Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI

DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Aziza Meria
Dosen DPK IAIN Imam Bonjol Padang
e-mail: azmir_lq@gmail.com

Abstract: The vision and mission of Islamic education is rahmatan lil ‘alamiin, that makes Islamic
education as guidance to direct the human being becomes chaliph in the world. The aim of government
decre on national education system 2003 is to filterize the negative impacts of globalization which will
lose national identity. The possible solution to overcome this negative effect is the teacher as well as
educator should become a good model for students, discuss good topic, supervise the students continually,
conduct regular supervision, and provide balance between reward and punishment.

Abstrak: Visi dan misi pendidikan islam adalah rahmatan lil ‘alamiin, yaitu menjadikan pendidikan
Islam sebagai pencetus, penggerak, perubah, dan pembentukan manusia menjadi makhluk yang
memberikan rahmat bagi seluruh alam beserta isnya. Adanya Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional di tahun 2003 harus dilihat sebagai respon cerdas bangsa Indonesia dalam mewaspadai
tantangan globalisasi yang dapat menghilangkan identitas bangsa, sehingga hanya menjadi bangsa
pecundang dalam percaturan dunia. Langkah-langkah untuk menghadapi tantangan ini berupa
keteladanan dari pihak-pihak yang menjadi panutan bagi peserta didik, pembiasaan pada hal-hal yang
baik, pemberian nasihat secara kontinyu, pengawasan berupa tindakan evaluatif yang dilakukan secara
edukatif, serta keseimbangan antara pemberian hukuman (punishment) dan penghargaan (reward).

Kata Kunci: Pendidikan Islam, karakter bangsa, globalisasi

PENDAHULUAN kemajuan suatu bangsa Indonesia. Untuk


Pendidikan --- Kata dasar "didik"; dalam mencapai harapan tersebut tentunya pendidikan
bentuk kata kerja (verb) berarti mendidik, islam yang dimaksud adalah islam sebagai
memelihara dan memberi latihan (ajaran, sebuah ajaran yang menyentuh seluruh sisi
tuntunan) mengenai akhlak dan kecerdasan kehidupan manusia, mulai dari pembinaan
pikiran; sedangkan dalam bentuk kata benda intelektual, emosional, jasmani, dan spiritual
(noun) berarti proses pengubahan sikap dan tata individu-individunya hingga aspek sosial,
laku seseorang atau kelompok orang dalam ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
usaha mendewasakan manusia melalui upaya Artinya, pendidikan islam dimaksud adalah
pengajaran dan pelatihan. Lih: Departemen yang dipahami dalam arti yang luas, tidak
Pendidikan dan Kebudayaan Republik semata sebagai proses transfer ilmu pengeta-
Indonesia (Kamus Besar Bahasa Indonesia, huan dan keterampilan (skill), dan melak-
2002: 263 --- Islam --- Pendidikan Islam adalah sanakan ajaran agama yang bersifat doktrinasi.
bimbingan yang diberikan oleh seseorang Di sisi lain, bergulirnya era globalisasi
(pendidik) kepada seseorang agar ia dapat sejak awal abad kedua puluh satu ini telah
berkembang maksimal sesuai dengan ajaran melahirkan tantangan yang berat bagi bangsa-
islam. Singkatnya adalah bimbingan terhadap bangsa di dunia. Untuk tetap eksis maka bangsa
seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal indonesia harus mempertahankan identitasnya
mungkin. Semaksimal mungkin dapat dimak- dan karakter masyarakatnya. Artinya bangsa
sudkan agar manusia menjadi muslim yang yang tidak memiliki identitas dan karakter serta
berbuat di dunia ini sesuai dengan tujuan hanya mengekor pada bangsa lain dalam sistem
penciptaannya.--- (Ahmad Tafsir, 2005: 32-33) nilai, budaya, dan pemikiran adalah bangsa
merupakan dilihat dari historisnya merupakan yang tidak layak untuk survive dalam percaturan
salah satu pilar utama bagi kebangkitan dan global. Lebih lanjut, kuat lemahnya karakter

