Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 5.

MANAJEMEN TRANSPORTASI
( Dr. Chrysnanda DL, M.Si. )

Oleh :

IRWANTO
NIM. 2019246011

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPOLISIAN ANGKATAN IX


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN
2020
KONSEP EMERGENCY POLICING DALAM PENGEMBANGAN
E-POLICING POLRI

A. Pendahuluan
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki potensi serta intensitas kejadian
bencana cukup tinggi baik bencana alam, non alam maupun bencana sosial. Hal demikian
tentunya pantas untuk dipedulikan, mengingat akibat yang ditimbulkan oleh suatu kejadian
bencana memiliki dampak yang luas, baik secara sosial, psikis, ekonomi, bahkan politik.
Hampir semua jenis bencana alam, non alam dan bencana sosial telah menimbulkan korban
jiwa, kecacatan dan kerugian harta benda serta merusak sarana dan prasarana public yang
ada, pengungsian, ketidaknormalan kehidupan dan penghidupan masyarakat serta
pelaksanaan pembangunan.
Begitupun Jakarta. Sebagaimana awal 2020 terjadi bencana alam berupa banjir
yang Pada awal 2020, sejumlah wilayah di DKI Jakarta dan sekitarnya terendam banjir.
Curah hujan yang tinggi sejak Selasa, (31/12), menjadi pemicu banjir yang terjadi. Bencana
banjir itu mengejutkan banyak masyarakat. Aktivitas perekonomian lumpuh akibat akses
yang terputus. Salah satunya, perjalanan kereta yang pada satu Januari, perjalanan menuju
Rangkas Bitung, Maja dan Parung Panjang-Tanah abang lumpuh akibat peron rel 5 dan 6
terendam air. Selain itu, banjir juga terjadi di Bandara Halim Perdanakusuma. Di samping itu,
permukiman warga di Jakarta dan sekitarnya juga banyak yang hancur. Kendaraan roda dua
dan empat banyak yang tersapu oleh terjangan air. Serta tidak dapat dilaluinya beberapa jalan
dan tol akibat banjir sehingga menyebabkan kemacetan panjang dibeberapa ruas jalan di
Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), memperkirakan kerugian
akibat banjir mencapai ratusan miliar rupiah1 .
Sebagai Ibukota negara Indonesia, dimana kondisi transportasi dan tata ruang
kota yang begitu kompleks ditambah lagi kebijakan kota yang belum fokus pada lingkungan
menyebabkan ibukota menjadi langganan banjir dan daerah rawan bencana lainnya yaitu
tsunami, gempa maupun angin ribut. Kondisi daerah bencana dan tantangan tersebut menjadi
PR besar ibukota untuk berkonsentrasi dalam pengembangan ke arah smart city.

1
Basuki Arie, 3 Januari 2020, 5 Kerugian Akibat Terjangan Banjir awal 2020 di Jakarta dan Sekitarnya,
https://www.merdeka.com/uang/5-kerugian-akibat-terjangan-banjir-awal-2020-di-jakarta-dan-sekitarny.html.
Diakses tanggal 10 Januari 2020
Kota Jakarta sebagai ibu kota dari Republik Indonesia telah menerapkan konsep
Smart City pada bulan Desember 2014 yang tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub)
Jakarta No. 280 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola
Jakarta Smart City yang kemudian di revisi menjadi Pergub No. 306 Tahun 2016. Sejak
direncanakan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017,
kebijakan Smart City ini termasuk dalam misi pertama. Jakarta Smart City2
Konsep kota modern dengan konsep kota cerdas (smart city) merupakan konsep
kota cerdas, dimana kota harus menjanjikan hidup yang lebih nyaman (convenience of life),
teratur, sehat dan efisien dalam setiap aspek kehidupan masyarakat kota. Kenyamanan ini
akan didukung dengan penggunaan teknologi guna mempercepat akses dan sarana yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Penggunaan teknologi juga berorientasi pada efisien dan efektif
yang mengutamakan teknologi yang berbasis ramah lingkungan (green technology).
Tujuan membangun sebuah kota yang cerdas adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup dengan menggunakan informasi perkotaan dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi
layanan dan memenuhi kebutuhan warga. Teknologi informasi dan komunikasi
memungkinkan pemerintah kota untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat dan
infrastruktur kota dan memantau apa yang terjadi di kota, bagaimana kota ini berkembang,
dan cara mengaktifkan kualitas hidup yang lebih baik serta dapat dimanfaatkan untuk
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat apabila terjadi keadaan darurat. Melalui
penggunaan sensor terintegrasi dengan sistem pemantauan real-time, data yang dikumpulkan
dari warga dan perangkat, kemudian diolah dan dianalisis. Informasi dan pengetahuan yang
dikumpulkan adalah kunci untuk mengatasi in-efisiensi3.
Polri dalam hal ini adalah Polantas merupakan salah satu pilar pemerintah yang
bertanggung jawab dalam bidang road safety. Sehingga sudah menjadi kewajiban sebagai
pilar road safety dalam memberikan masukan dan program kerja ke Pemerintah dalam
pengembangan smart city salah satunya di Jakarta untuk mewujudkan dan memelihara lalu
lintas yang aman selamat tertib dan lancar, meningkatkan keselamatan dan menurunkan
fatalitas korban, membangun budaya tertib melalui road safety policing
Road safety policing secara singkat dapat dipahami sebagai model pemolisian
pada  fungsi lalu lintas pada tingkat manajemen maupun operasional dengan atau tanpa upaya
paksa untuk mencapai tujuan road safety melalui manajemen ( kebutuhan, kapasitas,
2
Jakarta Smart City. 2015. Perjalanan Menjadi Sebuah Smart City. interactive.smartcity.jakarta.go.id, diakses
10 Januari 2020
3
Chandra Eko Wahyudi Utomo dan Mochamad Hariadi, 2016, Strategi Pembangunan Smart City dan
Tantangannya bagi Masyarakat Kota, Jurnal Strategi dan Bisnis Vol.4, No. 2
prioritas, kecepatan maupun emergency). Di era revolusi industri 4.0 dan menuju society 5.0
di dalam road safety policing akan dikembangkan pola atau model elektronik pada pelayanan
road safety4. Dalam program road safety policing ini terlihat salah satu manajemen yang
perlu dipikirkan oleh Polri sebagai pilar road safety adalah manajemen emergency emergency
atau manajemen tanggap darurat apabila terjadi keadaan darurat baik bencana maupun
kecelakaan melalui upaya tanggap segera agar tidak menimbulkan korban jiwa maupun
segera menormalkan kembali lalu lintas seperti sedia kala.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka makalah ini akan merumuskan bagaimana
konsep atau inovasi dalam upaya Polri untuk mengembangkan manajemen emergecy dalam
suatu kota cerdas sebagai pilar road safety di era digital saat ini.

B. Pembahasan
Konsep Smart city yang mendukung manajemen emegency
Smart City adalah kota dimana terdapat sensor dan perangkat komputer yang
tersebar dimanapun manusia sebagai user berada dan tersedia bagi siapapun yang berada di
tempat tersebut yang memungkinkan proses pengelolaan kota yang lebih efisien,
mempermudah aliran informasi, dan mengoptimalkan penggunaan infrastruktur5
Smart City dapat dibagi menjadi beberapa bidang utama seperti yang dapat dilihat
pada Gambar dibawah ini :

