Anda di halaman 1dari 16

SWAMEDIKASI

1. Pada saat batuk seperti apa pasien menggunakan obat batuk GG, Ambroxol dan
Dextrometorpan?
Jawab :
Antitussiva adalah obat-obat yang menghentikan rangsang batuk, menurunkan
frekuensi dan intensitas dalam batuk dengan menekan refleks batuk akibat penghambatan
pusat batuk dalam batang otak dan atau melalui blokade reseptor sensorik (reseptor batuk)
dalam saluran bronchus. Obat batuk jenis antitussiva yang sering digunakan adalah
dekstrometorfan. Antitusif tidak boleh diberikan pada batuk yang produktif (berdahak)
akibat rokok, asma dan emfisema, karena supresi batuk akan menghambat pengeluaran
dahak (Gitawati, 2014).
Ekspektoran adalah senyawa yang mempermudah atau mempercepat pengeluaran
sekret bronchus dari bonchus dan trachea. Ekspektoran berguna untuk meningkatkan
produksi mukus. Obat batuk jenis ekspektoran yang sering digunakan adalah GG.
Ekspektoran umumnya diberikan untuk mempermudah pengeluaran dahak pada batuk
kering (nonproduktif) agar menjadi lebih produktif. Ekspektoran bekerja dengan cara
membasahi saluran napas sehingga mukus (dahak) menjadi lebih cair dan mudah
dikeluarkan (dibatukkan) (Gitawati, 2014).
Mukolitik diresepkan untuk membantu ekspektorasi dengan mengurangi viskositas
sputum. Mukolitik mengurangi eksaserbasi pada beberapa pasien penyakit paru obstruktif
kronis dan batuk produktif kronis. Mukolitik bekerja dengan cara menurunkan viskositas
dari mukus yang disekresikan berlebihan, pada hipersekresi mukus oleh karena zat-zat
rokok menyebabkan kerusakan sel silia pada tenggorokan. Berbagai jenis mukolitik seperti
ambroksol dan acetylcystein, bekerja dengan cara mengurangi viskositas cairan sehingga
mukus menjadi lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan. Mukolitika digunakan dengan
efektif pada batuk dengan dahak yang kental sekali, seperti pada bronchitis, emfisema dan
mucoviscidosis ( = cystic fibrosis) (Hasanah dan Wati, 2014).
Mukolitik dan ekspektoran adalah obat batuk yang digunakan pada jenis batuk
berdahak. Sedangkan antitusif digunakan pada jenis batuk tidak berdahak dan tidak boleh
digunakan pada batuk berdahak karena dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi oleh
bakteri maupun virus. Ketidaksesuaian penggunaan obat dapat menimbulkan dampak yang
tidak baik bagi kesehatan. Seharusnya obat golongan antitusif, tidak boleh diperuntukkan
pada pasien yang mengalami batuk jenis berdahak karena golongan antitusif memiliki
mekanisme untuk menekan batuk. Apabila pasien mengonsumsi obat batuk antitusif maka
frekuensi batuk akan berkurang, dan risiko infeksi yang terjadi akan meningkat karena
mukus tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan (Lorensia dkk, 2018).
2. Sebutkan macam – macam obat asma dan nyeri!
Jawab :
Obat – obat asma :
1. Obat Pelega (Reliever)
a. Terbutalin Sulfat
Indikasi : Sebagai bronkodilator pada asma bronkial, bronkospasme
pada bronchitis kronik, emfisema, dan penyakit paru
lainnya dengan komplikasi bronkokonstriksi.
Dosis : - Oral : Dewasa 1-2 tablet diberikan 2-3 kali sehari (1
tablet = 2,5 mg). Anak : 7,5 mcg/kgBB diberikan 2-3 kali
sehari, 7-15 tahun 2,5 mg diberikan 2-3 kali sehari.
: - Injeksi Subkutan, Intramuskular, atau Injeksi
Intravena Lambat : Dewasa : 250-500 mcg sampai 4 kali
sehari. Anak 2-15 tahun : 10 mcg/kgBB sampai maksimal
300 mcg.
: - Inhalasi Aerosol : Dewasa dan Anak 250-500 mcg (1-2
hirupan), untuk gejala persisten sampai 3-4 kali sehari.
: - Inhalasi Serbuk (Turbuhaler) : 500 mcg (1 inhalasi),
untuk gejala persisten hingga 4 kali sehari.
: - Inhalasi Nebullizer : 5 mg 2-4 kali sehari, dosis
tambahan mungkin diperlukan untuk asma akut yang berat.