87
Meria, Pendidikan Islam di Era Globalisasi dalam Membangun Karakter Bangsa | 88

suatu bangsa jelas berawal dari individu- geografis yang membuat dunia menjelma
individu yang membentuknya. Jika individu- menjadi sebuah kampung tanpa batas
individu pada bangsa itu telah baik maka bangsa (borderless village) ini. Paling tidak, ada tiga
yang bersangkutan telah memiliki modal sangat arus pemikiran yang saling bersaing
besar untuk maju. Dengan demikian, memperebutkan opini publik:
pembangunan karakter individu merupakan Pertama, pandangan yang menolak
prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. mentah-mentah globalisasi dengan asumsi
peranan pendidikan islam dan nasional bahwa fenomena ini tidak lebih dari bentuk
bahu membahu dalam pembangunan karakter imperialisme dalam kemasan baru (neo-
bangsa Indonesia, terutama dengan telah diber- imperialism). Ia tidak lain merupakan upaya
lakukannya undang-undang sistem pendidikan Barat untuk kembali menancapkan hegemoni-
nasional (Sisdiknas) 2003 sebagai upaya menj- nya dan mengeksploitasi negara-negara lain.
awab tantangan era kesejagatan. Sesuai dengan Hanya saja, untuk mengecoh publik dunia,
tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah dan globalisasi sengaja disembunyikan di balik
hamba allah di muka bumi, maka pendidikan istilah-istilah atraktif dan slogan menarik,
nasional secara eksplisit juga memiliki tujuan seperti keadilan, demokratisasi, hak asasi,
yang senada. ---Tujuan pendidi-kan nasional kebebasan, perdamaian, dan lain-lain. Shalah
adalah untuk berkembang-nya potensi peserta Shawi, 2000: 25)
didik agar menjadi manusia yang beriman dan Kedua, yang menerima secara mutlak
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena meyakini bahwa globalisasi merupakan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, solusi paling jitu dalam membawa kemakmuran
mandiri, dan menjadi warga yang demokratis bagi seluruh umat manusia. Kelompok ini juga
serta bertanggung jawab. (Undang Undang mengklaimn bahwa globalisasi sejalan dengan
Sistem Pendidikan Nasional, 2011: 6). ---Secara prinsip universalisme Islam.--- Yusuf al-
lebih spesifik, pendidikan yang menjadi fokus Qardhawi menolak dengan tegas klaim di atas
perhatian kajian ini adalah pendidikan Islam. dengan mengadakan komparasi sebagai berikut:
Hal tersebut setidaknya disebabkan dua hal; pertama, globalisasi berpijak pada prinsip
pertama, nilai-nilai yang paling mampu untuk "keberlangsungan bagi yang paling kuat" (al-
membentuk karakter manusia berkualitas adalah baqâ` li al-aqwâ) sementara universalitas Islam
nilai-nilai agama (baca; Islam). kedua, posisi berpijak pada prinsip kemuliaan manusia dan
Islam sebagai agama mayoritas masyarakat di kesetaraan dalam memikul tugas dan tanggung
negeri ini. Dengan demikian, pembahasan jawab dalam memakmurkan bumi; kedua,
tentang konsepsi Islam dalam pembangunan dalam globalisasi interaksi antar pihak cende-
identitas dan karakter nasional menjadi tidak rung berbentuk pola hubungan antagonis atasan
terelakkan. dan bawahan- sementara dalam konsep Islam
bentuknya adalah persaudaraan dan partnership.
GLOBALISASI DAN TANTANGAN PE- (Yusuf al-Qardhawi, al-Muslimûn wa al-
RONGRONGAN KARAKTER BANGSA 'Aulamah, 2000: 10-11).
Pada saat sekarang ini, dunia pada Ketiga, yang berpandangan tengah, yaitu
umumnya dan bangsa Indonesia pada khususnya bahwa globalisasi memang banyak mengandung
saat ini telah berada dalam gerbong globalisasi. sisi negatif, namun juga terdapat beberapa hal
Gerakan ini telah merasuk ke seluruh lini positif yang bisa diraih. Satu hal yang jelas,
kehidupan; dalam bidang ekonomi berwujud fenomena ini tidak mungkin untuk ditolak atau
kapitalisme, dalam bidang politik menjelma dibendung maka tidak ada pilihan lain kecuali
menjadi demokratisasi dan penegakan hak asasi menghadapinya dengan hati-hati.
manusia, dalam aspek budaya berbentuk Menurut penulis, sikap terakhir ini
kebebasan berekspresi, dalam interaksi sosial adalah yang lebih bijak dan realistis. Jika
menjadi individualisme, dan lain sebagainya. kehadiran globalisasi memang sudah tidak
Beragam respon ditunjukkan masyarakat untuk terelakkan maka yang penting adalah bagaimana
menanggapi fenomena memudarnya sekat-sekat membangkitkan sikap kritis masyarakat
89 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 1 Februari 2012, hlm. 87-92

