Anda di halaman 1dari 32

KOMPONEN PEMBELAJARAN

Makalah
(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran)

Dosen Pengampu:
Dr. Deni Kurniawan, M.Pd

Disusun Oleh:
Ofi Rofiatul Janah (2002053)
Mega Cahya Pratiwi (1907051)

DEPARTEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Komponen Pembelajaran
tepat waktu.
Makalah Komponen Pembelajaran ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Teori Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Komponen Pembelajaran.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Deni Kurniawan, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran semoga tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah Komponen Pembelajaran ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Lingkup Bahasan 1
BAB 2 PEMBAHASAN 2
2.1. Tujuan 3
2.1.1. Definisi Tujuan 3
2.1.2. Hirarki Tujuan 4
2.1.3. Manfaat dan Kelemahan Tujuan 5
2.1.4. Klasifikasi Tujuan 7
2.1.5. Langkah-Langkah Menentukan Tujuan 11
2.2. Sumber Belajar 12
2.2.1. Definisi Sumber Belajar 12
2.2.2. Manfaat Sumber Belajar 13
2.2.3. Jenis-Jenis Sumber Belajar 14
2.2.4. Kriteria Memilih Sumber Belajar 15
2.3. Strategi Pembelajaran 16
2.3.1. Definisi Strategi Pembelajaran 16
2.3.2. Dimensi Strategi Pembelajaran 17
2.3.3. Klasifikasi Strategi Pembelajaran 18
2.3.4. Strategi dalam Pembelajaran Daring 19
2.4. Media Pembelajaran 20
2.4.1. Definisi Media Pembelajaran 20
2.4.2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran 20
2.4.3. Klasifikasi Media Pembelajaran 21
2.4.4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran 22
2.5. Evaluasi Pembelajaran 23
2.5.1. Definisi Evaluasi Pembelajaran 23
2.5.2. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran 24
2.5.3. Bentuk-Bentuk Evaluasi Pembelajaran 25
BAB 3 KESIMPULAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembelajaran merupakan istilah yang lumrah kita dengar di setiap kalangan,
penggunaannya memiliki makna dan cakupan cukup luas tergantung dari sudut pandang
mana kita melihatnya. Jika dilihat dari sudut pandang kesisteman maka pembelajaran
merupakan suatu sistem yang dibangun oleh komponen-komponen yang saling
berkesinambungan dan bersinergi demi terciptanya sistem pembelajaran yang utuh.
Pembelajaran memiliki komponen-komponen pembangun dari mulai tujuan hingga evaluasi.
Komponen pembelajaran memiliki peran penting dalam proses mendesain dan
mengembangkan program pembelajaran, para pengembang instruksional dan juga guru akan
mengembangkan pembelajaran dengan melibatkan semua komponennya dalam
penyusunannya, memperhatikan dan mengembangkan satu demi satu komponen dengan
memperhatikan setiap karakteristik. Setiap komponen memiliki peran dan porsi masing-
masing namun saling mempengaruhi, sehingga dalam memilih metode maka akan ada tujuan
yang dipertimbangkan. Begitu juga dengan komponen lain. Penentuan setiap komponen
harus didasari pada pengetahuan tentang karakteristik dan perannya dalam pembelajaran.
Pembelajaran memiliki kaitan erat dengan duina pendidikan karena keberhasilan
pendidikan dipengaruhi cukup besar oleh pembelajaran. Sehingga mengetahui komponen-
komponen pembelajaran menjadi sangat penting bagi para pelaku dan setiap kalangan yang
terlibat dalam pendidikan secara langsung maupun tidak langsung. Selain mengetahui
komponen pembelajaran, para aktor dunia pendidikan juga diharapkan mengetahui konsep
setiap komponen pembelajaran

1.2. Lingkup Bahasan


Adapun lingkup bahasan pada makalah ini meliputi:
1) Definisi, Hirarki, Manfaat, Kelemahan dan Klasifikasi Tujuan sebagai Komponen
Pembelajaran. Kemudian bagaimana Langkah-langkah Menentukan Tujuan
2) Definisi, Manfaat, Fungsi dan Jenis-Jenis Sumber Belajar serta Kriteria dalam Memiliki
sumber Belajar
3) Definisi, dimensi, klasifikasi strategi pembelajaran, serta strategi dalam pembelajaran
daring
4) Definisi, fungsi dan manfaat, klasifikasi, serta kriteria pemilihan media pembelajaran
1
5) Definisi, fungus dan tujuan, serta bentuk-bentuk evaluasi pembelajaran
BAB 2
PEMBAHASAN

Pembelajaran adalah interaksi yang melibatkan guru, siswa, dan lingkungan yang
meliputi dua proses yaitu proses belajar dan proses mengajar. Hal tersebut sejalan dengan
pengertian pembelajaran berdasar Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dalam Supriadie dan
Deni (2012:12) belajar diartiakan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pengertian lain dikatakan Suparman (2012:10) bahwa pembelajaran adalah suatu
rangkaian peristiwa yang mempengaruhi peserta didik atau pebelajar sedemikian rupa
sehingga perubahan perilaku yang disebut hasil belajar terfasilitasi. Semenetara Kemudian
Supriadie dan Deni (2012:9) menyatakan bahwa pembelajaran atau instruksional adalah suatu
konsepsi dari dua dimensi kegiatan (belajar dan menagajar) yang harus direncanakan dan
diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah
kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar.
Beberapa pengertian di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran merupakan suatu
proses yang kompleks, melibatkan banyak aspek. Pembelajaran tidak hanya terbatas pada
trasnformasi informasi dari guru kepada siswa, tetapi terjadi pula interaksi antara siswa dan
lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Definisi ini mensyaratkan
terwujudnya situasi belajar yang lebih bermakna sehingga proses belajar dan mengajar dapat
mencapai tujuan yang lebih optimal.
Memandang pembelajaran sebagai suatu kompleksitas yang utuh, maka pembelajaran
adalah sebuah sistem memiliki kompenen-komponen di dalamnya, Rusman Dkk. (2011:42)
menyebutkan ada lima komponen pembelajaran meliputi tujuan, sumber belajar, strategi
pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi.
Merujuk ke pengertian di atas, komponen pembelajaran secara rinci adalah sebagai
berikut:
1) Tujuan berkaitan dengan segala sesuatu yang dirumuskan untuk dapat tercapai dan tujuan
menentukan arah mana yang akan dituju.
2) Sumber belajar yang merupakan segala hal yang berkaitan dengan pembelajaran sehingga
siswa mendapatkan pengalaman belajar.
3) Strategi pembelajaran, merupakan seperangkat rencana demi mencapai tujuan.

2
4) Media Pembelajaran, merupakan alat atau penghubung interaksi guru dan siswa demi
mengoptimalkan pembelajaran.
5) Evaluasi Pembelajaran adalah tahapan menilai dan mengukur apakah suatu pembelajaran
sudah mencapai tujuan, dapat dikatan berhasil atau tidaknya
Kelima komponen di atas memiliki peran masing-masing, namun saling berkaitan dan
bersinergi dalam membangun sistem pembelajaran sehingga tujuan yang ada dapat tercapai
secara optimal.