Anak < 3 tahun 2 mg : Anak 3-6 tahun 3 mg : Anak 6-8
tahun 4 mg : Anak > 8 tahun 5 mg. Dosis diberikan 2-4 kali
sehari.
Bentuk Sediaan : Tablet/Kaplet 2,5 mg, Syrup 1,5 mg/5 mL, Injeksi Ampul
0,5 mg/5mL, Inhalasi 2,5 mg/mL.
Mekanisme Kerja : Relaksiasi otot polos jalan napas dengan menstimulasi
reseptor β-2 andrenergik dengan meningkatkan C-AMP
dan menghasilkan antagonisme fungsional terhadap
bronkotriksi.
Golongan : β-2 Agonis.
Efek Samping : Tremor, ketegangan, sakit kepala, pusing, takikardi,
palpitasi, batuk, iritasi local, mual, muntah, berkeringat,
otot lemah, myalgia, kram otot. Hypokalemia serius dapat
diakibatkan oleh terapi agonis beta 2.
Interaksi Obat : Efek antagonis bersama penghambat beta non selektif
seperti propanolol, nadolol, pindolol, aksepronol. timolol,
alprenolol, penbutolol, satalol. Hipokalemia dapat di pacu
dengan derivat xantin, steroid, diuretik.
Kontra Indikasi : Hipersensitif.
b. Salbutamol
Indikasi : Meredakan bronkospasme pada asma dan obstruksi
saluran napas reversibel lainnya.
Dosis : - Oral : Dewasa 3-4 x 4 mg/hari (lansia dan pasien yang
sensitive awal 2 mg) Anak 0,05-0,1 mg/kgBB/kali setiap 6-
8 jam.
: - Inhalasi Aerosol (DPI/MDI) : Dewasa 100-200 mcg (1-
2 hirupan). Untuk gejala yang persisten 3-4 kali sehari.
Anak 100 mcg (1 hirupan) dapat dinaikkan menjadi 200
mcg (2 hirupan) bila perlu. Profilaksis untuk bronkospasme
akibat latihan fisik, 200 mcg (2 hirupan) anak 100 mcg (1
hirupan).
: - Inhalasi Nebuliser : Dewasa dan Anak diatas 18 bulan
2,5 mg, diberikan sampai 4 kali sehari.
Bentuk Sediaan : Tablet/Kapsul 2 mg, 4 mg, Nebule 2,5 mg.
Mekanisme Kerja : Relaksiasi otot polos jalan napas dengan menstimulasi
reseptor β-2 andrenergik dengan meningkatkan C-AMP
dan menghasilkan antagonisme fungsional terhadap
bronkotriksi.
Golongan : β-2 Agonis.
Efek Samping : Tremor, ketegangan, sakit kepala, kram otot, takikardi,
palpitasi, aritmia, vasodilatasi perifer, gangguan tidur dan
tingkah laku. Bronkospasme paradoksial, urtikaria,
angioedema, hipotensi, kolaps. Dosis tinggi menyebabkan
hypokalemia.
Interaksi Obat : Efek antagonis Bersama penghambat beta non selektif
seperti propranolol, nadolol, pindolol, aksprenolol, timolol,
alprenolol, penbutolol, sotalol.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap salbutamol.
c. Orsiprenalin
Indikasi :
d. Heksorenalin
Indikasi :
e. Fenoterol Hbr
Indikasi : Sebagai pengobatan gejala episode asma akut, sebagai
profilaksis asma yang dipicu olahraga, sebagai pengobatan
gejala asma bronkial dan kondisi lainnya dengan
penyempitan jalan napas yang reversibel.
Dosis : - Inhaler Dosis dewasa dan anak >12 tahun. Episode
Asma Akut : 1 semprot, jika belum ada perbaikan setelah 5
menit berikan dosis ke-2. Jika belum dapat diatasi dengan 2
semprot, dosis mungkin perlu ditambah.
: - Pencegahan asma yang dipicu aktivitas fisik : 1-2
semprot, maksimal 8 semprot/hari.
: - Asma bronkial dan keadaan lain dengan
penyempitan saluran napas yang reversibel : bila
diperlukan pengulangan dosis, 1-2 semprot untuk setiap
pemberian, maksimal 8 semprot/hari.
Bentuk Sediaan : Inhaler 100 mcg/semprot, Larutan inhalasi 0,1 %
Golongan : β-2 Agonis
Mekanisme Kerja : Relaksasi otot polos jalan nafas dengan menstimulasi
reseptor beta 2 adrenergik dengan meningkatkan C-AMP
dan menghasilkan antagonisme fungsional terhadap
bronkokonstriksi.
