BAB I
PENDAHULUAN
JUMLAH
NO SARANA & PRASARANA
TAHUN 2012 TAHUN 2013*)
1 Restoran 32 124
2 Rumah Makan 109 139
3 Cafe 19 48
4 Hotel berbintang 34 44
5 Hotel non-berbintang 51 62
6 Pasar Tradisional 67 50
Pasar Kota 9 16
Pasar Wilayah 21 11
Pasar Lingkungan 37 23
7 Pasar Modern 438 444
Mall/Plaza 5 5
Swalayan/Supermarket/Toserba 26 32
Mini Market 406 406
Pasar Grosir 1 1
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang Tahun 2013 *) data tahun 2012
unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Penyajian PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga
konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun
berjalan. Nilai PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah pergeseran
dan struktur perekonomian daerah. Sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan dapat mencerminkan perkembangan riil ekonomi secara
keseluruhan dari tahun ke tahun yang digambarkan melalui laju
pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang yang dicerminkan dari
angka-angka PDRB, masih memperlihatkan keadaan yang relatif baik.
Dari hasil penghitungan sementara yang dilakukan oleh BPS, terjadi
perubahan agregat PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012
sebesar Rp. 54.384.654.530.000,- menjadi Rp. 61.317.000.860.000,-
pada tahun 2013, sehingga terjadi penambahan sebesar Rp.
6.932.346.330.000,- atau mengalami kenaikan sebesar 12,75%.
Sedangkan apabila menurut harga konstan 2000, maka
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5,84%, atau mengalami
kenaikan sebesar dari Rp. 24.196.487.780.000,- pada tahun 2012
menjadi Rp. 25.608.529.150.000,- pada tahun 2013.
Secara lebih rinci, PDRB Kota Semarang berdasarkan perhitungan
yang dilakukan oleh Bappeda Kota Semarang dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Apabila dilihat pertumbuhan tiap sektor atas dasar harga konstan 2000
di Kota Semarang, lapangan usaha yang mencapai pertumbuhan paling
tinggi adalah sektor Perdagangan, Hotel & Restoran sejumlah 6,55, disusul
sektor bangunan sejumlah 6,37, sektor jasa-jasa 6,22. Sedangkan lapangan
usaha dengan pertumbuhan terendah adalah sektor pertanian sejumlah 0,56.
Pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun
menunjukkan peningkatan. Bila pada tahun 2000 adalah sebesar
9.180.071,90 rupiah, pada tahun 2013 telah mencapai 39.124.435,42 rupiah,
berarti telah terjadi peningkatan sebesar 4 kali lipat selama 13 tahun. Dan jika
dilihat berdasarkan harga konstan 2000, pertumbuhan pendapatan per kapita
dalam periode 2000 - 2013 juga mengalami peningkatan.
Dari kedua informasi tersebut dapat dikatakan bahwa pada tahun 2013
peningkatan pendapatan yang terjadi mampu mengangkat pendapatan per
kapita hampir 4 kali lipat dibanding pada kondisi tahun 2000. Pada tahun
2013, pendapatan per kapita penduduk Kota Semarang berdasarkan
perhitungan sementara adalah Rp. 39.124.435,42 untuk harga berlaku dan
Rp. 16.339.991,04 untuk harga konstan tahun 2000.
Selain dari PDRB, kondisi ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari laju
inflasi. Laju inflasi merupakan ukuran untuk menggambarkan
kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang
berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi memiliki
dampak positif dan dampak negatif, tergantung dari tingkat keparahan inflasi
tersebut. Apabila inflasi itu ringan justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan daerah dan mendorong masyarakat untuk bekerja, menabung
dan mengadakan investasi. Namun sebaliknya pada inflasi yang tinggi
masyarakat menjadi tidak bersemangat untuk bekerja, menabung atau
mengadakan investasi dan produksi yang disebabkan harga meningkat
dengan cepat.
Inflasi Kota Semarang pada tahun 2012 tercatat sebesar 4,85%.,
sedangkan pada tahun 2013 angka inflasi Kota Semarang sebesar 8,19%
atau sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 8,38%,
akan tetapi lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Tengah yang tercatat
7,98%. Faktor yang berkontribusi paling besar pada naiknya angka inflasi di
Kota Semarang adalah kenaikan harga pada bidang transportasi, komunikasi
dan jasa keuangan yang mencapai 12,94%, serta bahan makanan yang
mencapai 11,94%. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli dan Agustus yang
mencapai angka 3,5% dan 1,25%, bertepatan dengan datangnya bulan
Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1433 H. Selain itu, kenaikan
harga BBM bersubsidi serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
amerika dan mata uang lainnya, menjadi penyebab tingginya angka inflasi di
hampir seluruh daerah di Indonesia.