Anda di halaman 1dari 3

RESUME MATA KULIAH KAJIAN PEDAGOGIK

Nama : Mega Cahya Pratiwi


NIM : 1907051
Prodi : Pengembangan Kurikulum – S2
Topik : #3 Kajian Antropologis Filsafiah terhadap Hakikat Manusia dan Pendidikan

1. Kajian beberapa pandangan filsafat terhadap hakikat manusia dan pendidikan


(Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Pancasila)
Istilah idealisme lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat ide, serta merendahjan hal-hal
yang bersifat materi dan fisik. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata
hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran.
Menurut pandangan ini, hakikatnya manusia adalah jiwanya, rohaninya, atau pikirannya
sebagai suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan
penggerak semua tingkah laku manusia. Sedangkan dikaitkan dengan pendidikan, hakikatnya
pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia yang ideal. Pendidik
dengan pandangan idealisme mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik
harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.

Realisme adalah suatu bentuk yang dapat merepresentasikan kenyataan. Realisme terpusat
pada pertanyaan tentang representasi, yaitu tentang bagaimana dunia dikonstruksi dan
disajikan secara sosial kepada dan oleh diri kita. Hakikat manusia terletak pada apa yang
dikerjakannya. Pikiran atau jiwa merupakan suatu organisme yang sangat rumit yang mampu
berpikir. Manusia bisa bebas atau tidak bebas. Sedangkan dikaitkan dengan pendidikan,
pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai kebenaran abadi.
Kebenaran bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus mencerminkan
kebenaran itu.
Pragmatisme berpandangan bahwa pengetahuan dan perbuatan bersatu tak terpisahkan, dan
semua pengetahuan bersumber dari dan diuji kebenarannya melalui pengalaman. Manusia
tidak terpisah dari realitas pada umumnya, sebab manusia adalah bagian daripadanya dan terus-
menerus bersamanya. Karena realitas terus berubah, manusia pun merupakan bagian dari
perubahan tersebut. Tujuan pendidikan, menurut pragmatisme bersifat temporer, karena tujuan
itu merupakan alat untuk bertindak. Apabila suatu tujuan telah tercapai maka hasil tujuan
tersebut menjadi alat unuk mencapai tujuan berikutnya.
Eksistensialisme berpandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa manusia
hidup di dunia tanpa tujuan, dan kehidupan ini pada dasarnya suatu teka-teki. eksistensi
memiliki arti “sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya” atau “sesuatu yang mampu
melampaui dirinya sendiri”. Manusia disebut sebagai suatu proses karena mereka sanggup
keluar dari dirinya, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan fidiknya, berusaha untuk
tidak terpaku oleh segala keterbatasanyang dimilikinya. Konsep pendidikan menurut
eksistensialisme adalah pengembangan daya kreatif dalam diri anak-anak, bukan saja sebagai
pribadi atau individu, tetapi anak adalah suatu realitas.

Pancasila secara harfiah adalah lima dasar, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, (5) Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hakikat manusia ditempatkan pada derajat yang paling
tinggi oleh pandangan Pancasila, karena manusia adalah subyek yang menentukan maju dan
mundurnya kehidupan baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat ataupun sebagai
khalifah di bumi yang harus bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan
berorientasi pada terbentuknya kepribadian manusia secara utuh, yang di dalam prosesnya
terjadi internalisasi nilai-nilai, baik nilai ketuhanan, nilai kemasyarakatan/kesosialan, nilai
kemanusiaan, nilai hak dan kewajiban, nilai keadilan dan kebenaran, nilai kejujuran dan
kedisiplinan dan nilai-nilai lain yangberbasis pada etika dan estetika pergaulan.

2. Implikasi pandangan antropologi filsafi terhadap peranan pendidik dan peserta didik
dalam mencapai tujuan pendidikan

Peran Pendidik Peran Peserta Didik


Idealisme
1. Spesialis suatu ilmu pengetahuan, Mengembangkan kepribadian dan
2. Menguasai Teknik mengajar secara baik, kemampuan dasarnya atau bakatnya secara
3. Menjadi pribadi terbaik dan disegani, bebas.
4. Membangkitkan gairah belajar siswa,
5. Menjadi teladan bagi siswa,
6. Menjadi pribadi yang komunikatif,
7. Mengapresiasi subjek yang menjadi
bahan ajarnya,
8. Belajar sebagaimana siswa belajar,
9. Merasa Bahagia jika siswa berhasil,
10. Bersikap demokratis.
Realisme
1. Menguasai pengetahuan yang mungkin 1. Menguasai pengetahuan,
berubah, 2. Taat pada aturan dan berdisiplin.
2. Menguasai keterampilan teknik-teknik
mengajar dengan kewenangan menuntut
prestasi siswa.
Pragmatisme
1. Menyediakan berbagai pengalaman yang Mengolah setiap pengalaman yang
akan memunculkan motivasi, didapatkannya untuk mengetahui kebenaran
yang ada di masyarakatnya.
2. Membimbing siswa untuk merumuskan
batasan masalah secara spesifik,
3. Membimbing merencanakan tujuan
individual dan kelompok dalam kelas,
4. Membantu para siswa dalam
mengumpulkan informasi,
5. Bersama-sama kelas mengevaluasi
pembelajaran siswa.
Eksistensialisme
Melindungi dan menjaga kebebasan Memilih dan bertanggung jawab atas
akademis. pilihannya, sesuai dengan pemenuhan tujuan
personal.
Pancasila
1. Memiliki kemampuan dan kepribadian Mengembangkan potensinya dan
baik yang menjadi teladan bagi siswa mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan
(Ing ngarso sung tulada) masyarakat secara bebas, melalui aktivitas-
2. Menjadi mitra kerja siswa dalam aktivitas program pendidikan di sekolahnya.
mencapai tujuan belajar (Ing madya
mangun karsa)
3. Menjadi motivator, fasilitator,
supervisor, dan moderator pembelajaran
siswa (Tut wuri handayani)

Anda mungkin juga menyukai