Efek Samping : Tremor halus pada otot rangka, sakit kepala, pusing,
takikardi, palpitasi, batuk, iritasi local, mual, muntah,
berkeringat, otot lemah, myalgia, kram otot. Hipokalemia
serius dapat diakibatkan oleh terapi agonis beta 2.
Interaksi Obat : Efek diperkuat oleh obat beta adrenergik, antikolinergik,
derivate xanthin. Penurunan efek yang serius dapat terjadi
jika diberikan bersama trisiklik. Inhalasi dari anestesi
hidrokarbon terhalogenasi dapat meningkatkan kerentanan
terhadap efek KV oleh antagonis beta.
Kontra Indikasi : Kardiomiopati obstruksi hipertrofi, takiaritmia.
f. Teofilin
Indikasi : Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut dan berat.
Dosis : - Dewasa : 3 x 130-150 mg/hari.
: - Anak 6-12 tahun : 3 x 65 mg-150 mg/hari. Obat
diberikan sesudah makan.
: - Euphyllin retard : Dewasa : 2 x 1 tablet.
Bentuk Sediaan : Kapsul 130 mg : Bufabron, Bronchophyllin, Theobron
: Tablet 150 mg : Bronsolvon
: Tablet Retard 250 mg : Euphyllin Retard, Tablet Retard
mite 125 mg, Euphylline Retard Mite.
Golongan : Antiasma, derivate xanthine.
Mekanisme Kerja : Antagonis kompetitif pada reseptor adenosin, adenosin
dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada penderita asma
dan memperkiat mediator yang diinduksi secara imunologis
dari sel mast paru-paru. Teofilin merupakan pernagsang
SSP yang kuat, merelaksasi otot polos terutama bronkus.
Efek Samping : Takikardi, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna
yang lain, sakit kepala, stimulasi system saraf pusat,
insomnia, aritmia dan konvulsi.
Interaksi Obat : - Efek meningkat bila diberikan bersama diltiazem,
erythromycin, fluvoxamine, verapamil, ciprofloxacin,
norfloxacin, cimetidin.
: - Efek menurun jika diberikan bersama rifampicin. Bila
diberikan bersama litium akan menurunkan efek litium.
Kontra Indikasi : Hipersensitif, porfiria.
2. Obat Pengontrol (Controller)
a. Natrium Kromoglikat
Indikasi : Pencegahan serangan asma dan bronchitis yang bersifat
alergis, serta conjunctivitis/rhinitis allergica dan alergi
akibat bahan makanan
Dosis : - Tablet : Dewasa : 200mg ( 4 kali sehari) sebelum
makan, untuk pengobatan alergi makanan. Anak : 100mg (4
kali sehari) sebelum makan.
: - Inhalasi : Dewasa dan Anak : 10mg/mL (2 mL/vial)
Asma 20mg (2 kali sehari) Bronkospasme 20 mg.
: - Intranasal : Dewasa dan Anak : 5,2 mg/semprot (1
semprotan pada tiap lubang hidung setiap 6 sampai 8 jam
sekali).
: - Tetes Mata : Dewasa dan Anak : 1-2 tetes pada tiap
mata setiap 4-6 jam sekali.
Bentuk Sediaan : Tablet, Inhalasi, Intranasal, Tetes Mata.
Mekanisme Kerja : Kromoglikat berdaya menstabilisasi membran sel mast,
sehingga menghalangi pelepasan mediator vaso-aktif,
seperti histamine, serotonin, dan leukotrien, pada waktu
terjadinya reaksi antigen dan antibodi.
Golongan : Anti Inflamasi Non-Steroid
Efek Samping : Iritasi tenggorokan ringan, napas berbau, mual, batuk,
bronchospasme sementara.
Interaksi Obat :-
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap natrium komoglikat, Serangan
asma akut, Pasien dengan riwayat aritmia jantung,
Gangguan ginjal dan hati sehingga perlu penyesuaian dosis.
b. Nedocromil
Indikasi : Asma digunakan sebagai terapi pemeliharaan untuk pasien
dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma ringan
sampai sedang.
Dosis : 1,75 mg/meter spray.
: - Inhalasi : Dewasa dan Anak : 2 inhalasi 4 kali sehari
dalam interval sedang.
: - Tetes Mata : Dewasa dan Anak : 1-2 tetes pada tiap mata
2 kali sehari.
Bentuk Sediaan : Inhalasi Oral, Tetes Mata.
