Sabu 1 Fix
Sabu 1 Fix
240210160054
Kelompok 2
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Bahan hasil pertanian bersifat mudah rusak (perishable). Selama
pengolahan bahan pangan akan mengalami perubahan-perubahan baik secara
fisik, kimiawi maupun biokimiawi dengan adanya beberapa perlakuan. Secara
umum operasi pengolahan dapat dibedakan atas operasi praproses, proses dan
pasca proses. Pengupasan merupakan operasi pra-proses yang bertujuan untuk
memisahkan kulit dari bahan. Pengupasan merupakan kegiatan penting pada
penyiapan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan yang akan diolah lebih lanjut.
Pengupasan harus dilakukan dengan sempurna karena mempengaruhi
kenampakan produk dan kebersihan bahan. Menurut Wills (1981),
pengupasan harus dilakukan seefisien mungkin agar kehilangan bahan
bersama kulitnya dapat ditekan serendah-rendahnya. Pengupasan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu pengupasan dengan tangan dan pengupasan
dengan cara pengelupasan kulit (panas). Pengupasan dengan tangan terdiri
dari pengupasan dengan pisau stainless steel, pengupasan dengan peeler, dan
pengupasan dengan sabut cuci piring. Sedangkan pengupasan dengan cara
pengelupasan kulit (panas) terdiri dari pencelupan dalam air mendidih
dan pengelupasan dengan uap panas (Wills, 1981).
Produk pangan memerlukan perlakuan guna mempertahankan kesegaran
serta nilai gizi, salah satunya dengan pengolahan minimalis. Istilah minimalis ini
merujuk teknik penanganan pengawetan dan pengolahan yang sangat minimal
dengan tidak menerapkan teknik penanganan berefek kuat seperti sterilisasi atau
penggunaan bahan-bahan pengawet, melainkan hanya dengan penerapan
penyimpanan dingin, pengemasan yang termodifikasi, dan penanganan yang
higienis (Pardede, 2005). Pengolahan minimalis merupakan pengolahan yang
tidak menerapkan teknik penanganan yang memiliki pengaruh sangat besar atau
efek yang besar melainkan hanya dengan penerapan penyimpanan dingin
pengemasan yang termodifikasi dan penanganan higienis (Pardede, 2005).
Salah satu metode yang sering digunakan untuk memperpanjang umur
simpan dari suatu komoditas pangan adalah pemanfaatan energi panas. Tujuan
dari pemanfaatan panas ini adalah mengurangi kadar air pada bahan pangan dan
juga untuk membunuh mikroba yang ada pada bahan pangan tersebut.
Puji Nurul Aeni
240210160054
Kelompok 2
Penggunaan panas dalam proses pengolahan pangan pertama kali dilakukan oleh
ilmuwan Perancis bernama Nicolas Appert (1749- 1841). Ia menyatakan bahwa
peningkatan umur simpan berbagai komoditas pangan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan energi panas.
Prinsip utama dari pengolahan dengan menggunakan suhu tinggi adalah
membunuh mikroorganisme dan menonaktifkan enzim. Suhu yang digunakan
tergantung dengan kebutuhan dan karakteristik bahan pangan. Semakin tinggi
suhu yang digunakan, makin singkat waktu pemanasan yang digunakan untuk
mematikan mikroba. (Buckle. et al, 1987). Panas yang digunakan juga akan
menginaktivasi enzim sehingga proses kerusakan dari sayur buah akan menjadi
lambat sehingga umur simpannya dapat menjadi lebih lama (Winarno, 1997).
Umur simpan menjadi lebih panjang karena aktivitas mikroba dan aktivitas
biokimia benar-benar terhenti pada proses pengolahan dengan suhu tinggi (apabila
digunakan suhu yang tepat), sehingga pangan menjadi lebih awet.
Proses thermal terbagi tiga yaitu blansing, pasteurisasi, dan sterilisasi.
