Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN UTS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

(Disusun untuk memenuhi asesmen formatif mata kuliah Kebijakan Pengembangan


Kurikulum)

Dosen Pengampu:
Dr. Toto Ruhimat, M.Pd.
Dr. Rusman, M.Pd.

Disusun Oleh:
Mega Cahya Pratiwi 1907051

DEPARTEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
SOAL 1
Bagaimana pendapat Sdr. Terkait pernyataan bahwa merumuskan kebijakan kurikulum perlu
memahami retrospek dan prospek kurikulum sehingga dalam proses analisis kebijakan
kurikulum kemungkinan akan menggunakan pendekatan inkuiri dalam kurikulum. Analisis
yang optimal sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan kurikulum. Dasar yang harus dikaji
adalah terkai dokumen, fakta dan implementasi, filosofis dan teori-teori kurikulum di
lapangan secara input, proses, hasil serta dampak dalam kurikulum. Tugas Sdr. Uraikan
secara konsep terkait mekanisme dalam mereviu kurikulum yang sedang berlaku sehingga
memperoleh hasil reviu yang efektif.
JAWABAN:
Perumusan kebijakan kurikulum, terutama kurikulum nasional, perlu dilakukan secara
hati-hati karena hal ini menyangkut kepentingan masyarakat dan masa depan generasi
bangsa. Bahkan idealnya proses kajian tersebut perlu dilakukan selama bertahun-tahun
karena yang objek dikaji adalah manusia, dimana dampak dari input dan proses yang
diberikan tidak dapat secara cepat/instan memberikan hasil yang dapat diamati dan diukur.
Hal ini adalah sebagai upaya memahai retrospek kurikulum untuk melihat sejauh mana
dampak yang diberikan oleh kurikulum yang sudah diterapkan sebelumnya. Data yang
diperoleh dari kajian retrospek tersebut kemudian dijadikan salah satu bahan pertimbangan
dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya dilakukan kajian terhadap peluang dan
tantangan yang akan dihadapi oleh masyarakat dalam lingkup nasional internasional di masa
sekarang maupun yang diprediksikan akan muncul di masa mendatang. Hal ini sebagai upaya
kajian prospek kurikulum yang bermanfaat sebagai dasar pertimbangan hal apa saja yang
perlu dikembangkan, diperbaharui, atau ditambahkan dalam dokumen kurikulum yang sudah
diterapkan tadi.

SOAL 2
Pengembangan Kurikulum suatu lembaga pendidikan perlu menempatkan kurikulum
alternatif untuk Masa Depan (curriculum development : Alternative for future), terkait dengan
era industri 4.0, perkembangan ICT dan tuntutan keterampilan lulusan abad 21.
Bagaimanakah seharusnya kurikulum untuk masa depan tersebut terkait dengan a)
kompetensi lulusan, b) proses pembelajaran, c) bahan ajar dan d) sistem penilaian.
JAWABAN:
Abad 21 adalah masa dimana IPTEK berkembang dengan sangat pesat dan masif.
IPTEK berkembang karena meluasnya penerapan metode ilmiah dalam upaya memecahkan
suatu masalah yang ada di masyarakat. Perkembangan IPTEK sendiri pun, terutama terkait
teknologi informasi dan komunikasi, turut membantu dalam mempercepat lahirnya beragam
ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi terbaru yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat
dan industri. Sebagai upaya menyikapi fenomena tersebut, muncul istilah kecakapan abad 21
yang dimuat dalam kurikulum 2013, dimana kecakapan dalam hal pengetahuan,
keterampilan, dan sikap diintegrasikan dengan penguasaan terhadap teknologi informasi dan
komunikasi (Widayat, 2018).
Fokus tujuan pendidikan dikelompokkan menjadi tiga bagian yang meliputi karakter,
kompetensi, dan literasi. Melalui penguatan pendidikan karakter, lulusan diharapkan
memiliki karakter beriman dan bertaqwa, cinta tanah air, memiliki rasa ingin tahu,
inisiatif,gigih, mampu beradaptasi, kepemimpinan, bertanggung jawab, serta memiliki alasan
dan dasar yang jelas dalam setiap langkah dan tindakan yang dilakukan. Kompetensi
kecakapan abad 21 meliputi berpikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi, kreativitas
dan inovasi, serta kolaborasi. Sedangkan literasi terdiri dari komponen literasi dasar, literasi
perpustakaan, literasi media, literasi teknologi dan literasi visual (PSMA Ditjen Pendidikan
Dasar dan Menengah, 2017).
Wagner (2008) membagi keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki agar dapat
bertahan di abad 21 menjadi tujuh jenis yaitu (1) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
masalah; (2) kemampuan untuk dapat berkolaborasi dengan siapa saja dan berjiwa
kepemimpinan; (3) ketangkasan dan keterampilan untuk beradaptasi dalam segala situasi; (4)
memiliki inisiatif yang tinggi dan berjiwa enterpreneur; (5) kemampuan berkomunikasi
secara oral dan tertulis dengan efektif; (6) keterampilan mengakses dan menganalisis
informasi yang didapat; dan (7) rasa ingin tahu yang tinggi dan imajinasi. Delors dkk (1996)
dalam komisi internasional bidang pendidikan untuk abad 21, memaparkan empat visi
pembelajaran yaitu, pengetahuan, pemahaman, kompetensi untuk hidup, dan kompetensi
untuk melakukan tindakan. Keempat visi tersebut dituangkan dalam empat pilar pendidikan
yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning live together.
Pembelajaran di Abad ke-21 sekarang ini hendaknya disesuaikan dengan kemajuan dan
tuntutan yang ada. Salah satu pembelajaran yang mungkin dapat dilakukan adalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered learning (SCL). Pembelajaran
yang berpusat pada siswa berbeda dengan cara tradisional yaitu pembelajaran yang berpusat
pada guru (teacher centered learning – TCL), dalam arti bahwa keduanya mempunyai
pendekatan berbeda dalam isi, instruksi, lingkungan kelas, penilaian, dan teknologi. Hal ini
sejalan dengan karakteristik pembelajaran dalam kurikulum 2013 yang tertuang dalam
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2015.
Proses belajar terbaik adalah proses yang melibatkan siswa untuk ikut aktif
mempelajari materi pelajaran. Sedangkan guru berperan dalam memfasilitasi para peserta
didiknya belajar, seperti memberi tugas, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan hasil kerjanya dan mengemukakan pendapat, berdiskusi, dan
menyimpulkan hasil pembelajaran. Siswa secara bebas mengakses bahan ajar yang tersedia
pada platform tertentu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan belajarnya. Sedangkan untuk
sistem penilaian terlebih dahulu siswa diberi tahu bagaimana mereka akan diuji, serta seperti
apa kriteria-kriteria yang diharapkan dapat mereka capai untuk menyelesaikan suatu tugas
tertentu. Kriteria disusun dalam bentuk rubrik atau format penilaian lainnya yang dapat
dengan mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, siswa juga menerima komentar dan saran dari
guru serta rekan sebaya terhadap kinerjanya dalam proses pembelajaran, sebagai upaya
mengukur sejauh mana pencapaiannya dan menemukan acuan mulai dari mana dia harus
memperbaiki kinerjanya tersebut. Sehingga siswa memiliki banyak kesempatan untuk menilai
kinerjanya sendiri. Bentuk penilaiannya pun tidak hanya melalui ujian tertulis, namun bisa
juga melalui unjuk kinerja dalam proyek kelompok atau tugas lainnya.