Mekanisme Kerja : Nedocromil adalah turunan kromoglikat yang memiliki
mekanisme yang sama sebagai stabilisator membrane sel
mast, sehingga menghalangi pelepasan mediator vaso-aktif,
seperti histamine, serotonin, dan leukotrien, pada waktu
terjadinya reaksi antigen dan antibodi.
Golongan : Anti Inflamasi Non-Steroid
Efek Samping : Mata panas, pedas, iritasi, gatal atau merah, mata sensitif
terhadap cahaya, sakit kepala, rasa tidak enak badan, hidung
tersumbat.
Interaksi Obat :-
Kontra Indikasi : Hipersensitifitas terhadap obat atau komponen dari
formulasi.
c. Budesonid
Indikasi : Asma Bronkial.
Dosis : - Turbuhaler : Dewasa 200-1200 mcg/hari terbagi dalam
2-4 dosis. Pemeliharaan 200-400 mcg/hari 2x sehari pada
pagi dan malam.
: - Respule : Dewasa dan Anak >12 tahun 1-2 mg 2x per
hari. Pemeliharaan 0,5-1 mcg 2x per hari. Anak 3 bulan-12
tahun; 0,5-1 mg 2x per hari. Pemeliharaan 0,25-0,5 mg 2x
per hari.
Bentuk Sediaan : Turbuhaler 200mcg/dosis, Respule 0,25 mg/mL; 0,5
mg/mL.
Mekanisme Kerja : Menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel dari sel yang
terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta adrenergic
dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi mekanisme
bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara
langsung.
Golongan : Kortikosteroid
Efek Samping : Suara serak, kandidiasis orofaring, bronkospasme
paradoksikal, dosis tinggi jangka panjang meyebabkan
supresi adrenal, osteoporosis, katarak, glaucoma, ansietas,
depresi, gangguan tidur dan perilaku.
Interaksi Obat : - Mengurangi efek bila digunakan bersama barbiturate,
carbamazepine, phenytoin, griseofulvin, rifampicin,
efavirenz.
: - Meningkatkan efek bersama cyclophosphamide,
cyclosporin, diltiazem, fluconazole, itraconazole,
ketokonazol, makrolid, miconazole, nefazodone,
nicardipine, verapamil, ritonavir, indinavir.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas.
d. Fluticason Propionat
Indikasi : Profilaksis asma, mengatasi eksaserbasi asma akut.
Dosis : - Dewasa dan Anak > 16 tahun : 500-2000 mcg 2 x per hari.
: - Anak 4-16 tahun : 1000 mcg 2 x per hari.
Bentuk Sediaan : Cairan inhalasi (nebule) 0,5 mg/2mL; 2 mg/2mL
Mekanisme Kerja : Perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan
napas.
Golongan : Kortikosteroid
Efek Samping : Suara serak, kandidiasis orofaring, bronkospasme
paradoksikal, dosis tinggi jangka panjang meyebabkan
supresi adrenal, osteoporosis, katarak, glaucoma, ansietas,
depresi, gangguan tidur dan perilaku.
Interaksi Obat : - Mengurangi efek bila digunakan bersama barbiturate,
carbamazepine, phenytoin, griseofulvin, rifampicin,
efavirenz.
: - Meningkatkan efek bersama cyclophosphamide,
cyclosporin, diltiazem, fluconazole, itraconazole,
ketokonazol, makrolid, miconazole, nefazodone,
nicardipine, verapamil, ritonavir, indinavir.
Kontra Indikasi : Hipersensivitas. Kontraindkasi relative: DM tukak peptik,
infeksi berat, hipertensi, gangguan kardiovaskuler.
e. Beklometason
Indikasi : Profilaksis asma, terutama jika tidak sepenuhnya teratasi
oleh bronkodilator atau kromoglikat.
Dosis : - aerosol inhalasi: 200 mcg 2 kali sehari atau 100 mcg 3-9
kali sehari (pada kondisi lebih berat dosis awal 600-800
mcg per hari).
: - Anak : 50-100 mcg 2-4 kali sehari atau 100-200 mcg 2
kali sehari.

Bentuk Sediaan : Spray


Mekanisme Kerja : Menghambat enzim pospolipase A2 sehingga tidak
terbentuk asam arakidonat. Asam arakidonat tidak
terbentuk sehingga enzim postaglanding juga tidak akan
terbentuk.
Golongan : Anti inflamasi steroid.
Efek Samping : Suara serak dan kandidiasis di mulut atau tenggorokan
(biasanya hanya pada dosis tinggi); ruam (jarang).