2.1. Tujuan
2.1.1. Definisi Tujuan
Menurut KBBI tujuan merupakan sesuatu yang dituju/dimaksud/dituntut atau dapat
dikatan sebagi arah/haluan. Definisi ini dapat menjadi dasar untuk selanjutnya menjabarkan
tujuan lebih spesifik sesperti tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran. Sebelum memasuk
tujuan pembelajaran, terlebih dahulu akan di bahas mengenai tujuan pendidikan.
Menurut Sanjaya (2011:123) dalam dunia pendidikan, “persoalan tujuan merupakan
persoalan tentang visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri”. Kemudian Syaripudin dan
Kurniasih (2013: 55) menyatakan bahwa “tujuan pendidikan adalah salah satu unsur
pendidikan berupa rumusan tentang apa yang harus dicapai oleh anak didik yang berfungsi
sebagai pemberi arah bagi semua kegiatan pendidikan”. Kedua pandangan ini menjadikan
tujuan sabagai haluan pendidikan. Menurut M.J. Langeveld (1980) dalam Syaripudin dan
Kurniasih (2013:55) tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan atau manusia dewasa,
maksudnya di sini adalah pendidikan diharapkan mampu membuat seseorang yang tahu
bagaimana menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggung jawab sendiri.
Kemudian Hoogveld berpendapat bahwa kedawasaan seorang individu adalah ektika dapat
melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.
Menurut Kemp (1977:14) semua program pendidikan didasarkan pada tujuan negara
yang luas, kemudian tujuan pendidikan siswa dapat mencakup "kesiapan kerja",
"keterampilan memecahkan masalah" atau "penggunaan waktu luang secara konstruktif"
sehingga tujuan pendidikan semua negara akan berdasarkan kepada falsafah dan ideologi
mana yang mereka pegang. Jika di Indonesia berarti Pancasila sebagai falsafah.
Sementara tujuan pembelajaran adalah hasil penjabaran dari tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi dari mulai tujuan yang bersifat umum yaitu tujuan
pendidikan nasional hingga tujuan yang lebih spesifik atau tujuan pembelajaran.

3
2.1.2. Hirarki Tujuan
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan pendidikan nasional masih mencangkup secara umum dan belum bersifat
operasional. Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan dari keseluruhan satuan, jenis
dan kegiatan pendidikan baik pada jalur formal, informal, nonformal dalam konteks
pembangunan nasional (Syaripudin dan Kurniasih, 2013: 55). Dengan kata lain tujuan
pendidikan nasional adalah tujuan umum dan mencangkup semua aktivitas pendidikan di
suatu negara. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang
ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh
pemerintah dalam bentuk undang-undang. (Sanjaya, 2011: 123).
Tujuan pendidikan nasional di Indonesia sendiri adalah untuk “berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (Bab II pasa 3 UU RI No. 20 Tahun
2003). Tujuan pendidikan nasional juga dapat dianggap sebagai cita-cita yang diharapkan
oleh negara bagaimana SDM hasil dari pendidika itu.
b. Tujuan Institusional
Tujuan ini berkaiatan dengan tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan dengan jenjang tertentu. Menurut Sanjaya (2011:124) Tujuan institusional
merupakan kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh
atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga tertentu. Maksud dari tujuan
institusional adalah keharusan lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu, dengan kata lain tujuan tersebut dapat terjabarkan dalam kompetensi lulusan
setiap jenjang pendidikan. Dapat kita ambil contoh tujuan pendidikan Sekolah Dasar
adalah “memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan
kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, serta mempersiapkan
siswa untuk melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama” (Pasal 2 Kep.
Mendikbud No. 0487/U/1992).
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler merupakan tujuan yang berfokus pada bidang studi atau mata
pelajaran tertentu, menurut Sanjaya (2011, hlm. 125) tujuan kurikuler didefinisikan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu
bidang studi tertentu. Kemudian Syaripudin dan Kurniasih, (2013: 60) menyatakan bahwa
semua tujuan kurikuler yang ada pada suatu lembaga pendidikan diarahkan untuk
4
mencapai tujuan institutional yang bersangkutan. Sehingga setiap pencapain dari tujuan
kurikuler merupakan kualifikasi yang dimiliki setiap peserta sebagai lulusan suatu
lembaga pendidikan teretentu.
d. Tujuan pembelajaran
Kemp (1977:23) mengatakan bahwa “learning objectives is what should students
know or be able to do, or in what way should they behave differently after studying this
topic?” pengertian tersebut mengindikasikan bahwa tujuan pembelajaran sebuah
pertanyaan, apa yang harus dipelajari siswa, yang harus diketahu siswa, yang dapat
dilakukan siswa atau dengan cara apa siswa harus memiliki perbedaan atau perubahan
perilaku setelah mempelajarinya?
Kemudian Robert M. Meager dalam Hakim (2003:106) mengungkapkan bahwa
tujuan pembelajaran memiliki karakteristik: 1) Secara spesifik menyatakan prilaku yang
akan dicapai; 2) membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat
terjadi (kondisi perubahan perilaku); 3) secara spesifik menyatakan kriteria perubahan
perilaku dalam arti mengembangkan standar minimal perilaku yang dapat diterima
sebagai hal yang dicapai.
Tujuan pembelajaran di jabarkan sebagai tujuan yang harus dicapai dalam setiap
proses pembelajaran, tujuan pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu tujuan pembelajaran
umum dan tujuan pembelajaran khusus. Tujuan pembelajaran umum merupakan tujuan
suatu pokok bahasan dari suatu bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang di ajarkan
di suatu lembaga pendidiakan, tujuan umum ini masih belum bersifat operasional
sehingga perlu dijabarkan lagi dalam tujuan khusus, Tujuan pembelajaran khusus memuat
hal-hal yang bersifat spesifik, operasional dan terukur atau harus tercapai pada setiap
satuan pertemuan.

2.1.3. Manfaat dan Kelemahan Tujuan


Manfaat dari tujuan menurut Kemp (1977: 34-35) adalah sebagai berikut:
 Tujuan menjadi kerangka kerja untuk setiap program instruksional yang dibangun
berbasis kompetensi dimana penguasaan pembelajaran adalah hasil yang diharapkan.
 Tujuan dapat menginformasikan kepada siswa apa saja yang dituntut untuk dikuasai,
dengan mengetahui apa saja yang harus mereka kuasai maka siswa dapat mempersiapkan
pekerjaannya lebih maksimal

5
 Tujuan membantu tim perencana untuk berpikir dalam istilah tertentu atau topik tertentu
kemudian mengatur dan menata, mengurutkan dan mengatur pokok bahasan
 Tujuan menunjukkan jenis dan tingkat kegiatan yang diperlukan untuk berhasil
melaksanakan pembelajaran
 Tujuan memberikan dasar untuk mengevaluasi pembelajaran siswa dan kefektifan
program instruksional
 Tujuan memberikan cara terbaik untuk mengkomunikasikan harapan capaian dan apa saja
yang harus dipelajari kepada orang tua dan orang lain

