian yang signifikan dari
industri perkapalan, perusahaan asuransi dan pembuat kebijakan di seluruh dunia. Pembajakan juga merupakan titik awal
dari banyak sarjana hubungan internasional untuk mendekati keamanan maritim sebagai sebuah konsep. Setelah serangan
Teroris Mumbai pada November 2008, seorang sarjana India bahkan menyesali kurangnya visi maritim dalam kebijakan
pemerintahnya untuk melestarikan kepentingan India yang semakin meluas, dengan demikian menciptakan frasa "buta
laut".
 Salah satu efek pembajakan adalah perkembangan inisiatif kerjasama regional. Di Asia Tenggara misalnya, 
Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia (ReCaap) telah
dimulai pada tahun 2004 dan sekarang termasuk Information Sharing Center (ISC) . Selain kesadaran domain
maritim (MDA) lebih banyak topik mulai menjadi subjek dari inisiatif kerjasama ini. Kode Etik Djibouti
Organisasi Maritim Internasional (DCoC), yang diadopsi pada tahun 2009, pada awalnya merupakan kesepakatan
kerjasama antara negara-negara Afrika Timur dan Asia Barat Daya untuk melawan pembajakan. [15] Sejak revisi
dan amandemen Jeddah yang melengkapi DCoC tahun 2017, sekarang juga mencakup aktivitas maritim ilegal
lainnya selain pembajakan sepertiperdagangan manusia atau penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak
diatur (IUU) . 
Strategi maritim negara sangat erat
hubungannya dengan keamanan maritim.
Keamanan maritim adalah keamanan yang
lebih kombinatif preventif dan responsif yang
terukur untuk melindungi seluruh elemen
domain maritim terhadap pengancamnya
dari setiap tindakan yang tidak didasari
dengan regulasi yang sah, atau bisa juga
didefinisikan sebagai kegiatan internasional,
interagensi, interoperability, baik oleh sipil
maupun militer untuk memitigasi risiko serta
melawan kegiatan ilegal dan ancaman dalam
ruang domain maritim.
02. Strategi Pertahanan Laut
Strategi maritim negara sangat erat hubungannya dengan keamanan maritim. Keamanan maritim
adalah keamanan yang lebih kombinatif preventif dan responsif yang terukur untuk melindungi
seluruh elemen domain maritim terhadap pengancamnya dari setiap tindakan yang tidak didasari
dengan regulasi yang sah, atau bisa juga didefinisikan sebagai kegiatan internasional, interagensi,
interoperability, baik oleh sipil maupun militer untuk memitigasi risiko serta melawan kegiatan
ilegal dan ancaman dalam ruang domain maritim.

Strategi maritim hendaknya disusun berdasarkan faktor – faktor seperti determinan, tujuan,
tinjauan singkat dengan negara – negara yang berbatasan langsung, maritime domain awareness,
dan penggunaan kekuatan
Sedangkan kekuatan maritim itu merupakan segala upaya dalam pengelolaan laut untuk
kepentingan nasional baik di masa perang maupun damai
03. Konsep Pertahanan Maritim Indonesia

Konstelasi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut yang sangat luas,
terbentang pada jalur pelintasan dan transportasi internasional yang sangat strategis, berimplikasi
pada munculnya peluang sekaligus tantangan geopolitik dan geostrategi, dalam rangka
mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah.
Konsep Maritime Scurity

Maritime Security adalah suatu kondisi


lingkungan maritim yang bebas dari berbagai
ancaman terhadap kedaulatan wilayah
Indonesia dan penegakan hukum nasional dan
internasional yang bertujuan menjamin
terwujudnya kepentingan nasional Indonesia.

Ancaman ini berupa :


- Ancaman kekerasan
- Ancaman terhadap sumber daya laut dan
lingkungan
- Ancaman pelanggaran hukum
- Ancaman bahaya navigasi
04. Konsep Maritim Negara Kepulauan

Sebagai negara maritim yang memiliki perairan yang sangat luas dan strategis, Indonesia dengan
segala cara dan upaya, senantiasa berusaha untuk menjamin stabilitas perdamaian dan keamanan
di wilayah perairan yurisdiksinya terhadap kemungkinan timbulnya konflik dan ancaman.
Indonesia beserta negara kawasan, berusaha menciptakan keamanan kawasan laut regional,
termasuk di Selat Malaka dan Selat Singapura. Karena kedua selat itu merupakan salah satu selat
terpadat di dunia yang menjadi perhatian masyarakat maritim internasional.
05. Penguasaan Teknologi Untuk
Pertahanan Dan Keamanan Marta Laut
Indonesia masih membutuhkan tambahan kapal untuk menjaga keamanan dan kedaulatan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terutama kapal cepat untuk mengawasi
seluruh wilayah perairan Indonesia‚ kata Kepala Bidang Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan
Keamanan Matra Laut (PTIPK) BPPT

Dalam mendukung bidang pertahanan dan keamanan, BPPT telah berhasil membuat Kapal Patroli
Cepat (KPC) 14 m. Selain itu BPPT juga telah melakukan kajian hingga basic design kapal korvet.
Kapal Korvet merupakan jenis kapal perang yang merupakan jawaban akan kapal perusak
(destroyer) atau kapal penghancur kapal torpedo (torpedo boat destroyer) yang berukuran lebih
besar. Kapal Korvet sendiri memiliki fungsi yang serupa dengan kapal perusak namun berukuran
lebih kecil. Kapal Korvet selain menyandang persenjataan yang cukup modern juga dilengkapi
dengan rudal sehingga cukup mematikan bila berhadapan dengan kapal-kapal perang yang
lainnya.
06. Perbatasan Wilayah Maritim

1. PERBATASAN MARITIM RI – AUSTRALIA


 Perjanjian garis batas Landas Kontinen ditandatangani di Canbera pada tanggal 18 Mei 1971
dan diratifikasi dengan Kepres No. 42 tahun 1971, terdiri dari 16 titik koordinat di Laut Arafura,
perairan pantai Selatan Papua dan Perairan Utara pantai Utara Papua.
 Sebagai tambahan dilakukan perjanjian perbatasan pada tanggal 9 Oktober 1972 dan
diratifikasi dengan Kepres No. 66 tahun 1972 tanggal 4 Desember 1972, di Selatan Kep.
Tanimbar pada laut Arafura dan Selatan P. Roti dan P. Timor.
 Perjanjian perbatasan maritim tanggal 16 Maret 1997 yang meliputi ZEE dan batas landas
kontinen Indonesia – Australia dari perairan selatan P. Jawa, termasuk perbatasan maritim di
Pulau Ashmore dan Pulau Christmas.
2.Perundingan RI – Philipina

telah beberapa kali dilaksanakan khususnya batas maritim di laut Sulawesi dan Selatan
Mindanao, perundingan RI – Philipina sudah mencapai kemajuan yang cukup baik setelah kedua
negara bertemu dalam Maritime Boundary Delimitation (MBD) Discussions Between The
Republic of Indonesia And The Republic of The Philippines pertama dilaksanakan pada tahun
1994 dan Joint Permanent Woorking Group Meeting on Maritime and Oceans Concerns (JPWG-
MOC) yang telah dilaksanakan secara intensif sebanyak 12 (dua belas) kali sejak tahun 2003
hingga tahun 2011.

Dalam perundingan (MBD Discussions) terakhir yang diselenggarakan tanggal 15 - 16


Desember 2011 di Manila, kedua negara sudah hampir menyepakati secara teknis garis batas
ZEE di Laut Sulawesi yaitu sudah menyepakati 3 (tiga) segmen garis dan masih tersisa 2 (dua)
segmen garis yang belum dicapai kesepakatannya, namun kedua negara mempunyai semangat
yang sama untuk segera menyelesaikan garis batas ZEE di Laut Sulawesi.
3.PERBATASAN MARITIM RI – MALAYSIA
1. Perbatasan maritim antara RI – Malaysia meliputi perairan yang sangat panjang dan
luas dimulai dari wilayah perbatasan maritim di Selat Malaka, Laut China Selatan,
sampai ke wilayah Laut Sulawesi (Blok Ambalat) di Kalimantan Timur. Batas Maritim
antara RI - Malaysia secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu :
 Batas Landas Kontinen (LK), di Selat Malaka dan Laut China Selatan telah disepakati
pada tanggal 27 Oktober 1969 di Kuala Lumpur dan di ratifikasi dengan Keppres
Nomor : 89 Tahun 1969 tanggal 5 Nopember 1969, sedangkan di Laut Sulawesi ( blok
Ambalat) belum selesai dirundingkan.
 Batas Laut Wilayah (Laut Teritorial), di Selat Malaka telah disepakati pada tanggal 17
Maret 1970 di Kuala Lumpur dan diratifikasi dengan UU Nomor : 2 tahun 1971 tanggal
10-03-1971 mengenai Perjanjian Batas Laut Teritorial. Sedangkan batas laut sekitar Tg.
Datu dan Pulau Sebatik hingga perairan blok Ambalat sedang dalam proses
perundingan.
 Batas Zone Ekonomi Ekslusif (ZEE), di Selat Malaka dan Laut China Selatan serta Laut
sulawesi belum dirundingkan dan disepakati. Malaysia menghendaki batas LK dan ZEE
merupakan satu garis yang sama (single line) sedangkan Indonesia menghendaki LK
dan ZEE berada pada dua rejim yang berbeda (garis batas yang berbeda).
2.Perundingan teknis penetapan batas maritim Indonesia dengan Malaysia dimulai sejak tahun
2005 hingga saat ini sudah sampai pada putaran yang ke - 22 di Kota Kinabalu Malaysia pada 9 –
11 Mei 2012. Hasil perundingan yang dicapai sebagai berikut

 Khusus untuk perundingan batas maritim di sekitar blok Ambalat Laut Sulawesi (laut territorial,
zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen), sesuai kesepakatan kedua belah pihak sampai
saat ini baru membicarakan mengenai batas laut teritorial di sekitar perairan P. Sebatik. Pada
pertemuan ke 16 perundingan batas maritim Indonesia – Malaysia yang diselenggarakan di
Kuantan Malaysia pada tanggal 12 – 15 Oktober 2010, kedua belah pihak telah menyetujui
penetapan garis Provisional Territorial Sea Boundary (PTSB), sedangkan kepanjangan garis
PTSB sampai dengan perundingan teknis ke – 22 belum disepakati,
 Indonesia masih mempertahankan klaim batas ZEE di Selat Malaka bagian Selatan dan klaim
batas laut teritorial di Selat Singapura bagian Timur (bagian Utara P. Bintan), yang masih belum
sesuai dengan klaim Malaysia,
 Kedua pihak sepakat untuk mengadakan Joint Verification Survey guna menentukan common
point di sekitar Tj. Datu untuk penarikan garis batas laut teritorial.
4. PERBATASAN MARITIM RI – PAPUA NEW GUINEA
Perjanjian garis - garis batas tertentu RI – PNG ditandatangani di Jakarta pada tanggal 12 Februari 1973 dan
diratifikasi melalui UU No. 6 Tahun 1973 tanggal 08 Desember 1973, antara lain :
a. Mengatur penetapan batas Dam Cise sebelah Utara dan Selatan Sungai Fly berdasarkan prinsip Thalweg
(alur pelayaran) sebagai batas alamiah berdasarkan perjanjian yang dibuat pemerintah Kolonial Belanda
dan Inggris di kawasan tersebut.
b. Menetapkan Garis Batas Laut Wilayah di selatan Irian Jaya dan menetapkan Garis Batas Dasar Laut
(Landas Kontinen) di selatan Irian Jaya.
Persetujuan batas maritim dan kerjasama dengan PNG ditandatangani di Jakarta dan telah diratifikasi
dengan Keppres No. 21 tahun 1982, antara lain:
c. Meneruskan Titik C2 pada Perjanjian RI – Australia tahun 1971.
d. Menetapkan sekaligus sebagai garis batas ZEE RI –PNG.
e. Pengakuan timbal balik atas Hak Tradisional para nelayan kedua negara untuk melakukan penangkapan
ikan di perairan pihak lainnya
5. PERBATASAN MARITIM RI – SINGAPURA
Perbatasan Maritim Indonesia – Singapura terbagi 3 segmen :
a. Segmen Tengah yang telah disepakati dan ditandatangani tanggal 25 Mei 1973,
b. Segmen Barat ditandatangani tanggal 10 Maret 2009 di Jakarta dan diratifikasi dengan UU No. 4 tahun 2010
c. Segmen Timur yang masih dalam proses perundingan. (periksa gambar 1 dan 2).
6.PERBATASAN MARITIM RI – VIETNAM
Perundingan penetapan batas Landas Kontinen (LK) antara RI – Vietnam telah dilakukan sejak Juni 1978 batas Landas
Kontinen antara Indonesia dan Vietnam yang terletak di Utara perairan Natuna sudah selesai ditandatangani di Hanoi, Vietnam
tanggal 26 Juni 2003 dan diratifikasi dengan UU RI No. 18 Tahun 2007 tanggal 15 Maret 2007. Perundingan Delimitasi Batas
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) RI – Vietnam telah dilaksanakan 4 (empat) kali perundingan :
a. Pertama, diselenggarakan tanggal 14 - 21 Mei 2010 di Hanoi, Vietnam.
b. Kedua, diselenggarakan tanggal 21 - 24 Oktober 2010 di Nusa Dua, Bali.
c. Ketiga, diselenggarakan tanggal 25 - 28 Juli 2011 di Hanoi, Vietnam.
d. Keempat, diselenggarakan tanggal 3 - 5 Juli 2012 di Yogyakarta.
Hingga perundingan ke - 4, kedua pihak masih memiliki perbedaan dalam usulan garis batas ZEE dan pandangan dalam
pembahasan principles and guidelines penarikan garis batas ZEE di Laut China Selatan khususnya dalam kerjasama perikanan
dan pertukaran titik dasar dan garis pangkal serta kegiatan Coordinated Patrol. Namun demikian dapat disimpulkan bahwa
Vietnam mengakui adanya 2 (dua) rejim yang berbeda antara ZEE dan LK.
Keamanan maritime Indonesia
Berbagai pihak masih mempunyai pandangan yang beragam tentang pengertian keamanan maritim termasuk
lingkup permasalahan yang dihadapinya. Dalam bagian ini beberapa pandangan yang berbeda tersebut akan
disampaikan, selanjutnya dengan dihadapkan dengan kepentingan nasional Indonesia di bidang kemaritiman,
penulis akan membahas konsep ini agar didapatkan suatu pengertian keamanan maritim serta cakupannya yang
sesuai dengan kepentingan nasional kita tersebut. Pengertian tentang keamanan maritim ini diperlukan sebagai
pijakan dalam merumuskan upaya-upaya yang diperlukan dalam membangun keamanan maritim yang kuat.
Dalam pandangan militer pada umumnya, keamanan maritim biasanya difokuskan pada masalah keamanan
nasional, dalam upaya melindungi keutuhan wilayah negara dari serangan bersenjata atau penggunaan jenis
kekuatan lainnya, serta memproyeksikan kepentingan negara ke wilayah-wilayah lain. Sementara itu dari perspektif
pertahanan negara, keamanan maritim melingkupi hal-hal yang lebih luas dalam menghadapi lebih banyak jenis
ancaman di bidang maritim.
Sebagai contoh, konsep operasi dari Angkatan Laut Amerika Serikat menyebutkan bahwa sasaran dari operasi
keamanan maritim mereka meliputi perlindungan kebebasan bernavigasi dari kapal-kapal dagang mereka,
melindungi pelayaran dagang mereka, melindungi sumber daya laut, serta melindungi wilayah maritim dari
ancaman negara tertentu, terorisme, penyelundupan obat terlarang, dan bentuk-bentuk lain dari kejahatan,
pembajakan, kerusakan lingkungan, dan imigrasi ilegal lewat laut
Sementara itu, dari pihak industri perkapalan, keamanan maritim secara khusus difokuskan pada sistem
transportasi maritim dan menghubungkannya dengan sampainya kiriman barang dengan aman di tempat
tujuan tanpa gangguan dari segala bentuk kejahatan. Konsisten dengan pandangan ini, muncul pengertian
keamanan maritim yang diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemilik, operator, dan administrator
dari kapal dagang, fasilitas pelabuhan, instalasi lepas pantai, dan organisasi kelautan lainnya dalam
melindungi kapalnya dari perampasan, sabotase, pembajakan, pencurian, gangguan, atau serangan
dadakan. The International Maritime Organization (IMO) membedakan antara keselamatan maritim dan
keamanan maritim. Keselamatan maritim atau maritime safety merujuk pada pencegahan atau
mengurangi terjadinya kecelakaan di laut yang disebabkan oleh kapal yang dibawa standar, awak kapal
atau operator yang tidak cakap, sementara keamanan maritim atau maritime security terkait dengan
perlindungan kapal dari aksi-aksi yang melanggar hukum, yang disengaja atau direncanakan.
Konsep dari kekuatan laut menjelaskan tentang peran angkatan laut, yaitu melindungi keberlangsungan
negara, melindungi jalur transportasi laut bagi perdagangan dan peningkatan ekonomi. Konsep
keselamatan di laut menjelaskan keselamatan kapal dan instalasi laut dengan tujuan utamanya untuk
melindungi para profesional dan lingkungan laut. Keamanan maritim juga berkaitan dengan
pembangunan di bidang ekonomi, dimana laut berperan sangat penting dalam perdagangan, dan
perikanan. Laut mengandung sumber daya alam yang sangat penting, seperti minyak, dan bahan tambang
dari dasar lautan. Pariwisata pantai juga menjadi sumber pendapatan ekonomi yang penting. Konsep
keamanan manusia juga terkait dengan keamanan maritim, yang mengandung unsur-unsur seperti
ketersediaan makanan, ketersediaan tempat tinggal, kehidupan berkelanjutan, dan tersedianya lowongan
kerja yang aman
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai