Oleh
i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
tidak disebabkan karena tumor/infeksi
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan
penyakit. Sesuai dengan perjalanan penyakit, stroke dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas (TIA) :
Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan
menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang):
Perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana
deficit neurologisnya terus bertambah berat.
3. Stroke lengkap/completed :
Gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit
perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya pada saat onset lebih
berat, bisa kemudian membaik/menetap
Klasifikasi berdasarkan patologi:
1. Stroke hemoragi:
Stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga
timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri
venosa,
2. stroke non hemoragi:
stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.
2. Etiologi/Faktor Resiko
Penyebab stroke menurut [ CITATION Ari10 \l 1033 ]
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
2
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.
Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat
suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah
seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin,
2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis (radang pada arteri)
d. Emboli
3
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah
otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya
emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease (RHD).
2) Myokard infark
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan
kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga
otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark
otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a) Hipertensi yang parah.
b) Cardiac Pulmonary Arrest
c) Cardiac output turun akibat aritmia
4
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah:
a) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
5
Penyakit jantung coroner dan infark miocard (kematian otot
otak). Pusat aliran darah adalah jantung, dengan adanya
kematian pusat aliran darah, suplay darah dan oksigen ke
otak juga akan terganggu, sehingga terjadi kematian jaringan
otak secara perlahan ataupun cepat
c. Diabetes Milletus
Pembuluh darah pada penderita diabetes akan mengalami
kekauan. Aliran darah yang menuju otak dengan peningkatan
atau penurunan kadar gukosa dalam darah akan
memperngruhi kerja otak
d. Hiperkolessterolemia
Kadar hkolesterol tinggi akan menyebabkan terbentuknya
plak dalam pembuluh darah, yang akan menghambat aliran
darah ke otak sehinggaa terjadi kematian jarigan otak.
e. Obesitas
Obesitas berhubungan dengan kadar kolesterol dan lemak
daalam darah yang tinggi, sehingga terbentuknya plak dalam
pembuluh darah juga semikin tinggi.
f. Merokok
Merokok menyebabkan peningkatan kadar fibrinogen dalam
darah, sehingga mempermudah terjadinya penebalan pada
dinding pembuluh darah yang akan membuat pembuluh
darah menjadi sempit, aliran darah ke otak akan terganggu,
sehingga terjadi kematian jaringan otak.
2. Patofisiologi
6
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik
sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan
otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema
dan kongesti disekitar area. Areaedema ini menyebabkan disfungsi yang
lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau
jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak.
7
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak,
dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang
otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus
perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan
mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya
drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron
di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume
darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada
perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi
perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan
kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan
terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)
8
3. Pathway
9
4. Manifestasi Klinis
Pada stroke non haemoragik Gejala utama adalah timbulnya deficit
neurologis secara mendadak atau subakut, didahului gejala prodromal,
terjadi pada waktu istirahat atau bangun tidur dan kesadaran biasanya tak
menurun, kecuali bila embolus cukup besar,(Mansjoer,2000)
Menurut WHO, dalam International Statistic Classification Of Diseases
And Related Health Problem 10th Revision, stroke dapat dibagi atas:
a. Perdaraha Intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas,
kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali setiap
saat,saat aktifitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali.
Mula dan muntah seringkali terjadi sejak permulaan serangan.
Kesadaran biasanya menurun, cepat masuk koma (65% terjadi kurang
dari setengah jam, 23% antara ½ - 2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam,
sampai 19 hari)
b. Perdarahan Subarakroid
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri
kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat
bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsangan meningeal. Edema papil
dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma
pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna. Gejala
neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya.
Manifestasi pada stroke dapat berupa:
1) Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
2) Gangguan sesibilitas pada satu atau lebih anggota badan
3) Perubahan mendadak status mental
10
4) Afasia (bicara tidak lancer, kurangya ucapan atau kesulitan
memahami ucapan)
5) Ataksia anggota badan
6) Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala
(Mansjoer,2000)
11
Amorfositesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling
dari sisi tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi/ruang yang
sakit tersebut.
Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam
mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area
spasial.
Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan
posisi dan Gerakan bagian tubuh (kehilangan proprioseptik)
sulit menginterpretasikan stimulasi visual, taktil, auditorius.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam membantu
menegakkan diagnosis klien stroke meliputi:
a. Angiografi Serebri. Membantu menentukan penyebab dari stroke
secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan
untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi
vaskuler.
b. Lumbal Pungsi. Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah
pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid
atau perdarahan pada intracranial. Peningkatan jumlah protein
menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT Scan. Pemeriksaan diagnostik obyektif didapatkan dari
Computerized Tomography scanning (CT-scan). Menurut penelitian
Marks, CT-scan digunakan untuk mengetahui adanya lesi infark di otak
dan merupakan baku emas untuk diagnosis stroke iskemik karena
12
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan ini
mempunyai keterbatasan, yaitu tidak dapat memberikan gambaran yang
jelas pada onset kurang dari 6 jam, tidak semua rumah sakit memiliki,
mahal, ketergantungan pada operator dan ahli radiologi, memiliki efek
radiasi dan tidak untuk pemeriksaan rutin skirining stroke iskemik.
( Widjaja, Andreas., dkk. 2010) yaitu Memperlihatkan secara spesifik
letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
d. Magenetic Imaging Resonance (MRI). Dengan menggunakan
gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta besar/luas
terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area
yang mengalami lesi infark akibat dar hemoragik.
e. USG Doppler. Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena
(masalah sistem karotis)
f. EEG. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
liistrik dalam jaringan otak.
g. Pemeriksaan Darah Rutin
h. Pemeriksaan Kimia Darah. Pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali
i. Pemeriksaan Darah Lengkap. Untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri
j. Pemeriksaan Elektrokardiogram berkaitan dengan fungsi dari
Jantung untuk pemeriksaan penunjang yang berhubungan dengan
penyebab stroke
13
k. Penggunan skala stroke NIH (National Institute Of Health) sebagai
pengkajian status neurologis pasien dengan stroke. Yaitu untuk
menentukan status defisit neurologis pasien dan penunjang stadium
(Muttaqin, 2011), (Anania, Pamella. 2011)
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan stroke hemoragik
1. Terapi stroke hemoragik pada seranga akut
a. Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan
b. Masukkan klien ke unti perwatan saraf untuk dirwat di bagian bedah
saraf
c. Neurologis
Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya
Kontrol adnaya edema yang dapat menyebabkan kematian
jaringan otak
d. Terapi perdarahan dan perwatan pembuluh darah
Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil
‘
Aminocaproid acid 100-150 ml% dalam cairan isotonik 2
kali selama 3-5 hari, kemudian satu kali selama 1-3 hari.
Antagonis untuk pencegahan permanen: Gordox dosis
pertama 300.000 IU kemudian 100.000 IU 4xperhari IV;
Contrical dosis pertama 30.000 ATU, kemudian 10.00
ATU x 2 perharu selama 5-10 hari
Natrii Etamsylate (Dynone) 250 mg x 4 hari IV sampai 10
hari
14
Kalsium mengandung obat: Rutinium, Vicasolum,
Ascorbicum
Profilaksis Vasospasme
Calcium-channel antagonist (Nimotop 50 ml (10 mg per
hari IV diberikan 2 mg perjam selama 10-14 hari)
Awasi peningkatan tekanan darah sistolik klien 5-20 mg,
koreksi gangguan irama jantung, terapi penyakit jantung
komorbid.
Profilaksis hipostatik pneumonia, emboli arteri pulmonal,
luka tekan, cairan purulen pada luka korne, kontraksi otot
dini. Lakukan perawatan respirasi, jantung, penatalaksanaan
pencegahan komplikasi
Terapi infus, pemantauan AGD, tromboembolisme arteri
pulmonal, keseimbangan asam basa, osmolaritas darah dan
urine, pemeriksaan biokimia darah
Berikan dexason 8+4+4+4 mg IV (pada kasus tanpa DM,
perdarahan internal, hipertensi maligna) atau osmotik
diuretik (dua hari sekali Rheugloman (Manitol) 15 % 200
ml IV diikuti oleh 20 mg Lasix minimal 10-15 hari
kemudian
e. Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan
otak
Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya.
7. Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan
15
1. Dalam hal imobilisasi : infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan
tromboflebitis
2. Dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi
deformitas, dan terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala
4. Hidrosepalus (Fransisca B. Batticaca,2008).
Menurut Brunner 7 Suddart,2002 serangan stroke tidak berakhir dengan
akibat pada otak saja, gangguan emosional dan fisik akibat berbaring lama
tanpa dapat bergerak adalah hal yang tidak dapat dihindari. Ada beberapa
komplikasi dari penyakit stroke, yaitu:
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Embolisme serebral.