Tujuan adalah komponen yang cukup penting dalam pembelajaran. Tujuan menjadi
arah penentu kemana pembelajaran akan dibawa. Sanjaya (2011, hlm. 122) menyebutkan
pentingnya tujuan karena beberapa alasan yaitu pertama, tujuan dapat menjadi tolak ukur
dalam mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran. Kedua, tujuan sebagai
pedoman dan panduan kegiatan belajar. Ketiga, tujuan dapat membantu dalam mendesain
sistem pembelajaran dan keempat, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol
dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Maka dari Tujuan pembelajaran
harus jelas karena tujuan merupakan arah yang akan dijadikan acuan guru dalam
pembelajaran.
Selain manfaat dan fungsi, tujuan juga memiliki kekurangan atau kelemahan, merujuk
pada buku Instructional Design Jerold E. Kemp (1977: 36) ada beberapa kelemahan dari
tujuan, yaitu:
 Sebagian besar tujuan hanya menyentuh tingkat kognitif terendah
 Prosedur yang digunakan untuk menentukan tujuan paling baik diterapkan pada
prilaku kognitif dan psikomotorik, jarang sekali tujuan dalam ranah afektif dinyatakan
dalam istilah yang dapat diukur dan diamati
 Meskipun tujuan berguna bagi subjek yang memiliki struktur konten sekuensial tinggi
seperti matematika, IPA dan Bahasa asing, tujuan terbatas penggunaanya dalam
humaniora, seni dan ilmu sosial yang tidak memerlukan kognitif sekuensial organsasi
 Jika seorang guru menerapkan tujuan dengan baku dan rigid dari awal hingga akhir,
guru mungkin tidak akan maksimal dalam pencapaianya karena dalam prosesnya pasti
banyak ditemukan kebutuhan-kebutuhan penyesuaian yang bersifat incidental dan
tidak tertera dalam tujuan, dengan kata lain adanya hidden curriculum yang tetap harus
dipertimbangkan.

6
 Menerapkan tujuan yang terukur merupakan pendekatan yang tidak manusawi dalam
pembelajaran dan membuat pendidikan terlalu mekanistik dan impersonal, maksudnya
di sini adalah siswa adalah manusia dan proses belajar juga hasi belajar tidak
sepenuhnya semua dapat diukur dan diamati.

Dari kekurangan-kekurangan diatas dapat difahami bahwa tujuan tidak selalu bersifat
ideal, karena pada prosesnya tujuan tetap menjadi acuan atau patokan tanpa harus
mengabaikan hal-hal lain yang timbul dalam pembelajaran. Keberhasilan tujuan juga akan
sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang menjalani dan melaksanakannya. Harapannya para
pekerja pendidikan tidak hanya berfokus pada tujuan yang bersifat tuntutan formal tapi juga
mempertimbangkan tujuan yang bersifat lebih menyentuh siswa sebagai manuasia dengan
segala fitrahnya.

2.1.4. Klasifikasi Tujuan


Berbicara tujuan di Indonesia, maka kita akan berbicara tentang taxonomi Bloom
karena pada perumusan tujuan ada tiga ranah yang diadopsi oleh sistem pendidikan kita yaitu
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Kemudian Bloom dalam Krathwohl (2002)
menyatakan tujuan pendidikan memiliki beberapa kawasan yaitu domain kognitif, afektif dan
psikomotorik.
a. Domain Kognitif

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition yang berkaitan dengan pengartian atau
dapat disepadankan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas Syah
(2005:66) mengartikan “cognition” (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Kemudian dalam KBBI kognisi diartikan sebagai kegiatan atau proses
memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha
mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Seiring perkembangan yang terjadi istilah
kognitif menjadi populer sebagai “”salah satu domain/ranah psikologis manusia, namun
domain kognitif ini memiliki dua versi dimana yang pertama adalah teori pure dari Bloom
dan yang kedua adalah versi revisi. Dibawah ini akan dibahas dari keduanya berdasar tulisan
David R. Krathwohl (2002)
No Bloom Revisi
1 Knowledge Remember
 Knowledge of specifics Retrieving relevant knowledge from
 Knowledge of terminology long-term memory.

7
 Knowledge of specific facts  Recognizing
 Knowledge of ways and means of  Recalling
dealing with specifics
 Knowledge of conventions
 Knowledge of trends and sequences
 Knowledge of classifications and
categories
 Knowledge of criteria
 Knowledge of methodology
2 Comprehension Understand
 Translation Determining the meaning of
 Interpretation instructional messages, including
 Extrapolation oral, written, and graphic
communication.
 Interpreting
 Exemplifying
 Classifying
 Summarizing
Inferring
 Comparing
 Explaining
3 Application Apply
Carrying out or using a procedure in
a given situation.
 Executing
 Implementing
4 Analyze Analyze
 Analysis of elements Breaking material into its constituent
 Analysis of relationships parts and detecting how the parts
 Analysis of organizational principles relate to one another and to an
overall structure or purpose.
 Differentiating
 Organizing
 Attributing
5 Synthesis Evaluate

8
 Production of a unique communication Making judgments based on criteria
 Production of a plan, or proposed set of and standards.
operations  Checking
 Derivation of a set of abstract relations  Critiquing
6 Evaluation Create
 Evaluation in terms of internal evidence Putting elements together to form a
 Judgments in terms of external criteria novel, coherent whole or make an
original product.
 Generating
 Planning
 Producing

1. Dari Pengetahuan kepada Mengingat. Kemampuan ini tadinya berupa pengetahuan yang
luas baik pengetahuan terminologi, fakta bahkan klasifikasi, namun direvisi menjadi
mengingat karena sebenarnya jika difahami tingkatan ini memiliki penekanan yang sama
yaitu mengingat atau mengenal materi yang sudah dipelajari, baik itu materi yang
sederhana maupun yang sulit, seperti prinsip atau teori. Penekanan dalam aspek ini adalah
kemampuan mengingat dengan benar maka revisi membuatnya menjadi lebih spesifik
pada meningat mengenali dan me-recall Kembali materi yang pernah dipelajari
2. Tadinya pemahaman yang mengacu pada maksna komprehensif (Comprehension) yang
meliputi pemahaman translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi (Comprehension). Menjadi
kemampuan pemahaman (Understand) atau kemampuan menangkap makna dari materi
yang dipelajari, menangkap makna baik itu dari lisan tulisan maupun grafik atau gambar.
Kemampuan memahami revisi ini meliputi Menafsirkan, Mencontoh, Pengelompokan,
Meringkas, Menyinggung, Membandingkan dan Menjelaskan.
3. Baik dalam Taksonomi Bloom sebelumnya maupun revisi keduanya memasukan aspek
penerapan (Application). Penerapan pada taksonomi sebelum revisi mengacu pada
kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi
tertentu atau situasi baru, kemudian kemampuan menerapkan pada versi revisi melibatkan
dua tahapan, yaitu melaksanakan dan menerapkan.
4. Analisis mengacu kepada kemampuan mengurai materi, kemampuan analisis pada Bloom
sebelum direvisi terdiri atas analisis elemen, relasi, dan organisasi. Sementara pada versi
revisi mengecangkup kemampuan menguraikan adalah membedakan, pengorganisasian
dan memberi label atau atribut.