Blansing yaitu perlakuan panas yang ringan dalam air mendidih (merebus) atau
uap air (pengukusan). Blansing dapat dilakukan dengan cara dikukus atau
menggunakan uap air. Pengukusan merupakan pemanasan yang biasa dilakukan
didandang yang telah menghasilkan atau mengeluarkan banyak uap air. Blansing
dengan cara pengukusan ini mempunyai waktu proses yang berkisar antara 2-4
menit pada suhu 98,5 ℃ - 100 ℃ dengan ukuran tipis atau kecil (Desroiser,
1989). Metode pasteurisasi adalah metode pemanasan dengan temperatur yang
tidak terlalu tinggi (sekitar 70- 100oC) dalam waktu yang singkat yaitu sekitar 10-
20 detik (Silva et al., 2014). Metode ini biasanya diaplikasikan pada produk
cairan seperti pada proses pasteurisasi susu, wine, dan bir. Pada proses
pasteurisasi, sel vegetatif sel mikroorganisme akan hancur namun tidak dengan
spora mikroorganisme tersebut. Hal ini terjadi karena spora mempunyai lapisan
pelindung yang akan hancur pertama kali pada saat terkena perlakuan seperti
pemberian panas ataupun pemeberian asam. Sterilisasi adalah proses termal untuk
mematikan semua mikroorganisme beserta sporanya dan dilakukan pada suhu
121oC selama 15 menit. Perlakuan pemanasan yang diterapkan pada pangan harus
Puji Nurul Aeni
240210160054
Kelompok 2
diperhitungkan untuk mencegah perlakuan berlebihan yang dapat merusak
komponen gizi dan menurunkan mutu sensori (Tjahjadi, 2008).
Praktikum kali ini dilakukan dua perlakuan pada sayur dan buah yaitu
pengolahan minimal dan pengolahan suhu tinggi sayur dan buah. Praktikum
pengolahan minimal dilakukan cara pengupasan sayur dan buah-buahan yaitu
pengupasan dengan tangan (manual), pengupasan kulit denhan panas dan
pengelupasan kulit dengan kaustik. Pengupasan merupakan proses pra-pengolahan
yang bertujuan untuk memisahkan bagian yang dapat dimakan (BDD) dengan
kulit dan bagian lainnya yang dibuang. Sampel yang digunakan pada praktikum
tersebut adalah kentang dan wortel. Sementara itu, pada praktikum pengolahan
sayur dan buah-buah suhu tinggi dilakukan pembuatan sayur atau buah dalam jar
dan pembuatan sari buah. Sampel yang digunakan adala nenas, wortel dan melon.
IV.1. Pengolahan Minimal
Pengolahan minimal yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah
pengupasan sayur dan buah-buahan. Teknik pengupasan yang dilakukan yaitu,
manual (menggunakan pisau stainless steel, peeler dan sabut pencuci),
menggunakan panas (dengan air mendidih dan uap panas), serta menggunakan
larutan kaustik. Sampel yang digunakan adalah kentang dan wortel.
Praktikum pegupasan dengan cara manual diawali dengan sampel ditimbang
untuk mengetahui berat awal sampel sebelum dikupas. Kemudian dicuci untuk
menghilangkan kotoran dan tanah yang menempel pada kulit kentang. Proses
pengupasan seharusnya dilakukan setelah pencucian. Hal ini dimaksudkan
agar zat-zat gizi yang terkandung pada bahan pangan terutama vitamin larut
air tidak ikut terbuang saat pencucian. Setelah sampel dicuci, baru dilakukan
pengupasan, pengupasan pada sampel dilakukan 3 perlakukan yaitu pengupasan
dengan sabut cuci piring, pisau, dan peeler. Kemudian kentang ditimbang kembali
untuk mengetahui berat kentang sesudah dikupas dan diamati kenampakan,
rendemen dan waktu pengupasannya.
Praktikum selanjutnya merupakan praktikum pengupasan dengan panas.
Praktikum diawali dengan menimbang dan mencuci sampel dengan tujuan untuk
mengetahui berat awal tomat dan membersihkan tomat dari kotoran dan debu
yang menempel. Kemudian dilanjutkan dengan blansing kukus (memanfaatkan
Puji Nurul Aeni
240210160054
Kelompok 2
uap panas) atau blansing rebus (pencelupan dalam air mendidih) selama 10 menit.
Blansing dengan air mendidih atau rebus, bahan dimasukkan dalam saringan atau
wadah berlubang-lubang lalu dicelupkan ke dalam air mendidih. Airnya harus
mendidih karena pada suhu yang lebih rendah kulit tidak akan bisa mengelupas,
tetapi hanya akan menyebabkan pelunakan jaringan bahan. Blansing dengan
uap air, prinsip kerjanya sama seperti blansing air mendidih, hanya
pemanasan dilakukan dengan uap bertekanan. Agar perlakuan ini merata, produk
ini harus mengalami grading terlebih dahulu dan lama pengukusan disesuaikan
dengan kondisi bahan. Proses blansing termasuk ke dalam proses termal
dan umumnya membutuhkan suhu sekitar 75-95 oC. Tujuan dari blansing
adalah untuk melunakkan jaringan dari sampel sehingga mudah untuk dikupas.
Selain itu, blansing juga akan menonaktifkan enzim polifenoloksidase yang dapat
menyebabkan pencoklatan enzimatis. Setelah diblansing, sampel dimasukkan ke
dalam air dingin selama 3 menit. Hal ini dilakukan agar sampel tidak mengalami
pemasakan secara lebih lanjut. Kemudian kulit dikupas dan dicatat waktu
pengelupasan, lalu timbang kembali untuk mengatahui berat tomat setelah dikupas
dan amati kenampakan sampel setelah dikupas.
Praktikum terakhir yang dilakukan dalam pengolahan minimalis adalah
pengupasan sayur dan buah menggunakan kaustik. Hal pertama yang dilakukan
membuat larutan kaustik, untuk wortel dibuat larutan kaustik 4,5% dalam 500 ml
air, ditimbang 22,5 g NaOh lalu dilarutkan pada 500 ml air dalam panci email.
Sementara itu, untuk sampel kentang dibuat larutan kaustik 10% dalam 500 ml,
proses pembuatan sama dengan pembuatan larutan kaustik untuk wortel hanya
jumlah NaOH yang ditambahkan berbeda yaitu 50 g. Pengupasan dengan kaustik
biasa dilakukan untuk sayur dan buah-buahan yang berkulit tipis. Sampel dicuci
terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel dan
dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat awal sampel. Setelah itu, sampel
dimasukkan kedalam larutan kaustik yang sudah mendidih, untuk sampel wortel
dimasukkan selama 1,5 menit dan sampel kentang selama 5 menit. Lama
perendaman dan besarnya konsetrasi dari larutan kaustik yang digunakan
tergantung dari jenis dan kualitas bahan. Sampel wortel direndam dan
menggunakan larutan kaustik lebih sedikit karena kuli wortel lebih tipis dan lebih
Puji Nurul Aeni
240210160054
Kelompok 2
mudah dikupas. Setelah sampel direndam dalam larutan kaustik, sampel disiram
dengan air dingin. Peniyiraman dengan air dingin bertujuan untuk mempermudah
pengupasan dan memberhentikan proses pemasakan yang terjadi. Sampel
kemudian dikupas dan dihitung lama waktu pengupasan, kemudian ditimbang
berat akhir untuk mengetahui rendemen yang tersisa dan diamati kenampakannya.
Berikut ini merupakan hasil pengamatan pada pengupasan wortel dan kentang
dengan berbagai perlakuan.
Tabel 1. Pengupasan wortel dan kentang dengan berbagai perlakuan
Perlakuan Sampel Wo W1 Rendeme Waktu Penampaka
(g) (g) n pengupasan n
Pengupasan 18
Kentang 218 7’ 9”
dengan pisau 8
Wortel 14 12
Pengupasan 16
dengan Kentang 196 9’ 13”
6
peeler
Wortel 18 16 2’ 13”
Pengupasan 19
dengan sabut Kentang 202 96% 11’ 22”
4
pencuci
Wortel 12 10 83% 2’ 3”
Pengupasan 18
dengar air Kentang 206 90% 6’ 51”
6
mendidih
Wortel 18 18 100% 1’ 37”
Pengupasan 16 6 menit 10
dengan uap Kentang 172 93%
0 detik Tidak rata,
panas keras
4 menit 22
Wortel 36 32 88%
detik
Pengupasan
20 2 menit 15
dengan Kentang 240 85%
4 detik Warna lebih
larutan
pekat
kaustik
Lembek
Wortel 46 26 56% 54 detik