terhadap berbagai ekses negatif yang dibawanya undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
dan selanjutnya menghadapinya dengan kekua- sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Tentang
tan iman sehingga karakter dan identitas definisi dikatakan bahwa pendidikan adalah
nasional tidak mengalami erosi. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Menjaga identitas nasional, terlebih bagi suasana belajar dan proses pembelajaran agar
bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya peserta didik secara aktif mengembangkan
muslim, di tengah situasi tersebut jelas potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
merupakan tantangan yang sangat berat. Betapa spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepriba-
tidak, jika tidak diwaspadai maka globalisasi dian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keteram-
bisa mengarah pada westernisasi.--- Secara pilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
etimologis, westernisasi berasal dari kata bangsa dan negara (bab 1 pasal 1). Sedangkan
"westernis" yang berarti berkiblat ke Barat, dalam hal fungsi dan tujuan pendidikan nasional
berhaluan Barat, terkena pengaruh Barat. Yusuf (pasal 3) dinyatakan adalah untuk mengem-
al-Qaradhawi, 2002: 77--- Terjangan bertubi bangkan kemampuan dan membentuk watak
nilai-nilai asing tanpa diimbangi dengan filter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
diri yang lemah bisa mencerabut kepribadian rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertu-
nasional bangsa Indonesia. Disinilah pendidikan juan untuk berkembangnya potensi peserta didik
memegang faktor kunci untuk mengawal agar menjadi manusia yang beriman dan
identitas bangsa. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Berkaitan dengan hubungan yang erat berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
antara dimensi pendidikan dan pengajaran mandiri, dan menjadi warga negara yang
dengan pemeliharaan identitas ini, Akram Dhiya demokratis serta bertanggung jawab.
al-'Imari mengatakan bahwa jika saja dunia
Islam senantiasa menjaga identitas keislaman Rumusan yang ditetapkan undang-
mereka melalui pendidikan dan pengajaran undang di atas menurut penulis telah cukup baik
maka sesungguhnya mereka akan dapat dan sejalan dengan konsep Islam. Oleh karena
mempersembahkan banyak sekali kebaikan itu, undang-undang ini diharapkan mampu
kepada dunia. Hal itu dikarenakan kedatangan menjadi payung bagi pembangunan karakter
Islam adalah untuk membawa hidayah bagi bangsa ke depan. Secara lebih gamblang, Prof.
umat manusia. Hidayah ini selanjutnya akan Ahmadi, guru besar ilmu pendidikan Islam
menumbuhkan rasa aman dan damai pada jiwa IAIN Wali Songo Semarang, menjelaskan
dan kehidupan masyarakat yang. Kedua pera- relevansi substansial antara sistem pendidikan
saan ini merupakan prasyarat mutlak bagi nasional sekarang dengan konsep tarbiyah
terwujudnya kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan dalam Islam, yaitu, pertama, nilai-nilai yang
yang dihasilkan Islam ini jauh mengungguli terkandung dalam Pancasila sebagai dasar
kebahagiaan yang dihasilkan oleh kemakmuran pendidikan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
dan kemudahan hidup sebagai akibat kemajuan Islam (Tauhid); kedua, pandangan yang utuh
teknologi modern. Dengan demikian, sekiranya terhadap manusia sebagai makhluk jasmani-
kemajuan teknologi ini dipadukan dengan rohani yang berpotensi untuk menjadi manusia
pemeliharaan identitas keislaman maka akan bermartabat (makhluk paling mulia); ketiga,
terwujud tatanan masyarakat yang memberikan bertujuan untuk mengembangkan potensi atau
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi pada masing- fitrah manusia menjadi manusia beriman dan
masing individu yang hidup didalamnya. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur (akhlak mulia), dan
ISU PEMBANGUNAN KARAKTER BANG- memiliki kemampuan untuk memikul tanggung
SA DALAM UU NOMOR 20 TAHUN 2003 jawab sebagai individu dan anggota masyarakat.
TENTANG SISDIKNAS Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada
Rumusan tentang definisi pendidikan posisi konsep. Ditinjau dari tataran
beserta tujuan dan fungsinya secara cukup jelas universalitas, konsep Pendidikan Islam lebih
dan komprehensif dapat dilihat pada penjabaran universal karena tidak dibatasi negara dan
Meria, Pendidikan Islam di Era Globalisasi dalam Membangun Karakter Bangsa | 90