SOAL 3
Dalam suatu kebijakan ada hal yang harus dipertimkankan diantaranya perlu adanya naskah
akademik. Uraikan apa yang dimaksud dengan naskah akademik, terkait dengan konsep,
fungsi dan isi (content) dalam naskah akadenik.
JAWABAN:
Naskah Akademik merupakan bahan baku yang dibutuhkan dalam pembentukan
kebijakan atau peraturan perundang-undangan, termasuk Peraturan Daerah. Dalam peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-01.PP.01.01 tahun 2008 tentang
Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Perundang-Undangan, pasal 1
ayat 1 menyebutkan bahwa definisi dari naskah akademik adalah “naskah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan
penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah
pengaturan substansi rancangan peraturan perundang-undangan”. Sedangkan pada UU No. 12
tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pasal 1 ayat 11
mendefinisikan naskah akademik sebagai
“naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya
terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat.”

Naskah akademik memuat dasar filosofis, yuridis, sosiologis, pokok dan lingkup
materi yang akan diatur, serta konsep awal dari suatu kebijakan yang disusun melalui suatu
proses penelitian hukum dan penelitian lainnya secara cermat, komprehensif, dan sistematis.
Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis
empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Metode yuridis
normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang
berupa Peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak, atau
dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil pengkajian, dan referensi lainnya.
Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara, diskusi (focus group
discussion), dan rapat dengar pendapat. Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah
penelitian yang diawali dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap Peraturan
Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta
penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang
berpengaruh terhadap Peraturan Perundang-undangan yang diteliti.
Fungsi dari penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai acuan atau referensi
penyusunan dan pembahasan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah.
Sedangkan tujuan penyusunannya adalah untuk: (1) merumuskan permasalahan yang
dihadapi suatu negara atau masyarakat serta solusinya, (2) merumuskan permasalahan hukum
yang dihadapi sebagai alasan pembentukan kebijakan, (3) merumuskan pertimbangan atau
landasan filosofis, yurisid, sosiologis pembentukan kebijakan, (4) merumuskan sasaran yang
akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam suatu
kebijakan. Isi dari naskah akademik menurut Permenkumham Nomor M.HH-01.PP.01.01
tahun 2008 diantaranya:
1) Bab 1 Pendahuluan:
a. Latar belakang: mengenai alasan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis,
yang mendasari suatu kebijakan
b. Identifikasi masalah: permasalahan apa saja yang akan dituangkan dalam
ruang lingkup naskah akademik.
c. Tujuan dan kegunaan: maksud/tujuan dan kegunaan penyusunan naskah
akademik.
d. Metode penelitian: metode penelitian yang digunakan dalam melakukan
penelitian sebagai bahan penunjang penyusunan naskah akademik.
2) Bab 2 Asas-Asas yang Digunakan dalam Penyusunan Norma
Memuat elaborasi berbagai teori, gagasan, pendapat ahli dan konsepsi yang digunakan
sebagai pisau analisis dalam menentukan asas-asas (baik hukum maupun non hukum)
yang akan dipakai dalam peraturan perundang- undangan. Analisis terhadap
penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek bidang kehidupan terkait
dengan peraturan perundang-undangan yang akan dibuat, yang berasal dari hasil
penelitian.
3) Bab 3 Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan
a. Kajian/Analisis: keterkaitan dengan hukum positif terkait dapat disajikan
dalam bentuk matriks atau secara deskriptif, dalam rangka
mengharmonisasikan dengan hukum positif yang telah ada, sehingga tidak
tumpang tindih.
b. Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan
- Ketentuan umum
- Ketentuan asas dan tujuan rumusan akademik
- Materi pengaturan
- Ketentuan sanksi
- Ketentuan peralihan
4) Bab 4 Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran

Anda mungkin juga menyukai