Interaksi Obat : Beta bloker (termasuk sediaan tetes mata): mengurangi
efek formoterol; golongan beta adrenergik: meningkatkan
efek formoterol; kuinidin, disopiramid, prokainamid,
fenotiazin, antihistamin, penghambat MAO, dan
antidepresan trisiklik: meningkatkan perpanjangan interval
QT dan risiko aritmia ventrikel; L-dopa, L-tiroksin,
oksitosin dan alkohol dapat menurunkan toleransi jantung
terhadap agonis beta 2; penghambat MAO termasuk
furazolidin dan prokarbazin: dapat menyebabkan kenaikan
tekanan darah; anastesi terhalogenasi: meningkatkan risiko
aritmia; turunan xantin, steroid atau diuretik dapat
menyebabkan hipokalemi.
Kontra Indikasi : Infeksi nasal yang tidak ditangani, pemakaian yang
berkepanjangan pada anak, pengobatan terdahulu dengan
kortikosteroid per oral.
f. Prokaterol
Indikasi : Untuk perawatan asma, penyakit paru obstruktif kronis
dan kondisi lainnya.
Dosis : - Dewasa: 1-2 x 10 ml/hari
: - Anak-anak ≥ 6 tahun: 1-2 x 5 ml/hari
: - Anak-anak < 6 tahun: 1-2 x 0.25 ml/kgBB/hari

Bentuk Sediaan : Sirup dan Tablet

Mekanisme Kerja : Melebarkan pembuluh darah sehingga lebih mudah


bernapas dan berfungsi meningkatkan kontraksi otot
jantung. Obat ini termasuk golongan obat keras dan resep
dokter diperlukan untuk obat ini.
Golongan : β Agonis (Kerja Panjang).
Efek Samping : Jantung berdebar-debar, jantung berdetak cepat,
takikardia, tremor, sakit kepala, mual dan muntah, ruam
pada kulit.
Interaksi Obat : Jangan dikonsumsi bersamaan dengan katekolamin,
turunan xanthine, kortikosteroid.
Kontra Indikasi : Jangan dikonsumsi pada kondisi hipersensitif terhadap
kandungan obat ini.
g. Bamterol
Indikasi
h. Salmeterol
Indikasi : Asma, obstruksi jalan napas reversibel lain yang
memerlukan bronkodilator jangka panjang, digunakan
dalam kombinasi dengan antiinflamasi lain (misalnya
kortikosteroid).
Dosis : - Dewasa: 50-100 mcg, 2 kali sehari.
: - Anak usia 4-12 tahun: 50 mcg, 2 kali sehari
Bentuk Sediaan : Serbuk hirup (inhaler).
Mekanisme Kerja : Obat ini bekerja dengan cara memperlebar saluran napas
(bronkus) di paru-paru, sehingga udara dapat mengalir
keluar masuk paru-paru dengan lancar. Dengan begitu,
gejala asma dan PPOK, seperti sesak napas, mengi, dan
batuk, bisa berkurang.
Golongan : Long Acting β-2 Agonis.
Efek Samping : Tremor, ketegangan, sakit kepala, kram otot, palpitasi,
takikardi, aritmia, vasodilator perifer, ganguan tidur dan
tingkah laku. Bronkospasme paradoksikal, urtikaria,
angioedema, hipotensi jarang terjadi. Dosis tinggi
menyebabkan hypokalemia.
Interaksi Obat : Efek antagonis bersama penghambat beta non selektif
seperti propranolol, nadolol, pindolol, oksprenolol, timolol,
alprenolol, penbutolol, satalol.
Kontra Indikasi : Status asmatikus atau episode akut asma lainnya.
i. Clenbuterol
Indikasi : Obat yang digunakan untuk mengatasi gejala sesak napas
yang biasanya dialami oleh penderita asma.
Dosis : 20 mcg, 3 kali sehari.
Bentuk Sediaan : Tablet.
Mekanisme Kerja : Melebarkan otot-otot bronkus (saluran pernapasan),
sehingga bernapas menjadi lebih mudah.
Golongan : Long Acting β-2 Agonis.
Efek Samping : Pusing, sakit kepala, mual, muntah, tremor, jantung
berdebar, hipotensi, hipertensi, keringat berlebihan, batuk,
iritasi tenggorokan.
Interaksi Obat : - Meningkatkan risiko hipokalemia dan takikardia, jika
dikonsumsi dengan teofilin dosis tinggi.
: - Meningkatkan risiko aritimia, jika digunakan bersama
obat diuretik, amphotericin B, dan kortikosteroid.
: - Peningkatan risiko denyut jantung tidak teratur bila
dikonsumsi dengan obat-obatan yang menyebabkan
penurunan kadar kalium dalam darah (misalnya, thiazide,
amfoterisin B, kortikosteroid).
: - Peningkatan risiko hipokalemia (kadar kalium rendah
dalam darah) dan detak jantung cepat bila dikonsumsi
bersamaan dengan teofilin dosis tinggi.
: - Meningkatkan efek clenbuterol bila digunakan
bersamaan dengan obat golongan agonis beta lainnya.
: - Menurunkan efek clenbuterol bila diberikan bersamaan
dengan obat golongan penghambat beta.
Kontra Indikasi : Hipertiroid, aritmia, hipertensi, diabetes melitus, asma
berat, kehamilan.
Obat – Obat Nyeri :
1. Paracetamol
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam.
Dosis : Dosis umum :
: - Dewasa : 500-1000 mg per kali, diberikan tiap 4-6 jam.
Maksimum 4 g per hari.
: - Anak < 12 tahun : 10 mg/kgBB/kali (bila ikterik : 5
mg/kgBB/kali) diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4 dosis
sehari.
Bentuk Sediaan : Tablet/Kaplet 500 mg, Tablet 600 mg, Tablet 1000 mg,
Syrup 120mg/5mL, Sediaan Drops 60 mg/0,6 mL, Sediaan
Rectal Tube 125 mg/2,5 mL; 250 mg/4mL, Sediaan Infus
10 mg/mL.
Mekanisme Kerja : Paracetamol bekerja pada pusat pengatur suhu di
hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh (antipiretik).
Bekerja menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat
mengurangi nyeri ringan – sedang.
Golongan : Analgetik Antipiretik
Efek Samping : Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau urtikaria,
kelainan darah, hipotensi, kerusakan hati.
Interaksi Obat : - Kolestiramin menurunkan absorpsi paracetamol.
: - Metoclopramide & Domperidone meningkatkan efek
paracetamol.
: - Paracetamol meningkatkan kadar warfarin.
Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan hati.
2. Ibuprofen
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam.
Dosis : - Dewasa : 3-4 x 200-400 mg/hari.
: - Anak : 20-30 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis terbagi.
Bentuk Sediaan : Tablet 200 mg, Tablet/Kaplet/Kapsul 400 mg, Suspensi
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis prostaglandin dengan hambatan
pada enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
Golongan : OAINS COX Nonselektive
Efek Samping : Gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri ulu hati), ruam kulit, gangguan
pendarahan (trombositopenia), sakit kepala, gangguan
pendengaran.
Interaksi Obat : Menurunkan efek diuretik dan beta bloker. Meningkatkan
kadar warfarin dalam plasma, dapat memperpanjang masa
pendarahan. Mengurangi efek antihipertensi obat beta
bloker, prazosin, dan captopril.
Kontra Indikasi : Ulkus peptikum, riwayat hipersensitif terhadap ibuprofen
atau OAINS lain, kehamilan trimester akhir.
3. Asam Mefenamat
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit
gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma,
nyeri otot, dan nyeri pasca operasi.
Dosis : Dewasa : 2-3 x 250-500 mg sehari.
Bentuk Sediaan : Tablet dan Kaplet 500 mg
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis prostaglandin dengan hambatan
pada enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
Golongan : OAINS COX Nonselektive
Efek Samping : Gangguan saluran cerna (dyspepsia, diare, gejala iritasi
mukosa lambung), reaksi hipersensitivitas (eritema kulit),
bronkokonstriksi.
Interaksi Obat : Pemaikaian bersama obat darah tinggi seperti ACE
Inhibitor mengurangi efek penurunan tekanan darah.
Dengan NSAID jenis lain resiko pendarahan pada lambung.
Obat pengencer darah seperti warfarin resiko pendarahan.
Litium meningkatkan interaksi obat.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, ulkus peptik, kehamilan, anak < 14
tahun.
4. Aspirin
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam, arthritis rheumatoid.
Penggunaan lainnya : mencegah thrombus koroner dan
thrombus vena dalam.
Dosis : Sebagai anlagetik dan antipiretik : Dewasa : 325-650
mg/kali diberikan peroral setiap 4-6 jam.
Bentuk Sediaan : Tablet
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis prostaglandin dengan hambatan
pada enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
Golongan : OAINS COX Nonselektive
Efek Samping : Gangguan saluran cerna (iritasi saluran cerna), gangguan
pendengaran, vertigo, reaksi hipersensitivitas,
trombositopenia.
Interaksi Obat : Meningkatkan efek samping bila diberikan bersama
OAINS lain. Meningkatkan resiko pendarahan bila
diberikan bersama antikoagulan. Meningkatkan resiko
pendarahan dan ulserasi saluran cerna bila diberikan
bersamaan dengan kortikosteroid. Meningkatkan efek
phenytoin dan valproat. Menurunkan efek thiazide atau
diuretic.
Kontra Indikasi : Anak dan Remaja < 16 tahun, ibu menyusui,
riwayat/sedang menderita tukak saluran cerna, arthritis
gout, hemofilia, hipersensitivtas.
5. Diklofenak
Indikasi : - Natrium Diklofenak : Arthritis rheumatoid, ankylosing
spondylitis, osteoarthritis dan spondilartritis, sindroma
nyeri dan kolumna vertebralis, rematik non-atrikular,
serangan akut dari gout, nyeri pasca bedah.
: - Kalium Diklofenak : Terapi jangka pendek nyeri
inflamasi, nyeri setelah trauma, nyeri setelah operasi, nyeri
pada infeksi THT.
Dosis : - Natrium Diklofenak : Dewasa 100-150 mg/hari terbagi
dalam 2-3 dosis.
: - Kalium Diklofenak : Dewasa : 100-150 mg/ hari terbagi
dalam 2-3 dosis.
Bentuk Sediaan : - Natrium Diklofenak : Tablet 25 mg, 50 mg, 75 mg, 100
mg, Emulgel 1%, Supp 50 mg.
: - Kalium Diklofenak : Tablet 25 mg, 50 mg.
Mekanisme Kerja : Mengikatkan diri dan berkelat pada kedua isoform dari
enzim siklooksigenase 1 (COX-1) dan 2 (COX-2). Hal ini
akan menghalangi konversi asam arakidonat menjadi
prostaglandin. Inhibisi natrium diklofenak terhadap COX-2
akan meredakan rasa nyeri dan inflamasi, dan inhibisi obat
terhadap COX-1, dapat menimbulkan efek buruk terhadap
gastrointestinal.
Golongan : OAINS COX Preferential.
Efek Samping : Mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala.
Interaksi Obat : - Perdarahan di saluran pencernaan, bila digunakan
bersama obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) lain, obat
pengencer darah, atau kortikosteroid.
: - Kelebihan kalium dalam darah (hiperkalemia) dan
kerusakan fungsi ginjal, bila digunakan bersama obat
hipertensi jenis ACE inhibitor atau diuretik, ciclosporin,
serta tacrolimus.
: - Keracunan diclofenac, bila digunakan
bersama phenytoin, methotrexate, lithium, dan digoxin.
: - Penurunan efek cholestyramine.
Kontra Indikasi : Hipersensitive terhadap diklofenak, tukak peptic. Asma,
urtikaria, rhinitis akut yang ditimbulkan oleh salisilat atau
obat OAINS lainnya. Kehamilan.
6. Metamphiron
Indikasi : Mengurangi nyeri dan menurunkan panas.
Dosis : 0,5-4 g per hari, dibagi menjadi beberapa kali konsumsi.
Bentuk Sediaan : Tablet, sirop, suntik
Mekanisme Kerja : Menurunkan sintesis prostaglandin D dan E ssehingga
menghasilkan efeek analgesik, antipiretik, dan
antiinflamasi. Prostaglandin merupakan mediator pembawa
pesan proses peradangan di sistem syaraf pusat.
Pembentukan prosraglandin diturunkan dengan cara
menghambat ebzim cyclooxyganase yang berperan
memacu pembentukan prostaglandin, asam arakidonat, dan
tromboksan.
Golongan : Obat Antiinflamasi Non Steroid
Efek Samping : Mual, muntah, maag
Interaksi Obat : - Ciclosporin meningkatkan kadar ciclosporin dalam
darah.
: - Obat antikoagulan dan antidepresan golongan SSRIs
meningkatkan risiko perdarahan.
: - Chlorpromazine meningkatkan risiko hipotermia.
: - Obat diabetes jenis sulfonylurea (misalnya
glibenklamid) meningkatkan risiko hipoglikemia
: - Levofloxacin meningkatkan risiko kejang.
: - Methotrexate meningkatkan kadar methotrexate dalam
darah.
Kontra Indikasi : Hipersensitifitas, ibu menyusui.
7. Etodolac
Indikasi : Meringankan rasa sakit dari berbagai kondisi,
pembengkakan dan kaku sendi dari artritis.
Dosis : Dewasa 200-400 mg maks 1000 mg per hari
Bentuk Sediaan : Kapsul dan Tablet
Mekanisme Kerja : Obat ini bekerja dengan cara menghambat produksi tubuh
terhadap zat alam yang menyebabkan peradangan.
Golongan : NSAID
Efek Samping : Radang perut, nyeri buang air kecil, kulit gatal-gatal,
asma, gangguan pencernaan, mual, sakit kepala,gelisah.
Interaksi Obat : Penggunaan etodolac dengan antidepressant dapat
mengakibatkan mudah memar dan berdarah.
Kontra Indikasi : Riwayat asma, ginjal, hati wanita hamil trimester akhir
8. Ketorolac
Indikasi : Penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut
sedang sampai berat setelah prosedur bedah.
Dosis : Dosis awal dewasa 10 mg peningkatan dosis 10-30 mg
tiap 4-6 max sehari 90 mg.
Bentuk Sediaan : Tablet dan Ampul
Mekanisme Kerja : Ketorolac bekerja dengan cara mengurang produksi
hormon yang menyebabkan inflamasi dan rasa nyeri pada
tubuh. Berkurangnya produksi hormon penyebab inflamasi
berakibat pada berkurangnya rasa nyeri dan tanda-tanda
inflamasi seperti kemerahan, bengkak dan demam.
Golongan : NSAIDs
Efek Samping : - Saluran Cerna : diare, dyspepsia, nyeri gastrointestinal,
perdarahan saluran cerna, nausea.
: - Saluran Saraf Pusat : sakit kepala, pusing, mengantuk,
berkeringat. Reaksi hipersensitivitas.
Interaksi Obat : - Dapat meningkatkan kadar toksisitas obat methotrexate.
: - Ketorolac digunakan bersama diuretik, ciclosporin,
tacrolimus, ACEI, ARB dapat meningkatkan kerusakan
pada ginjal.
: - Berpotensi meningkatkan resiko fatal, seperti
pendarahan jika digunakan dengan obat antikoagulan,
aspirin atau obat antiiflamasi nonsteroid.
Kontra Indikasi : Asma, brongchospasme, alergi keterolac atau obat
golangan NSAID, angiodema,ulkus peptikum, hipertensi,
penderita jantung, ginjal dan hati yang berat.
9. Tolmetin
Indikasi : Perawatan, kontrol, pencegahan, dan perbaikan penyakit
kondisi dan gejala seperti radang sendi, osteoarthritis,
arthritis pada anak-anak.
Dosis : Dosis awal 500 diikuti 250 mg tiap 6-8 jam maksimal
1250 mg sehari.
Bentuk Sediaan : Tablet
Mekanisme Kerja : Seperti dengan obat NSAID lainnya bekerja dengan cara
menghambat produksi senyawa prostaglandin didalam
tubuh.
Golongan : NSAID
Efek Samping : Iritasi kulit, sakit perut,kantuk, depresi, kelelahan,
sembelit diare.
Interaksi Obat : Meningkatkan terjadinya resiko tukak lambung jika
digunakan dengan aspirin. Meningkatkan efek racun dari
obat methotrexate.
Kontra Indikasi : Laktasi, kehamilan.
10. Naproxen
Indikasi : Mengatasi nyeri ringan sampai sedang terutama pada
kasus RA, OA, penyakit degeneratif sendi dan gout.
Dosis : Dewasa : 3x sehari 1 kapsul. dosis maximal 1500 mg/hari.
Sesudah makan.
Bentuk Sediaan : Kapsul 500 mg
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis prostaglandin dengan menghambat
pada enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
Golongan : Analgetik NSAID
Efek Samping : Nyeri perut, mual, konstipasi, diare, dyspepsia, pusing,
sakit kepala, reaksi alergi.
Interaksi Obat : Ketorolac
Kontra Indikasi : Pasien dengan riwayat alergi terhadap naproxen, dan
NSAID lain, kehamilan trimester 3 dan menyusui.
11. Piroxicam
Indikasi : Terapi simptomatik pada rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, ankilosing spondylitis, gangguan
musculoskeletal akut dan gout akut.
Dosis : - RA, OA dan ankilosing spondilitis : 1 x 20 mg sehari.
: - Gout akut : mula-mula 40 mg sehari sebagai dosis
tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya 40 mg sehari dosis
tunggal atau terbagi.
: - Gangguan muskuloskeletal akut : awal 1 x 40 mg/hari
sebagai dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari,
selanjutnya 20 mg sehari selama 7-14 hari.
Bentuk Sediaan : Tablet, Kapsul, Gel
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis prostaglandin dengan menghambat
pada enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
Golongan : Analgetik NSAID
Efek Samping :

Anda mungkin juga menyukai