bangsa, tetapi ditinjau dari posisinya dalam bahwa akhlak yang baik merupakan
konteks nasional, konsep pendidikan Islam karakteristik utama karakter seseorang. Dilihat
menjadi subsistem pendidikan nasional. dari sudut pandang agama dan peradaban
manapun, tekanan terhadap pendidikan akhlak
Akan tetapi, satu hal yang harus memang merupakan titik paling penting dalam
dipahami adalah bahwa sekalipun pendidikan rangka menjaga kestabilitasan hidup sesama
Islam merupakan subsistem dalam sistem manusia dan penduduk bumi. Akhlak adalah
pendidikan nasional, namun posisinya bukan identitas sebuah bangsa. Jika akhlak telah
sekadar sebagai suplemen, tetapi sebagai terkikis maka sebuah bangsa tinggal menunggu
komponen substansial. Artinya, pendidikan saat kehancuran. Itulah sebabnya, secara tegas
Islam merupakan komponen yang sangat Rasulullah SAW menyatakan bahwa kedata-
menentukan perjalanan pendidikan nasional. ngannya di dunia ini adalah untuk memperbaiki
Keberhasilan pendidikan Islam berarti akhlak manusia.
keberhasilan pendidikan nasional, begitu pula Terkait dengan upaya pencapaian
sebaliknya. Oleh karena itu, pendidikan nasional pribadi-pribadi berakhlak sebagaimana tersebut
sebagai sebuah sistem tidak mungkin di atas, berdasarkan paradigma Islam tentang
melepaskan diri dari pendidikan Islam. Secara pendidikan, yaitu terciptanya manusia yang
yuridis hal ini telah terakomodasi dalam melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya
Undang-Undang Sisdiknas no. 20 tahun 2003. sebagai wujud ketundukannya pada Allah Swt,
Dengan demikian, menurut hemat penulis sudah maka jelas tauhid yang menjadi landasannya.
tidak relevan mempertentangkan antara konsep Untuk itu, langkah pertama yang harus
tarbiyah dengan konsep pendidikan yang ditempuh adalah penanaman akidah yang kuat
diusung dalam Undang-Undang Sisdiknas. dan lurus sejak dini. Dengan akidah yang
terpatri kuat maka seseorang tidak akan mudah
Dari cuplikan undang-undang di atas, goyah oleh rongrongan apapun. Ia memiliki
terlihat jelas betapa pendidikan nasional, benteng pertahanan yang kuat untuk meng-
dimana pendidikan agama menjadi komponen hadapi bujuk rayu dan godaan dunia. Dalam hal
substansialnya, sangat care dengan upaya ini, peran keluarga menjadi sangat urgen,
pembentukan karakter bangsa. Pendidikan terutama pada masa enam tahun pertama yang
dituju-kan untuk berkembangnya potensi dalam ilmu psikologi disebut the golden age,
peserta didik agar menjadi manusia yang maupun pada fase remaja.
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Dengan demikian, peran pendidikan
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, agama dalam proses membentuk karakter
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga bangsa, adalah menjadikan moral agama
negara yang demokratis serta bertanggung menjadi pemimpin dalam kehidupan bangsa
jawab. Pribadi-pribadi yang memiliki karak- tersebut sehari-hari. Pembentukan karakter
teristik seperti yang diharapkan inilah yang dengan landasan akhlak ini jauh lebih efektif
disebut sebagai pribadi-pribadi berkarakter. dan efisien dibandingkan landasan lainnya. Jika
akhlak telah menjadi pedoman hidup setiap
individu maka seseorang akan senantiasa
melakukan yang terbaik, terlepas ada yang
PENDIDIKAN ISLAM DAN PEMBANGU- mengawasi atau tidak. Hal itu disebabkan yang
NAN KARAKTER BANGSA mengawasinya adalah akhlak yang bertaut erat
Pribadi yang berkarakter adalah yang dengan akidahnya, yaitu tauhid. Dengan kata
memiliki sifat alami untuk merespon segala lain, seseorang yang menjadikan agama sebagai
situasi secara bermoral yang dimanifestasikan landasan bertindak maka ajaran agama akan
dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang menjadi petunjuk dalam setiap aktivitasnya.
baik, jujur, bertanggung jawab, hormat, empati, Mereka tidak perlu pengawasan secara fisik,
dan tindakan positif lainnya dalam Majalah sebagaimana para mandor mengawasi buruh-
ESQ Nebula: 2006: 13. Dari sini dapat dilihat buruh yang sedang bekerja. Dalam setiap
91 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 1 Februari 2012, hlm. 87-92