16
B. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
fungsional klien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk
menentukan pola respons klien saat ini dan waktu sebelumnya (Carpenito-
Moyet,2005)
17
Tujuan dari pengkajian adalah untuk menyusun data dasar(database)
pelayanan kesehatan.
18
Riwayat kencing manis
Riwayat aterosklerosis
Merokok
Riwayat pemakaian kontrasepsi yang disertai hipertensi dan
meningkatnya kadar estrogen
Riwayat konsumsi alkohol
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus.
e. Riwayat Psikososial
Intrapersonal; perasaan yang dirasakan klien (cemas/ sedih).
Interpersonal; hubungan dengan orang lain
f. Pola Fungsi Kesehatan
tenggorokan, dysphagia.
3) Aktivitas
tidur.
4) Nyeri / kenyamanan
19
g. Pemeriksaan Fisik
kehilangan kesadaran.
20
Kesadaran, Tekanan darah, Tanda rangsangan
selaput otak, Fundus okuli, Pupil
2. Diagnosis Keperawatan
(outcome) keperawatan.
21
ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi lima kategori dan 14
(empat belas) sub kategori. Kategori dan subkategori dapat dilihat pada
Skema B.2.1
22
klien dalam kondisi sakit atau berisiko, sedangkan Diagnosis positif
Aktual
Negatif
Risiko
Diagnosis
Keperawatan
Promosi
Kesehatan
Positif
1. Diagnosis Aktual
klien.
2. Diagnosis Risiko
23
Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi
1) Masalah (Problem)
kesehatannya.
24
No Deskriptor Definisi
1 Defisit Tidak cukup, tidak adekuat
2 Disfungsi Tidak berfungsi secara normal
3 Efektif Menimbulkan efek yang diinginkan
4 Gangguan Mengalami hambatan atau kerusakan
5 Lebih Berada diatas nilai normal atau yang
diperlukan
6 Penurunan Berkurang baik dalam ukuran, jumlah
maupun derajat
7 Rendah Berada dibawah nilai normal atau yang
diperlukan
8 Tidak efektif Tidak menimbulkan efek yang
diinginkan
Tabel B.2.4: Deskriptor dan Definisi Deskriptor pada Diagnosis
Keperawatan ( SDKI,2017)
2) Indikator Diagnostik
Efek terapi/Tindakan
Maturasional.
25
Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil
merupakan suatu proses yang sistematis yang terdiri atas tiga tahap, yaitu
26
Proses penegakan diagnosis diuraikan sebai berikut:
1) Analisis Data
2) Identifikasi Masalah
keperawatan.
27
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
4. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan kitidakmampuan menelan
makanan
5. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan penurunan
kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
6. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kendali,
massa, dan kekuatan otot
7. Gangguan Memori berhubungan dengan gangguan sirkulasi ke otak
8. Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan perubahan pada
citra tubuh.
9. Defisit Perawatan Diri: (mandi, Berpakaian, makan, Toileting, dan
berhias) berhubungan debgan kelemahan
a) Intervensi Keperawatan
1) Definisi
28
dimaksud untuk memudahkan penulusuran intervensi
keperawataan.
(1). Fisiologis
terdiri atas:
Respirasi
Sirkulsi
Neurosensori
(2). Psikologis
Integritas Ego
29
Pertumbuhan dan Perkembangan
(3). Perilaku
terdiri atas:
Kebersihan Diri
(4). Relasional
Interaksi Sosial
(5). Lingkungan
sebagai berikut:
30
Label
Definisi
Tindakan
intervensi keperawatan.
31
Luaran (Outcome) Keperawatan yang Diharapkan.
Kemampuan Perawat.
Penerimaan Pasien
Hasil Penelitian.
b) Standar Luaran
32
Konsep Perencanaan dan implementasi pada pasien Stroke sbb:
1. Bersihan jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
Diagnosis keperawatan: Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Jalan Nafas
Bersihan jalan Nafas Tidak Efektif ………………., maka Bersihan jalan nafas 1. Observasi
Definisi: meningkat dengan kriteria hasil: 1. Monitor pola nafas (frekwensi,
Ketidakmampuan membersihkan sekret kedalaman, usaha nafas)
Indikator 1 2 3 4 5
atau obstruksi jalan nafas untuk 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
mempertahankan jalan nafas tetap paten Batuk efektif Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
Penyebab : Keterangan : kering)
1. Spasme jalan nafas 1= Menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
2. Hipersekresi jalan nafas 2= Cukup menurun aroma)
3. Disfungsi neuromuskuler
3= Sedang
4. Benda sing dalam jalan nafas 2. Terapeutik
5. Adanya jalan nafas buatan 4= Cukup Meningkat 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
6. Proses infeksi 5= Meningkat dengan Head-tilt dan chin-lift (jaw-
7. Efek agen farmakologis (mis. Indikator 1 2 3 4 5 thrust jika curiga trauma servical)
Anastesi) Produksi sputum 5. Posisikan semi-fowler atau fowler
Mengi 6. Berikan minuman hangat
Situasional 7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Wheezing
1. Merokok aktif 8. Lakukan penghisapan lendir kurang
Mekonium (pada
2. Merokok pasif dari 15 detik
3. Terpajan polutan neonatus) 9. Lakukan hiperoksigenisasi sebelum
Ortopnea penghisapan endotrakeal
Gejala dan tanda mayor Dispnea 10. Keluarkan sumbatan benda padat
Subyektif Obyektif Sulit bicara dengan forsep McGill
1. Tidak 1. Batuk tidak Sianosis 11. Berikan oksigen, Jika perlu
Gelisah
33
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
tersedia efektif atau tidak Keterangan :
mampu batuk 1= Meningkat 3. Edukasi
2. Sputum berlebih 2= Cukup Meningkat 12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
/ obstruksi di jalan jika tidak ada kontraindikasi
3= Sedang
nafas / mekonium di 13. Anjurkan teknik batuk efektif
jalan nafas (pada 4= Cukup Menurun
neonatus) 5= Menurun 4. Kolaborasi
3. Mengi, Indikator 1 2 3 4 5 14. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
wheezing dan/atau Frekwensi nafas ekspektoran, mukolitik, jika perlu
ronkhi kering Pola nafas
Keterangan :
Gejala dan tanda minor
Subyektif Obyektif 1= Memburuk
1. Dispnea 1. Gelisah 2= Cukup Memburuk
2. Sulit bicara 2. Sianosis 3= Sedang
3. ortopnea 3. Bunyi nafas 4= Cukup Membaik
menurun 5= Membaik
4. Frekwensi nafas
berubah
5. Pola nafas
berubah
34
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
5. Depresi sistem saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi mekonium
10.Infeksi saluran nafas
11.Asma
35
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
7. Imaturitas neurologis 1= Meningkat 6. Berikan minuman hangat
8. Penurunan energi 2= Cukup Meningkat 7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
9. Obesitas 3= Sedang 8. Lakukan penghisapan lendir kurang
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi dari 15 detik
4= Cukup Menurun
paru 9. Lakukan hiperoksigenisasi sebelum
11. Sindrom hipoventilasi 5= Menurun penghisapan endotrakeal
12. Kerusakan infervasi diafragma Indikator 1 2 3 4 5 10. Keluarkan sumbatan benda padat
(kerusakan saraf C5 ke atas) Frekuensi nafas dengan forsep McGill
13. Cedera pada medula spinalis Kedalaman nafas 11. Berikan oksigen, Jika perlu
14. Efek agen farmakologis Ekskursi dada
15. Kecemasan Ventilasi semenit 3. Edukasi
Kapasitas vital 12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
Diameter thoraks jika tidak ada kontraindikasi
Gejala dan tanda mayor 13. Anjurkan teknik batuk efektif
anterior-posterior
Subyektif Obyektif
Tekanan ekspirasi
1. Dispnea 1. Penggunaan otot 4. Kolaborasi
Tekanan inspirasi
bantu pernafasan 14. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
2. Fase ekspirasi ekspektoran, mukolitik, jika perlu
memanjang Keterangan :
3. Pola nafas 1= Memburuk
abnormal (mis. 2= Cukup Memburuk
Takipnea, 3= Sedang
bradipnea, 4= Cukup Membaik
hiperventilasi,
5= Membaik
kussmaul,
cheyne-stokes)
36
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
1. Ort 1. Pernafasan pursed-
opnea lip
2. Pernafasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
berubah
37
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
38
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
14. Cedera kepala Keterangan : Pressure)
15. Hiperkolesteronemia 1= Meningkat 9. Monitor gelombang ICP
16. Hipertensi 2= Cukup Meningkat 10. Monitor status pernafasan
17. Endokarditis infektif 3= sedang 11. Monitor intake dan output cairan
18. Katup protetik mekanis 4= Cukup Menurun 12. Monitor cairan serebro-spinalis (mis.
19. Stenosis mitral 5= Menurun Warna, konsitensi)
20. Neoplasma otak Indikator 1 2 3 4 5 2. Observasi
21. Infark miokard akut 13. Minimalkan stimulus dengan
Tekanan arteri rata-
22. Sindrom sick sinus menyediakan lingkungan yang
rata
23. Penyalahgunaan zat tenang
Tekanan intra kranial
24. Terapi tombolitik 14. Berikan posisi semi fowler
25. Efek samping tindakan (mis. Tindakan Tekanan darah sitolik 15. Hindari manuver Valsava
operasi bypass) Tekanan darah 16. Cegah terjadinya kejang
diastolik 17. Hindari penggunaan PEEP
Kondisi klinis terkait: Reflek saraf 18. Hindari pemberian cairan IV
1. Stroke Keterangan : hipotonik
2. Cedera kepala 1= Memburuk 19. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
3. Aterosklerotik aortik 2= Cukup Memburuk 20. Pertahankan suhu tubuh normal
4. Infark miokard akut 3= Sedang 3. Kolaborasi
5. Diseksi arteri 4= Cukup Membaik 21. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
6. Embolisme 5= Membaik konvulsan, jika perlu
7. Endokarditis infektif 22. Kolaborasi pemberian diuretik
8. Fibrilasi atrium osmosis, jika perlu
9. Hiperkolesterolemia 23. Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
10. Hipertensi Jika perlu
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagualsi intravaskular diseminata
13. Miksoma atrium
14. Neoplasma otak
39
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
15. Segmen ventrikel kiri akinetik
16. Sindom sick sinus
17. Stenosis karotid
18. Stenosis mitral
19. Hidrosefalus
20. Infeksi otak (mis. Meningitis, encefalitis,
abses serebri)
40
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
untuk makan) nutrisi 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
Pengetahuan tentang jika perlu
Kondisi klinis terkait: pilihan makanan yang 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet
1. Stroke sehat (mis. Piramida makanan)
2. Parkinson Pengetahuan tentang 11. Sajikan makanan secara menarik dan
3. Mobius syndrome pilihan minuman yang suhu yang sesuai
4. Cerebral palsy sehat 12. Berikan makanan tinggi serat untuk
5. Cleft lip Pengetahuan tentang mencegah konstipasi
6. Cleft palate standar asupan nutrisi 13. Berikan makanan tinggi kalori dan
7. Amyotropic lateral sclerosis yang tepat tinggi protein
8. Kerusakan neuromuskular Penyiapan 14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
9. Luka bakar penyimpanan makanan 15. Hentikan pemberian makanan melaui
10. Kanker yang aman selang nasogastrik jika asupan oral
11. Infeksi Penyiapan dapat ditoleransi
12. AIDS penyimpanan minuman 6. Edukasi
13. Penyakit Crohn’s yang aman 16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
14. Enterokolitis Sikap terhadap 17. Anjurkan diet yang diprogramkan
15. Fibrosis kistik makanan/minuman 7. Kolaborasi
sesuai dengan tujuan 18. Kolaborasi pemberian medikasi
kesehatan sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
Keterangan : antiemetik), jika perlu
1=Meningkat 19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
2=cukup meningkat menentukan jumlah kalori dan jenis
3= sedang nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
4=cukup menurun
5=Menurun
Indikator 1 2 3 4 5
Perasaan cepat kenyang
Nyeri abdomen
41
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
Sariawan
Rambut rontok
Diare
Keterangan :
1= menurun
2=cukup menurun
3= sedang
4=cukup meningkat
5=meningkat
Indikator 1 2 3 4 5
Berat badan
Indeks Massa Tubuh
(IMT)
Frekuensi makan
Nafsu makan
Bising usus
Tebal lipatan kulit
trisep
Keterangan :
1= Memburuk
2= Cukup Memburuk
3= Sedang
4= Cukup Membaik
5= Membaik
5. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
42
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
Diagnosis keperawatan: Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Eliminasi Urine
Gangguan Eliminasi Urine ………………., maka Eliminasi Urine 5. Observasi
Definisi: membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi tanda san gejala retensi
Disfungsi eliminasi urine Indikator 1 2 3 4 5 atau eliminasi urine
Penyebab : 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan
1. Penurunan kapasitas kandung kemih Sensasi berkemih retensi atau inkonensia urine
2. Iritasi kandung kemih Keterangan : 3. Monitor eliminasi urine (mis.
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda- 1= Menurun Frekuensi, konsistensi, aroma, volume,
tanda gangguan kandung kemih 2= Cukup menurun dan warna)
4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. 3= Sedang 6. Terapeutik
Operasi ginjal, operasi saluran kemih, dan 4= Cukup Meningkat 4. Catat waktu-waktu dan haluaran
obat-obatan) 5= Meningkat berkemih
5. Kelemahan otot pelvis Indikator 1 2 3 4 5 5. Bartasi asupan cairan, bila perlu
6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. Desakan berkemih 6. Ambil sampel urine tengah
Imobilisasi) (urgensi) (midstream) atau kultur
7. Hambatan lingkungan Distensi Kandung 7. Edukasi
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kemih 7. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
kebutuhan eliminasi. Berkemih tidak saluran kemih
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. tuntas (hesitancy) 8. Ajarkan mengukur asupan cairan dan
Anomali saluran kemih kongenital. Volume residu urine haluaran urine
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun) Urine menetes 9. Ajarkan mengambil spesimen urine
(dribbling) maidstream
Gejala dan tanda mayor Nokturia 10. Ajarkan mengenali tanda berkemih
Subyektif Obyektif Mengompol dan waktu yang tepat untuk berkemih
1. Desakan 1. Distensi Enuresis 11. Anjurkan minum yang cukup, jika
kemih kandung kemih Disuria tidak ada kontaindikasi
(urgensi) 2. Berkemih tidak Anuria 12. Anjurkan mengurangi minum
2. Urine tuntas Keterangan : menjelang tidur
menetes (hesitancy) 1= Meningkat
43
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
(dribbling) 3. Voleme residu 2= Cukup Meningkat 8. Kolaborasi
3. Sering buang urin 3= Sedang 13. Kolaborasi pemberian obat supositoria
air kecil meningkat 4= Cukup Menurun uretra, jika perlu
4. Nokturia 5= Menurun
5. Mengompol Indikator 1 2 3 4 5
6. Enuresis
Frekuensi BAK
Karakteristik urine
Gejala dan tanda minor
Subyektif Obyektif Keterangan :
1. Tidak 1. Tidak tersedia 1= Memburuk
tersedia 2= Cukup Memburuk
3= Sedang
Kondisi klinis terkait: 4= Cukup Membaik
1. Infeksi ginjal dan saluran kemih 5= Membaik
2. Hiperglikemia
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor/infeksi medula spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
10. Sklerosis multipel
11. Obat alpha adrenergik
6. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kendali, massa, dan kekuatan otot
44
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
Diagnosis keperawatan: Setelah dilakukan intervensi selama Dukungan Mobilisasi
Gangguan Mobilitas Fisik ………………., maka Mobilitas fisik 1. Observasi
Definisi: meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
Keterbatasa dalam gerakan fisik dari satu atau Indikator 1 2 3 4 5 fisik lainnya
lebih ekstremitas secara mandiri 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
Penyebab : Pergerakan pergerakan
1. Kerusakan integritas struktur tulang ekstremitas 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
2. Perubahan metabolisme Kekuatan otot darah sebelum memulai mobilisasi
3. Ketidakbugaran fisik Rentang gerakan 4. Monitor kondisi umum selama
4. Penurunan kendali otot (ROM) melakukan mobilisasi
5. Penurunan massa otot Keterangan : 2. Terapeutik
6. Penurunan kekuatan otot 1= Menurun 5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
7. Keterlambatan perkembangan 2= Cukup menurun alat bantu (mis. pagar tempat tidur)
8. Kekuatan sendi 3= Sedang 6. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
9. Kontraktur 4= Cukup Meningkat perlu
10. Malnutrisi 5= Meningkat 7. Libatkan keluarga untuk membantu
11. Gangguan muskuloskelatal Indikator 1 2 3 4 5 pasien dalam meningkatkan
12. Gangguan neuromuskular Nyeri pergerakan
13. Indeks Massa Tubuh diatas persentil ke-75 Kecemasan 3. Edukasi
sesuai usia Kaku sendi 8. Jelaskan tujuan dan prosedur
14. Efek agen farmakologis Geraka tidak mobilisasi
15. Program pembatasan gerak terkoordinasi 9. Anjurkan mobilisasi dini
16. Nyeri Gerakan terbatas 10. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas Kelemahan fisik harus dilakukan (mis. duduk di tempat
fisik Keterangan : tidur, duduk di sisi tempat tidur,
18. Kecemasan 1= Meningkat pindah dari tempattidur ke kursi)
19. Gangguan kognitif 2= Cukup Meningkat
20. Keengganan melakukan pergerakan 3= Sedang
21. Gangguan sensoripersepsi 4= Cukup Menurun
45
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
5= Menurun
Gejala dan tanda mayor
Subyektif Obyektif
1. Mengeluh sulit 1. Kekuatan otot
menggerakkan menurun
ekstremitas 2. Rentang Gerak
(ROM) menurun
46
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
Diagnosis keperawatan: Setelah dilakukan intervensi selama Latihan Memori
Gangguan Memori ………………., maka Memori Meningkat 1. Observasi
Definisi: dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi masalah memori yang
Ketidakmampuan mengingat beberapa Indikator 1 2 3 4 5 dialami
informasi atau perilaku 2. Identifikasi kesalahan terhadap
Verbalisasi kemampuan
Penyebab : orientasi
mempelajari hal baru
1. Ketidakadekuatan stimulasi intelektual Verbalisasi kemampuan 3. Monitor perilaku dan perubahan
2. Gangguan sirkulasi ke otak mengingat informasi memori selama terapi
3. Gangguan volume cairan dan/atau elektrolit faktual 2. Terapeutik
4. Proses penuaan Verbalisasi kemampuan 4. Rencanakan metode mengajar sesuai
5. Gangguan neurologis (mis. EEG positif, mengingat perilaku dengan kemampuan pasien
cedera kepala, gangguan kejang) tertentu yang pernah 5. Koreksui kesalahan orientasi
6. Efek agen farmakologis dilakukan 6. Fasilitasi mengingat kembali
7. Penyalahgunaan zat Verbalisasi kemampuan pengalaman masa lalu, jika perlu
8. Faktor psikologis (mis. kecemasan, depresi, mengingat peristiwa 7. Fasilitasi tugas pembelajaran (mis.
stres berlebihan, berduka, gangguan tidur) Melakukan mengingat informasi verbal dan
9. Distraksi lingkungan kemampuan yang gambar)
dipelajari 8. Fasilitasi kemampuan konsentrasi
Gejala dan tanda mayor Keterangan : (mis. bermain kartu pasangan, jika
Subyektif Obyektif 1= Menurun perlu
1. Melaporkan pernah 1. Tidak mampu 2= Cukup menurun 9. Stimulasi menggunakan memori pada
mengalami melakukan 3= Sedang peristiwa yang baru terjadi (mis.
pengalaman lupa kemampuan yang 4= Cukup Meningkat bertanya kemana saja ia pergi akhir-
2. Tidak mampu dipelajari 5= Meningkat akhir ini, jika perlu
mempelajari sebelumnya Indikator 1 2 3 4 5 3. Edukasi
keterampilan baru Verbalisasi 10. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
3. Tidak mampu pengalaman lupa 11. Ajarkan teknik memori yang tepat
mengingat informasi Verbalisasi lupa (mis. imajinasi visual,perangkat
faktual jadwal mnemonik, permainan memori,
47
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
4. Tidak mampu Verbalisasi mudah isyarat memori, teknik asosiasi,
mengingat perilaku lupa membuat daftar, komputer, papan
tertentu yang pernah Keterangan : nama)
dilakukan 1= Meningkat
5. Tidak mampu 2= Cukup Meningkat 4. Kolaborasi
mengingat peristiwa 3= Sedang 12. Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu
4= Cukup Menurun
Gejala dan tanda minor 5= Menurun
Subyektif Obyektif
1. Lupa melakukan 1. (tidak tersedia)
perilaku pada
waktu yang pernah
dilakukan
2. Merasa mudah lupa
Kondisi klinis terkait:
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Kejang
4. Penyakit alzheimer
5. Depresi
6. Intoksikasi alkohol
8. Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh.
48
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
Diagnosis keperawatan: Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Perilaku
Harga Diri Rendah Situasional ………………., maka Harga diri 1. Observasi
Definisi: meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi harapan untuk
Evaluasi perasaan negatif terhadap diri sendiri Indikator 1 2 3 4 5 mengendalikan perilaku
atau kemampuan klien sebagai respon terhadap 2. Terapeutik
situasi xsaat ini. Penilaian diri positif 2. Diskusikan tanggunga jawab terhadap
Penyebab : Perasaan memiliki perilaku
1. Perubahan pada citra tubuh kelebihan atau 3. Jadwalkan kegiatan terstruktur
2. Perubahan peran sosial kemampuan positif 4. Ciptakan dan pertahankan lingkungan
3. Ketidakadekuatan pemahaman Penerimaan penilaian dan kegiatan perawatan konsisten
4. Perilaku tidak konsisten dengan nilai positif terhadap diri setiap dinas
5. Kegagalan hidup berulang sendiri 5. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai
6. Riwayat kehilangan Minat mencoba hal dengan kemampuan
7. Riwayat penolakan baru 6. Batasi jumlah pengunjung
8. Transisi perkembangan Berjalan menampakkan 7. Bicara dengan nada rendah dan tenang
wajah 8. Lakukan kegiatan pengalihan terhadap
Gejala dan tanda mayor Postur tubuh sumber agitasi
Subyektif Obyektif menampakkan wajah 9. Cegah perilaku pasif dan agresif
1. Menilai diri negatif 1. Berbicara Kosentrasi 10. Berikan penguatan positif terhadap
(mis. tidak berguna, oelan dan lirih Tidur keberhasilan pengendalian perilaku
tidak tertolong) 2. Menolak Kontak mata 11. Lakukan pengekangan fisik sesuai
2. Merasa berinteraksi Gairah aktivitas indikasi
malu/bersalah dengan orang lain Aktif 12. Hindari bersikap menyudutkan dan
3. Melebih-lebihkan 3. Berjalan Percaya diri berbicara menghentikan pembicaraan
penilaian negatif menunduk Perilaku asertif 13. Hindari sikap mengancam dan
tentang dirinya 4. Postur tubuh Kemampuan membuat berdebat
menunduk keputusan 14. Hindari berdebat atau menawar batas
Keterangan : perilaku yang telah ditetapkan
Gejala dan tanda minor 1= Menurun
49
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
Subyektif Obyektif 2= Cukup menurun 3. Edukasi
1. Sulit 1. Kontak mata 3= Sedang 1. Informasikan keluarga bahwa
berkonsentrasi kurang 4= Cukup Meningkat keluarga sebagai dasar pembentukan
2. Lesu dan tak 5= Meningkat kognitif
bergairah Indikator 1 2 3 4 5
3. Pasif Perasaan malu
4. Tidak mampu Perasaan bersalah
membuat
Perasaan tidak
keputusan
mampu melakukan
Kondisi klinis terkait:
apapun
1. Cerdera traumatis
Meremehkan
2. Pembedahan
kemampuan
3. Kehamilan
mengatasi masalah
4. Kondiisi terdiagnosa (mis. diabetes melitus)
Ketergantungan pada
5. Stroke
penguatan secara
6. Penyalahgunaan zat
berlebihan
7. Demensia
8. Pengalaman tidak menyenagkan Pencarian penguatan
secara berlebihan
Keterangan :
1= Meningkat
2= Cukup Meningkat
3= Sedang
4= Cukup Menurun
5= Menurun
9. Defisit Perawatan Diri: (mandi, Berpakaian, makan, Toileting, dan berhias) berhubungan dengan kelemahan
50
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
Diagnosis keperawatan: Setelah dilakukan intervensi selama Dukungan Perawatan Diri
Defisit Perawatan Diri ………………., maka Perawatan diri 1. Observasi
Definisi: meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
Tidakmampu melakukan atau menyelesaikan Indikator 1 2 3 4 5 perawatan diri sesuai usia
aktivitas perawatan diri 2. Monitor tingkat kemandirian
Penyebab : Kemampuan mandi 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
1. Gangguan Muskuloskeletal Kemampuan kebersihan diri, berpakaian berhias,
2. Gangguan neuromuskuler mengenakan pakaian dan makan.
3. Kelemahan Keamampuan makan 2. Terapeutik
4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik Kemampuan ke toilet 4. