Anda di halaman 1dari 32

Metode (M3)

a. Visi misi dan motto


Di ruang rajawali 5B mengikuti visi misi dan motto RSUP dr.
Kariadi sehingga tidak ada visi, misi dan motto khusus di ruangan.
Ruang Rajawali 5B berusaha untuk mengimplementasikan visi misi dan
motto yang telah di tetapkan oleh rumah sakit. RSUP Dr. Kariadi
Semarang mempunyai Visi, Misi, Nilai, Filosofi, Motto sebagai
berikut :
1) Visi
”Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional Yang
Unggul”.
2) Misi
a) Menyediakan pelayanan kesehatan dan rujukan yang paripurna,
bermutu tinggi, menjamin keselamatan pasien dan menjangkau
seluruh masyarakat.
b) Menyediakan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas sesuai
kebutuhan pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tetap berorientasi pada
keselamatan pasien.
c) Melaksanakan dan memfasilitasi penelitian yang berkualitas
sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu
pengetahuan serta teknologi yang menjamin keselamatan pasien.
3) Motto
“Sahabat Menuju Sehat”
b. Penerapan MAKP
a) Kajian Teori
Model Asuhan Keperawatan Profe-sional adalah sebagai suatu
sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &
Woods, 1996 dalam Hidayah 2014). Metode yang diterapkan di
ruang Rajawali 5B ada metode modular. Metode moduler adalah
gabungan dari metode keperawatan primer, perawat profesional dan
perawat non profesional yang bekerja sama memberikan asuhan
keperawatan. Dalam metode ini terdapat 2-3 orang perawat yang
bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien. dalam
memberikan asuhan keperawatan, dari 4-5 perawat bertanggung
jawab atas 8-12 pasien.
Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan dengan kepala
ruang, Ruang Rajawali menggunakan model praktik Moduler, semua
perawat mengerti dengan metode keperawatan yang digunakan dan
sesuai dengan kemampuan masing-masing perawat. Terdapat tiga
tim yaitu Tim A, Tim B dan Tim C yang dibuat sesuai tugas sehari-
hari.
b) Kajian Data dan Analisa
1) Model asuhan keperawatan yang diterapkan di Ruang Rajawali 5B
adalah dengan sistem modular, dimana dalam menerapkan model tim,
4-5 tenaga keperawatan bisa bekerjasama dalam tim, serta diberi
tanggung jawab penuh untuk mengelola maksimal 12 pasien pertim.
2) Dalam daftar dinas di Ruang Rajawali 5B pada setiap tim pembagian
tenaga keperawatan antara shift pagi siang dan malam berbeda. Pada
saat tim pagi terdiri dari 2-3 orang pertim. Dimana terdiri dari Katim,
PP, dan PA berdasarkan jadwal shift yang di tetapkan. Pada shift siang
dan malam masing-masing tim terdiri dari 1-2 orang pertim dan salah
satu dari anggota tim tersebut menjadi Penanggunga jawab (PJ) shift.
3) Pembagian pasien untuk :
Tim A bertanggung jawab untuk blok 1 dan 2. Tim B bertanggung
jawab untuk blok 3 dan 4. Sedangkan untuk Tim C bertanggung jawab
untuk blok 5 dan 6. Tersedia buku laporan pj shift yang berbentuk
gambaran sekilas mengenai alat-alat yang tersedia, data pasien yang
akan pulang, dan lain-lain.
4) Pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 3 shift, yaitu shift pagi dari
jam 07.00 WIB – 14.00 WIB, shift sore dari jam 14.00 WIB -21.00
WIB dan shift malam dari jam 21.00 WIB – 07.00 WIB.
5) Struktur organisasi Rajawali 5B

Eli Subekti S.Kep, Ns

TIM A TIM B TIM C

Farida, AMK Ari S,S.Kep, Ns Insyani R, AMK

Nila Dewi, S.Kep, Ns Rusono, S.Kep, Ns Tri Yulianti, S.Kep, Ns

Ika Septiyana, S.Kep, Aldies Tiara, AMK Triana Achyat, AMK


Ns
Angga Desandy, AMK Mega Ariyanti, AMK Rini I, S.Kep, Ns
Hendri Fajri, S.Kep, Ns Xania Dwi, AMK
Tri M. Adhi, S.Kep, Ns
S.Kep, Ns Laily M, AMK
I.K Ningtyas, AMK Ginanjar Bondan, AMK
Desy Indah, AMK
Muhimmatun N, AMK

BLOK 1, BLOK 2 BLOK 3, BLOK 4 BLOK 5, BLOK 6

PENGADMINISTRASI POS
UMUM SELAMET
RIsma W

Keterangan :

: Kepala Ruang

: PPJA (perawat penanggung jawab asuhan)

: PP (Perawat Pelaksana)
6) Struktur Organisasi RSUP Dr. Kariadi Semarang

DIREKTUR
UTAMA

DIREKTUR MEDIK &


KEPERAWATAN

BIDANG PELAYANAN SEKSI/YANKEP SEKSI/YANKEP SEKSI/YANKEP


KEPERAWATAN RAWAT JALAN RAWAT INAP RAWAT KHUSUS

Peran kepala ruang, perawat primer dan perawat pelaksana

dalam SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional)

menurut mugianti 2014 :

a) Kepala ruang

Kepala ruang adalah Seorang perawat profesional yang diberi

wewenang dan tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan

perawatan di satu ruang rawat. Tugas pokok kepala ruangan yaitu

mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di

ruang rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.

Perencanaan

(1) Menunjuk perawat primer dan tugas masing-masing.

(2) Mengikuti serah terima pasien di sif sebelumnya.

(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien dibantu perawat

primer.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan

aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh

perawat primer.

(5) Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan.

(6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,

tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan

mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan

dilakukan terhadap pasien.

(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.

(8) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.

(9) Membimbing penerapan proses keperawatan.

(10) Menilai asuhan keperawatan.

(11) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.

(12) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru

masuk.

(13) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.

(14) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

(15) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah

sakit.

Pengorganisasian

(1) Merumuskan metode penugasan/MPKP yang digunakan.

(2) Merumuskan tujuan metode penugasan.


(3) Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat asosiet

secara jelas.

(4) Membuat rencana kendali kepala ruangan membawahi dua

perawat primer dan perawat primer membawahi dua perawat

asosiet.

(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat

proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-

lain.

(6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.

(7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.

(8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat

kepada perawat primer.

(9) Mengetahui kondisi pasien, menilai tingkat kebutuhan pasien.

(10) Mengembangkan kemampuan anggota.

(11) Menyelenggarakan konferensi.

Pengarahan/ pelaksanaan
(1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada perawat
primer
(2) Memberikan reinforcement kepada perawat yang mengerjarkan
tugas dengan baik.
(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
(4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan aksep pasien.
(5) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
(6) Meningkatkan kolaborasi.
Pengawasan
(1) Melalui komunikasi (lisan maupun dokumentasi).
(2) Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Melalui supervisi/observasi.
(1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat
ini.
(2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir,
membaca, dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan dari
perawat primer.
Evaluasi
(1) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
(2) Audit keperawatan
b) Perawat Primer (PP)
Perawat primer (primary nursing) adalah metode penugasan
dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien dari mulai pasien masuk
sampai keluar rumah sakit (Gillies, 1989).
Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Perawat Primer (PP) :
(1) Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal masuk
ruangan sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini
dibina secara terus menerus pada saat melakukan
pengkajian/tindakan kepada klien/keluarga. Panduan orientasi
ini sebaiknya delaminating dan digantung di kamar klien
sehingga setiap saat klien/keluarga dapat membaca kembali.
(2) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi
pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore, malam, atau hari
libur
(3) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis
standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian
(4) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat (preconference)
(5) Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien,
setiap kali giliran jaga (shift). Pembagian klien didasarkan pada
jumlah klien, tingkat ketergantungan klien, dan tempat tidur
yang berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi
oleh dua orang PA, maka semua klien dibagi pada kedua PA
sebagai penanggung jawabnya. PP akan membimbing dan
membantu PA dalam memberikan asuahan keperawatan. Bila
PP hanya didampingi oleh satu orang PA pada satu tugas jaga
maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP adalah
sebanyak 20% dan klien tersebut termasuk klien dengan tingkat
ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung
jawab PA. Penetapan ini dimaksudkan agar PP memiliki waktu
untuk membimbing dan membantu PA dibawah tanggung
jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan
(6) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam
melakukan tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP
(7) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA, membantu
dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
(8) Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi
keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat
dilakukan oleh PA
(9) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
(10) Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung
jawabnya bersama dengan PA
(11) Mendampingi dokter visitee klien dibawah tanggung
jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA sesuai
timnya
(12) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari
(13) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2
hari untuk membahas kondisi keperawatan klieen (bergantung
pada kondisi klien)
(14) Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA
yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang
rawat/CCM
(15) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga,
membuat perencanaan pulang
(16) Bekerjasama dengan clinical care manajer (CCM) dalam
mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga
tercipta evidence based practice (EBP)
Sumber : RSUD Kabupaten Temanggung
c) Perawat Asosiate (PA)
Dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai perawat yang
profesional perawat pelaksana dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam berbagai bidang perawatan, perawat pelaksana
secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, keluarga, dan masyarakat. Peran
perawat sebagai perawat pelaksana disebut care giver yaitu perawat
menggunakan metode pemecahan dalam membantu pasien
mengtasi masalah kesehatan, menurut Potter & Perry (2005)
Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Perawat Asosiate :
(1) Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
(2) Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP
(3) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi
berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak berada
di tempat
(4) Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasaran
renpra
(5) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
danmendokumentasikannya pada format yang tersedia
(6) Mendampingi visite dokter bila PP tidak ditempat
(7) Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
(8) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf
(9) Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan
masalah yang perlu diselesaikan
(10) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic,
laboratorium, pengobatan dan tindakan
(11) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
klien/keluarga yang dilakukan PP
(12) Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya
(13) Membantu tim lain yang membutuhkan
(14) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya, dan berkoordinasi dengan PP
c) Orientasi Pasien Baru
Orientasi Pasien Baru merupakan kontrak antara perawat dan
klien/keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan
klien/keluarganya dalam memberikan asuhan keperawatan. Kontrak ini
diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien/keluarga
dapat terbina (trust).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat ruang 5B, alur
dalam orientasi pasien baru diruang Rajawali 5B adalah jika pasien mampu
berdiri dan berjalan di timbang berat badannya terlebih dahulu dan diantar ke
kamarnya, diorientasikan letak kamar mandi, letak kamar berada di lantai 5 dan
serta nomor kamar, tata cara pergantian penunggu, cara membunyikan bel
untuk memanggil perawat. Akan tetapi pada saat observasi perawat melakukan
penerimaan pasien baru perawat yang menerima pasien tidak melakukan
orientasi kepada pasien dan keluarga terkait letak kamar mandi, ruang solat,
cara membunyikan bel untuk memanggil perawat, tata cara pergantian
pengunjung. Semua informasi tersebut disampaikan secara lisan, belum ada
leaflet khusus tentang penerimaan pasien baru namun telah ada SOP dalam
penerimaan pasien baru. Terdapat leaflet tentang Hak dan Kewajiban pasien
diruangan 5B. Pada saat dilakukan observasi perawat memberikan leaflet
kepada pasien dan keluarga pasien hanya saja perawat tidak menjelaskan apa
isi leaflet tersebut. Sebelumnya perawat melakukan handover tentang kondisi
pasien dan rencana tindak lanjut yang harus dilakukan. Setelah dilakukan
penerimaan pasien, perawat selalu mendokumentasikan apa yang telah
dilakukan dan meminta tanda bukti tanda tangan keluarga atau pasien pada
form pemberian edukasi.