9
5. Pada kemampuan yang ke 5 ini versi asli mengambil kemampuan Sintesis. yaitu
kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu
pola struktur atau bentuk baru. Sementara versi revisi mengambil kemampuan evaluasi
yang ada pada kemampuan ke 5 versi asli.
6. Kemampuan ke 6 pada versi asli adalah evaluasi dan versi terbaru adalah mencipta
(create). Pada taksonomi revisi, Kemampuan mencipta ini meliputi menggenarasi atau
menghasilkan ide baru, kemudian merencanakan dan memproduksi.
b. Domain Afektif
Domain afektif adalah kemampuan yang berkenaan dengan sikap, nilai-nilai atau respon-
respon individu. Domain ini dikatakan sebagai domain lanjutan dari kognitif dimana
seseorang akan mampu memberikan respon atau bersikap terhadap sesuatu ketika sudah
memiliki kemampuan kognitif. Domain afektif memiliki beberapa tingkat yaitu penerimaan,
merespon, menghargai dan karakterisasi. (Sanjaya, 2011: 130).
1. Penerimaan adalah sikap kesadaran terhadap gejala, masalah atau suatu kondisi dimana
menurut Hakiim (2009:104) aspek afektif ini disebut sebagai kemampuan menerima yang
meliputi: a) mendengar dengan penuh perhatian; b) Menunjukkan kesadaran pentingnya
belajar; c) menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan manusia dalam masalah sosial; d)
menerima perbedaan ras dan budaya; e) memperhatikan dengan sungguh-sungguh
kegiatan di kelas.
2. Pemberian Respon atau kemauan untuk menanngapi ini berkaitan dengan menjadi
terpancingnya untuk berpartisipasi aktif dan mau melakukan tugas-tugas yang diberikan
atau berkontribusi aktif dalam sebuah diskusi.
3. Menghargai adalah domain afektif yang mengacu pada kemampuan untuk memberi nilai
pada sesuatu atau memberi label berharga, atau proses menghayati suatu nilai, kemudian
komitmen terhadap nilai atau keyakinan teretebut. Kemampuan ini juga dapat dikatakan
sebagai kemampuan menghargai suatu nilai atau keyakinan yang ada.
4. Pengorganisasian. Mengacu pada penyatuan nilai sehingga peserta didik memiliki sistem
nilai dalam dirinya.
5. Karakterisasi adalah kemampuan untuk memiliki pola hidup, sehingga nilai-nilai yang
dibangun akan terscapai dalam falsafah hidup dan dijadikan acuan dalam mekaukan
sesuatu.
c. Domain Psikomotorik
Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilanatau skill dan
kemampuan fisik, menurut Kemp (1977:35) domain psikomotorik adalah keterampilan yang
10
membutuhkan penggunaan dan koordinasi otot rangka, seperti dalam aktivitas fisik
melakukan, memanipulasi dan membangung. Lebih lanjut Robert J. Kibler dkk. menjabarkan
empat kategori kemampuan psikomotorik:
1. Gerakan tubuh kasar meliputi lengan, bahu, kaki tungkai dan sebagainya. Dapat diambil
contoh seperti melempar bola jarak jauh.
2. Mengkoordinasikan Gerakan tangan dengan jari secara halus, tangan dengan mata, tangan
dengan telinga, tangan dengan kaki dan sebagainya. Contohnya merajut syal, mengemudi,
mengetik, atau melihat note music sambal memainkan organ atau piano.
3. Komunikasi nonverbal meliputi ekspresi wajah, gerak tubuh, dan Gerakan tubuh itu
sendiri. Contohnya menunjukkan emosi melalui ekspresi wajah, menggunakan gerak
tubuh untuk menginformasikan arah dan sebagainya.
4. Perilaku bicara dengan memproyeksikan suara, kemudian mengkoordinasikan suara
dengan gerak tubuhnya. Contohnya dalam membaca puisi melibatkan gestur, mimic dan
intonasi. (Kemp. 1977:26)

Sementara Sanjaya (2011:133) menngungkapkan bahwa domain psikomotoris terdiri dari:


a. Keterampilan meniru
b. Keterampilan menggunakan
c. Keterampilan ketepantan
d. Keterampilan merangkaikan
e. Keterampilan naturalisasi

2.1.5. Langkah-Langkah Menentukan Tujuan


Menentukan tujuan dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat krusial karena
Langkah ini menjadi titik utama dikembangkannya suatu kegiatan pembelajaran, menentukan
tujuan tidak serta merta begitu saja dilakukan tanpa adanya sumber rumusan tujuan. Ralp W.
Tyler (1970) dalam Hakiim (2009:107) menjabarkan saran-saran yang dapat digunakan
sebagai sumber perumusan tujuan pembelajaran, yaitu:
a. Kebutuhan siswa, baik yang bersifat individual maupun sosial
b. Tuntutan kehidupan yang bersifat kontemporer
c. Saran ahli dari berbagai cabang ilmu pengetahuan

Setelah mengetahu sumber-sumber dalam merumuskan tujuan, sekarang masuk


kepada tahapan atau langkah apa saja yang ada dalam menentukan tujuan, Hakiim (2009:

11
112) menyatakan bahwa dalam perumusan atau menentukan tujuan terdapat sepuluh
tahap/langkah yaitu:
1. Menganalisis kebutuhan
2. Menganalisis sumber tujuan
3. Mengembangkan tujuan sekolah
4. Mengembangkan jenis pengalaman belajar dan organisasinya
5. Menjabarkan tujuan sekolah sesuai dengan lingkup dan urutan pengalaman belajar yang
ditentukan
6. Mengembangkan tujuan mata pelajaran
7. Mengembangkan materi pembelajaran
8. Menjabarkan tujuan mata pelajaran
9. Mengembangkan tujuan pembelajaran umum
10. Menjabarkan tujuan pemebalajaran umum ke dalam tujuan pembelajaran khusus

Berbeda dari Hakiim, Morrison, dkk. (2001: 90) menyebutkan bahwa untuk
memperoleh tujuan ada proses empat langkah yang harus diselesaikan setelah analisis tugas.
Langkah-langkah tersebut adalah:
1. meninjau analisis tugas dan mengidentifikasi pengetahuan, tugas (misalnya prosedur)
dan sikap penting yang harus dikuasai pelajar untuk memecahkan masalah kinerja
2. Kelompokkan analisis tugas dalam kelompok dengan tujuan atau kebutuhan yang telah
Anda identifikasi
3. Tulis tujuan untuk setiap pernyataan atau kebutuhan tujuan
4. Tulis tujuan untuk informasi tambahan yang penting dan tidak ditujukan oleh tujuan.

2.2. Sumber Belajar


2.2.1. Definisi Sumber Belajar
Sumber belajar dalam definisi AECT (Association of Education and Communication
Technology) adalah semua sumber baik berupa data, orang maupun wujud tertentu yang
dapat digunakan oleh anak didik dalam kegiatan belajar (Abdulhak, 2013:153). Pengertian
AECT ditegaskan Kembali dengan pernyata Seels dan Richey (1994:12) menyatakan
bahwa ..”sources of support for learning, including support sistems and instructional
materials and environments. Resources can include whatever is available to help individuals
learn and perform competently”. Maksudnya adalah sumber belajar merupakan penyokong
pembelajaran termasuk sistem pendukung, bahan, serta lingkungan pembelajaran itu sendiri.

12
Sumber belajar dapat mencangkup apapun yang membantu individu untuk belajar dan
bekerja secara kompeten.
Sejalan dengan definisi diatas Sanjaya (2011,12) menyatakan bahwa sumber belajar
merupakan segala sesuatu yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar, juga
Rusman dkk (2011: 42) mengartikan segala bentuk atau segala sesuatu yang ada diluar diri
seseorang yang bisa digunakan untuk membuat atau memudahkan terjadinya proses belajar.

13
2.2.2. Manfaat Sumber Belajar
Manfaat sumber belajar menurut Abdulhak (2013:155) adalah:
a. Memberikan pengalaman yang konkret tidak langsung kepada siswa
b. Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara
langsung dan konkret
c. Menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas
d. Memberikan informasi yang akurat dan yang terbaru seperti buku teks, ensiklopedi,
nara sumber dan lain-lain
e. Membantu memecahkan masalah pembelajaran baik dalam lingkungan makro maupun
lingkungan mikro
f. Memberikan motivasi yang positif, lebih-lebih bila dirancang penggunaanya secara
tepat
g. Merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut, seperti buku teks,
buku bacaan, film dan lainnya yang mengandung daya penalaran yang mampu
membuat siswa terangsang untuk berpikir, menganalisis dan berkembang lebih lanjut.

