Pengertian shalat secara Lahiriah ini mengandung arti, Segala ucapan atau perkataan yang diawali
dengan bacaan takbir dan diakhiri dengan kalimat salam. Bacaan-bacaan tersebut tentunya masih
mengikuti syarat-syarat yang telah ditentukan di dalam Islam. Sementara pengertian shalat secara hakiki
ini adalah, Menghadapkan seluruh jiwa dan raga kita pada Allah SWT yang telah menciptakan bumi
seiisinya, dan dalam keadaan tersebut, kita sebagai makhluk Allah membuat seolah-olah kita berhadapan
langsung dengan Allah yang disertai rasa takut dan merasa kecil diri, Karena pada-Nya lah tempat
dimana kita meminta dan memohon.
Shalat Fardhu
Shalat Fardhu ini hanya diwajibkan bagi mereka (orang-orang) yang berakal sehat, baligh. Tentunya
dalam kaitannya dengan hal ini, orang etrsebut adalah beragama Islam. Shalat fardu ini awalnya mulai
diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad beserta kaumnya (Orang-orang Islam) pada malam Isra',
dan ketika itu berada pada satu tahun sebelum dibuatnya tahun Hijriah. Shalat fardhu yang diwajibkan
oleh Allah untuk hambanya terdiri atas lima waktu. Yakni Subuh, duhur, asar, maghrib dan Isya'.
Shalat Sunnah
Shalat Sunnah adalah ibadah tambahan untuk menambah serangkaian amal yang kita lakukan sehari-
hari. Selaras dengan namanya yaitu "Sunnah", Shalat shalat jenis ini tidak wajib untuk dilakukan. Dan bila
seseorang meninggalkan amalan shalat yang satu ini, maka tidak akan dikenai sanksi apa-apa. Ibadah
Sunnah ini dibagi menjadi dua, yaitu shalat sunnah muakad dan shalat sunnah ghoiru muakad.
Shalat sunnah muakad adalah shalat sunnah yang hukum mengerjakannya hampir mendekati wajib, atau
dengan kata lain adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Contoh shalat sunnah
yang merupakan bagian dari Sunnah muakad ini adalah dua shalat sunnah yang di lakukan pada hari
raya idul fitri dan shalat pada hari raya idul adha dan shalat sunnah witir (ibadah shalat sunnah yang
jumlah rakaatnya ganjil, biasanya dilakukan setelah melakukan shalat tahajud, shalat witir ini dilakukan
untuk menutup ibadah dalam ibadah-ibadah yang dilakukan selama satu hari penuh).
Sedangkan untuk ibadah shalat sunnah yang ghoiru muakad adalah shalat sunnah yang didalamnya
tidak memiliki tekanan yang begitu sangat. Namun bagi mereka yang mengerjakannya tetap
mendapatkan pahala. Dan untuk yang meninggalkannya tidak dikenai sanksi apa-apa. Beberapa contoh
dari ibadah shalat sunnah ghoiru muakad adalah shalat sunnah dluha, shalat sunnah rawatib, shalat
sunnah tahajud dan lain-lain.
Pengertian dan Macam-Macam
Zakat
Oleh : Kholik, M.Pd ( 12 Oktober 2018)
Masih dalam suasana Ramadhan, kali ini tim Cermati akan membahas seputar zakat dan macam-
macam zakat. Karena sebagai umat islam hendaknya tidak meremehkan zakat karena zakat
termasuk ke dalam rukun Islam yang ke-tiga. Apakah arti zakat? Apa saja macam-macam zakat?
Siapa saja yang berhak menerima zakat? Mari langsung saja simak pembahasan berikut.
Pengertian Zakat
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh pemeluk agama Islam untuk diberikan
kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya, sesuai dengan
yang ditetapkan oleh syariah.
Zakat termasuk ke dalam rukun Islam dan menjadi salah satu unsur yang paling penting dalam
menegakkan syariat Islam. Oleh karena itu hukum zakat adalah wajib bagi setiap muslim yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti sholat, puasa,
dan lainnya dan telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-quran dan Sunah.
Macam-Macam Zakat
Zakat tediri dari dua macam. Yang pertama adalah zakat fitrah. Zakat fitrah adalah zakat yang
wajib dilakukan bagi para muslim menjelang hari raya Idul Fitri atau pada bulan Ramadhan.