d) Sentralisasi Obat
Teknik pengelolaan obat kontrol penuh (sentralisasi) adalah
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien
diserahkan sepenuhnya pada perawat, Pengeluaran dan pembagian obat
sepenuhnya dilakukan oleh perawat (Hidayah, 2014). Perawat menuliskan
nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan dalam kartu kontrol dan
diketahui oleh keluarga / klien dalam buku masuk obat. Keluarga atau klien
selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan/ bilamana obat terse-but akan habis.
Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak
obat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, alur dalam order
obat diruang Rajawali 5B adalah dari ruangan membawa lembar resep obat
yang telah diresepkan oleh dokter ke depo farmasi di lantai 1 gedung rajawali.
Selanjutnya dari farmasi akan menginput data obat dan menyiapkan semua obat
yang telah di resepkan, setelah selesai pihak farmasi mengantarkan obat yang
telah di order. Setelah sampai diruangan pihak farmasi melakukan double check
dengan perawat yang bertugas untuk meminimalisir kesalahan pemberian terapi
obat. Setelah selesai obat di masukkan kedalam loker masing-masing pasien.
untuk obat yang sifatnya cito atau segera dapat ditunggu oleh perawat yang
mengantarkan resep. Sehingga dalam pengelolaan obat pada pasien rawat inap
keluarga tidak ikut andil dalam pengambilan obat tetapi dalam sisi pemberian
obat keluarga selalu dilibatkan. Di ruang rajawali 5B belum ada format
sentralisasi obat secara khusus dari pasien/ keluarga pasien karena proses
pengambilan obat diantar langsung oleh pihak farmasi, kecuali obat yang telah
di bawa oleh pasien maka langsung disimpan di loker. penerimaan obat dari
pasien/keluarga langsung di simpan kedalam loker khusus berdasarkan urutan
bed di ruang obat.
Berdasarkan hasil observasi pada setiap obat yang diberikan telah
terdapbat etiket secara jelas yang terdiri dari nama pasien, nomor CM, nama
obat, dosis obat, waktu dan tanggal pemberian. Untuk obat injeksi yang telah
dioplos perawat melakukan pemberian etiket ulang pada spuit dengan
menuliskan nama, nomor CM, nama obat, dosis obat dan waktu pemberian
obat. Pemberian obat high alert sudah optimal, di setiap status pasien terdapat
lembar obat harian yang terpantau proses pengambilan hingga proses
pemberian ke pasien. Namun ada sedikit kelalaian saat memberikan cairan infus
yang sama tetapi nama pasien tidak sesuai, dengan begitu dapat membuat
keluarga pasien maupun pasien menjadi resah. Pengantaran obat dari farmasi
terkadang lama sehingga banyak program terapi yang tertunda.
e) Timbang terima
Nursalam (2011), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain.
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang
akan terjadi dan antisipasinya.
Berdasarkan hasil wawancara Di ruang Rajawali 5B timbang terima
dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada setiap shift. Timbang terima dilakukan di
meja perawat. Hal-hal yang disampaikan adalah nama pasien, diagnosa medis,
program yang telah dilakukan, terapi yang teah diberikan hasil TTV dan
pemeriksaan penunjang, rencana program. Pada setiap tim terdapat buku
khusus untuk mencatat hasil timbang terima. Sehingga semua program dan
tindakan telah terangkum menjadi satu.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan tidak ada kendala
yang terjadi saat timbang terima sudah sesuai SOP hanya saja jumlah tenaga
yang membantu optimalisasi penerapan model yang digunakan kurang. Semua
yang di sampaikan jelas, semua perawat shift selanjutnya datang tepat waktu
dan mengikuti proses timbang terima , bentuk pendokumentasian dalam buku
operan belum menggunakan metode SBAR, hanya berisi nama pasien, nomor
CM, diagnosa medis, nama DPJP, dan rencana tindak lanjut saja. Setelah
melakukan timbang terima masing-masing tim melakukan operan lebih rinci.
Namun terkadang tidak semua tim melakukan timbang terima di depan pasien
pada pergantian shift siang ke shift malam. Pre conference jarang dilaksanakan
di ruang Rajawali 5B, namun jika masing-masing tim hanya satu orang pre
conference tidak dilaksanakan. Untuk saat ini terdapat mahasiswa praktik
manajemen yang menggunakan metode tim role play, dengan perawat sebagai
role modelnya.
f) Discharge planning
Discharge planning dilakukan perawat atas kolaborasi dari berbagai
disiplin ilmu mulai dari gizi, rehabilitasi medis, dokter yang berhubungan
dengan kondisi terakhir pasien. Discharge planning juga dibahas bersama oleh
setiap tim yang mengelola pasien tersebut. Pada perencanaan pulang perawat
akan memberikan pendidikan kesehatan secara lisan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami pasien bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa, menjelaskan
mengenai tanda dan gejala penyakit, pencegahan yang dilakukan saat di rumah,
prosedur minum obat, hal-hal yang dilakukan selama masa penyembuhan
sesuai dengan kondisi pasien dan bagaimana melakukan perawatan di rumah,
memberitahu jika ada anjuran untuk kontrol kembali ke RS serta informasi
mengenai administrasi sebelum pasien pulang. Form discharge planning diisi
saat pasien masuk dan disesuaikan dengan kondisinya. Di ruang 5B tidak
tersedia leaflet/ brosur tentang discharge planning , kalaupun ada berdasarkan
hasil wawancara dengan perawat ruangan terkadang pasien yang pulang tidak
diberi leaflet/brosur.
g) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat
mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam
merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada
pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien. Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara yang dilakukan maka didapatkan di ruang Rajawali 5B tidak
melakukan ronde keperawatan karena berkaitan dengan privasi pasien tetapi
tiap bulannya melakukan siang klinik, penerapan materi yang telah didapatkan
saat mengikuti seminar.
h) Supervisi keperawatan
Supervisi dilakukan oleh karu biasanya dalam bentuk langsung dan
tidak langsung. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri,
atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat ini sedangkan pengawasan tidak langsung
yaitu mengecek daftar hadir, membaca, dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan dari perawat primer. Untuk jadwal
supervisi di ruang Rajawali 5B dilakukan oleh karu tiap minggunya, untuk
refleksi diskusi kasus dilakukan pada minggu ketiga atau minggu keempat. Dari
hasil supervisi dapat digunakan sebagai penilaian perawat dan sebagai koreksi
tentang kekurangan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Di ruang
rajawali 5B belum memiliki format terstruktur dalam pelaksanaan supervisi
namun yang menjadi dasar dalam melakukan supervisi adalah SOP yang telah
ada.
i) Staffing