Dengan mengetahui manfaat-manfaat sumber belajar, diharapkan para pendidik


mempertimbangkan perancangan dan penyediaan sumber belajar yang lebih beragam
demi memaksimalkan proses pembelajaran.
Sumber belajar merupakan komponen penting dalam pembalajaran yang tidak dapat
dipisahkan karena jalannya pembelajaran sangat ditunjang oleh penggunaan sumber
belajar. Maka dari itu, merujuk pada Abdulhak (2013:154) sumber belajar memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran, dengan jalan:
 Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara
lebih baik
 Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih
banyak membina dan mengembangkan gairah belajar siswa.
b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan
jalan:
 Mengurangi control guru yang kaku dan tradisional
 Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannya.
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan jalan:

14
 Perancangan program pembelajaran lebih sistematis
 Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian
d. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan
 Meningkatkan kemampuan sumber belajar
 Penyajian informasi dan bahan secara lebih konkret
e. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu:
 Mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak
dengan realitas yang sifatnya konkret
 Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung
f. Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih luas, yaitu:
 Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis.

2.2.3. Jenis-Jenis Sumber Belajar


Menurut AECT (1977) jenis sumber belajar dilihat dari sumbernya dibedakan menjadi
dua yaitu sumber belajar yang dirancang atau didesain dan dibuat dengan menggunakan
langkah pengembangan sumber belajar, kemudian yang kedua adalah sumber belajar yang
dimanfaatkan dimana sumber belajar tidak dirancang dan dibuat. Kaitannya dengan ragam
jenis sumber belajar AECT dalam Sanjaya (2011: 228-230) mengklasifikan sumber belajar
yang dapat dipilih dan digunakan sebagai berikut:
1. Pesan (Massage)
Merupkan informasi yang dikeluarkan atau yang disampaikan oleh pihak tertentu yang dapat
berupa ide, fakta, arti atau data yang berkaitan dengan pembelajaran itu sendiri.
2. Orang (People)
Orang atau manusia adalah individu yang memiliki banyak informasi dari mulai menerima,
menyimpan, mengolah dan juga termasuk subjek yang memberikan pesan itu sendiri. Orang
sebagai sumber belajar dapat dikategorikan sebagai orang yang berpropresi sebagai pendidik
atau pekerja dunia pendidkan dan orang yang diluar profesi pendidik.
3. Bahan (Materials)
Bahan adalah suato format yang digunakan untuk menyimpan pembelajaran seperti buku
teks, modul, program video, film dan lain sebagainya
4. Alat (Device)
Alat disini adalah benda-benda yang dapat berfungsi untuk menyajikan materi.
5. Teknik (technique)

15
Teknik adalah prosedur atau cara yang digunakan untuk memberikan pembelajaran guna
tercapainya tujuan, mengacangkup permainan/simulasi, sosiodrama dan lain sebagainya.
6. Latar (Setting)
Latar atau lingkungan yang berada di sekolah dan diluar sekolah, baik yang dirancang
maupun yang tidak dirancang namun dimaksudkan untuk melaksanakan pembelajaran dan
pencapaian tujuan.

2.2.4. Kriteria Memilih Sumber Belajar


Memilih atau mementukan sumber belajar tidak serta merta dilakukan dengan
semaunya, namun harus ada kriteria-kriteria yang perlu di perhatikan dalam memilih sumber
belajar, kriteria-kriteria ini sejatinya diharapakan dapat memaksimalkan pemilihan sumber
belajar yang tepat. Dalam pemilihannya ada dua kriteria yang perlu diperhatikan yaitu kriteria
umum dan kriteria berdasarkan tujuan. Abdulhak (2013: 156) menjabarkan dua kriteria tadi
sebagai berikut:
1. Kriteria Umum
 Ekonomis dalam aratian terjangkau namun memiliki manfaat jangka panjang
 Praktis dan sederhana ini berarti tidak menyulitkan pendidik dalam penggunaannya.
 Mudah diperoleh, dalam artian sumber belajar tidak sulit ditemukan dan tidak
mengutas usaha lebih banyak dalam mendapatakannya
 Bersifat fleksibel, artinya dapat digunakan dalam untuk berbagai tujuan
instruksional dan dadn tidak terlalu dipengaruhi oleh factor luar seperti kemajuan
teknologi, nilai budaya dan lainnya
 Komponen-komponennya sesuai dengan tujuan
2. Kriteria berasarkan tujuan
 Sumber dimaksudkan untuk memotivasi artinya pemilihan sumber belajar harus
memperhatikan tujuannya dalam mengembangkan minat, mendorong partisipasi.
 Sumber belajar mendukung proses belajar mengajar
 Sumber belajar untuk penelitian, merupakan bentuk yang dapat diobservasi,
dianalisis, dicatat secara teliti dan sebagainya.
 Sumber belajar untuk memecahkan masalah
 Sumber belajar untuk presentasi lebih ditekankan sumber sebagai alat, metode atau
stategi penyempaian pesan

16
Kriteria-kriteria diatas dapat kita jadikan pegangan untuk memilih sumber belajar,
sehingga sumber belajar yang di pilih dapat benar-benar mewakili berbagai tujuan dan juga
memberi solusi bagi masalah-masalah yang ada.
Sementara jika berencana untuk mengembangkan suatu sumber belajar, maka
langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang sumber belajar menurut TIM
Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007:203) antara lain:
1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dengan melakukan pengumpulan data dan informasi, juga isu-isu
dan masalah-masalah di lapangan, sehingga kita dapat mengetahui apa saja yang
dibutuhkan dilapangan.
2. Penetapan Sumber belajar
Setelah melakukan analisis, saatnya menetapkan sumber belajar apa yang akan
dikembangkan dengan tidak mengabaikan tujuan pembelajaran itu sendiri, tidak
memberatkan pihak-pihak terkait dan sumber belajar yang ditetapkan mampu
memberi solusi terhadap masalah yang sudah di analisis.
3. Pengembangan Sumber Belajar
Langkah pengembangan disesuaikan dengan sumber belajar apa yang akan
dikembangkan.
4. Evaluasi sumber Belajar
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah sumber belajar yang sudah dikembangkan
menjadi solusi dan memenuhi kebutuhan. Apakah sumber belajar tersebut sesuai
dengan tujuan dan sejauh mana sumber belajar yang digunakan membantu siswa
dalam belajar. Hasil evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk perbaikan atau
pengembangan sumber belajar selanjutnya.

2.3. Strategi Pembelajaran


2.3.1. Definisi Strategi Pembelajaran
Rusman, dkk (2011: 42) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai “tipe
pendekatan yang spesifik untuk menyampaikan informasi, dan kegiatan yang mendukung
penyelesaian tujuan khusus”. Hakikatnya strategi pembelajaran merupakan penerapan
prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan siswa. Maswan
& Muslimin (2017: 264) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai “pola-pola umum
kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan”. Dalam KKBI sendiri strategi didefinisikan sebagai “rencana
17
yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”. Jika kata ini digunakan
dalam konteks pembelajaran, maka strategi pembelajaran merupakan seperangkat rencana
yang cermat mengenai kegiatan yang perlu ditempuh oleh guru dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Jika dilihat dari asal muasal istilahnya, strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu
strategos yang berarti jendral atau panglima. Dapat diartikan bahwa strategos merupakan
ilmu kejendralan atau ilmu kepanglimaan. Dilihat dalam konteks kemiliteran, strategi adalah
bagaimana menggunakan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang. Dimana
tujuan perang itu sendiri tidak ditentukan oleh militer tapi oleh politik. Apabila politik sudah
menetapkan tujuan maka tugas militer adalah memenangkannya (Kurniawan, 2011).
Kemudian istilah strategi digunakan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses
belajar-mengajar atau pembelajaran untuk mencapai proses dan hasil yang optimal. Secara
umum pengertian strategi dalam bidang pendidikan/pengajaran adalah sebagai suatu seni dan
ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum bisa dicapai secara efektif dan efisien (Kurniawan, 2011).
Menurut Kurniawan (2011: 33), strategi tidak sama dengan metode, strategi adalah
rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara untuk mencapai
sesuatu. Jadi untuk melaksanakan suatu strategi memerlukan metode. Dengan kata lain dalam
strategi ada metode dan mungkin satu atau lebih metode yang digunakan.

2.3.2. Dimensi Strategi Pembelajaran


Kurniawan (2011: 34) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran memiliki dua
dimensi yaitu dimensi rencana dan dimensi praktik. Strategi dalam dimensi praktik
mengandung empat komponen yaitu prosedur, metode, media, dan waktu. Prosedur memuat
bagaimana pola atau urutan dalam proses pembelajaran. Kurniawan (2011: 35) membaginya
menjadi tiga fase yang meliputi pendahuluan, penyajian dan penutupan. Detail pola pada
ketiga fase tersebut mengadaptasi teori sembilan peristiwa pembelajaran yang dipopulerkan
oleh Gagne (tabel 2.1).
Tabel 2.1. Prosedur atau urutan pembelajaran
Kurniawan (2011) Gagne (1985)
Pendahuluan 1. Menjelaskan secara singkat tentang isi 1. Gaining attention
pembelajaran
2. Menjelaskan relevansi isi pembelajaran baru 2. Informing learner of the
dengan materi yang lalu, pengalaman siswa, serta objective
kegunaan potensial secara teoritik dan praktik.
3. Menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang 3. Stimulating recall of

18
ingin dicapai prerequisite
Penyajian 1. Menguraikan/menyampaikan materi pelajaran 4. Presenting the stimulus
(eksplorasi) material
2. Memberikan contoh untuk memperjelas uraian 5. Providing learning guidance
(elaborasi)
3. Mengadakan Latihan untuk memperkuat 6. Eliciting the performance
penerimaan siswa (konfirmasi)
Penutupan 1. Membuat rangkuman materi 7. Providing feedback about
performance correctness
2. Mengadakan tes dan umpan balik 8. Assessing the performance
3. Memberikan tindak lanjut 9. Enhancing retention and
transfer

Pada fase penyajian, urutan dapat divariasikan Selain itu juga perlu memperhatikan
daya tahan dan motivasi belajar peserta didik. Daya tahan peserta didik untuk bisa
memperhatikan pelajaran secara maksimal terbatas hanya 30 menit. Sehingga sekitar rentang
periode 30 menit sebaiknya ada istirahat atau selingan lain untuk menyegarkan kembali
pikirannya. Kemudian pada tiap fase mungkin akan memerlukan metode pembelajaran yang
tidak sama disesuaikan dengan karakteristik dari tujuannya.

2.3.3. Klasifikasi Strategi Pembelajaran


Hingga saat ini banyak strategi pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli.
Diskusi dan penelitian terkait strategi pembelajaran melahirkan pandangan bahwa strategi
dapat diklasifikasikan berdasarkan variabel-variabel tertentu, yaitu meliputi siapa yang
menjadi fokus kegiatan pembelajaran; metode dan teknik apa yang digunakan dalam
prosesnya; apakah proses tersebut mengikuti pemahaman deduktif, induktif, atau inferensial;
bagaimana informasi dihasilkan; bagaimana informasi diperoleh peserta didik; dan lain
sebagainya.
Akdeniz (2016) telah mengumpulkan berbagai strategi pembelajaran yang
dikembangkan oleh berbagai ahli (tabel 2.2). Kemudian dia mengklasifikasikannya ke dalam
empat kategori.
Tabel 2.2. Kumpulan strategi pembelajaran dari berbagai ahli

19
1) Taksonomi tradisional, meliputi strategi: presentasi, diskoveri, inkuiri, dan pembelajaran
kooperatif.
2) Taksonomi populer, meliputi: Saskatchewan Education, dan strategi dari taksonomi
Bloom
3) Taksonomi lintas disiplin, pada kategori ini strategi pembelajaran dikaitkan dengan
berbagai disiplin ilmu lainnya, meliputi: kepribadian, dan neurosains.
4) Taksonomi berbasis aktivitas, meliputi: sembilan strategi pembelajaran Marzano, dan
strategi pengajaran eksplisit.

2.3.4. Strategi dalam Pembelajaran Daring


Terdapat perubahan lingkungan belajar ketika mentransformasikan proses
pembelajaran dari mode luring ke mode daring. Dari yang biasanya guru dan peserta didik
berada dalam satu tempat dan waktu yang sama, menjadi dilakukan secara mandiri dari
tempat masing-masing baik pada waktu yang bersamaan (sinkronus/real-time) maupun pada
waktu yang ditentukan oleh masing-masing peserta didik (asinkronus/non real-time).
Berkaitan dengan hal ini, Horton (2012) membagi strategi menjadi tiga tipe aktivitas
pembelajaran yang meliputi absorb (menyerap), do (melakukan), dan connect
(menghubungkan).
a. Absorb, peserta didik menyerap informasi yang diperolehnya dari berbagai jenis media
pembelajaran yang digunakan. Meskipun peserta didik cenderung terlihat pasif, namun
secara mental mereka aktif mengamati, memproses, hingga menilai informasi yang
diperolehnya melalui video ajar, dokumen diktat, infografis, dan sebagainya.