Gambar 1. Pembagian utama Smart City


Pada Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa Smart City terdiri-dari beberapa aspek
seperti Smart: Transport, Energy, Technology, Living, Environment, Citizensand Education,
4
Chrysnanda D.L, Januari 2020, Road Safety Policing Menuju Indonesia Emas 2045, https:/www.suarakarya.id/
detail /105325/Road-Safety-Policing-Menuju-Indonesia-Emas-2045, diakses tanggal 10 Januari 2020
5
Marek, L., M. Campbell, and L. Bui. 2017. Shaking For Innovation: The (re) building of a (smart) city in a Post
Disaster Environtment. Cities 63: 41-50
Economy, Government, dan Safe City. Dalam mendukung smart city maka faktor keselamatan
dan keamanan baik dalam keadaan normal maupun emergency harus terumuskan dalam
aspek safe city.
Safe City adalah konsep dan solusi yang ditawarkan oleh teknologi informasi dan
komunikasi yang mengintegrasikan sejumlah aspek Teknologi Informasi dan Komunikasi
seperti: infrastruktur broadband, Internet of Things (IOT), cloud computing, dan big data,
yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat keselamatan seluruh warga masyarakat6.
Safe City harus memiliki sejumlah fitur sebagai berikut7 :
1. Kesehatan
2. Sistem manajemen lalu lintas yang cerdas
3. Sistem keamanan cerdas untuk pengawasan, pencarian, deteksi, dan identifikasi
4. Sistem cerdas manajemen krisis untuk mendukung pengambilan keputusan, peringatan
dini, pemantauan dan peramalan
5. Unit-unit polisi yang dioperasikan secara terpusat dan Sistem Penyelamatan Terpadu
6. Koneksi internet yang aman dan perlindungan data
7. Pusat pemrosesan data
Terlihat bahwa salah satu komponen dari safe city adalah diperlukannya unit unit
polisi yang dioperasikan secara terpusat dan sistem pelayanan terpadu didukung dengan
sistem manajemen lalu lintas yang cerdas menggunakan teknologi yang terhubung dengan
internet. Oleh sebab itu, perlunya manajemen Polri pada saat keadaan darurat maupun
bencana.
Di dalam pembahasan mengenai Safe City salah satu aspek yang terkandung di
dalamnya adalah Manajemen Bencana (Disaster Management). Bencana dapat diartikan
sebagai gangguan serius terhadap berfungsinya sebuah komunitas atau masyarakat yang
menyebabkan kerugian manusia, material, ekonomi, dan lingkungan yang meluas. Kerugian
ini umumnya melebihi kemampuan masyarakat atau masyarakat yang terkena dampak untuk
menyelesaikan hanya dengan sumber dayanya sendiri.
Tujuan utama di dalam manajemen bencana adalah untuk menciptakan
keberlangsungan kehidupan manusia dan memberikan perlindungan serta pemulihan mereka
selama terjadinya bencana dan untuk menjamin keamanan dan mengembangkan habitat

6
Vitalij, F., A. Robnik and T. Alexey. 2012. Safe City-And Open and Reliable Solution For A Safe and Smart City.
Elektrotehniski Vestnik 79 (5): 262-267
7
Lacinak, M., and J. Ristvej. 2017. Smart City, Safety, and Security. Procedia Engineering 192: 522-527
kehidupan manusia yang terkena dampak bencana. Tujuan yang ada dapat dikembangkan
menjadi beberapa target dari manajemen bencana sebagai berikut8
1. Untuk menghindari atau mengurangi dampak bencana.
2. Untuk memastikan bantuan segera kepada para korban.
3. Untuk mencapai pemulihan yang cepat dan efektif.
Fungsi manajemen bencana mengemukakan tanggung jawab dan tugas yang
harus dilakukan pemerintah dalam rangka memberikan jaminan keselamatan dan keamanan
bagi warganya. Fungsi penunjang bencana adalah fungsi penting yang diperlukan untuk
pengembangan dan pelaksanaan proses penanggulangan bencana. Mereka termasuk layanan
penting yang diperlukan sebelum, selama dan setelah terjadinya bencana. Sebagian besar
kegiatan penanggulangan bencana berorientasi pada fungsi-fungsi ini

Road Safety Policing berbasis E-Policing


E-Policing adalah pemolisian secara elektronik yang dapat diartikan sebagai
pemolisian secara online, sehingga hubungan antara polisi dengan masyarakat bisa terjalin
dalam 24 jam sehari dan 7 jam seminggu tanpa batas ruang dan waktu untuk berbagi
informasi dan melakukan komunikasi. Bisa juga dipahami, membawa community policing
pada sistem on line. Dengan demikian e-Policing ini merupakan model pemolisian diera
digital yang berupaya menerobos sekat-sekat ruang dan waktu sehingga pelayanan kepolisian
dapat terselenggara dengan cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel informatif dan mudah
diakses. E-Policing bisa menjadi strategi inisiatif anti korupsi, reformasi birokrasi creative
break through9.
Road safety dapat dipahami maknanya sebagai lalu lintas yang aman selamat
tertib dan lancar. Policing dapat dipahami sebagai pemolisian yaitu segala usaha dan upaya
kepolisian pada tingkat manajemen maupun operasional dengan atau tanpa upaya paksa
untuk memelihara keteraturan sosial. Sejalan dengan konsep tersebut maka road safety
policing dapat dipahami sebagai pemolisian untuk mewujudkan dan memelihara lalu lintas
yang aman selamat tertib dan lancar karena lalu lintas merupakan urat nadi kehidupan,
refleksi budaya dan cermin modernitas.
Pola pemolisian tersebut fokus pada road safety atau terwujud dan terpeliharanya
lalu lintas yang aman selamat tertib dan lancar. Yang implementasinya secara aktual dan

8
Minhans, A. 2010. Formulation of Traffic Management Strategies in Cases of Disasters. SSRN Journal: 1-15
9
Chrysnanda. D.L, AGUSTUS 2014, E- Policing Awal Kematian "Sang Naga", https://www.beritabatavia.com
/detail/21835/e-policing-awal-kematian-sang-naga#.XhlClVUzbIU. Diakses 10 Januari 2020
virtual di era digital sekarang ini didukung dalam sistem on line yang disebut sebagai IT for
Road Safety. IT for road safety yang dibangun dan dioperasionalkan dalam road safety
policing program Lantas merupakan sistem back office, aplication dan net work untuk
mendukung program inisiatif anti korupsi, reformasi birokrasi dan mewujudkan pelayanan
yang prima yaitu pelayanan publik yang cepat tepat akurat transparan akuntabel informatif
dan mudah diakses.
Program IT for road safety secara keseluruhan di manage melalui smart
management, yang diawaki oleh cyber cops. Pada sistem smart management hasil kerjanya
dapat dilihat pada produk infografis atau dalam statistik yang dinamis on time dan real time.
Sistem operasional IT for road safety10 adalah sbb :
1. TMC ( traffic management centre) untuk mendukung road safety management
2. SSC ( safety and security centre) untuk mendukung safer road
3. ERI ( electronic registration and identification ) untuk mendukung safer vehicle.
4. SDC ( safety driving centre) untuk mendukung safer road users.
5. INTAN ( intellegence traffic analysis) untuk mendukung post crash care.
Ke 5 hal tersebut dalam penegakkan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas
dapat dibangun etle (electronic traffic law enforcement) dengan dukungan program TAR
( traffic attitude record) sebagai catatan perilaku berlalu lintas dan de merit point system pada
sistem perpanjangan sim. Untuk pemberdayaan media dan sistem intelegent transportation
system dibangun IRSMM ( intellegence road safety media mqnagement) maupun perlunya
perencanaan Disaster Traffic Management

Konsep Disaster Traffic Management


Salah satu pengembangan dari SSC ( safety and security centre) adalah
tersedianya Integrated Rescue System, di mana salah satu aspek penting dari Integrated
Rescue System adalah tersedianya Disaster Traffic Management System yang bertujuan untuk
mencapai kesiapan dan respon cepat terhadap ancaman atau kemunculan keadaan darurat.
Disaster Traffic Management terdiri-dari 9 (lima) strategi utama, yaitu:
1. Strategi untuk menghindari atau mengurangi pergerakan mobil yang tidak perlu.
2. Strategi untuk Meningkatkan tingkat kegunaan dari kendaraan dari suatu mode
transportasi.

10
Chrysnanda. D.L, September 2019, Road Safety Policing, Model Pemolisian pada Fungsi Lalu lintas,
https://www.beritabatavia.com/detail/36570/road-safety-policing-model-pemolisian-pada-fungsi-lalu-lintas#.
XhlCiVUzbIU. Diakses tanggal 10 Januari 2020
3. Strategi untuk mengganti moda transportasi yang bersifat individual ke moda transportasi
massal.
4. Strategi untuk memperbaiki distribusi ruang berdasarkan pada traffic volume.
5. Strategi untuk memperbaiki distribusi waktu berdasarkan pada traffic volume.
6. Strategi untuk meningkatkan kapasitas supply dari suatu mode transportasi.
7. Strategi untuk mengurangi traffic accident.
8. Strategi untuk meningkatkan integrasi antar berbagai mode transportasi.
9. Strategi untuk mengurangi gangguan pada arus lalu lintas.
Manajemen Lalu Lintas di dalam Keadaan bahwa di dalam keadaan terjadinya
bencana terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan yaitu sebagai berikut :
1. Ketersediaan Akses Transportasi, dan ini mencakup beberapa aspek yaitu sebagai
berikut.
a. Ketersediaan layanan transportasi yang adil untuk semua orang.
b. Meningkatkan opsi dan jumlah rute transportasi yang tersedia.
c. Meningkatkan opsi dan jumlah mode transportasi. d. Meningkatkan kapasitas dari
sistem transportasi.
2. Keamanan transportasi. Keamanan transportasi memiliki beberapa aspek yang harus
diperhatikan yaitu sebagai berikut.
a. Mengurangi response time.
b. Mengurangi jumlah kecelakaan.
c. Mengurangi tingkat keseriusan kecelakaan.
3. Memaksimalkan Jaringan Transportasi. Di dalam keadaan terjadinya bencana, dengan
kapasitas jaringan transportasi yang tersedia perlu untuk memperhatikan aspek sebagai
berikut.
a. Mengurangi total biaya transportasi
b. Memastikan efisiensi dari penggunaan jaringan transportasi yang tersedia.
4. Dampak Terhadap Lingkungan. Proses transportasi selama terjadinya bencana juga perlu
memperhatikan dampak terhadap lingkungan, yaitu sebagai berikut.
a. Meminimalisasi konsumsi energi di dalam proses transportasi.
b. Mengurangi polusi udara selama proses transportasi.
c. Mengurangi polusi suara selama proses transportasi.
Peran smart city yang didukung oleh piranti teknologi yang nantinya terintegrasi
dengan e-policing dalam penanggulangan disaster management dapat dilihat melalui
keterlibatan di dalam beberapa fase penangulangan bencana sebagai berikut.
1. Tahap Prevent/Pencegahan
a. Monitoring dengan menggunakan sensor yang dapat mendeteksi terjadinya
bencana.
b. Perlindungan terhadap infrastruktur yang penting melalui prediksi dan
pemeliharaan terhadap disaster management asset.
c. Memudahkan proses mitigasi bencana melalui sensor yang tersedia.
2. Tahap Preparation
a. Menggunakan teknologi sensor untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat
ketika terdeteksi mulai adanya bahaya bencana pada tahap prevent melalui
penyediaan sumber daya yang dibutuhkan ketika bencana tiba.
b. Mempersiapkan penyebaran sumber daya ketika terjadi bencana.
3. Tahap Respond
a. Memberikan warning yang cepat mengenai terjadinya bencana.
b. Integrasi terhadap Geographic Information System (GIS) yang memudahkan
pergerakan kendaraan di dalam proses evakuasi.
c. Manajemen penggunaan sarana dan jalur transportasi untuk meminimalisir
terjadinya kecelakaan.
4. Tahap Recover
a. Penggunaan Teknologi Sensor untuk identifikasi dan otentikasi penerima bantuan
bencana.
b. Memudahkan proses identifikasi kerusakan akibat bencana, pemberian donasi, dan
klaim asuransi.
c. Memudahkan koordinasi antar bagian yang terlibat di dalam penanggulangan
bencana.

C. Penutup
Jakarta sejak tahun 2014 telah mencanangkan program Jakarta Smart City.
Sebagai Ibukota negara Indonesia, dimana kondisi transportasi dan tata ruang kota yang
begitu kompleks ditambah lagi kebijakan kota yang belum fokus pada lingkungan
menyebabkan ibukota menjadi langganan banjir dan daerah rawan bencana lainnya yaitu
tsunami, gempa maupun angin ribut. Oleh sebab itu perlunya pengembangan smart city
berbasis safe city dengan salah satu komponennya adalah managent traffic disaster.
Polri sebagai salah satu pilar road safety dalam mendukung safe city terutama
dalam hal safer road dan pemangku pada saat keadaan emergency harus mengembangkan
sistem berbasis teknologi (e-Policing) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi maupun
kota dengan salah satu komponennya adalah Integrated Rescue System dan Disaster Traffic
Management System.

REFERENSI

Basuki Arie, 3 Januari 2020, 5 Kerugian Akibat Terjangan Banjir awal 2020 di Jakarta dan
Sekitarnya, https://www.merdeka.com/uang/5-kerugian-akibat-terjangan-banjir-awal-
2020-di-jakarta-dan-sekitarny.html. Diakses tanggal 10 Januari 2020

Chandra Eko Wahyudi Utomo dan Mochamad Hariadi, 2016, Strategi Pembangunan Smart
City dan Tantangannya bagi Masyarakat Kota, Jurnal Strategi dan Bisnis Vol.4, No. 2

Chrysnanda. D.L, Agustus 2014, E- Policing Awal Kematian "Sang Naga",


https://www.beritabatavia.com/detail/21835/e-policing-awal-kematian-sang-naga
#.XhlClVUzbIU. Diakses 10 Januari 2020

Chrysnanda. D.L, September 2019, Road Safety Policing, Model Pemolisian pada Fungsi
Lalu lintas, https://www.beritabatavia.com/detail/36570/road-safety-policing-model-
pemolisian-pada-fungsi-lalu-lintas#. XhlCiVUzbIU. Diakses tanggal 10 Januari 2020

Chrysnanda D.L, Januari 2020, Road Safety Policing Menuju Indonesia Emas 2045,
https:/www.suarakarya.id/ detail /105325/Road-Safety-Policing-Menuju-Indonesia-
Emas-2045, diakses tanggal 10 Januari 2020

Jakarta Smart City. 2015. Perjalanan Menjadi Sebuah Smart City.


interactive.smartcity.jakarta.go.id, diakses 10 Januari 2020

Lacinak, M., and J. Ristvej. 2017. Smart City, Safety, and Security. Procedia Engineering
192: 522-527

Marek, L., M. Campbell, and L. Bui. 2017. Shaking For Innovation: The (re) building of a
(smart) city in a Post Disaster Environtment. Cities 63: 41-50

Minhans, A. 2010. Formulation of Traffic Management Strategies in Cases of Disasters.


SSRN Journal: 1-15
Vitalij, F., A. Robnik and T. Alexey. 2012. Safe City-And Open and Reliable Solution For A
Safe and Smart City. Elektrotehniski Vestnik 79 (5): 262-267

Anda mungkin juga menyukai