Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Pengertian analisis rasio keuangan atau yang dikenal dengan istilah financial ratio ialah
sebagai alat analisis untuk membandingkan angka-angka yang terdapat pada laporan
keuangan dan juga untuk melihat atau mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta
menilai kinerja manajemen perusahaan tersebut dalam satu periode tertentu.

Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Berikut ini kami akan menyampaikan uraian jenis-jenis rasio keuangan menurtu Rahardjo
(2007: 104), menurut beliau rasio keuangan suatu perusahaan digolongkan menjadi lima
kelompok yaitu:

[Lengkap] Contoh Soal Rekonsiliasi Bank

1. Liquidity ratios atau rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
2. Laverage / solvency ratios adalah rasio yang menggabarkan kesangupan atau
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, baik kewajiban jangka
pendek maupun jangka panjang.
3. Activity ratios atau rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektifitas
dalam penggunaan aktivitas atau kekayaan asset
4. Probability ratios atau rasio profitabilitas dan rasio profitabilitas merupakan rasio
yang menunjukkan tingkat perolehan keuntungan dibandingkan penjual atau aktiva
5. Investment ratios atau rasio investasi merupakan rasio yang menunjukan rasio
investasi dalam surat berharga seperti saham dan oblogasi.

Rumus-Rumus Rasio Keuangan


1. Rasio Liquiditas

Seperti yang sdudah dijelas kan di atas bahwa rasio liquiditas merupakan rasio yang
menunjukan kemampuan atau kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang)
jangka pendek. Perusahaan yang sanggup membayar kewajibanya atau hutang jangka pendek
maka perusahaan tersebut di sebut likuid, sedangkan perusahaan yang tidak sanggup
membayar hutang jangka pendeknya maka disebut perusahaan ilikuid.

[LENGKAP] Pengertian Suku Bunga, Jenis dan Contoh Suku Bunga

Kebanyakan perusahaan dalam menggunakan rasio likuiditas untuk mengukur tingkat


likuiditas nya menggunakan diantara lain sebagai berikut:

 Current ratio

Rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini memberikan
informasi mengenai kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Yang termasuk
dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dagang, efek, persedian dan aktiva-aktiva lainnya.
Sedangkan yang termasuk dalam hutang lancar meliputi, hutang dagang, hutang wesel,
hutang bank, hutang gaji dan hutang lainya yang menuntut untuk segera dibayarkan (sutrisno,
2001;247).

Berikut ini adalah rumus current ratio:

Beberapa Contoh Gaya Kepemimpinan Dalam Suatu Perusahaan

Menurut (Harahap, 2002:301) jika semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang
lancar, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka
pendeknya. Dianalogikan apabila rasio lancar 1:1 atau 100% itu artinya bahwa aktiva lancar
dapat menutupi semua hutang lancar. Jadi sebuah perusahaan dikatan sehat apabila rasionya
berada dia atas angka 1 atau di atas 100%. Sebagai catatan aktiva lancar harus jauh di atas
jumlah hutang lancar.

 Quick ratio

Quick ratio atau yang sering disebut juga dengan acid ratio, adalah perimbangan antara
jumlah aktiva lancar yang dikurangi dengan persedaian, dengan jumlah hutang lancar. Disini
persediaan tidak dimasukkan kedalam perhitungan quick ratio, karena persediaan merupakan
salah satu komponen dari aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya.

Contoh Surat Keterangan Kerja Yang Baik dan Benar

Dalam hal ini quick ratio lebih berfokus pada komponen-komponen aktiva lancar yang lebih
likuid seperti kas, surat-surat berharga, piutang yang dihubungkan dengan hutang lancar atau
hutang jangka pendek (Martono, 2003 hal 56). Dibawah ini adalah rumus dari Quickratio:

jika terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara quick ratio dengan current ratio, dimana
posisi current ratio meningkat sedangkan pada quick rationya menurun, hal ini menandakan
bahwa terjadi sebuah investasi yang besar pada persediaan.