20
b. Do, disini peserta didik mulai terlihat aktif melakukan sesuatu yang dapat mengubah
informasi menjadi pengetahuan dan keterampilan. Banyak metode yang dapat digunakan
dalam aktivitas belajar ini, contohnya seperti diskusi, bermain games atau simulasi,
menerapkan pengetahuan, praktek, dan lain sebagainya.
c. Connect, pada tingkat tertinggi dari strategi pembelajaran Horton ini peserta didik mulai
mengkaitkan antara apa yang telah dipelajarinya dengan kehidupan nyata, baik dalam
konteks dunia kerja, kehidupan sosial, maupun kehidupan personal. Mereka juga
mengkaitkan antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan lainnya sehingga
terbentuk pengetahuan yang baru. Metode yang dapat digunakan meliputi brainstorming,
bertanya kepada ahli, job aids, riset, dan sebagainya.
Jika tujuannya adalah untuk mengajarkan sesuatu yang baru bagi peserta didik, disarankan
menggunakan aktivitas belajar absorb dan do. Sedangkan jika tujuannya adalah untuk
menghubungkan antara apa yang telah peserta didik ketahui atau kuasai dari proses
pembelajaran dengan bagaimana penerapannya di kehidupan nyata gunakan aktivitas belajar
connect.
2.4. Media Pembelajaran
2.4.1. Definisi Media Pembelajaran
Media merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan kehidupan manusia. Proses
komunikasi menjadi lebih mudah dan efisien dalam pelaksanaannya dengan adanya bantuan
media. Media merupakan istilah jamak dari medium yang secara harfiah memiliki arti
perantara atau pengantar. Sedangkan media pembelajaran merupakan alat dan bahan yang
digunakan untuk membantu upaya meningkatkan hasil belajar siswa (Riyana, 2012). Media
merupakan salah satu alat untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan
interaksi siswa dengan lingkungan. Media juga merupakan penunjang penggunaan metode
mengajar yang digunakan oleh guru dalam proses belajar (Rusman, dkk, 2011).
AECT dalam Miarso: (2011, hlm. 457) mendefinisikan “media adalah segala bentuk
dan saluran untuk proses transmisi informasi”. Gagne dalam Miarso (2011, hlm. 457)
mendefinisikan media pembelajaran sebagai “berbagai jenis komponen dalam lingkungan
mahasiswa yang dapat merangsang mahasiswa untuk belajar”. Commission on Instructional
Technology dalam Miarso (2011, hlm. 457) juga mengartikan media pembelajaran sebagai
“media yang lahir akibat dari revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan
pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis”.
Berdasarkan keseluruhan pemaparan definisi media pembelajaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
21
menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si
belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali.” Miarso (2011, hlm. 458). Media pembelajaran adalah sebuah produk atau alat,
elektronik maupun non-elektronik, yang dapat membantu siswa dalam membangun
pengetahuan dan atau keahlian sebagai bagian dari proses pembelajaran, baik secara
individual maupun berkelompok, secara mandiri maupun dibimbing, dan secara terprogram
maupun tidak terprogram.

2.4.2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran


Penggunaan media pembelajaran bertujuan agar memudahkan siswa dalam belajar.
Selain itu pula media pembelajaran dapat membantu peran guru di kelas dalam mengajar.
Riyana (2012) memaparkan fungsi dari media adalah untuk mewujudkan tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Fungsi rincinya adalah sebagai berikut:
a. Menangkap suatu objek atau peristiwa tertentu;
b. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu;
c. Kesempatan belajar yang lebih merata;
d. Pengajaran lebih berdasarkan ilmu;
e. Menampilkan objek yang terlalu besar untuk dibawa ke ruang kelas;
f. Memperbesar serta memperjelas objek yang terlalu kecil yang sulit nampak dilihat mata;
g. Mempercepat gerakan suatu proses yang terlalu lambat;
h. Memperlambat suatu proses gerakan yang terlalu cepat;
i. Menyederhanakan suatu objek yang terlalu komplek;
j. Memperjelas bunyi-bunyian yang sangat lemah.
Media pembelajaran juga dapat memberikan manfaat bagi siswa berupa peningkatan
kualitas proses belajarnya sehinga meningkat pula hasil belajarnya. Sudjana dan Rivai (2015)
menyebutkan beberapa alasan dari manfaat tersebut, diantaranya:
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar;
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para
siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik;
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;

22
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian
guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan
lain-lain.
Banyak fungsi dan manfaat media pembelajaran seperti yang telah dipaparkan diatas.
Inti utama dari fungsi dan manfaat media pembelajaran adalah memaksimalkan proses
pembelajaran siswa agar menjadi lebih efektif dan bermakna. Membantu guru agar dapat
merangkul keragaman gaya belajar dan kemampuan belajar siswa untuk sama-sama mencapai
tujuan pembelajaran. Terlebih tren teknologi saat ini, yang jika dapat diterapkan dalam dunia
pendidikan, dapat merangkul siswa dengan gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik secara
bersamaan dalam satu media. Teknologi tersebut seperti Augmented Reality, Virtual Reality,
dan Mixed Raelity yang mampu memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata sehingga
lebih terasa pula fungsi dan manfaatnya dalam pembelajaran.

2.4.3. Klasifikasi Media Pembelajaran


Media pembelajaran memiliki beragam jenis mulai dari yang sederhana hingga
kompleks yang dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik dan sifat tertentu meliputi
betuk, teknik pemakaian, dan kemampuannya (Riyana, 2012).

23
a. Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuknya, media dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu (1)
Kelompok media yang dapat diterima oleh indera pendengaran, atau media yang
mengandalkan kemampuan suara (auditif), contohnya yaitu radio, audio, atau tape recorder,
(2) Kelompok media yang dapat diterima oleh indera penglihatan (media visual), contohnya
yaitu gambar, foto slide, kartun, dan sebagainya, dan (3) Kelompok media yang dapat
diterima oleh indera pendengaran sekaligus penglihatan (media audio visual), contohnya
yaitu sound slide, film, televisi, video, film strip, dan animasi.
b. Berdasarkan teknik pemakaian
Berdasarkan teknik pemakaian, media dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu (1)
Media elektronik merupakan media yang menggunakan peralatan elektronik seperti projektor,
televisi, radio, opaque (OHP), dan sebagainya, dan (2) Media non elektronik merupakan
media yang dapat digunakan tanpa peralatan elektronik seperti media grafis, model, mock-up,
specimen, dan sebagainya.
c. Berdasarkan kemampuan
Berdasarkan teknik pemakaian, media dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu (1)
Media yang mempunyai jangakauan dan serentak, pemanfaatannya tidak terbatas tempat dan
ruangan, seperti radio dan televisi, dan (2) Media yang mempunyai jangkauan yang terbatas,
pemanfaatannya memerlukan tempat dan penataan ruangan yang khusus, seperti OHP, slide
suara, film slide dan sebagainya.

2.4.4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran


Penggunaan media pembelajaran tergantung pada tujuan, materi ajar, kemudahan
memperoleh media yang diperlukan, serta kemampuan guru dalam menggunakannya. Dalam
memilih media pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria berikut:
1) Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran.
2) Dukungan terhadap isi materi ajar. Materi ajar yang bersifat fakta, prinsip, konsep, dan
generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami peserta didik.
3) Kemudahan memperoleh media. Setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu
mengajar.
4) Keterampilan guru dalam menggunakannya.
5) Tersedia waktu untuk menggunakannya.
6) Sesuai dengan taraf berpikir peserta didik. Penampilan grafik yang berisi data dan angka
tentu tidak cocok diberikan kepada siswa SD.
24
Pemilihan media yang tepat sesuai dengann kriteria-kriteria di atas dapat membantu
mempermudah tugas guru dalam mengajar. Namun kehadiran media pembelajaran jangan
dipaksakan sehingga malah mempersulit tugas guru. Oleh karenanya, penggunaan media
bukanlah suatu keharusan, tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi
kualitas belajar dan mengajar (Sudjana, 2015). Namun pada kondisi saat ini, dimana proses
pembelajaran terpaksa harus dilakukan secara daring, kehadiran media pembelajaran menjadi
sangat penting sebagai stimulus bagi peserta didik agar dapat memenuhi tujuan pembelajaran
meskipun tanpa pertemuan tatap muka dengan gurunya.

2.5. Evaluasi Pembelajaran


2.5.1. Definisi Evaluasi Pembelajaran
Rusman, dkk (2011: 42) mendefinisikan evaluasi sebagai “alat untuk menilai
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar
secara keseluruhan”. James and Roffe dalam Sharon, dkk (2010) berpendapat bahwa
“evaluation is comparing the actual and real with the predicted or promised” dimana perlu
adanya renungan atas apa yang dicapai dalam perbandingannya dengan apa yang diharapkan.
Definisi ini juga menggarisbawahi evaluasi bersifat potensial subjektif, dimana individu yang
berbeda cenderung memiliki harapan yang beragam. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran,
ada tiga hal yang saling berkaitan yaitu evaluasi, pengukuran dan tes.
Menurut Gronlund dalam Toto dan Cepi (2011:165) evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan inerpretasi informasi/data untuk menentukan
sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah adalah suatu
proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus
yang dimiliki oleh individu (siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk
mengukur suatu sampel perilaku.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat
komprehensif yang di dalamnya meliputi pengukuran, dan tes sebagai suatu alat untuk
melaksanakan pengukuran itu sendiri. Keputusan evaluasi (value judgement) tidak hanya
didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative description), dapat pula didasarkan pada hasil
pengamatan (qualitative description). Baik yang didasarkan pada hasil pengukuran maupun
bukan pengukuran, pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek yang
dinilai.

25
2.5.2. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi, maka guru harus mengetahui dan memahami
terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru akan mengalami
kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Fungsi utama evaluasi dalam
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu :
a. Fungsi formatif
Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai
sepenuhnya materi yang dipelajari.
b. Fungsi sumatif
Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan
angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas Adan laporan perkembangan belajar
siswa serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Fungsi diagnostik
Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang
mengalami kesulitan belajar.
d. Fungsi seleksi dan penempatan
Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai
dengan minat dan kemampuan.
Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar guru mengenal siswa
selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya seutuhnya. Di samping itu evaluasi juga
berguna untuk mempertinggi hasil pengajaran, karena itu evaluasi tidak bisa dipisahkan dari
belajar dan mengajar, dan intinya adalah evaluasi belajar dengan tujuan untuk
memperbaikinya. Evaluasi harus dilakukan oleh semua yang bersangkutan, bukan hanya guru
tetapi juga siswa. Maka tujuan evaluasi pembelajaran meliputi:
a. Untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar
b. Untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru
c. Untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar
e. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan
belajar dan mencarikan jalan keluarnya
f. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan
kemampuannya.

26
2.5.3. Bentuk-Bentuk Evaluasi Pembelajaran
a. Bentuk Evaluasi Pembelajaran Produk
Bentuk evaluasi pembelajaran produk merupakan bentuk evaluasi yang menilai hasil akhir
dan proses. Dimana dalam penilaiannya melihat kemampuan membuat produk teknologi dan
seni. Dalam menilai proses akhir contohnya hasil akhir dari pembuatan mainan, pakaian,
hasil karya seni (gambar, lukisan, pahatan), barang-barang terbuat dari kayu, keramik,
plastik, dan logam. Sedangkan dalam menilai proses contohnya menilai teknik
menggambarnya, peralatan yang digunakan apakah aman.
b. Bentuk Evaluasi Portofolio
Bentuk evaluasi portofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya (hasil kerja) siswa
yang sistematis mulai dari pengumpulan data melalui karya siswa, pengumpulan dan
penilaian yang terus menerus dan refleksi perkembangan berbagai kompetensi, tingkat
perkembangan kemajuan siswa, dan bagian integral dari proses pembelajaran untuk satu
periode serta pencapaian tujuan diagnostik.
c. Bentuk Evaluasi Proyek
Bentuk evaluasi proyek merupakan penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung
penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. Dalam hal ini guru memberikan tugas
berupa suatu investigasi dengan tahapan perencanaan, pengumpulan data, dan pengolahan
data, serta penyajian data.
d. Bentuk Evaluasi Unjuk Kerja/Performance
Bentuk evaluasi unjuk kerja/performance merupakan pengamatan terhadap aktivitas siswa
sebagaimana terjadi (unjuk kerja, tingkah laku, interaksi). Bentuk evaluasi unjuk
kerja/performance cocok untuk penyajian lisan, keterampilan berbicara, berpidato, baca puisi,
berdiskusi, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi, memainkan alat
musik; olahraga, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat,
mempresentasikan suatu rancangan. Dan bermanfaat untuk menilai keterampilan menyelidiki
secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi
pengetahuan dalam suatu penyelidikan, kemampuan dalam menginformasikan subyek secara
jelas.
e. Bentuk Evaluasi Tertulis
Bentuk evaluasi tertulis berfungsi untuk memilih dan mensuplai jawaban. Di mana di dalam
memilih dapat berupa pilihan ganda, dua pilihan (Betul - Salah atau Ya - Tidak) dan
mensuplai jawaban dapat berupa lisan atau melengkapi jawaban singkat ataupun dengan
uraian.
27
BAB 3
KESIMPULAN

Komponen pembelajaran meliputi tujuan, sumber belajar, strategi pembelajaran,


media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran, masing-masing memiliki porsi dan fungsi
dalam suatu sistem pembelajaran. Maka dalam pengembangan suatu pembelajaran penting
mengetahui setiap komponen dengan karakteristiknya. Tujuan merupakan bagian kepala yang
menjadi dasar juga acuan bagi komponen lain, maka mengembangkan tujuan perlu
melakukan anlisis kebutuhan mendalam dengan memahami konsep tujuan terlebih dahulu.
Tujuan akan menentukan sumber belajar apa yang akan digunakan, strategi yang bagaimana
yang akan diadopsi, media seperti apa yang akan dilibatkan dan evaluasi seperti apa yang
ingin di kembangkan untuk mengukur ketercapaian tujuan tersebut.
Selanjutnya adalah sumber belajar, menjadi penyokong dalam pembelajaran sehingga
pemilihannya harus didasari oleh prinsip-prinsip dasar kebermanfaatan dan fungsi dari
sumber belajarnya. Lalu strategi yang memberikan gambaran tentang bagaimana rencana
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
memuat komponen prosedur, metode, media, dan waktu. Media berperan sebagai alat bantu
penyampai informasi dari guru kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Terakhir,
untuk melihat sudah sejauh mana pemenuhan tujuan dilakukanlah evaluasi pembelajaran.

28
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. (2013). Tekonologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Ahmadi, A. dan Widodo Supriyono. (2004). Psikologi belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Akdeniz, C. (2016). Instructional Process and Concepts in Theory and Practice. Isparta: T.C.
Süleyman Demirel Üniversitesi.

Hakiim, L. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Horton, W. K. (2012). E-Learning by Design 2nd Edition. San Francisco: Pfeiffer.

Kemp. J. E. (1977). Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development (Second
Edition). Fearson. Pitman Publishers Inc: Belmont California.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu. Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: CV.
Pustaka Cendekia Utama.

Maswan & Muslimin. (2017). Teknologi Pendidikan. Penerapan Pembelajaran yang


Sistematis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Miarso, Y. (2011). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. 

Morrison, G.R, Steven M. Ross, Jerold E. Kemp. (2001). Designing effective instruction 3rd
Editions. New York: John Wiley

Rusman, Dkk. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,


mengembangkan profesionalitas guru.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru:edisi


kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: KENCANA


PRENADA MEDIA GRUP.

Seels, B.B. dan Richey, R.C. (1994). Instructional Technology: The Definition and Domains
Of The Field. Washington, D.C: Association for Educational Communications and
Technology

Sudjana, N., & Rivai, A. (2015). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suparman, M.A., (2012). Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan: Desain
Instruksional Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Supriadie, D., & Deni Darmawan. (2012). Komunikasi pembelajaran. Bandung: Rosda.

Susilana, R. & Riyana, C. (2014). Media Pembelajaran. Hakikat Pengembangan,


Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.

Syah, M. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

29

Anda mungkin juga menyukai