Zakat fitrah dapat dibayar yaitu setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok dari
daerah yang bersangkutan. Makanan pokok di Indonesia adalah nasi, maka yang dapat dijadikan
sebagai zakat adalah berupa beras.
Yang kedua adalah zakat maal. Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil
pertanian, hasil pertambangan, hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan
perak. Masing-masing jenis penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.
Dalam Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat No. 38 tahun 1998, pengertian zakat maal
adalah bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki orang
muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Undang-
undang tersebut juga menjelaskan tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan pokok yang
dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap muslim bagi dirinya dan bagi orang yang
ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok untuk sehari pada hari raya idul fitri.
Siapa saja yang berhak menerima zakat? Yang berhak mendapatkan zakat menurut kaidah Islam
dibagi menjadi delapan golongan. Golongan-golongan tersebut adalah:
Fakir: Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya.
Miskin: Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa mencukupi kebutuhan
dasar untuk hidupnya.
Amil: Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
Mu'allaf: Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan memerlukan bantuan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
Hamba Sahaya: Orang yang ingin memerdekakan dirinya.
Gharimin: Orang yang berhutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan catatan bahwa
kebutuhan tersebut adalah halal, akan tetapi tidak sanggup untuk membayar hutangnya.
Fisabilillah: Orang yang berjuang di jalan Allah.
Ibnus Sabil: Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya.
Pengertian Puasa Wajib
Oleh : Kholik, M.Pd ( 09 November 2018)
Pengertian puasa wajib perlu kita pahami supaya kita mengetahui makna dari
masing-masing puasa. Secara bahasa puasa berarti menahan diri dari segala
sesuatu seperti makan, minum, hawa nafsu, dan segala perbuatan yang tidak
bermanfaat. Sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri dari
segala sesuatu yang membatalkannya mulai dari terbitnya fajar sampai
dengan terbenamnya matahari disertai niat dan persyaratan tertentu.
1. Beragama Islam
2. Sudah mencapai usia balig
3. Suci dari haid dan nifas bagi wanita
4. Dilaksanakan dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa
Selain syarat wajib puasa, masih ada juga rukun puasa yang harus dipenuhi
atau dikerjakan sebelum melaksanakan puasa. Jika rukun ini tidak dipenuhi
maka puasanya tidak sah. Yang termasuk rukun puasa ada dua, yaitu
2. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya
fajar sampai dengan terbenamnya matahari. Adapun hal-hal yang dapat
membatalkan puasa adalah sebagai berikut
Makan dan minum dengan sengaja
Berhubungan badan di siang hari
Keluar mani (sperma) dengan sengaja
Keluarnya darah haid ataupun nifas
Muntah dengan sengaja
Mabuk atau hilang akal di siang hari
HAJI, adalah rukun (tiang agama) islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa,
menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin sedunia yang
mampu ( material, fisik, dan keilmuan ) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di
beberapa tempat di arab saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji ( ulan Dzulhijah ). Hal
ini berbeda dengan ibadah umrah yang biasa dilaksanakn sewaktu – waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 dzulhijjah ketika umat islam bermalam di mina, wukuf
(berdiam diri) dipadang arafah pada tanggal 9 dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar jumrah
(melempar batu simbolisasi setan ) pada tanggal 10 dzulhijjah, masyarakat indonesia biasa menyebut
juga hari raya idul adha sebagai hari raya haji kerena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.
– Ifrad
Berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad, bila seseorang bermaksud menyendirikan, baik
menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah, dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji.
Artinya, ketika mengenakan pakaian uhram di Miqat nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibdah haji
dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk
melaksanakan umrah.
– Qiran
Mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah
menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran
dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak Miqat Makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib
haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama, menurut abu hanifah, melaksanakan
haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa’i.
RUKUN HAJI
1. Ihram.
2. Wukuf di Arafah
3. Thawaf Ifadah
4. Sa’i
5. Mencukur Rambut di Kepala (tahallul)
6. Tertib
SYARAT HAJI
1. Islam
2. Aqil
3. Dewasa
4. Berakal
5. Waras
6. Orang Merdeka ( Bukan Budak )
7. Mampu, Baik dalam hal biaya, kesehatan, keamanan, dan nafkah bagi keluarga yang ditinggal
berhaji
KEWAJIBAN – KEWAJIBAN HAJI
1. Melakukan Ihram dari Miqat
2. BeMulrdiam di padang arafah hingga terbenam matahari
3. Bermalam di muzdalifah
4. Melempar jumrah
5. Mencukur rambut (tahallul)
6. Bermalam dimina
7. Thawaf wada
Hal yang Wajib dalam Berwudhu
Oleh : Aliya Sukemi, S.Ag ( 28 September 2018)
Fardhu wudhu ada enam, yaitu niat, membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap
sebahagian kepala, membasuh dua kaki sampai mata kaki, dan tertib.