Pengertian Kebutuhan Primer, Sekunder, Tersier Beserta Dengan Cotohnya

Rasio ini akan menunjukan kemampuan ativa lancar yang paling likuid sanggup menutupi
hutang lancar. Dimana semakin besar Quick rasio maka semakin baik, sedangkan untuk
angka rasio ini tidaklah harus mencapai angka 100% atau 1:1, artinya walaupun rasio nya
tidak mencapai angka 100% dan hanya mendekati 100% maka perusahaan juga sudah
dikatakan sehat (Harahap, 2002 hal 302).
 Cash Ratio

Rasio ini berguna untuk membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa dengan
segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Dalam hal ini kas yang dimaksud adalah uang
perusahaan yang disimpan dikantor dan yang ada di bank dalam bentuk rekening koran.

Cara Menghitung SHU, Pembagian SHU dan Contoh Soalnya

Sedangakan harta setara dengan kas atau near cash adalah merupakan harta lancar yang
dengan mudah dan cepat untuk dapat diuangakan kembali, hal ini dapat dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian Negara yagn menjadi domisili dari perusahaan yang bersangkutan.

Berikur ini adalah rumusnya:

Rasio ini akan menunjukan porsi jumlah kas ditambah dengan setara kas kemudian
dibandingkan dengan totoal aktiva lancar. Diamana kondisi semakin besar rasionya semakin
baik pula, rasio ini sama dengan Quick ratio, dimana angkanya tidak harus mencapai 100%
(Harahap, 2002 hal 302).

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang memiliki kemampuan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilukuidasi. Perusahaan yang
memiliki kekayaan atau aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut
sebagi perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut dengan perusahaan yang
insolvable.

Pengertian Manajemen Kas, Tujuan dan Contohnya

Berkaitan dengan perhitunga rasio solvabilitas yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:

 Rasio totoal hutang terhadapa totoal aktiva (Total Debt to Total Assets Ratio)

Debet ratio atau yang biasanya disebut denan rasio hutang ini digunakan untuk mengukur
presentase besarnya danan yang berasal dari hutang. Dimana hutang yang dimaksud adalah
semua hutang yang dimiliki perusahaan baik yang berjangaka pendek maupun berjangka
panjang. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk mengukur besarnya hutang pasa
suatu perusahaan.

Debet Ratio = (Total Uang : Total Aktiva) x 100%

Rasio ini akan menggambarkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Dimana
kondisi semakin kecil rasionya makan semakin aman (solvable). Sebagai catatan porsi hutang
terhadap aktiva harus lebih kecil atau berada dibawahnya.
 Debt to equity ratio atau rasio hutang dengan modal sendiri

Maksud dari rasio hutang dengan modal sendiri ini adalah keseimbangan antara hutang yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri, atau semakin tinggi rasio ini menandakan bahwa
modal sendiri lebih kecil dibandingkan dengan hutangnya.

Jika anda memiliki perusahaan kami sarankan sebaiknya besaran hutang tidaklah melebihi
modal sendiri. Hal ini dimaksudkan agar beban tetapnya tidak terlalu tingi, jadi dapat kita
simpulkan bahwa semakin kecil rasio ini semakin baik. Maksudnya adalah semakin kecil
hutang terhadap modal, maka semakin aman.

Debt to equity ratio = (Total Utang : Modal) x 100%

3. Rasio Rentabilitas

Rasio pofitabiliti merupakan rasio yang berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan keuntungan atau laba. Rasio yang satu ini cukup mendapatkan perhatian
yang khusus karena rasio ini berkaitan erat dengan kelangsuhan hidup suatu perusahaan, dan
berikut ini adalah beberapa rasio yang tersmasuk dalam rasio rentabilitas:

1. Profit Margin

Rasio ini akan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
pada tingkat penjualan tertentu. Anda dapat melihat rasio ini pada analisis common size pada
laporan rugi laba dibaris terahir.

Profit Margin = (Laba Bersih : Penjualan) x 100%

Rasio ini akan menunjukan seberapa besar persentase pendatapat bersih yang didapatkan
perusahaan dari setiap penjualan. Dimana semakin besar rasio ini dalam suatu perusahaan
akan berdampak baik, karena perusahaan dianggap memiliki kemampuan dalam
mendapatkan laba bersih yang cukup tinggi.

[LENGKAP] Pengertian, Contoh, Serta Ciri-ciri Dari Pasar Monopolistik

2. Gross Profit Margin

Rasio ini berkemampuan untuk mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat
dicapai setiap penjualan.

Gross profit margin itu sendiri adalah sebuah perbandingan yang dilakukan antara laba kotor
yang dihasilkan perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai perusahaan dalam satu
periode yang sama.

Dimana semakin besar rasionya maka akan semakin baik pula kondisi keuangan perusahaan
tersebut.

Gross Profit Margin = ( Laba Kotor : Penjualan Bersih) x 100%


Rasio ini akan menunjukan kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba yang
akan menutupi semua biaya-biaya atau biaya oprasional lainya.

Diketahuinya atas rasio ini, perusahaan dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya oprasional
dan biaya tetap perusahaan, sehingga perusahaan akan menikmati laba. Semakin besar rasio
ini maka semakin baik bagi perusahaan. (Harahap 2002:306)

3. Net Profit Margin

Menurut Prastowo dan Juliati 2003:91 margin laba bersih atau Net Profit Margin, berguna
untuk mengukur rupiah laba bersih yang diperoleh dari setiap satu rupian penjualan dan
kemudian untuk mengukur efisein, biaya produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan,
penentuan harga, maupun pengelolaan pajak.

[LENGKAP] Pengertian Pasar Uang, Fungsi, dan Instrumen Pasar Uang

Semakin tinggi rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi
pada tingkat penjualan tertentu.

Namun apabila rasionya rendah, hal ini akna menunjukkan penjualan yang terlalu rendah
untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk penjualan tertentu, maupun
dua kombinasi dari kedua hal tersebut.

Rasio ini dapat kita hitung dengan rumus sebagai berikut:

Net Profit Margin = ( Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan Bersih) x 100%

Fungsi utama dari rasio ini adalah untuk mengukur jumlah setiap laba bersh yang dihasilkan
dari setiap satu rupiah penjualan. Dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi rasionya makan
artinya semakin baik. Mengapa demikikan, ini karena perusahaan menunjukan kemampuan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

4. ROI (Return On Investment)

Dalam bukunya Sutrisno pada 2001: 255 menjelaskan ROI merupakan kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan keuntungan yang akan diberdaya gunakan untuk investasi
yang dikelurkan.

Penggunaan laba pada rasio ini adalah laba besih setelah pajak atau EAT.

Berikut ini adalah rumus dari ROI:

ROI = ( EAT : Investasi) x 100%

Semakin tinggi rasio ini semakin baik, rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih setelah
pajak yang dihasilkan dari setiap rupiah investasi yang dikeluarkan.

5.ROA (Return On Asset)


Sutrisno 2001:254 menjelaskan bahwa ROA disebut juga sebagai rantabilitas ekonomi,
dimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan.

Dalam hal ini laba yang diperoleh merupakan laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT.

Berikut ini adalah rumus menghitung rasio ROA:

ROA = ( EBT : Total Aktiva) x 100%

Perusahaan ini dikatakan baik apabila rasio dari ROA ini semakin besar, fungsi dari rasio ini
adalah untuk mengukur tingkat keuntungan EBIT pada akativa yang digunakan.

Rasio Aktivitas
Kinerka rasio aktivitas ini akan melihat pada beberapa asset yang dimiliki oleh perusahaan,
lalu kemudian rasio ini menentukan berapa tingkat aktivitas-aktivitas asset tersebut pada
tingkat tertentu.

Apabila terjadi aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu hal ini mengakibatkan
semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut.

Ada baiknya dana kelebihan itu dikelola atau di tanamkan pada aktiva lain yang lebih
produktif.

Berikut ini beberapa rasio yang digunakan untuk pengalokasian dana kelebihan tersebut:

1. Perputaran Piutang

Rasio ini digunakan untuk mengukur secara rata-rata piutang yang telah terkumpul dalam
satu tahun. Rasio ini juga berguna untuk mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan
dalam mengumpulkan piutang dan kebijakan kredit yang dikeluarkannya.

Rasio perputaran piutang ini erat kaitanya dengan hubungan analisis terhadap modal kerja,
karena rasio ini akan menunjukan seberapa cepat piutan perusahaan berputar lalu kemudaian
menjadi kas.

Jangka waktu pelunasan dapat diketahui dari angka jumlah hari piutang, yang mana hal ini
mengambarkan lamanya suatu piutang bisa ditagih.

Dalam hal ini Prastowo dan Juliaty, 2003:82 menjelaskan bahawa, lamanya jangka waktu
pelunasan mengambarkan resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.

Rasio Perputaran Piutang dapat kita hitung dengan rumus:

Perputaran Piutan = Penjualan Bersih : Rata-rata Piutang Dagan


Sedangkan menurut Sutrisno, 2001:252 menjelaskan bahwa rasio ini berfungsi mengukur
efektifitas pengelolaan piutang, dimana semakin tinggi tingkat perputaranya semakin efektif
pengelolaanya.

2. Perputaran Persediaan

Tak jauh beda dengan perputaran piutang, rasio yang kedua ini juga menggambarkan akan
liquiditas dari perusahaan, yakni dengan cara menggukur efisiensi sebuah perusahaan dalam
mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki perusahaan.

Menurut Hanafi dan Halim, 2000:80, adanya perputaran persediaan yang tinggi menandakan
semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun, hal ini menandakan adanya
efektifitas manajemen persediaan. Namun sebaliknya, apabila perputaran persediaan yang
ada pada perusahaan rendah, maka hal ini menunjukan kurang adanya keefektifan dalam
pengelolaan persediaan pada perusahaan tersebut.

Dan berikut ini adalah rumus perhitunganya:

Perputaran Persedian = Harga Pokok Penjualan : Rata-rata Persedian

Menurut Sutrisno, 2001:251, rasio ini berfungsi mengukur efektivitas pengelolaan


persediaan, dimana semakin tinggi tingkat perputaranya semakin efektif pengelolaan
persediaanya.

3. Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ketiga ini akan mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimilikinya.

Rasio ini juga memperhatikan sejauah mana efektifitas perusahaan dalam menggunakan
aktiva tetapnya.

Semakin tinggi rasio ini menandakan semakin efektifnya proporsi aktiva tersebut.

Dalam beberapa industri, rasio ini cukup penting mendapatkan perhatian apabila industri
tersebut memiliki proporsi aktiva tetap yang tinggi.

[LENGKAP PENGERTIAN] Ciri dan Karakteristik Perusahaan Dagang

Sedangkan pada industri lainya yang bergerak dibidang jasa yang memiliki proporsi aktiva
yang relatif kecil, rasio ini tidak begitu penting untuk diperhatikan.

Berikut ini adalah rumus dari rasio perputaran aktiva tetap:

Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan : Total Aktiva

Sutrisno 2001:253 dalam bukunya menjelaskan bahwa, rasio ini mengukur efektifitas
penggunaan aktiva tetap dalam memperoleh penghasilan. Dimana semakin tinggi tingkat
perputaranya semakin efektif penggunaan aktiva tetap yang dilakukan perusahan tersebut.
4. Perputaran Total Aktiva

Rasio ke empat atau yang terakhir dalam komponen rasio aktiva ini adalah rasio perputaran
total aktiva. Dalam bukunya Hanafi dan Halim 2000:81 menjelaskan bahwa rasio ini sama
seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, diaman rasio ini akan menghitung efektifitas
penggunaan total aktiva.

Rasio yang tinggi dalam perputaran total aktiva ini biasanya menunjukan manajemen yang
baik, sebaliknya rasio yang rendah menyebabkan manajemen harus melakukan
evaluasi megnenai strategi pemasaranya dan juga pengeluran investasi atau modalnya.

Berikut ini adalah rumus dari rasio perputaran total aktiva:

Perputaran Total Aktiva = Penjualan : Total Aktiva

Mengenai hal ini Sutrisno dalam bukunya menjelasakan bawa rasio ini merupakan ukuran
efektifitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjulan, diamana semakin tinggi tingkat
perputaranya semakin efektif pula perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya.

Demikian penjelasan kami mengenai “Pengertian analisis rasio Keuangan, dan macam-
macam rasio keuangan”, semoga bermanfaat dan membantu anda. tak lupa kami ucapkan
terimakasih atas kunjunganya di akuntansionline.com.

Anda mungkin juga menyukai