1) Bagaimana cara menyusun jam dinas pegawai di Rajawali 5B?

Cara menyusun jam kerja adalah dalam 1 shift staf bekerja tidak lebih dari
7 jam. Cara penyusunannya menggunakan formula jumlah jam kerja 7
jam dikalikan jumlah hari kerja disetiap bulan. Sehingga akan ditemukan
jumlah jam kerja pegawai diruangan 5B dengan menggunakan +/- 3 jam.

2) Berapa jumlah jam kerja per minggu dan hari kerja per
bulan pada satu orang staf?

Jumlah jam kerja perbulan pada taf rata-rata 175-178 jam


perbulan
3) Bagaimana pengaturan jadwal untuk staf yang izin/cuti, hari
libur dan tugas belajar?
Pengaturan jadwal untuk staf yang ijin/cuti, hari libur dan
tugas belajar kembali lagi ke perhitungan jam kerja pegawai
disetiap bulan. Setiap pegawai harus memenuhi jam kerja
disetiap bulan dengan +/- 3 jam. Dan juga dalam pengaturan
perizinan cuti akan ditinjau kembali untuk beban kerja
disetaip asuhan keperawatan di dalam sgift jaga.
4) Berapa lama batasan jam kerja dalam setiap shift di ruangan
Rajawali 5B?
Batasan jam kerja dalam setiap shift adalah tidak lebih dari 7 jam.

5) Apakah ada penanggung jawab dalam setiap shift?


Terdapat penanggung jawab dalam setiap shift yang di
delegasikan langsung oleh kepala ruang

f) Directing
1) Bagaimana gaya kepemimpinan Kepala Ruanganan di ruangan Rajawali
5B?
Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Kepala Ruang Rajawali 5B
adalah Gaya Demokratis. Atau lebih dikenal pula dengan kepemimpinan
konsultif atau konsensus. Kepala ruang yang menggunakan pendekatan
kepempinan ini melibatkan para staf/anggota tim dalam pengambilan
keputusan. Keterlibatan anggota tim dalam keputusan ini melalui
masukan dan rekomendasi dari anggota tim.

2) Apakah gaya kepemimpinan tersebut telah dijalankan?


Gaya kepemimpinan demokratis telah dijalankan.
g) Controlling
1) Bagaimana fungsi pengendalian mutu (GKM) di ruangan Rajawali 5B,
apakah berjalan atau tidak?
Fungsi pengendalian mutu tidak lagi menggunakan GKM, RSUP Dr.
Kariadi melalui komite mutu memilik standar indikator mutu tersendiri
sesuai standar JCI yang setiap tahunnya terus diperbarui sesuai
perkembangan terkini untuk meningkatkan mutu pelayanan
h) Dokumentasi keperawatan
Proses pendokumentasian catatan perkembangan keperawatan sudah
menggunakan system ERM yang mana semua terdokumentasi secara lengkap
pada ERM. Akan tetapi untuk inform consent atau lembar persetujuan masih
dalam bentuk ceklist yang mana akan dimasukkan kedalam map RM pasien.
Semua perawat telah mengerti cara pengisian dokumentasi
keperawatan. Di ruang rajawali 5B terdapat admin penunjang dalam membantu
pelaksanaan dokumentasi keperawatan. Dalam pelaksanaan pendokumentasian
beresiko terjadinya malpraktik yaitu antara dokumentasi yang ada tidak sesuai
dengan apa yang dilaksanakan.

A. Hasil Analisa SWOT Unsur Instrumental

3. Analisa SWOT Methode


2.30 Analisa Swot Metode
1. M3 (Method)
a. MAKP
Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Ruangan memiliki visi, misi, dan motto 0,3 4 1,2
sebagai acuan melaksanakan kegiatan
pelayanan.
2. Model asuhan keperawatan yang 0,2 4 0,8
digunakan di ruang Rajawali 5B adalah
metode modular
3. Kepala ruang, kepala tim dan perawat 0,2 4 0,8
pelaksana mengetahui peran dan fungsi S-W=
masing-masing dalam menjalankan 3,9-0=
metode modular 3,9
4. Terlaksananya Asuhan Keperawatan 0,2 4 0,8
secara kontuinitas
5. Timbang terima sudah dilakukan dengan 0,1 3 0,3
baik sesuai SOP
Total 1 3,9

Weaknesss Bobot Rating BxR


-
Total 0
Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Bobot Rating BxR
Opportunity
1. Kepercayaan dari pasien dan masyarakat 0,6 3 0,9 O-T=
cukup baik 3,7-3,0=
2. Adanya mahasiswa praktik manajemen 0,4 4 1,6 0,3
yang menggunakan metode tim role play
Total 1 3,7

Threat (T) Bobot Rating BxR


1. Metode modular yang diterapkan di 0,5 3 1,5
ruangan lain memudahkan proses
penanganan pasien
2. Persaingan dengan institusi kesehatan lain 0,5 3 1,5
semakin meningkat
Total 1 3,0

b. Sentralisasi obat
Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Pendokumentasian keluar masuknya obat 0,2 2 0,4
sudah optimal
2. Pembagian obat High Alert sudah optimal 0,2 3 0,6
3. Obat dikelola penuh oleh perawat 0,2 3 0,6 S-W
4. Adanya loker penyimpanan obat setiap 0,2 3 0,6 (2,8-2,0) = 0,8
pasien
5. Adanya lembar pendokumentasian obat 0,2 3 0,6
yang diterima disetiap status pasien
Total 1 2,8
Weakness
1. Dalam proses pengantaran obat dari depo 1 2 2,0
farmasi terkadang lama, sehingga banyak
terapi obat yang tertunda
Total 1 2,0

Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Bobot Rating BxR


Opportunity 1 3 3
1. Perawat memberi etiket kepemilikan
tentang penyimpanan obat
Total 1 3,0 O-T=
Treathened 3,0-3= 0
1 3 3
1. Adanya pemberian cairan infus yang
sama tetapi tidak sesuai dengan nama
pasien
Total 1 3

c. Supervisi
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Supervisi telah dilaksanakan secara 0,3 4 1,2
rutin
2. Kepala ruangan mendukung dan 0,2 4 0,8 S-W
(3,5-4) = -0.5
melaksanakan supervisi
3. Terdapat jadwal khusus supervisi 0,5 3 1.5
setiap minggunya
Total 1 3,5
Weakness
1. Tidak ada format khusus yang
digunakan dalam supervisi melainkan 2 2 4
hanya berdasarkan SOP
Total 0
EKTERNAL FAKTOR (EFAS) Bobot Rating BxR
Opportunity
1. Perbaikan dari hasil supervisi bisa 0,4 3 1,2
dijadikan pedoman pembelajaran bagi
praktik keperawatan
2. Adanya teguran dari kepala ruangan 0,3 2 0,6
bagi perawat yang tidak melaksanakan O-T
tugas dengan baik (2,7-2,0) = 0,7
3. Hasil supervisi bisa digunakan untuk 0,3 3 0,9
Daftar Penilaian Prestasi Pegawai
Total 1 2,7
Treathened
1. Adanya pengaduan ketidaknyamanan 1 2 2
pasien dalam pelayanan secara
personal
Total 2,0

d. Timbang terima
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
0,2 2 0,4
1. Ada klarifikasi, tanya jawab, dan validasi
terhadap semua yang ditimbang terimakan
2. Semua perawat tahu hal-hal yang perlu 0,2 3 0,6
dipersiapkan dalam timbang terima
3. Timbang terima merupakan kegiatan rutin 0,3 3 0,9 S-W
yang telah dilaksanakan (3,1-4) = -0.9
4. Adanya buku khusus untuk pelaporan 0,3 4 1,2
timbang terima
Total 1 3,1
Weakness
1. Terkadang di shift siang ke malam 2 2 4
tidak semua tim melakukan timbang
terima yang langsung ke pasien
Total 1 4

EKTERNAL FAKTOR (EFAS) Bobot Rating BxR


Opportunity
1. Pelaksanaan timbang terima diikuti 0,6 3 1,8
semua perawat (dinas pagi maupun
dinas malam)
O-T
2. Sarana dan prasarana penunjang 0,4 3 1,2
(3-2,4) = 0,6
tersedia dengan baik
Total 1 3
Treathened
1. Penurunan kualitas dan kuantitas 0,6 2 1,2
pelayanan perawat
2. Adanya penurunan tanggung jawab 0,4 3 1,2
perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan
Total 1 2,4

e. Discharge Planning
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Perawat menggunakan bahasa yang 0,3 3 0,9
mudah dipahami saat melakukan
discharge planning
2. Adanya surat kontrol berobat 0,3 3 0,9
3. Perawat memberikan pendidikan 0,4 4 1,6
kesehatan (KIE) kepada pasien atau
keluarga ketika akan pulang S-W
(3,4-6) = - 2.6
Total 1 3,4
Weakness 2 3 3
1. Pemberian pendidikan kesehatan
dilakukan secara lisan pada setiap
pasien/keluarga dan tidak diberikan
leaflet
Total 1 6

EKTERNAL FAKTOR (EFAS) Bobot Rating BxR


Opportunity
1. Pendokumentasian dalam dischrge 0,6 3 1,8
planning sangat baik
2. Adanya komunikasi yang efektif 0,4 3 1,2
O-T
antara pasien dan perawat
(3,0-2,5) = 0,5
Total 1 3,0
Treathened
1. Makin tinggi risiko kekambuhan 0,5 3 1,5
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat 0,5 2 1,0
tentang tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan
Total 1 2,5

f. Ronde Keperawatan
INTERNAL FAKTOR (IFAS) Bobot Rating BxR
Strength
1. Ada SOP tentang ronde keperawatan 0,4 3 1,2 S-W
2. Perawat menggunakan bahasa yang 0,3 2 0,6 (2,4-2) = 0,4
dapat dipahami
Total 1 2,4
Weakness 1 2 2
1. Ronde keperawatan tidak dilakukan.
Total 1 2

EKTERNAL FAKTOR (EFAS) Bobot Rating BxR


Opportunity
1. Adanya kesempatan dari kepala 0,5 4 2
ruangan untuk mengadakan ronde
keperawatan pada mahasiswa praktik O-T
dan juga perawat yang ada diruangan (4-3,8) = 0,2
2. Ronde keperawatan dihadiri oleh 0,5 4 2
semua tenaga ahli
Total 1 4
Treathened
1. Semakin tingginya permintaan 0,6 3 1,8
pelayanan kesehatan akibat adanya
peningkatan lama perawatan pasien
2. Meningkatnya persaingan pelayanan 0,4 5 2,0
kesehatan dengan RS lain mengenai
ketepatan perawatan
Total 1 3,8

g. Dokumentasi Keperawatan Bobot Rating BxR


INTERNAL FAKTOR (IFAS)
Strength
1. Format asuhan keperawatan sudah ada 0,5 4 2,0
2. Tersedianya sarana dan prasarana 0,2 4 0,8
dokumentasi untuk tenaga kesehatan
(sarana administrassi penunjang )
S-W
3. Perawat mengerti cara pengisian 0,3 3 0,9 (3,7-6) = -2,3
format dokumentasi yang ada
Total 1 3,7
Weakness
1. Sentuhan perawat ke pasien minim 2 3 6
karena waktu tersita untuk pengisian
E-RM
Total 1 6,0
EKTERNAL FAKTOR (EFAS)
Opportunity
1. Peluang perawat untuk mendapatkan 0,4 4 1,6
pelatihan yang diadakan oleh
mahasiswa praktik untuk
O-T
meningkatkan pengetahuan perawat
(4,0-2,0) = 2
mengenai asuhan keperawatan
2. Sistem MAKP modular dipraktikkan 0,6 4 2,4
oleh mahasiswa praktik manajemen
keperawatan
Total 1 4,0
Treathened
1. Risiko adanya kelalaian/malpraktik 1 2 2,0
Total 1 2,0
D. Identifikasi Masalah
1. Belum adanya format khusus yang terstruktur dalam supervisi namun hanya
berdasar SOP
2. Tidak semua tim melakukan timbang terima di depan pasien terutama saat
shift siang ke shift malam
3. Penyampaian Discharge Planning hanya melalui lisan, belum ada leaflet
khusus untuk discharge planning
4. Sentuhan perawat ke pasien berkurang karena waktu tersita untuk
mengerjakan E-RM

E. Prioritas Masalah
Metode CARL (Capability, Accesibility, Readness, Leverage) dengan
menggunakan skore nilai 1-5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :
C : Capability, artinya kemampuan melaksanakan alternatif
A : Acceesabiity, artinya kemudahan dalam melaksanakan alternatif
R : Readiness, artinya kesiapan dalam melaksanakan alternative
L : Leverage, artinya daya ungkit alternative tersebut dalam menyelesaikan
masalah
Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas
adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.
Rentang nilai 1-5 dengan kriteria sebagai berikut :
Nilai 1 : sangat kurang sesuai,
Nilai 2 : kurang sesuai,
Nilai 3 : cukup sesuai,
Nilai 4 : sesuai,
Nilai 5 : sangat sesuai,
Tabel 2.33Prioritas Masalah di Ruang Rajawali 5B

NO MASALAH C A R L NILAI RANK


1. Penyampaian Discharge Planning hanya 4 4 4 3 192 1
melalui lisan, belum ada leaflet khusus
untuk discharge planning
2. Belum adanya format khusus yang 4 4 3 3 144 2
terstruktur dalam supervise namun
hanya berdasar SOP

3. Sentuhan perawat ke pasien berkurang 3 4 3 3 108 3


karena waktu tersita untuk mengerjakan
4. E-RM semua tim melakukan timbang
Tidak 3 4 3 3 108 4
terima di depan pasien terutama saat
shift siang ke shift malam

Berdasarkan urutan prioritas masalah, didapatkan hasil :


1. Penyampaian Discharge Planning hanya melalui lisan, belum ada leaflet
khusus untuk discharge planning
2. Belum adanya format khusus yang terstruktur dalam supervisi namun hanya
berdasar SOP
3. Sentuhan perawat ke pasien berkurang karena waktu tersita untuk
mengerjakan E-RM
4. Tidak semua tim melakukan timbang terima di depan pasien terutama saat
shift siang ke shift malam
Planning Of Action / POA
Tabel 2.31 Tabel Planning Of Action

No.
Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ
Masalah

1 Penyampaian Discharge 1. Untuk Perawat Roleplay Leaflet - 2 Maret 2020 – Hanifah


Planning hanya melalui mengidentifika dan Discharge 8 Maret 2020 Hasna
lisan, belum ada leaflet si kebutuhan Pasien Planning
khusus untuk discharge spesifik pasien
planning untuk dapat
mempertahank
an atau
mencapai
pemulihan
secara
maksimal
setelah pulang
2. Untuk
kontinuitas
intervensi
setelah pulang
untuk
mencegah
kekambuhan
2 Belum adanya format Untuk Perawat Diskusi Materi - 2 Maret 2020 – Annisa
khusus yang terstruktur terstandarisasi 8 Maret 2020 Novi
dalam supervisi namun nya format Naimah
hanya berdasar SOP guna
menunjang
perbaikan
mutu
managemen
keperawatan
3 Sentuhan perawat ke Untuk Perawat Roleplay Materi Ruangan 2 Maret 2020 – Rizka
pasien berkurang karena
mempertahank dan 8 Maret 2020 Legowo
waktu tersita untuk
mengerjakan E-RM an sikap caring Diskusi
melalui
sentuhan yang
merupakan
perwujudan
dari perhatian
dan dukungan
dari perawat
kepada pasien
dalam
intervensi
psikologis
pada pasien
4 Tidak semua tim Untuk Perawat Diskusi Leaflet Ruangan 2 Maret 2020 – Vera
melakukan timbang terima mengkomunik Pasien 8 Maret 2020 Ulya
di depan pasien terutama asikan kondisi Dwi
saat shift siang ke shift pasien secara
malam umum,
menyampaika
n kontinuitas
intervensi
yang telah
diberikan dan
rencana
intervensi
selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Adikoesoemo, S, 2012. Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


Afrida. (2019). Manajemen rumah sakit. Jakarta: UI
Asmuji, 2012, Manajemen Keperawatan Konsep & Aplikasi, Ar- Ruzz Media,
Jogjakarta
Aspuah, Siti. 2013. Kumpulan Kuisioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Depkes RI. 2015. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Gilles, D. A. (2008). Nursing management: a system approach 2th. Philadelpia: W.
B Saunders Company
Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta Selatan. Salemba Medika
Kuntoro. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai