Metode Bismillah
Metode Bismillah
PENGADMINISTRASI POS
UMUM SELAMET
RIsma W
Keterangan :
: Kepala Ruang
: PP (Perawat Pelaksana)
6) Struktur Organisasi RSUP Dr. Kariadi Semarang
DIREKTUR
UTAMA
a) Kepala ruang
Perencanaan
primer.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
perawat primer.
masuk.
sakit.
Pengorganisasian
secara jelas.
asosiet.
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-
lain.
Pengarahan/ pelaksanaan
(1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada perawat
primer
(2) Memberikan reinforcement kepada perawat yang mengerjarkan
tugas dengan baik.
(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
(4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan aksep pasien.
(5) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
(6) Meningkatkan kolaborasi.
Pengawasan
(1) Melalui komunikasi (lisan maupun dokumentasi).
(2) Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Melalui supervisi/observasi.
(1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat
ini.
(2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir,
membaca, dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan dari
perawat primer.
Evaluasi
(1) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
(2) Audit keperawatan
b) Perawat Primer (PP)
Perawat primer (primary nursing) adalah metode penugasan
dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien dari mulai pasien masuk
sampai keluar rumah sakit (Gillies, 1989).
Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Perawat Primer (PP) :
(1) Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal masuk
ruangan sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini
dibina secara terus menerus pada saat melakukan
pengkajian/tindakan kepada klien/keluarga. Panduan orientasi
ini sebaiknya delaminating dan digantung di kamar klien
sehingga setiap saat klien/keluarga dapat membaca kembali.
(2) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi
pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore, malam, atau hari
libur
(3) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis
standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian
(4) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat (preconference)
(5) Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien,
setiap kali giliran jaga (shift). Pembagian klien didasarkan pada
jumlah klien, tingkat ketergantungan klien, dan tempat tidur
yang berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi
oleh dua orang PA, maka semua klien dibagi pada kedua PA
sebagai penanggung jawabnya. PP akan membimbing dan
membantu PA dalam memberikan asuahan keperawatan. Bila
PP hanya didampingi oleh satu orang PA pada satu tugas jaga
maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP adalah
sebanyak 20% dan klien tersebut termasuk klien dengan tingkat
ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung
jawab PA. Penetapan ini dimaksudkan agar PP memiliki waktu
untuk membimbing dan membantu PA dibawah tanggung
jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan
(6) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam
melakukan tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP
(7) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA, membantu
dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
(8) Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi
keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat
dilakukan oleh PA
(9) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
(10) Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung
jawabnya bersama dengan PA
(11) Mendampingi dokter visitee klien dibawah tanggung
jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA sesuai
timnya
(12) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari
(13) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2
hari untuk membahas kondisi keperawatan klieen (bergantung
pada kondisi klien)
(14) Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA
yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang
rawat/CCM
(15) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga,
membuat perencanaan pulang
(16) Bekerjasama dengan clinical care manajer (CCM) dalam
mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga
tercipta evidence based practice (EBP)
Sumber : RSUD Kabupaten Temanggung
c) Perawat Asosiate (PA)
Dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai perawat yang
profesional perawat pelaksana dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam berbagai bidang perawatan, perawat pelaksana
secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, keluarga, dan masyarakat. Peran
perawat sebagai perawat pelaksana disebut care giver yaitu perawat
menggunakan metode pemecahan dalam membantu pasien
mengtasi masalah kesehatan, menurut Potter & Perry (2005)
Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Perawat Asosiate :
(1) Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
(2) Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP
(3) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi
berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak berada
di tempat
(4) Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasaran
renpra
(5) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
danmendokumentasikannya pada format yang tersedia
(6) Mendampingi visite dokter bila PP tidak ditempat
(7) Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
(8) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf
(9) Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan
masalah yang perlu diselesaikan
(10) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic,
laboratorium, pengobatan dan tindakan
(11) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
klien/keluarga yang dilakukan PP
(12) Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya
(13) Membantu tim lain yang membutuhkan
(14) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya, dan berkoordinasi dengan PP
c) Orientasi Pasien Baru
Orientasi Pasien Baru merupakan kontrak antara perawat dan
klien/keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan
klien/keluarganya dalam memberikan asuhan keperawatan. Kontrak ini
diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien/keluarga
dapat terbina (trust).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat ruang 5B, alur
dalam orientasi pasien baru diruang Rajawali 5B adalah jika pasien mampu
berdiri dan berjalan di timbang berat badannya terlebih dahulu dan diantar ke
kamarnya, diorientasikan letak kamar mandi, letak kamar berada di lantai 5 dan
serta nomor kamar, tata cara pergantian penunggu, cara membunyikan bel
untuk memanggil perawat. Akan tetapi pada saat observasi perawat melakukan
penerimaan pasien baru perawat yang menerima pasien tidak melakukan
orientasi kepada pasien dan keluarga terkait letak kamar mandi, ruang solat,
cara membunyikan bel untuk memanggil perawat, tata cara pergantian
pengunjung. Semua informasi tersebut disampaikan secara lisan, belum ada
leaflet khusus tentang penerimaan pasien baru namun telah ada SOP dalam
penerimaan pasien baru. Terdapat leaflet tentang Hak dan Kewajiban pasien
diruangan 5B. Pada saat dilakukan observasi perawat memberikan leaflet
kepada pasien dan keluarga pasien hanya saja perawat tidak menjelaskan apa
isi leaflet tersebut. Sebelumnya perawat melakukan handover tentang kondisi
pasien dan rencana tindak lanjut yang harus dilakukan. Setelah dilakukan
penerimaan pasien, perawat selalu mendokumentasikan apa yang telah
dilakukan dan meminta tanda bukti tanda tangan keluarga atau pasien pada
form pemberian edukasi.
d) Sentralisasi Obat
Teknik pengelolaan obat kontrol penuh (sentralisasi) adalah
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien
diserahkan sepenuhnya pada perawat, Pengeluaran dan pembagian obat
sepenuhnya dilakukan oleh perawat (Hidayah, 2014). Perawat menuliskan
nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan dalam kartu kontrol dan
diketahui oleh keluarga / klien dalam buku masuk obat. Keluarga atau klien
selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan/ bilamana obat terse-but akan habis.
Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak
obat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, alur dalam order
obat diruang Rajawali 5B adalah dari ruangan membawa lembar resep obat
yang telah diresepkan oleh dokter ke depo farmasi di lantai 1 gedung rajawali.
Selanjutnya dari farmasi akan menginput data obat dan menyiapkan semua obat
yang telah di resepkan, setelah selesai pihak farmasi mengantarkan obat yang
telah di order. Setelah sampai diruangan pihak farmasi melakukan double check
dengan perawat yang bertugas untuk meminimalisir kesalahan pemberian terapi
obat. Setelah selesai obat di masukkan kedalam loker masing-masing pasien.
untuk obat yang sifatnya cito atau segera dapat ditunggu oleh perawat yang
mengantarkan resep. Sehingga dalam pengelolaan obat pada pasien rawat inap
keluarga tidak ikut andil dalam pengambilan obat tetapi dalam sisi pemberian
obat keluarga selalu dilibatkan. Di ruang rajawali 5B belum ada format
sentralisasi obat secara khusus dari pasien/ keluarga pasien karena proses
pengambilan obat diantar langsung oleh pihak farmasi, kecuali obat yang telah
di bawa oleh pasien maka langsung disimpan di loker. penerimaan obat dari
pasien/keluarga langsung di simpan kedalam loker khusus berdasarkan urutan
bed di ruang obat.
Berdasarkan hasil observasi pada setiap obat yang diberikan telah
terdapbat etiket secara jelas yang terdiri dari nama pasien, nomor CM, nama
obat, dosis obat, waktu dan tanggal pemberian. Untuk obat injeksi yang telah
dioplos perawat melakukan pemberian etiket ulang pada spuit dengan
menuliskan nama, nomor CM, nama obat, dosis obat dan waktu pemberian
obat. Pemberian obat high alert sudah optimal, di setiap status pasien terdapat
lembar obat harian yang terpantau proses pengambilan hingga proses
pemberian ke pasien. Namun ada sedikit kelalaian saat memberikan cairan infus
yang sama tetapi nama pasien tidak sesuai, dengan begitu dapat membuat
keluarga pasien maupun pasien menjadi resah. Pengantaran obat dari farmasi
terkadang lama sehingga banyak program terapi yang tertunda.
e) Timbang terima
Nursalam (2011), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain.
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang
akan terjadi dan antisipasinya.
Berdasarkan hasil wawancara Di ruang Rajawali 5B timbang terima
dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada setiap shift. Timbang terima dilakukan di
meja perawat. Hal-hal yang disampaikan adalah nama pasien, diagnosa medis,
program yang telah dilakukan, terapi yang teah diberikan hasil TTV dan
pemeriksaan penunjang, rencana program. Pada setiap tim terdapat buku
khusus untuk mencatat hasil timbang terima. Sehingga semua program dan
tindakan telah terangkum menjadi satu.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan tidak ada kendala
yang terjadi saat timbang terima sudah sesuai SOP hanya saja jumlah tenaga
yang membantu optimalisasi penerapan model yang digunakan kurang. Semua
yang di sampaikan jelas, semua perawat shift selanjutnya datang tepat waktu
dan mengikuti proses timbang terima , bentuk pendokumentasian dalam buku
operan belum menggunakan metode SBAR, hanya berisi nama pasien, nomor
CM, diagnosa medis, nama DPJP, dan rencana tindak lanjut saja. Setelah
melakukan timbang terima masing-masing tim melakukan operan lebih rinci.
Namun terkadang tidak semua tim melakukan timbang terima di depan pasien
pada pergantian shift siang ke shift malam. Pre conference jarang dilaksanakan
di ruang Rajawali 5B, namun jika masing-masing tim hanya satu orang pre
conference tidak dilaksanakan. Untuk saat ini terdapat mahasiswa praktik
manajemen yang menggunakan metode tim role play, dengan perawat sebagai
role modelnya.
f) Discharge planning
Discharge planning dilakukan perawat atas kolaborasi dari berbagai
disiplin ilmu mulai dari gizi, rehabilitasi medis, dokter yang berhubungan
dengan kondisi terakhir pasien. Discharge planning juga dibahas bersama oleh
setiap tim yang mengelola pasien tersebut. Pada perencanaan pulang perawat
akan memberikan pendidikan kesehatan secara lisan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami pasien bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa, menjelaskan
mengenai tanda dan gejala penyakit, pencegahan yang dilakukan saat di rumah,
prosedur minum obat, hal-hal yang dilakukan selama masa penyembuhan
sesuai dengan kondisi pasien dan bagaimana melakukan perawatan di rumah,
memberitahu jika ada anjuran untuk kontrol kembali ke RS serta informasi
mengenai administrasi sebelum pasien pulang. Form discharge planning diisi
saat pasien masuk dan disesuaikan dengan kondisinya. Di ruang 5B tidak
tersedia leaflet/ brosur tentang discharge planning , kalaupun ada berdasarkan
hasil wawancara dengan perawat ruangan terkadang pasien yang pulang tidak
diberi leaflet/brosur.
g) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat
mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam
merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada
pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien. Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara yang dilakukan maka didapatkan di ruang Rajawali 5B tidak
melakukan ronde keperawatan karena berkaitan dengan privasi pasien tetapi
tiap bulannya melakukan siang klinik, penerapan materi yang telah didapatkan
saat mengikuti seminar.
h) Supervisi keperawatan
Supervisi dilakukan oleh karu biasanya dalam bentuk langsung dan
tidak langsung. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri,
atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat ini sedangkan pengawasan tidak langsung
yaitu mengecek daftar hadir, membaca, dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan dari perawat primer. Untuk jadwal
supervisi di ruang Rajawali 5B dilakukan oleh karu tiap minggunya, untuk
refleksi diskusi kasus dilakukan pada minggu ketiga atau minggu keempat. Dari
hasil supervisi dapat digunakan sebagai penilaian perawat dan sebagai koreksi
tentang kekurangan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Di ruang
rajawali 5B belum memiliki format terstruktur dalam pelaksanaan supervisi
namun yang menjadi dasar dalam melakukan supervisi adalah SOP yang telah
ada.
i) Staffing
Cara menyusun jam kerja adalah dalam 1 shift staf bekerja tidak lebih dari
7 jam. Cara penyusunannya menggunakan formula jumlah jam kerja 7
jam dikalikan jumlah hari kerja disetiap bulan. Sehingga akan ditemukan
jumlah jam kerja pegawai diruangan 5B dengan menggunakan +/- 3 jam.
2) Berapa jumlah jam kerja per minggu dan hari kerja per
bulan pada satu orang staf?
f) Directing
1) Bagaimana gaya kepemimpinan Kepala Ruanganan di ruangan Rajawali
5B?
Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Kepala Ruang Rajawali 5B
adalah Gaya Demokratis. Atau lebih dikenal pula dengan kepemimpinan
konsultif atau konsensus. Kepala ruang yang menggunakan pendekatan
kepempinan ini melibatkan para staf/anggota tim dalam pengambilan
keputusan. Keterlibatan anggota tim dalam keputusan ini melalui
masukan dan rekomendasi dari anggota tim.
b. Sentralisasi obat
Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Pendokumentasian keluar masuknya obat 0,2 2 0,4
sudah optimal
2. Pembagian obat High Alert sudah optimal 0,2 3 0,6
3. Obat dikelola penuh oleh perawat 0,2 3 0,6 S-W
4. Adanya loker penyimpanan obat setiap 0,2 3 0,6 (2,8-2,0) = 0,8
pasien
5. Adanya lembar pendokumentasian obat 0,2 3 0,6
yang diterima disetiap status pasien
Total 1 2,8
Weakness
1. Dalam proses pengantaran obat dari depo 1 2 2,0
farmasi terkadang lama, sehingga banyak
terapi obat yang tertunda
Total 1 2,0
c. Supervisi
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Supervisi telah dilaksanakan secara 0,3 4 1,2
rutin
2. Kepala ruangan mendukung dan 0,2 4 0,8 S-W
(3,5-4) = -0.5
melaksanakan supervisi
3. Terdapat jadwal khusus supervisi 0,5 3 1.5
setiap minggunya
Total 1 3,5
Weakness
1. Tidak ada format khusus yang
digunakan dalam supervisi melainkan 2 2 4
hanya berdasarkan SOP
Total 0
EKTERNAL FAKTOR (EFAS) Bobot Rating BxR
Opportunity
1. Perbaikan dari hasil supervisi bisa 0,4 3 1,2
dijadikan pedoman pembelajaran bagi
praktik keperawatan
2. Adanya teguran dari kepala ruangan 0,3 2 0,6
bagi perawat yang tidak melaksanakan O-T
tugas dengan baik (2,7-2,0) = 0,7
3. Hasil supervisi bisa digunakan untuk 0,3 3 0,9
Daftar Penilaian Prestasi Pegawai
Total 1 2,7
Treathened
1. Adanya pengaduan ketidaknyamanan 1 2 2
pasien dalam pelayanan secara
personal
Total 2,0
d. Timbang terima
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
0,2 2 0,4
1. Ada klarifikasi, tanya jawab, dan validasi
terhadap semua yang ditimbang terimakan
2. Semua perawat tahu hal-hal yang perlu 0,2 3 0,6
dipersiapkan dalam timbang terima
3. Timbang terima merupakan kegiatan rutin 0,3 3 0,9 S-W
yang telah dilaksanakan (3,1-4) = -0.9
4. Adanya buku khusus untuk pelaporan 0,3 4 1,2
timbang terima
Total 1 3,1
Weakness
1. Terkadang di shift siang ke malam 2 2 4
tidak semua tim melakukan timbang
terima yang langsung ke pasien
Total 1 4
e. Discharge Planning
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Perawat menggunakan bahasa yang 0,3 3 0,9
mudah dipahami saat melakukan
discharge planning
2. Adanya surat kontrol berobat 0,3 3 0,9
3. Perawat memberikan pendidikan 0,4 4 1,6
kesehatan (KIE) kepada pasien atau
keluarga ketika akan pulang S-W
(3,4-6) = - 2.6
Total 1 3,4
Weakness 2 3 3
1. Pemberian pendidikan kesehatan
dilakukan secara lisan pada setiap
pasien/keluarga dan tidak diberikan
leaflet
Total 1 6
f. Ronde Keperawatan
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Ada SOP tentang ronde keperawatan 0,4 3 1,2 S-W
2. Perawat menggunakan bahasa yang 0,3 2 0,6 (2,4-2) = 0,4
dapat dipahami
Total 1 2,4
Weakness 1 2 2
1. Ronde keperawatan tidak dilakukan.
Total 1 2
E. Prioritas Masalah
Metode CARL (Capability, Accesibility, Readness, Leverage) dengan
menggunakan skore nilai 1-5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :
C : Capability, artinya kemampuan melaksanakan alternatif
A : Acceesabiity, artinya kemudahan dalam melaksanakan alternatif
R : Readiness, artinya kesiapan dalam melaksanakan alternative
L : Leverage, artinya daya ungkit alternative tersebut dalam menyelesaikan
masalah
Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas
adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.
Rentang nilai 1-5 dengan kriteria sebagai berikut :
Nilai 1 : sangat kurang sesuai,
Nilai 2 : kurang sesuai,
Nilai 3 : cukup sesuai,
Nilai 4 : sesuai,
Nilai 5 : sangat sesuai,
Tabel 2.33Prioritas Masalah di Ruang Rajawali 5B
No.
Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ
Masalah