dirinya sudah ada pengawas yang dalam ajaran keadilan, pengendalian diri, dan sebagainya,
Islam disebut malaikat pencatat amal. padahal inilah yang lebih penting. (Ary
Dengan demikian, akhlak dan moral Ginanjar Agustian, 2001: XLIII).
senantiasa merupakan aspek krusial dalam Untuk mencapai hasil pembinaan yang
mepertahankan identitas nasional, baik dilihat diharapkan, menurut penulis penting sekali
secara teori maupun praktik. Secara teoretis, untuk memperhatikan beberapa aspek berikut:
moral merupakan sistem intrinsik ketahanan Pertama, keteladanan. Anak selalu
manusia dalam hubungan dengan orang lain, melihat dan memperhatikan sikap dan perilaku
termasuk dalam hal ini kemampuan memaksa figur. Figur yang paling dekat dengannya adalah
diri untuk berperilaku baik, sehingga akhirnya orang tuanya sendiri. Untuk itu, penting sekali
tercipta situasi yang kondusif dalam orang tua menyadari fungsinya untuk
masyarakat. Sementara secara praktis, moralitas memberikan keteladanan pada anak. Selain itu,
merupakan syarat mutlak terciptanya suatu anak juga perlu diperkenalkan dengan sosok-
bangsa yang sehat dan makmur. Itulah sosok yang bisa diteladaninya, dalam hal ini
sebabnya, sangat mudah dimaklumi jika dalam yang paling utama adalah Rasulullah saw.
pandangan Islam, suatu bangsa yang menjadi- Sebagai rasul terakhir yang datang membawa
kan tauhid dan moral sebagai pegangan risalah Islam untuk seluruh manusia hingga hari
utamanya maka Allah Swt menjamin negeri itu akhir kelak, tentunya sangat wajar bila
mendapatkan kemakmuran dan kejayaan. Rasulullah Saw dibekali dengan kepribadian
Hanya sayangnya, penanaman nilai-nilai dan karakter yang sangat sempurna. Dengan
agama masih berhenti pada tataran slogan dan demikian, beliau berhak dan bahkan wajib untuk
belum dibumikan. Pendidikan agama baru dijadikan panutan dalam seluruh dimensi
sebatas pengetahuan yang belum menjadi rasa. kehidupan. Kepribadian beliau yang secara fitri
Akibatnya, diri belum merasakan kehadiran sudah sempurna itu masih didukung oleh
Allah swt dalam setiap gerak langkah yang bimbingan dan arahan dari wahyu ilahi.
dilakukan. Kedua, pembiasaan, yaitu penjadwalan
Problem lain yang masih merintangi suatu pekerjaan agar menjadi tingkah laku yang
peran pendidikan dalam pembentukan karakter terpola. Hal ini penting karena karakter yang
adalah masih dipertahankannya paradigma baik antara lain terbentuk melalui pembiasaan.
intelectual and academic oriented. Artinya, Ketiga, nasihat. Bagaimanapun keadaan-
kesuksesan seseorang hanya diukur dari nya, seseorang tetap membutuhkan bimbingan
keberhasilannya menjawab soal-soal ujian, lulus dan nasihat dari pendidiknya. Hal ini dikarena-
ujian, naik tingkat setiap tahun, atau hal-hal lain kan tidak ada seorangpun yang terjamin tetap
yang hanya berkaitan dengan aspek IQ semata. konsisten dalam kebaikan.
Padahal, pendidikan yang hanya berorientasi Keempat, pengawasan yang dilakukan
pada kecerdasan intelektual cenderung membuat untuk melihat sejauh mana efektivitas
pembentukan karakter anak didik terlupakan. pembinaan terhadap peserta didik. Pengawasan
Akibatnya, lahirlah output yang cerdas secara di sini bukan berarti pendiktean, tetapi lebih
akademik namun lemah kepribadian dan pada tindakan evaluatif yang dilakukan secara
karakternya. edukatif.
Hal senada juga dinyatakan Ary Kelima, keseimbangan antara pemberian
Ginanjar Agustian dalam bukunya yang hukuman (punishment) dan penghargaan
fenomenal, ESQ; Emotional Spiritual Quotient. (reward), yaitu pemberlakuan konsekuensi
Menurutnya, pendidikan di Indonesia selama ini terhadap pelanggaran yang dilakukan anak didik
terlalu menekankan arti penting nilai akademik, yang meninggalkan kewajiban, diimbangi
kecerdasan otak, atau IQ saja. Mulai tingkat dengan pemberian penghargaan bagi yang
sekolah dasar hingga bangku kuliah, jarang berprestasi sehingga anak merasa dihargai
sekali ditemukan pendidikan tentang kecerdasan eksistensinya. Target dari metode ini adalah
emosi yang mengajarkan pentingnya integritas, agar anak terlatih memikul tanggung jawab.
komitmen, visi, kreativitas, kebijaksanaan,
Meria, Pendidikan Islam di Era Globalisasi dalam Membangun Karakter Bangsa | 92

SIMPULAN
Secara tegas dapat dikatakan bahwa
pendidikan islam merupakan upaya strategis
dalam membentuk pribadi manusia. Konsep Harian Suara Merdeka, edisi online
pendidikan dalam ajaran Islam menyatakan Kerajaan Saudi Arabia, tt. al-Qur'an dan
demikian, dan sejarah pun telah membuktikan Terjemahnya, Madinah al-Munawwarah:
kebenaran paradigma ini. Dalam konteks mikro, Mujamma' al-Malik Fahd li al-Thibâ'at
pendidikan islam merupakan upaya strategis al-Mushhaf al-Syarîf
dalam membentuk karakter seseorang sesuai Majalah al-Ummah, edisi 29/ tahun III (Jumadil
dengan yang diharapkan. Sedangkan dalam Ula 1403H/ Februari 1983), Ri`âsatul
konteks makro, pendidikan nasional adalah Mahâkim al-Syar'iyyah wa al-Syu`ûn al-
langkah paling efektif dalam membentuk Islâmiyyah, Doha, Qatar
sekaligus mempertahankan kepribadian bangsa, Majalah ESQ Nebula, 2006. National Character
terutama di era globalisasi. Building, Jakarta: PT. Arga Tilanta,
nomor 16, edisi Maret 2006
DAFTAR RUJUKAN Sa'duddin Sholeh, 1987. "Bahts al-'Ilm wa
manâhijuhu al-Naqdiyyah; Ru'yat al-
Ary Ginanjar Agustian, 2001. ESQ; Emotional Islâmiyyah", Zaqoziq: Dar Arqom
Spiritual Quotient Berdasarkan Enam Shalah Shawi, 2000. Wahdat al-'Amal al-
Rukun Iman dan Lima Rukun Islam, Islâmiy fî Muwâjahat A'âshir al-
Jakarta: Arga, cet. 8 'Aulamah, dalam al-Manâr al-Jadîd,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan edisi April
Republik Indonesia, 2002. Kamus Besar Yusuf al-Qaradhawi, 2000. al-Muslimûn wa al-
Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka 'Aulamah, Kairo: Dar Tauzi' wa al-Nasyr
Bahasa -------, 2002. Ummatunâ baina al-Qarnain,
Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang- Kairo: Dar al-Syuruq
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai