7-17
Program Studi Bimbingan dan Konseling | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | INNOVATIVE
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) COUNSELING
ISSN (Print): 2548-1738 |ISSN (Online): 2580-7153
Abstract. Self identity is an important component that shows the individual's personal
identity. Individuals who succeed in forming their identities will help them to take the right
role in their lives, while for teenagers who do not succeed in forming their identities, they
will be confused about their role in life. Many factors influence self-identity. Gender, birth
order, parental marital status, and parenting affect adolescent self-identity. This article will
describe the correlation between these factors and self-identity.
Rekomendasi Citasi: Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya. (2019). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Identitas
Diri. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 3 (1): pp. 7-17
Article History: Received on 22/10/2018; Revised on 11/11/2018; Accepted on 31/12/2018; Published Online:
25/01/2019. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which
permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly
cited. © 2019 Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research
7
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri
Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya
8
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.3, No.1, Januari 2019
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling
Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya
memiliki ketrampilan hidup (life skills) dia merasa tidak berdaya tanpa
yang memadai, sehingga mereka berisiko menggunakannya. (Suyanto, 2012).
memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat, Marcia (1993) mengatakan bahwa
antara lain melakukan hubungan seks identitas diri merupakan komponen penting
pranikah. Pada survei yang dilakukan pada yang menunjukkan identitas personal
tahun 2007 dan 2012 terdapat peningkatan individu. Semakin baik struktur
persentase seks pranikah pada remaja pemahaman diri seseorang berkembang,
usia15-19 tahun walaupun tidak terlalu semakin sadar individu akan keunikan dan
signifikan dibanding pada usia 20-24 tahun kemiripan dengan orang lain, serta semakin
Secara umum, remaja laki-laki lebih banyak sadar akan kekuatan dan kelemahan
yang menyatakan pernah melakukan seks individu dalam menjalani kehidupan.
pra nikah dibandingkan perempuan. Dari Sebaliknya, jika kurang berkembang maka
survei yang sama di dapatkan alasan individu semakin tergantung pada sumber-
hubungan seksual pranikah tersebut sumber eksternal untuk evaluasi diri.
sebagian besar karena penasaran/ingin tahu Fuhrmann (1990), mengemukakan
(57,5% pria), terjadi begitu saja (38% bahwa ada beberapa faktor yang
perempuan) dan dipaksa oleh pasangan mempengaruhi proses pembentukan
(12,6 % perempuan). (InfoDATIN identitas diri yaitu pola asuh, homogenitas
Kemenkes RI, 2015). lingkungan, model untuk identifikasi,
KPAI (Komisi Perlindungan Anak pengalaman masa kanak-kanak,
Indonesia) menyatakan bahwa jumlah perkembangan kognisi, sifat individu, dan
pengguna narkoba di usia remaja naik identitas etnik
menjadi 14ribu jiwa dengan rentang usia 12
– 21 tahun (KPAI, 2016), dan data ini A. Pembahasan
didukung oleh BNN (Badan Narkotika Penelitian dilaksanakan di wilayah
Nasional) bahwa alasan penyalahgunaan di SMK Negeri 1 Kota Cirebon tahun
narkoba yang paling banyak ditemukan ajaran 2017/2018 dengan subjek penelitian
ditemukan adalah karena ingin mencoba 560 orang siswa kelas XI. Penelitian ini
narkoba (65%), diajak/dibujuk teman menguji variable jenis kelamin, urutan
(55%), dan bersenang-senang (19%). kelahiran, rangking semester I, rangking
(BNN, 2016). semester II, rangking semester III,
Di negeri ini paling tidak ada 50 pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, lokasi
orang meninggal setiap hari karena pekerjaan ayah, lokasi pekerjaan ibu, status
mengonsumsi narkoba baik secara langsung pernikahan orang tua, pola asuh dan
maupun tidak langsung karena tertular penyesuaian social.
penyakit mematikan, yang belum Dari hasil penelitian terdapat hanya
ditemukan obatnya sampai saat ini, beberapa factor saja yang mempengaruhi
HIV/AIDS, melalui penggunaan jarum identitas diri yaitu jenis kelamin, urutan
suntik secara kolektif di antara pengguna kelahiran, status pernikahan orang tua dan
narkoba. Sekali terkena narkoba, pasti sulit pola asuh.
untuk keluar dari ketergantungan dan
pengaruhnya. Semakin lama tergantung Ach. Dif. Fore. Mor. Chi
N Nilai
pada narkoba semakin kecil peluang untuk Indikator Squar
o p
% % % % e
kembali ke kehidupan normal. Narkoba
akan membuat kehidupan semu bagi siswa. Laki-laki 5.32 13.62 9.79 71.28
Seolah-olah siswa pengguna narkoba hidup 1 Perempua
1.11 24.44 12.22 62.22 9.974 0.019
bahagia tetapi sebenarnya hanyalah n
halusinasi semata. Jika sudah kecanduan Jumlah 4.64 15.36 10.18 69.82
9
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri
Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya
10
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.3, No.1, Januari 2019
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling
Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya
Sulung 6.19 9.79 10.82 73.20 100.00 idenitas pribadi sedang terjadi ketika
2
Tengah 6.04 18.12 14.77 61.07 100.00 perasaan dan emosi baru sedang
Bungsu 1.21 15.15 6.06 77.58 100.00 27.452 0,00 dieksplorasi. Selama waktu ini remaja
Tunggal 5.77 28.85 7.69 57.69 100.00 mulai mengembangkan banyak ciri
Jumlah 4.64 15.36 10.18 69.82 100.00 kepribadian yang akan mempengaruhi sisi
kehidupan lainnya. Penelitian telah
Berdasarkan perhitungan analisis
menunjukan bagaimana urutan kelahiran
statistik diketahui Chi-Kuadrat sebesar
memiliki pengaruh signifikan pada
27.452 dan P-value=0,000. Oleh karena
perkembangan identitas mereka (Gustafson,
nilai P-value lebih kecil dari 5% (P-value
2010). Sehingga dapat kita tarik kesimpulan
0.000<0,05) dapat dikatakan terdapat
bahwa penelitian ini mendukung penelitian
hubungan urutan kelahiran terhadap
sebelumnya bahwa urutan kelahiran
identitasi diri siswa
mempengaruhi pembentukan identitas diri
Penelitian ini menunjukan adanya
remaja.
hubungan antara urutan kelahiran dengan
Urutan kelahiran biasanya digunakan
identitas diri. Dari data yang didapat juga
untuk mengidentifikasi seorang anak.
terlihat bahwa anak tunggal mempunyai
Orang tua akan sering memperkenalkan
persentase yang lebih tinggi pada status
anak-anak mereka kepada orang lain
diffusion, hal ini berarti anak tunggal
dengan mengatakan “ini anak sulung saya”,
cenderung belum mempunyai komitmen
ataupun “ini anak bungsu saya”. Anak akan
dan belum melewati krisis. Sedangkan anak
segera menerima faktor faktor ini sebagai
tengah mempunyai persentase yang tinggi
bagian dari identitasnya (Richardson &
di status foreclosure yang berarti anak
Lois, 2010). Selanjutnya Richardson dan
tengah sudah membuat pilihan yang tegas
Lois (2010) juga mengatakan hampir semua
tentang alternative-alternatif akan tetapi
anak belajar untuk mengidentifikasi posisi
belum melakukan upaya aktif untuk
mereka dan membangun cerita serta
menemukan jawaban dalam mencapai
membentuk identitas mereka tentang apa
keputusan. Anak bungsu dalam penelitian
artinya menjadi “anak pertama”, “anak
ini mempunyai prosentase yang tinggi pada
tengah”, “anak bungsu” ataupun “anak
status moratorium, yang menunjukan
tunggal”.
bahwa anak bungsu cenderung sedang
melakukan upaya aktif menemukan Ach. Dif. Fore. Mor. Chi Nilai
jawaban dalam mencapai keputusan tentang Variabel
% % % % Square p
tujuan, nilai-nilai dan kepercayaan, tetapi
Ayah & Ibu
belum membuat pilihan yang tegas tentang 4.59 10.78 10.32 74.31
bersama
implementasi pilihannya. Dan yang
Ayah & Ibu
terakhir, anak sulung mempunyai 3.08 46.15 6.15 44.62
prosentase yang tinggi pada status berpisah
11
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri
Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya
12
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.3, No.1, Januari 2019
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling
Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya
Pada remaja masa-masa peralihan akibat Ach. Dif. Fore. Mor. Chi Nilai
No Indikator
perceraian dirasakan lebih sulit (Koper, % % % % Square p
2005), remaja merasakan beratnya dampak Demokratis 4.255 10.6 11.7 73.40
peceraian karena selain perceraian Otoriter 4.44 22.67 8.44 64.44
16.101 0.013
orangtua, mereka juga sedang mengalami Permisif 5.44 10.20 10.88 73.47
masa yang penuh guncangan dan perubahan Jumlah 4.64 15.36 10.18 69.82
besar dalam pencarian identitas diri.
Perceraian mempengaruhi anak-anak secara Berdasarkan perhitungan analisis
sosial, emosional, juga mengganggu statistik Chi-Kuadrat sebesar 16.101 dan P-
prestasi belajar dan situasi keuangan, value=0,013. Oleh karena nilai P-value
bahkan kehidupannya kelak sebagai orang lebih kecil dibandingkan 5% (0.013<0,05)
dewasa, keberhasilannya membina maka terdapat hubungan pola asuh terhadap
hubungan dengan orang lain, serta karir identitasi diri siswa.
mereka (Charlish 2003). Penelitian ini menemukan bahwa
Ketika terjadi perceraian ibu mengalami orang tua yang menerapkan pola asuh
perubahan peran dan status yaitu menjadi demokratis, otoriter dan permisif cenderung
“janda” atau ibu tunggal (single parent) mempunyai anak yang mempunyai
yang dapat menimbulkan gangguan konsep prosentase tertinggi pada status moratorium
diri yang disebabkan oleh gangguan peran yang berarti bahwa anak sedang berupaya
yang disandang ibu. Kondisi semacam ini keras atau aktif menemukan jawaban dalam
akan berdampak pada perlakuan orang tua mencapai keputusan tentang tujuan, nilai-
single parent terhadap anak remajanya, nilai dan kepercayaan akan tetapi belum
karena remaja juga memiliki emosi yang membuat pilihan yang tegas tentang elemen
masih labil sebagai akibat dari yang signifikan dengan
pertumbuhan fisik dan hormon yang sangat mengimplementasikan pilihan.
pesat (Monks dkk, 2001). Disatu sisi remaja Akan tetapi kalau kita merujuk pada
membutuhkan bimbingan dan arahan dari penelitian yang sebelumnya dari Marcia
orang tua, sementara disisi lain orang tua (Bosma & Kunnen, 2001) bahwa difusi
tidak mampu berperan secara optimal. Hal dianggap sebagai terendah dan achievement
ini akan mengakibatkan frustrasi pada diri adalah status tertinggi, maka perlu kita
remaja sehingga mereka cenderung tekankan adalah dua status tersebut untuk
melamun, menekuni hobi secara berlebihan variabel pola asuh ini, dimana pada status
dan suka menyendiri (Balson 1993). difusi, prosentase tertinggi di tunjukan oleh
Gunarsa dan Gunarsa (2004) menyatakan pola asuh otoriter, yang berarti bahwa
hal yang sama bahwa pada kasus perceraian orang tua yang mengatur ataupun memaksa
dan keluarga yang tidak lengkap, ikatan anak anaknya untuk mengikuti apa yang
keluarga dan suasana keluarga tidak lagi mereka katakan cenderung membuat anak
dapat memberikan cukup rasa aman kepada tidak bisa mengeksplore dan menemukan
anak, sehingga anak akan mencari tempat jawaban dalam mencapai keputusan tentang
lain yaitu teman sebaya. Ketika anak tidak tujuan, nilai-nilai dan kepercayaan serta
memiliki kelekatan yang aman dengan ibu, belum membuat pilihan yang tegas
juga akan berdampak pada rendahnya terhadap kehidupannya. Sedangkan pada
kelekatan dengan teman sebaya. Remaja status achievement, prosentase tertinggi di
akan lebih mudah terpengaruh dan terikat tunjukan oleh pola asuh permisif dimana
dengan teman sebaya, dan berpeluang orang tua yang memberikan kebebasan
melakukan kenakalan kriminal (Puspitawati yang sebesar-besarnya tanpa campur orang
2009) tua cenderung membuat anak dapat
menemukan jawaban mengenai tujuan,
nilai-nilai dan kepercayaan dan membentuk
13
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri
Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya
anak yang mampu membuat pilihan yang bereksplorasi mungkin dengan hal positip
tegas tentang alternative-alternatif. ataupun negative (Stattin dan Mahoney,
Studi tentang hubungan orangtua- 2000)
anak dan identitas remaja menunjukkan Salah satu praktik pengasuhan yang
bahwa orang tua yang apatis atau telah diusulakn untuk mencegah kenakalan
mengabaikan membantu perkembangan adalah adanya pemantauan orang tua.
identitas yang kusut untuk remaja; Pemantauan orang tua didefinisikan sebagai
otoritarianisme orang tua dikaitkan dengan serangkaian perilaku pengasuhan yang
predeterminasi identitas, tetapi karakteristik ditujukan untuk memperhatikan dan
hubungan seperti kepercayaan, rasa hormat melacak keberadaan, aktifitas, dan adaptasi
dan dukungan sering dimanifestasikan anak (Dishion dan McMahon, 1998).
dalam keluarga di mana remaja dicirikan Dengan adanya pemantauan orang tua yang
oleh identitas yang dicapai (Yablonska, memadai berpotensi menjadi sangat penting
(2013). Dimana proses komunikasi untuk membantu seorang anak agar dapat
keluarga yang memberikan dukungan dan aman dan berhasil menavigasi sepanjang
merangsang pengembangan sudut pandang remaja (Keijsers, 2015). Lebih lanjut
yang berbeda dalam memfasilitasi Keijsers menyatakan bahwa orang tua yang
eksplorasi anak (Bosma dan Kunner, 2001) cukup sadar akan apa yang terjadi dalam
Harter (Santrock, 2003:347) kehidupan anak anak mereka dana pa yang
menyatakan bahwa gaya interaksi keluarga mungkin salah dapat melakukan tindakan
yang memberikan hak pada remaja untuk yang tepat. Mereka dapat mendukung dan
bertanya dan untuk menjadi seseorang yang menghibur anak mereka ketika dibutuhkan,
berbeda, dalam suatu konteks dukungan dan membantu anak membuat keputusan
dan mutualitas, mendorong pola yang lebih bertanggung jawab dimasa
perkembangan identitas yang sehat. Erikson depan ketika melanggar norma-norma
(Kau, 2008) menegaskan bahwa pencapaian kemasyarakatan atau hokum. Peran orang
status identitas dipengaruhi oleh sosialisasi tua ini lah yang mendukung anak agar
remaja dalam keluarga, selanjutnya Conger ketika mengksplore dan membuat
juga mengemukakan bahwa pencapaian komitmen dalam pencarian identitas diri
status identitas bergantung pada jenis yang positif.
interaksi yang terjadi antara orang tua dan Fungsi keluarga yang baik dapat
remaja. Gaya pengasuhan orang tua yang bertindak sebagai factor protektif dalam
menerima anak mendukung pencapaian kehidupan anak, membantu melawan
status identitas remaja, sedangkan gaya kondisi buruk yang biasanya menjadi
pengasuhan orangtua yang menolak kriminogenik. Disisi lain, factor keluarga
menghambat pencapaian status identitas negative dapat berinteraksi dengan
(Hauser dalam Kau, 2008) predictor kriminogenik lainnya sehingga
Selama masa remaja, perubahan pengaruh prediktif gabungan mereka lebih
perkembangan terjadi dalam kehidupan kuata dalam kehidupan anak (Petrosini dkk,
anak anak dan hubungannya dengan orang 2009).
tua mereka, ketika anak sudah remaja
makan akan semakin dibiarkan B. Kesimpulan
menghabiskan waktu luang dengan teman- Secara umum sebagian besar siswa
teman mereka (Larson, dkk, 1996) dengan kelas XI SMK Negeri 1 Cirebon Tahun
bertambahnya usia remaja, orang tua Ajaran 2017/2018 memiliki identitas diri
kurang mampu mengawasi perilaku dan pada status moratorium. Artinya pada
aktivitas remaja (Keijsers dkk, 2009). kondisi ini siswa sedang mengalami krisis,
Kurangnya pengawasan orangtua dapat namun belum memiliki komitmen yang
memberikan kesempatan bagi anak untuk jelas mengenai diri dan tujuan hidupnya.
14
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.3, No.1, Januari 2019
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling
Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya
Dari hasil perhitungan statistik uji Chi- Burt, M. R. (2002). Reasons To Invest in
Kuadrat didapat bahwa jenis kelamin, Adolescents. Journal of Adolescent
urutan kelahiran, status pernikahan orang Health. 31. 136-152.
tua dan pola asuh memberikan pengaruh Charlis, A. (2003). Caught in The Middle:
terhadap perkembangan identitas diri siswa Helping Children to Cope With
kelas XI SMK Negeri 1 Cirebon tahun Separation and Divorce. Cassel
ajaran 2017/2018. Sedangkan rangking Illustrated: UK.
kelas, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, lokasi Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan.
pekerjaan ayah, lokasi pekerjaan ibu dan Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
penyesuaian sosial tidak mempengaruhi Diclemente, R. J., Salazer, L. F., Santelli, J.
pembentukan identitas diri siswa. S., Crosby, R. A. (2009). Sexually
Transmitted Disease Transmission
Daftar Rujukan and Pregnancy Among Adolescents.
Adams, R.G. (1998). The Objective Adolescent Health: Understanding
Measure of Ego Identity Status: A and Preventing Risk Behaviors. San
Reference Manual. Canada: Francisco. Josssey-Bass.
University of Guelp. Dishion, T. J., McMahon, R. J. (1998).
Alarid, L. F & Vega, O. L. (2010). Identity Parental Monitoring and The
Construction, Self Perceptions, and Prevention of Child and Adolescent
Criminal Behavior of Incarcerated Problem Behavior: A Conceptual
Women. Deviant Behavior. 31. 704- and Empirical Formulation. Clinical
728. Child and Family Psychology
Anderson, J. A., & Olnhausen, K.S. (1999). Review. 1. 61-75.
Adolescent Self-Esteem: A Dunkel, Curtis & Colin Harbke. (2009).
Foundational Disposittion. Nurses Direct and Indirect Effects of Birth
Science Quarterly. 12. 62-67. Order On Personality and Identity:
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Support for The Null Hypothesis.
Kriminal 2014. Sub Direktorat The Journal of Genetic Psychology.
Statistik dan Keamanan. 170 (2). 159-175.
Balson. (1993). Psychology of Family. New Fuhrman, W., & Wehner, E. (1992).
York. Mac Garwhill.Co Toward a Theory of Adolescent
Baumeister, R. F. (1998). Handbook of Romantic Relationship. Personal
Social Psychology. New York: Relationships During Adolescence.
Mcgraw-Hill Gustafson, Curtis. (2010). The Effects of
BNN. (2016). Hasil Survei Birth Order On Personality. A
Penyalahgunaan dan Peredaran PaperPresented to The Faculty of
Gelap Narkoba Pada Kelompok the Alfred Adler Graduate School.
Pelajar dan Mahasiswa di 18 Hejazi, E., Lavasani, M., et al. (2010).
Provinsi di Tahun 2016. Badan Academic Identity Status, Goal
Narkotika Nasional. Orientation, and Academic
Bosma, H. A., & Kunnen, E. S. (2001). Achievement Among High School
Determinants and Mechanisms in Students. Journal of Research in
Ego Identity Development: A Education. 22(1). 292-320.
Review and Sythesis. Developmental Hidayah, Nur & Huriati. (2016). Krisis
Review. 21. 39-66. Identitas Diri Pada Remaja.
Buckingham, David. (2008). Introducing Sulesana. Vol. 10 No. 1.
Identity. London: Creative
Commons Attribution.
15
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri
Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya
16
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.3, No.1, Januari 2019
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling
Ramdhanu, Sunarya & Nurhudaya
17