Disusun Oleh
NIM : 2019.103.01.2.0278
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
1. Pengertian .................................................................................................................... 5
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi tersebut tentu tidak dapat dibiarkan terus menerus, akan tetapi
membutuhkan solusi yang baik, sehingga kompetensi Bahasa Arab yang dimiliki
peserta didik menjadi baik dan dapat diandalkan. Sasaran pembelajaran yang
ditekankan pada penguasaan kompetensi berbahasa Arab merupakan salah satu point
penting dalam melakukan perbaikan pembelajaran bahasa asing.
1 QS. Yusuf:2
2
bentuk pelaksanaan metode. Atau dengan perkataan lain, bahwa teknik adalah
pelaksanaan metode yang dipraktikkan bersam-sama dengan pendekatan.
Sedangkan metode secara umum adalah segala hal yang termuat dalam setiap
proses pengajaran, baik itu pengajaran matematika, kesenian, olahraga, ilmu alam dan
lain sebagainya. Semua proses pengajaran yang baik maupun yang jelek pasti memuat
berbagai usaha, memuat berbagai aturan serta didalamnya terdapat saran dan gaya
penyajian. Tidak mungkin sebuah proses pengajaran tanpa adanya usaha untuk
menyampaikan sesuatu kepada pembelajaran.
Oleh sebab itu metode bisa diberi pengertian sebagai sistematika umum bagi
pemilihan, penyusunan dan penyajian materi kebahasaan. Serta yang harus
diperhatikan dalam menentukan metode, hendaknya tidak terjadi benturan antara
metode dengan pendekatan yang menjadi dasarnya.
3
2) Bagi sekolah, untuk meningkatkan kredibilitas guru-guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran khususnya dalam mengimplementasikan
metode pembelajaran bahasa Arab
3) Bagi guru pengampu, penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dalam
mengimplementasikan metode pembelajaran bahasa Arab di berbagai sekolah
4) Bagi masyarakat/orang tua murid penelitian ini berguna untuk membantu
penentuan prestasi serta kemajuan murid selama proses pembelajaran,
khususnya pembelajaran bahasa Arab
5) Penelitian ini berguna bagi peneliti lain sebagai masukan dalam kajian yang
relevan juga dapat menjadi bekal dalam menimba ilmu pengetahuan dalam
rangka menjalankan tugas dan tanggung jawab dimasa mendatang dalam hal
metode pembelajaran bahasa Arab.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
b) Tawazzu’ artinya memilih mufrodat yang banyak di gunakan di negara-negara
arab, yakni tidak hanya banyak di gunakan di sebagian negara arab.
c) Mataahiyah artinya memilih kata tertentu dan bermakna tertentu pula, yakni
kata-kata yang di gunakan dalam bidang-bidang tertentu.
d) Ulfah artinya memilih kata-kata yang familier dan terkenal serta meninggalkan
kata-kata yang jarang mendengar penggunaannya.
e) Syumuul artinya memilih kata-kata yang dapat di gunakan dalam berbagai
bidang tidak terbatas pada bidang tertentu.
f) Ahammiyah artinya memilih kata-kata yang sering di butuhkan penggunaannya
oleh siswa dari pada kata-kata yang terkadang tidak di butuhkan atau jarang di
butuhkan.
g) ‘uruubah artinya memilih kata-kata arab, yakni memilih kata arab walaupun
ada bandingannya dalam bahasa lain.
2. Strategi pembelajaran nahwu (tata bahasa)
Telah menjadi kesepakatan bahwa penguasaan kaidah-kaidah nahwu bukan
merupakan tujuan pembelajaran bahasa, melainkan hanya merupakan sarana untuk
membantu para siswa agar mampu berbicara, membaca serta menulis dengan benar.
Nahwu merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir setelah adanya bahasa. Kaidah-
kaidah ini lahir karena adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh
sebab itu sesungguhnya nahwu itu di pelajari agar pengguna bahasa mampu
menyampaikan ungkapan bahasa dan mampu memahaminya dengan baik dan benar
dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk ucapan.
Sedangkan bentuk-bentuk pembelajaran nahwu berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan metode pembelajaran bahasa yang di gunakan. Nahwu mempunyai porsi
waktu lebih banyak dalam pembelajaran bahasa arab jika menggunakan metode nahwu
la tarjamah di banding dengan ketika pembelajaran menggunakan metode mubasyaroh
atau sam’iyah syafawiyah. Namun jika pembelajaran nahwu itu di ajarkan secara
tersendiri maka terdapat langkah-langkah tertentu.
Ada dua modal pembelajaran nahwu yang di kenal dengan metode qiyasyi dan
istiqraiy. Metode qiyasyi ini dengan menyajikan kaidah-kaidah dulu kemudian contoh-
contoh. Metode ini metode pertama yang di gunakan dalam pengajaran nahwu.
Adapun metode istiqraiy, yakni pengajaran dimulai dengan menampilkan contoh-
contoh kemudian di simpulkan menjadi kaidah-kaidah nahwu.
6
Adapun strategi dan langkah-langkah pembelajaran nahwu sesuai dengan dua
metode di atas dalam penerapannya secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Model pertama dengan menggunakan metode qiyasiy:
a. Guru masuk kelas dan memulai pelajaran dengan mengutarakan tema tertentu.
b. Guru melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan kaidah-kaidah nahwu.
c. Pelajaran dilanjutkan dengan siswa memahami serta menghapal dengan
kaudah-kaidah nahwu.
d. Kemudian guru mengemukakan contoh-contoh atau teks yang berkaitan
dengan kaidah-kaidah.
e. Guru memberikan kesimpulan-kesimpulan pelajaran.
f. Setelah di anggap cukup siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan
Model kedua dengan menggunakan metode istiqraiy:
a. Guru memulai pelajaran dengan menentukan topik atau tema pelajaran.
b. Guru menampilkan contoh-contoh kalimat atau teks yang berhubungan dengan
tema.
c. Siswa secara bergantian diminta untuk membaca contoh-contoh atau teks yang
di tampilkan oleh guru.
d. Setelah dianggap ckup, gru mulai menjelaskan kaidah-kaidah nahwu yang
terdapat dalam contoh atau teks yang berkaitan dengan tema.
e. Dari contoh-contoh atau teks, guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan tentang kaidah-kaidah nahwu.
f. Terakhir siswa diminta untuk mengerjakan latihan-latihan.
3. Strategi pembelajaran istima’ (mendengarkan)
Istima’ mempunyai peranan penting dalam hidup kita, karena istima’ adalah
sarana pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesama dalam
tahapan-tahapan kehidupannya. Melalui istima’ kita kenal mufrudat, bebtuk-bentuk
jumlah dan taraakib. Dan dengan istima’ kita bisa menguasai ketrampilan-ketrampilan
bahasa yang lain yaitu kalam, qiro’ah dan kitabah. Dalam pembelajarannya istima’
menggunakan langkah-langkah yang dijelaskan sebagai berikut ini:
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan guru dalam proses pembelajaran
istima’ adalah sebagai berikut:
a. Harus menjelaskan kepada siswa, maksudnya guru diharapkan
bisameminimalisir kesulitan siswa dalam memahami teks istima’ dengan cara
yang mudah diterima.
7
b. Siswa mendiskusikan materi yang telah dibacakan dan diakhiri dengan
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang berkait dengan tujuan-tujuan
yang dimaksud.
c. Menyuruh siswa untuk membuat ringkasan materi yang telah diterima dan
menyampaikan ringkasan tersebut secara lisan dihadapan teman-teman
dikelas.
d. Mengevaluasi pencapaian siswa dengan cara mengajukan beberapa
pertanyaan secara mendalam secara mendalam serta serta dekat dengan
tujuan yang hendak dicapai sehingga bisa dipakai untuk megukur tingkat
kemajuan siswa.
Beberapa petunjuk umum dalam pembelajaran istima’ yng harus diperhatikan
oleh seorang guru adalah sebagai berikut:
a. Hendaknya guru menjadi contoh sosok yang baik istima’nya.
b. Hendaknya guru membuat membuat perencanaan pelajaran istima’ dengan
baik.
c. Hendaknya guru menyajikan pelajaran dengan baik.
d. Variatif dalam komunikasi, maksudnya tidak hanya terbatas antar guru
dengan siswa, bisa jadi antar siswa.
e. Kejelasan ketrampilan istima’ yang hendak dicapai.
f. Memperhatikan kondisi siswa
g. Ucapannya jelas.
h. Irama dan intonasi ketika berhenti
i. Mengembangkan kemampuan memperhatikan.
j. Mengulang-ulang (tidak membatasi pengulangan).
k. Menyenangkan.
4. Strategi pembelajaran kalam (berbicara)
Kemampuan untuk menyusun kata-kata yang baik dan jelas mempunyai dampak
yang besar dalam hidup manusia. Baik untuk mengungkapkan fikiran-fikirannya atau
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Berbicara dengan bahasa asing merupakan
ketrampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa.
Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana untuk berkominikasi dengan orang lain.
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan guru dalam proses pembelajaran
kalam adalah sebagai berikit:
a) Bagi pembelajar mubtadi’ (pemula)
8
1. Guru mulai melatih bicara dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab oleh siswa.
2. Pada saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata,
menyusun kalimat dan mengungkapkan fikiran.
3. Guru mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa
sehingga berakhir membentik sebuah tema yang sempurna.
4. Guru bisa menyuruh siswa menjawab latihan-latihan syafawiyah,
menghafal percakapan, atau menjawab pertanyaan yang berhubungan
dengan isi teks yang telah siswa baca.
b) Bagi pelajar mutawasith (lanjutan)
1. Belajar berbicara dengan bermain peran
2. Berdiskusi tentang tema tertentu
3. Bercerita tentang peristiwa yang terjadi pada siswa
4. Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari televisi, radio, atau
lain-lainnya.
c) Bagi pembelajar mutaqaddim (tingkat atas)
1. Guru memilihkan tema untuk berlatih kalam
2. Tema yang dipilih hendaknya menarik danberhubungan dengan kehidupan
siswa
3. Tema harus jelas dan terbatas
4. Mempersilahkan siswa memilih dua tema atau lebih sampai akhirnya siswa
bebas memilih tema yang dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui.
9
menganalisis dan mencari pemecahan masalah. Maka terkadang orang yang sedang
membaca teks harus berhenti sejenak atau mengulang lagi satu atau dua kalimat yang
telah dibaca guna berfikir dan memahami apa yang di maksud oleh bacaan.
Sebelum kita membicarakan strategi dalam pembelajaran qira’ah disini akan
dikemukakan terlebih dahulu tujuan dan macam qir’ah. Qira’ah dilihat dari
kegiatannya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Qira’ah lahriyah (membaca keras)
2. Qira, ah shamitah (membaca dalam hati)
dilihat dari tujuannya secar umum, qira’ah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Qira’ah istimta’yah (membaca refresing)
2. Qiraatudarsin watahlilin (membaca pelajaran dan analisis)
Ditinjau dari tujuan khusus, qira’ah bisa dibedakan menjadi:
1. Qira’ah untuk mengisi waktu kosong
2. Qira’ah untuk mendapatkan pengetahuan tertentu
3. Qira’ah untuk mendapatkan pengetahuan secara rinci
4. Qira’ah untuk berfikir kritis
Ditinjau dari tingkat pembelajarannya, qira’ah dibedakan menjadi:
1. Qira’ah sebagai pengenalan rumus suara, yaitu tingkatan penguasaan
mekanik qira’ah
2. Qira’ah untuk pemahaman, tingkatan membaca dan hubungannya dengan
makna
3. Qira’ah mukatsafah (intensif), tingkatan membaca sebagai pelajaran
4. Qira’ah tahliliyah (analisis) yang luas, tingkatan membaca yang
berhubungan dengan segala yang diungkapkan oleh suatu bahasa, seperti ide
dan budaya.
Pertama: qira’ah jahriyah (membaca keras)
Qira’ah jahriyah ini sangat penting pada pembelajaran tingkat pertama, karena
macam qira’ah ini memberi kesempatan besar untuk melatih mengucapkan dengan
benar, denagn mencocokkan antara membunyikan suara denagn rumus tulisannya.
Qira’ah ini sebaiknya tuntas pada tingkat awal dari proses pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran qira’ah jahriyah adalah sebagai berikut:
a. Pertama-tama guru memulai pelajaran dengan memberi contoh qira’ah
jahriyah dengan benar.
10
b. Sebaiknya teks yang disajikan pendek serta mudah difahami, sehingga
fokus hanya untuk mengucapkan dan tidak pindah untuk berfikir tentang
makna kata.
c. Melatih siswa membaca dengan bersama-sama dan juga secara individu.
d. Hendaknya guru selalu mencatat kesalahan-kesalahn yang terjadi baik
berkaitan dengan suara atau penuturan.
Kedua: qira’ah saamitah (membaca dalam hati)
Qira’ah saamitah dilakukan oleh mata dan fikiran. Pada waktu mata melihat
tulisan, fikiran berusaha memahami arti serta pesannya. Qira’ah saamitah ini
merupakan ketrampilan bahasa yang sangat penting yang seharusnya di peroleh oleh
pembelajar bahasa. Karena dalam ketrampilan ini siswa dengan mudah dapat
menambah pengetahuan serta mengembangkan kemampuannya dalam memahami teks.
Seperti perbedaan gambaran metode pembelajaran bahasa kedua untuk
pembelajaran qira’ah maka berbeda pula ketrampilan membaca ini. Contohnya jika
menggunakan metode nahwu wa tarjamah maka secara ringkas langkah-langkah
pembelajaran membaca dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Guru memulai pelajaran dengan membacakan teks bahasa Arab.
b. Kemudian guru menerjemahkan teks ke bahasa siswa.
c. Terakhir siswa mengulang bacaan yang telah dipelajari.
11
metode mubasyarah atau sami’iyah syafawiyah guru memulai pembelajaran dengan
ketrampilan shautiyah setelah itu kemudian memulai menulis.
Trdapat beberapa petunjuk umum berkaitan dengan pembelajaran menulis, yaiti
sebagai berikut:
a. Memperjelas materi yang dipelajari siswa.
b. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.
c. Mulai mengajarkan menulis dengan waktu yang cukup.
d. Asas bertahap, dari yang sederhana berlanjut ke yang rumit, contoh
pelajaran dimulai dengan:
i. Menyalin huruf
ii. Menyalin kata
iii. Menulis kalimat sederhana
iv. Menulis sebagian kalimat yang ada dalam teks
v. Menulis jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
vi. Imla’
vii. Mengarang terarah
viii. Mengarang bebas
e. Kebebasan menulis
f. Pembelajaran khath
g. Pembelajaran imla’
Dalam pembelajaran menulis, proses pembelajarannya bisa dengan beberapa
tingkatan yaitu dimulai dengan pelajaran imla’, khat, sampai ta’bir. Untik mengetahui
sampimg-samping tingkatan akan kita bahas dalam pembahsan berikut ini:
a) Pembelajaran imla’
1. Imla’ manqul
Tingkat pertama ini dalam pembelajaran menulis bahasa Arab bertujuan untuk
memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis huruf, dan kata bahasa arab. Tingkat
ini penting untuk mendapat [perhatian dalam belajar bahasa Arab karena ada beberapa
sebab yang timbul dari aturan penulis bahasa Arab.
2. Imla’ mandhur
Tingkat imla’ ini kelanjutan dari imla’ manqul di mana pada tingkat ini guru bisa
memberikan latihan.
3. Imla’ ikhtibary
12
Imla’ ikhtibary dalam pelaksanaannya membutuhkan tiga kemampuan yaitu
kemampuan mendengar, kemampuan menghafal apa yang didengar, dan kemampuan
untuk menuliskan apa yang didengar sekaligus dalam waktu yang sama.
b) Pembelajaran ta’bir
Pembelajaran ta’bir ini terbagi menjadi dua yaitu:
1. Ta’bir muwajjah (terbimbing)
Pada tingkatan ini siswa telah mengenal ejaan dengan beratus-ratus kata dan telah
menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta telah berkembang konsep-
konsepkebahasaannya.
2. Ta’bir hurr (menulis bebas)
Tingkatan ini merupakan tingkat terakhir dari pembelajaran menulis. Yakni
kebebasan untuk memilih tema, mengembangkan fikiran-fikirannya, menggunakan
mufrod dan tarkib dalam tulisannya2.
2 Abdul Hamid, Mustofa Bisri, Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab,(Malang : UIN MALIKI
PRESS, 2012), hlm :67-115
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Strategi pembelajaran merupakan rencana, aturan – aturan, langkah – langkah
serta sarana yang prakteknya akan dilalui dari pembukaan sampai penutupan dalam
proses pembelajaran di dalam kelas guna merealisasikan tujuan.
Berikut ini penjelasan seputar strategi pembelajaran bahasa arab yang meliputi:
1. Strategi pembelajaran mufrodat (kosa kata)
2. Strategi pembelajaran nahwu (tata bahasa)
3. Strategi pembelajaran istima’(mendengarkan)
4. Strategi pembelajaran kalam (berbicara)
5. Strategi pembelajarn qira’ah (membaca)
6. Strategi pembelajaran kitabah (menulis)
b. Sesuai dengan pola pendekatan yang terpusat pada siswa, maka diantara metode
yang dapat diterapkan dalam belajar bahasa arab diantaranya adalah:
1. Al-thariqah al-mubasyirah (metode langsung)
2. Al-thariqah al-ittishaliyyah (metode komunikasi)
3. Thariqah unzhur wa qul (lihat dan katakan)
4. Al-thariqah al-sami’iyyah al-syafahiyyah
5. Thariqah al-su’al wa al-jawab (metode tanya jawab)
6. Thariqah al-‘alab al-lughawiyyah (metode permainan bahasa)
3.2 Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak, penulis berusaha
memberikan saran – saran demi terlaksananya pembelajaran bahasa arab yang lebih
baik khususnya dalam penggunaan metode di Pondok Pesantren Modern Al-
Muwahhdin Lelede.
1. Bagi pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama senantiasa dapat
memperhatikan pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Modern Al-
Muwahhdin Lelede.
2. Bagi Madrasah, untuk meningkatkan potensi keguruan dalam hal
pembbelajaran khususnya dalam pengguanaan metode pembelajaran bahasa
arab.
3 Suja’i, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Semarang : Walisongo Press, 2008), hlm :37-39
14
3. Sebaiknya guru bahasa arab lebih meningkatkan pelaksanaan pembelajaran
bahasa arab dengan menggunakan metode yang efektif sesuai kompetensi para
siswa.
4. Bagi masyarakat atau orang tua siswa, agar dapat membimbing anaknya
menjadi lebih giat lagi dalam belajar khususnya belajar bahasa arab. Begitu
juga memberikan pendidikan yang bermanfaat lagi untuk masa depan anak.
5. Untuk siswa, agar lebih meningkatkan kembali belajar di Sekolahan khususnya
pada bahasa arab. Karena bahasa arab sangat penting untuk dipelajari agar apa
yang kamu cita – citakan dari belajar bahasa arab akan tercapai.
15
DAFTAR PUSTAKA
Hamid Abdul, Mustafa Bisri. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab.
Malang:UIN MALIKI PRESS
Suja’i. 2008. Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab. Semarang : Walisongo Press
16