Adapun dasar dari disyari’atkannya wudhu’ dan rukun-rukunnya ialah firman Allah Ta’ala:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.
(Q.S. al-Maidah: 6).
1. Niat.
Karena wudhu’ itu ibadah. Sedang dengan niat, ibadah itu bisa dibedakan dari pekerjaan biasa. Rasulullah
SAW bersabda:
Maksudnya, ibadah itu tidak sah dan tidak dihargai oleh syara’, kecuali bila diniatkan, sedang orang mukallaf
hanya akan memperoleh pahala ibadah apabila ia ikhlas ketika melakukannya.
Adapun arti atau definisinya ialah sebagai berikut: Menurut bahasa, niat berarti: menyengaja. Sedang menurut
syara’: menyengaja sesuatu berbareng melakukannya.
Tempat niat ada dalam hati, dan disunatkan mengucapkannya dengan lidah.
Cara niat, hendaklah seseorang mengatakan dalam hatinya: “Aku berniat melakukan wudhu’ yang fardhu, atau
menghilangkan hadats, atau melakukan sesuatu agar dibolehkan shalat.”
Waktu niat adalah ketika membasuh bahagian pertama dari wajah, karena wajah itulah awal dari wudhu’.
Adapun batas-batas wajah ialah membujur, dari tempat tumbuhnya rambut sampai ke bawah dagu; dan
melintang, dari telinga ke telinga yang lain. Semua yang ada di permukaan wajah wajib dibasuh: alis, kumis
maupun janggut, luar dan dalam, karena semua itu termasuk bagian-bagian wajah, kecuali janggut yang tebal,
yaitu yang tidak kelihatan kulit di bawahnya. Janggut yang tebal cukup dibasuh bagian luarnya saja, tidak
sampai ke dalam-dalamnya.
Al-marafiq jamak dari mirfaq (siku), yaitu pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Dan lla di sini
berarti ma’a. Jadi maksudnya: beserta siku, hal itu ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
(246), dari A u Hurairah RA:
4. Mengusap sebagian kepala, sekalipun hanya seutas rambut, selagi masih berada dalam batas-
batas kepala, berdasarkan firman Allah Ta’ala:
وا ْم َسح ُْوا ِب ُرء ُْو ِس ُك ْم َ
Dan diriwayatkan pula oleh al-Mughirah bin Syu’bah RA:
ِ َوعَ لَى عَ مَا َم ِته،ِهللا صَ لَى هللا ُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم توضّأ َومَسَ حَ ِب َناصِ َي ِته
ِ اَنَّ رَ س ُْو ُل
Bahwasanya Rasulullah SAW berwudhu’, dan beliau mengusap ubun-ubunnya dan atas sorbannya. (H.R.
Muslim: 274)
Dan kalau membasuh seluruh kepala atau sebagiannya, sebagai ganti mengusap, itupun boleh.
An-Nashiah: bagian depan kepala, yang berarti sebagian daripadanya. Apabila Rasulullah hanya mengusap
bagian depan kepalanya saja, itu berarti menunjukkan bahwa mengusap sebagian kepala itulah yang
difardhukan, hal mana bisa dilakukan pada bagian yang mana saja.
5. Membasuh dua kaki beserta dua mata kaki, karena Allah Ta’ala telah berfirman:
Firman Allah :
Al-ka’bain adalah isim mutsanna dari al-ka’b, yaitu tulang yang menonjol di kiri-kanan sendi yang
mempertemukan antara betis dan telapak kaki. Sedang ila berati ma’a. Maksudnya: beserta kedua mata kaki.
Hal itu ditunjukkan oleh apa yang dinyatakan dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA di atas:
Kedua kaki itu wajib dibasuh secara merata, sehingga tidak tersisa daripadanya sekalipun hanya sebesar
kuku, ataupun kulit yang tertutup rambut, dikarenakan alasan yang tersebut pada membasuh dua tangan di
atas.
Hal ini disimpulkan dari ayat yang menyebutkan fardhu-fardhu wudhu’ secara berurutan, dan juga dari praktek
yang dilakukan Nabi SAW, bahwasanya beliau tak pernah berwudhu’ melainkan secara tertib – sebagaimana
yang dinyatakan dalam ayat di atas. Hal ini diriwayatkan secara otentik dalam berbagai hadits yang shahih,
yang di antaranya hadits riwayat Abu Hurairah RA tersebut di atas, dimana terdapat ‘athaf dengan
menggunakan tsumma, yang secara muttafaq memuat arti tertib.
Setiap Muslim Wajib Mempelajari Agama
Salah satu fenomena yang cukup memprihatinkan pada zaman kita saat ini
adalah rendahnya semangat dan motivasi untuk menuntut ilmu agama. Ilmu
agama seakan menjadi suatu hal yang remeh dan terpinggirkan bagi mayoritas
kaum muslimin. Berbeda halnya dengan semangat untuk mencari ilmu dunia.
Seseorang bisa jadi mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Kita begitu
bersabar menempuh pendidikan mulai dari awal di sekolah dasar hingga
puncaknya di perguruan tinggi demi mencari pekerjaan dan penghidupan yang
layak. Mayoritas umur, waktu dan harta kita, dihabiskan untuk menuntut ilmu
dunia di bangku sekolah. Bagi yang menuntut ilmu sampai ke luar negeri,
mereka mengorbankan segala-galanya demi meraih ilmu dunia: jauh dari
keluarga, jauh dari kampung halaman, dan sebagainya. Lalu, bagaimana
dengan ilmu agama? Terlintas dalam benak kita untuk serius mempelajarinya
pun mungkin tidak. Apalagi sampai mengorbankan waktu, harta dan tenaga
untuk meraihnya. Tulisan ini kami maksudkan untuk mengingatkan diri kami
pribadi dan para pembaca bahwa menuntut ilmu agama adalah kewajiban yang
melekat atas setiap diri kita, apa pun latar belakang profesi dan pekerjaan kita.
ِّ َوقُلْ َر
9 ِع ْل ًما9ب ِزدْ نِي
Menutup aurat adalah kewajiban bagi setiap muslim ataupun muslimah. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,
Islam adalah agama yang menganjurkan umatnya untuk senantiasa berbuat baik.
Amalan dalam islam tidak hanya berupa ibadah seperti shalat baik shalat wajib
maupun shalat sunnah. puasa, zakat dan sebagainya melainkan juga tersenyum,
dan menjalin tali silaturahmi. Menjalin silaturahmi adalah salah cara mewujudkan
ukhuwah islamiyah dan dapat dilakukan dengan cara mengunjungi sanak keluarga
dan saudara. Hikmah Silaturahmi, Selain membuat orang lain yang kita kunjungi
merasa senang, silaturahmi memiliki banyak keutamaan . Berikut adalah keutamaan
menyambung tali silaturahmi dalam islam :
ads
ِ َآلخ ِر فَ ْلي
” ُصلْ َر ِح َمه ِ َو َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم ْا,ُض ْيفَه
َ آلخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم
ِ “ َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم ْا
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi”
ِ َ“ َم ْن أَ َحبَّ أَ ْن يُ ْب َسطَ لَهُ فِى ِر ْزقِ ِه َويُ ْن َسأَ لَهُ فِى أَثَ ِر ِه فَ ْلي
” ُصلْ َر ِح َمه
“Sesungguhnya Allah swt menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai dari
(menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang
yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan. Dia berfirman: “Benar, apakah engkau
ridha jika Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang
yang memutuskan engkau?” Ia menjawab: iya. Dia berfirman: “Itulah untukmu”
7. Bersedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap orang lain
Mengunjungi sanak saudara dan bersedekah adalah salah satu perbuatan mulia dan
memiliki faedah yang besar. Bersedekah kepada keluarga lebih diutamakan daripada
bersedekah kepada orang lain dan bisa menghindari dari perbuatan riya. Bersedekah
kepada keluarga dan orang lain kemudian menceritakannya atau riya adalah salah
satu dari hal-hal yang menghapus amal ibadah sedekah tersebut,