Anda di halaman 1dari 16

KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN

KONTINUITAS PELAYANAN

RUMAH SAKIT HAPPYLAND


JL.Ipda Tut Harsono No 53
Yogyakarta
2019
1. Pelayanan Seragam

a. Rumah Sakit Happyland dalam menyelenggarakan pelayanan


kesehatan menerapkan prinsip nondiskriminatif yaitu pelayanan
yang seragam tanpa membedakan status sosio-ekonomi,
budaya, agama dan waktu pelayanan.
b. Asuhan pasien dan pengobatan diberikan oleh praktisi yang
kompeten dan memadai, tidak tergantung waktu tertentu.
c. Penentuan alokasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan
pasien didasarkan atas ketepatan mengenali kondisi pasien

2. Skrining Dan Triage

a. Skrining dilakukan pada kontak pertama pasien dengan Rumah


Sakit baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit untuk
menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh Rumah Sakit, dan
memastikan kebutuhan pasien akan pelayanan darurat atau
reguler/elektif.
b. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase (di IGD), visual atau
pengamatan (security, petugas pendaftaran), anamnesa,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik (oleh staf medis)
atau diagnostik imajing.
c. Skrining di IGD di lakukan oleh dokter jaga atau perawat,
sedangkan untuk skrining awal pasien rawat jalan dilakukan oleh
security atau petugas pendaftaran.
d. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan
proses triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan
kebutuhan emergensi
e. Semua pasien yang datang berobat dilakukan skrining terlebih
dahulu untuk menentukan pelayanan yang dibutuhkan : preventif,
paliatif, kuratif dan rehabilitatif dan menetapkan pelayanan yang
paling tepat sesuai dengan kebutuhan pasien dan kemampuan
Rumah Sakit
3. Pelayanan Preventif, Paliatif, Kuratif, Dan Rehabilitatif
a. Preventif
1. Defenisi
Preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
2. Tujuan
Pelayanan preventif yang dilakukan di rumah sakit adalah terdiri
dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi
kecacatan dengan cara menghindari akibat yang timbul dari
perkembangan penyakit tersebut.

b. Paliatif
1. Defenisi
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
2. Tujuan
Merupakan perawatan medis yang dapat membantu meminimalisir
penderitaan serta meningkatkan kualitas hidup pasien yang
mengalami penyakit kritis yang mengancam keberlangsungan
hidupnya. Perawatan paliatif memiliki fokus pada peredaman rasa
sakit, gejala, serta stres akibat penyakit kritis seperti kanker
stadium lanjut.
Perawatan paliatif dapat dilakukan segera setelah jelas bahwa
terapi bersifat paliatif sampai pasien meninggal. Perawatan ini
mencakup perawatan holistik bagi pasien dan keluarganya, serta
pemberian informasi terkini sehingga mereka dapat memutuskan
dimana akan meninggal. Perawatan paliatif merupakan kombinasi
unik dukungan di rumah sakit agar dapat memenuhi kebutuhan
individual pasien dan keluarganya (kehilangan, berduka, nyeri,
muntah, dsb).
c. Kuratif
1. Defenisi
Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar
kualitas penderita dapat terjaga se optimal mungkin.
2. Tujuan
Pelayanan kesehatan kuratif merupakan pengobatan yang
dilakukan dengan tepat dan segera untuk menangani berbagai
masalah yang terjadi. Pengobatan segera dilakukan sebagai
penghalang agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih
parah.
Tujuan utama dari usaha ini adalah:
 pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari
setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan
yang sempurna dan segera.
 Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya
menular.
 Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu
penyakit.

d. Rehabilitatif
1. Defenisi
Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat,
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

4. Penundaan Pelayanan
a. Rumah Sakit memperhatikan kebutuhan klinis (observasi) pasien
pada waktu menunggu atau penundaan untuk pelayanan
diagnostik dan pengobatan atau rujukan.
b. Rumah Sakit memberikan informasi apabila akan terjadi
penundaan pelayanan atau pengobatan

c. Rumah Sakit memberi informasi alasan penundaan atau


menunggu dan memberikan informasi tentang alternatif yang
tersedia sesuai dengan keperluan klinis mereka dan dicatat dalam
rekam medis pasien.

5. Pendaftaran Rawat Jalan


a. Pengunjung Baru adalah Pasien yang baru pertama kali datang ke
Rumah Sakit Happyland dan dapat melakukan kunjungan
dibeberapa Poliklinik sebagai kunjungan baru dengan kasus baru ,
setiap pengunjung baru diberikan berkas rekam medis dan nomor
rekam medis , nomor rekam medis diberikan hanya satu kali
seumur hidup
b. Pengunjung Lama adalah pasien yang datang untuk kedua kali
dan seterusnya, datang ke poliklinik yang sama atau berbeda
sebagai kunjungan lama atau baru dengan kasus lama atau baru
dan tidak mendapat nomor rekam medis lagi
c. Pasien Rawat Jalan adalah pasien yang mendapatkan pelayanan
medis di poliklinik Rumah Sakit Happyland adalah :
1) Pasien Umum adalah pasien yang mendapat pelayanan
kesehatan medis di Poliklinik dengan membayar.
2) Pelaksanaan pasien rawat jalan sudah dilakukan secara
online (Hidok)
3) Pasien BPJS adalah pasien yang mendapat pelayanan
kesehatan medis dengan membawa Surat Rujukan dari
layanan kesehatan lain dan menunjukkan kartu BPJS dan
semua pembayaran ditanggung oleh BPJS sesuai dengan
haknya.
4) Pasien lama adalah yang sudah mempunyai Nomor
Rekam medik, pasien langsung menuju poliklinik yang
dituju.
5) Bagi pasien yang membawa hasil skrining dan tes
diagnostik dari layanan kesehatan lain, diterima dan dapat
dipergunakan sebagai dasar perawatan selanjutnya.
6) Di Unit Pelayanan / Poliklinik:
 Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ( DPJP )
dan perawat di unit pelayanan memberikan
pelayanan kesehatan bagi pasien.
 Jika memerlukan konsul ke unit
pelayanan/penunjang lain
pasien akan diberikan formulir permintaan
pemeriksaan dan atau lembar konsul .
 Setelah mendapatkan pelayanan kesehatan di
poliklinik,
DPJP menetapkan apakah pasien dinyatakan
pasien di rawat inap atau pulang atau dirujuk ke
layanan kesehatan lain.
 Jika pasien dinyatakan pulang, pasien mengambil
obat di
bagian farmasi sesuai resep yang diberikan DPJP.
 Pasien dengan jaminan BPJS menyelesaikan
administrasi
melalui bagian administrasi pasien.
 Apabila dirawat inap , pasien dan atau keluarga
pasien
menyelesaikan administrasi di loket pendaftaran
rawat inap.

7) Pasien rawat jalan yang memiliki asuhan yang komplek


diperlukan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan ( PRMJ )
meliputi :
 Kriteria diagnosis yang kompleks
 Kriteria asuhan yang kompleks
 Kriterisa yang memerlukan Profil Ringkas Medis
Rawat Jalan ( PRMJ )
 Cara penyimpanan PRMJ agar mudah ditelusur
*easy to retrieve) dan direview
 informasi penting dalam PRMJ
 PRMRJ ditempatkan pada urutan teratas dalam
data rekam medis pasien saat pasien berkunjung
ke unit rawat jalan.
 Evaluasi formulir PRMRJ akan dilakukan tim case
manager pelayanan pasien setiap 3 bulan
8) Pasien rawat jalan dan rawat inap mempunyai hak untuk
menolak rencana asuhan medis yang diberikan oleh DPJP
dengan memperhatikan:
 Menolak rencana asuhan medis (against medical
advice/AMA)
 Keluar masuk sakit atas permintaan sendiri (APS)
 Penghentian pengobatan
 Jelaskan hubungan penyakit dengan indikasi dan
resiko/dampak menolak pengobatan terhadap
pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti
 Pengisian formulir tindakan ditanda tangani oleh
pasien/keluarga dan dilengkapi sesuai standar
yang ditetapkan.
9) Perawat menemukan adanya pasien rawat jalan yang
keluar rumah sakit tanpa izin padahal pasien tersebut
belum menyelesaikan rencana pengobatan atau
administrasinya.
 Perawat berusaha mencari pasien tersebut ke
sekitar ruang rawat jalan terkait.
 Jika pasien atau keluarga pasien tidak ditemukan
juga, maka perawat menghubungi bagian informasi
untuk melakukan voice paging, lalu melaporkan
pada DPJP dan bagian Administrasi Medis.
 Bagian informasi melakukan pemanggilan pasien
melalui
 Voice paging sebanyak 3 kali dengan jeda waktu
10 menit.
6. Pendaftaran Rawat Inap
a. Setiap pasien rawat inap harus mendaftar lebih dahulu pada
bagian pendaftaran pasien rawat inap dan mendapatkan rekam
medis
b. Setiap pasien rawat inap harus mempunyai identitas yang sama
dan sesuai dengan identitas diri pada rekam medis pasien
c. Setiap pasien rawat inap harus ditetapkan DPJP
d. Semua pelayanan atau tindakan terhadap pasien harus dicatat
secara lengkap didalam rekam medis
e. Semua hasil pemeriksaan pasien rawat inap harus dimasukan
didalam berkas rekam medis
f. Seluruh pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap
berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien
g. Mobilitas pasien harus selalu didampingi oleh perawat ruangan
atau petugas yang diberi kewenangan
h. Setiap pasien yang akan meninggalkan rawat inap harus
mempunyai izin pulang dari kasir rawat inap
i. Pengiriman pasien yang akan dirawat inap diantar oleh perawat
jalan ke ruangan
j. Setiap pemeriksaan pasien di instalasi rawat inap dilakukan oleh
tenaga medis (dokter dan perawat ruangan)
k. Bila pasien/keluarga menolak / menghentikan pengobatan dengan
memutuskan untuk (pulang paksa), DPJP menjelaskan dan
membuat resume pulang keperawatan sesuai standar
l. Dokter mendokumentasikan pada formulir catatan perkembangan
terintegrasi
m. Beritahukan tenaga klinik lainnya untuk diperisiapkan resume
pulang perawatan dan administrasi sesuai peraturan
n. Perawat menemukan adanya pasien rawat inap yang keluar
rumah sakit tanpa izin padahal pasien tersebut belum
menyelesaikan rencana pengobatan atau administrasinya:
 Perawat berusaha mencari pasien tersebut ke sekitar ruang
rawat inap terkait.
 Jika pasien atau keluarga pasien tidak ditemukan juga,
maka perawat menghubungi bagian informasi untuk
melakukan voice paging, lalu melaporkan pada DPJP dan
bagian Administrasi Medis.
 Bagian informasi melakukan pemanggilan pasien melalui
voice paging sebanyak 3 kali dengan jeda waktu 10 menit.
 Jika sampai batas waktu check-out (pukul 14.00) pasien
tetap tidak ada kabar, maka kamar tersebut boleh
digunakan untuk pasien lain. Petugas Administrasi Rawat
Inap melakukan prosedur Lepas Rawat.

7. Komponen Dari Pengelolaan Alur Pasien Adalah :


a. Ketersediaan tempat tidur rawat inap
b. Perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi
medis dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan
sementara pasien
c. Perencanaan tenaga untuk menghadapi menumpukan pasien di
beberapa lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di IGD
d. Alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan dan
pelayanan ( rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi )
e. Efisiensi pelayanan non klinis penunjang asuhan dan tindakan
kepada pasien (kerumahtanggaan dan transportasi)
f. Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai kebutuhan pasien
g. Akses pelayanan yang bersifat mendukung (pekerja social,
keagamaan/bantuan spritual)

8. Penerimaan Pasien Igd Ke Rawat Inap


a. Petugas (Dokter, perawat) menjelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa pasien memerlukan penanganan lebih lanjut
b. Mempersiapkan status pasien dan segala hal yang berhubungan
dengan tindakan yang harus dilakukan di IGD seperti mengukur
tanda-tanda vital, memasang infus dan tindakan emergensi
lainnya, menghubungi dokter spesialis, memberikan obat dan lain-
lain
c. Perawat IGD menghubungi perawat ruangan agar kamar
disiapkan
d. Perawat ruangan mempersiapkan kamar sesuai dengan yang
dipesan
e. Perawat IGD mengantar pasien ke ruangan dengan menggunaan
kursi roda atau brangkar (sesuai dengan kemampuan mobilisasi
pasien)
f. Perawat memindahkan pasien ke tempat tidur dan menempatkan
alat kesehatan yang terpasang pada pasien pada tempatnya
(infus, O2, kateter dan lain-lain)
g. Perawat IGD melakukan serah terima pasien kepada perawat
ruangan

9. Pasien Observasi
a. Penderita yang memerlukan untuk di observasi
b. Observasi dilakukan tiap 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat
kegawatannya.
c. Observasi dilakukan oleh perawat dan dokter.
d. Hal-hal yang perlu diobservasi :
1) Keadaan umum penderita
2) Kesadaran penderita
3) Kelancaran jalan nafas (air Way).
4) Kelancaran pemberian O2 apabila perlu
5) Tanda-tanda vital :
 Tensi
 Nadi
 Respirasi / pernafasan
 Suhu
 Kelancaran tetesan infuse apabila di infus
e. Apabila hasil observasi menunjukkan keadaan penderita semakin
tidak baik maka perawat harus lapor kepada Dokter yang sedang
bertugas.
f. Apabila kasus penyakitnya diluar kemampuan Dokter IGD maka
perlu untuk di rawat inap atau dirujuk.
g. Observasi dilakukan maksimal 6 jam, selanjutnya diputuskan
penderita bisa pulang, rawat inap atau dirujuk.
h. Perkembangan penderita selama observasi dicatat di kartu status
pasien.
i. Setelah observasi tentukan apakah penderita perlu : rawat jalan /
rawat inap / rujuk

10. Pasien Tidak Tersedia Tempat Tidur


a. Pasien datang di IGD / Poliklinik
b. Pasien dianamnesa, diperiksa dokter jaga, pemberian terapi ke
pasien oleh dokter jaga.
c. Kemudian diputuskan apakah penderita boleh pulang atau
dialihkan ke unit rawat inap / ruang rawat.
d. Bila dalam rumah sakit tempat tidur penuh, lakukan pendekatan
yang sistematis dengan keluarga pasien
e. Keluarga pasien diberi pilihan :
 Menunggu di ruang transit
 Pindah ke Rumah Sakit Lain
f. Pasien yang menunggu di ruang transit akan dipindahkan ke
ruang rawat inap jika sudah tersedia tempat tidur.
g. Jika keluarga menghendaki dirujuk/dipindah ke rumah sakit lain.
 Pihak rumah sakit menghubungi rumah sakit lain dan
mencarikan tempat di rumah sakit yang dituju.
 Jika kondisi pasien stabil, pasien bisa diantar oleh keluarga
dengan kendaraan pribadi.
h. Jika kondisi pasien perlu observasi, pasien diantar oleh ambulan
dengan didampingi petugas yang berkompeten.

11. Kriteria Masuk Dan Keluar Critical Care (HCU)


a. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien sesuai dengan standar
dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan
insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah
sakit lain sesuai dengan kondisi pasien.
b. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus
ada informed consent.
c. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter
jaga Critical care atau dokter spesialis anestesi dapat melakukan
tindakan kedokteran yang diperlukan dan informasi dapat
diberikan pada kesempatan pertama.
d. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi
diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas
hidup pasien, dokter dapat membuat keputusan untuk tidak
melakukan resusitasi.
e. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter critical care harus
mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan
penghentian peralatan life – supporting.
f. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga
medis tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan
keselamatan pasien tindakan – tindakan tertentu dapat
didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih.
g. Kriteria dokter critical care adalah telah mengikuti pelatihan /
pendidikan perawatan ICU melalui program pelatihan dan
pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan profesi yang terkait.

12. Pemulangan Pasien (Discharge)


a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut,
harus menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan termasuk
pendidikan atau latihan yang harus dilaksanakan selama masa
perawatan sebelum pasien pulang.
b. Ada ketentuan atau kriteria bagi pasien yang siap untuk
dipulangkan
c. Bila diperlukan, perencanaan untuk merujuk & memulangkan
pasien dapat diproses lebih awal dan bila perlu mengikut sertakan
keluarga
d. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan
yang terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
e. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan
penunjang dan kelanjutan pelayanan medis.
f. Kebijakan Rumah Sakit mengatur proses pasien yg diperbolehkan
meninggalkan RS, sementara dalam proses rencana pengobatan
dgn izin yg disetujui untuk waktu tertentu.
g. Rumah Sakit bekerjasama dgn para praktisi kesehatan dan
institusi di luar Rumah Sakit untuk memastikan bahwa rujukan
dilakukan dengan baik dan tepat waktu.
h. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan yan penunjang
dan kelanjutan yan medis.
i. Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan
di lingkungannya yang sangat berhubungan dengan pelayanan
yang ada di rumah sakit serta populasi pasien.
j. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
k. Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut termasuk
kebutuhan mendesak yang mengharuskan pasien segera datang
ke Rumah Sakit.
l. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam
medis.
m. Salinan resume pasien pulang diberikan kepada pasien dan bila
diperlukan dapat diserahkan kepada praktisi kesehatan yang
dirujuk.
n. Salinan resume dapat diberikan kepada penjamin pasien .

13. Kesinambungan dan koordinasi asuhan sebagai asuhan


pasien terintegrasi
Rumah sakit mempunyai regulasi proses dan pelaksanaan untuk
mendukung kesinambungan dan koordinasi asuhan sebagai asuhan
pasien terintegrasi yang berpusat pada pasien (patient centered care)
termasuk ;

a. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien


b. Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien
c. Mengoptimalkan proses reimbursemen
d. Assesmen untuk manajemen pelayanan pasien
e. Perencanaan untuk manajemen pelayanan pasien
f. Komunikasi dan koordinasi
g. Edukasi dan advokasi
h. Kendali mutu dan kendali biaya pelayanan pasien
i. Pelayanan darurat dan penerimaan rawat inap
j. Pelayanan diagnostic dan tindakan
k. Pelayanan bedah dan non bedah
l. Pelayanan rawat jalan
m. Organisasi lain atau bentuk pelayanan lainnya

14. Penetapan dan Pindah DPJP


a. Direktur berwenang untuk menetapkan dan mengatur jadwal Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
b. Bila rawat bersama maka ketua tim adalah berdasarkan kebutuhan
kondisi kesehatan pasien yang terberat
c. Dokter umum bisa sebagai DPJP bila mendapat izin dari dokter
yang terkait ( pasien dg kasus bedah harusnya DPJP dr bedah tapi
rs memberi izin dr umum sebagai DPJP atas izin dan tanggung
jawab dr bedah tsb )
d. Pemindahan DPJP dilakukan apabila dokter DPJP sebelumnya
berhalangan dalam melakukan pelayanan kepada pasien dan atau
berdasarkan kebutuhan kesehatan pasien yang mengharuskan
dlakukan pemindahan DPJP
e. Pemindahan DPJP dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan
persetujuan dengan DPJP sebelumnya dan konfirmasi kepada
DPJP yang akan bertanggungjawab berikutnya.

15. Asuhan Pasien diberikan dengan Mengintegrasikan dan


Mengkoordinasikan Asuhan
a. Proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan
banyak praktisi pelayanan kesehatan dan dapat melibatkan
berbagai unit kerja dan pelayanan.
b. Asuhan kepada pasien direncanakan dan ditulis di rekam medis
c. Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam waktu 24 jam sesudah pasien
masuk rawat inap
d. Rencana asuhan pasien harus bersifat individu dan berdasarkan
data asesmen awal pasien
e. Rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam metode
SOAP.
f. Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai
kebutuhan, berdasarkan hasil asesmen ulang atas pasien oleh
praktisi pelayanan kesehatan.
g. Rencana asuhan untuk tiap pasien di review dan di verifikasi oleh
DPJP dengan mencatat kemajuannya di dalam rekam medis
pasien.
h. Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam
rekam medis pasien oleh pemberi pelayanan dengan metode
SOAP.

16. Tranfer Pasien


a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan pemeriksaan dan stabilisasi
terlebih dahulu sebelum dipindahkan dan dapat dipindahkan
apabila dokter pemeriksa telah menyatakan pasien transportable.
c. Dilakukan serah terima pasien yang ditransfer, dan dicatat dalam
rekam medis.
d. Bila ada indikasi, rumah sakit dapat membuat rencana kontinuitas
pelayanan yang diperlukan pasien sedini mungkin.
e. Transfer pasien di dalam rumah sakit dapat berupa konsultasi,
rawat bersama atau alih rawat dari seorang DPJP ke DPJP lainnya
sesuai kebutuhan pasien.
f. Transfer dapat hanya merupakan pengalihan tanggung jawab DPJP
baik sementara ataupun tetap, atau dapat juga pemindahan pasien
ke ruang perawatan lain.

17. Rumah Sakit Mempunyai Regulasi Untuk Menetapkan


Pemberian Ringkasan
Pasien pulang kepada pihak yang berkepentingan diantaranya :
a. Pasien
b. Tenaga kesehatan yang bertanggungjawab memberikan kelanjutan
asuhan
c. Rekam medis
d. Pihak penjamin pasien (asuransi)
e. Sebagai jawaban rujukan

18. Rujukan Pasien


a. Rujukan ke rumah sakit atau sarana kesehatan ditujukan kepada
unit atau individu secara spesifik. Pasien harus distabilisasi terlebih
dahulu sebelum dirujuk.
b. Rumah Sakit merujuk pasien berdasarkan atas kondisi kesehatan
dan kebutuhan akan pelayanan berkelanjutan
c. Rumah Sakit menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama
proses rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan
selama transportasi.
d. Kewajiban rumah sakit mencari fasilitas pelayanan kesehatan yang
sesuai kebutuha pasien
e. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit
penerima.
f. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien
yang berisi :
 Identitas pasien
 Hasil pemeriksaan (anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan
 Diagnosis kerja
 Terapi dan atau tindakan yang telah diberikan
 Tujuan rujukan
 Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan rujukan

19. Transportasi
a. Assesmen kebutuhan tranportasi dan peralatan kesehatan sesuai
dengan kondisi pasien termasuk pasien rawat jalan
b. Kebutuhan obat, bahan medis habis pakai, ala kesehatan dan
peralatan medis sesuai dengan kondisi pasien
c. Tranportasi yang memenuhi persyaratan PPI
d. Penangananpengaduan atau keluhan dalam proses rujukan.

Anda mungkin juga menyukai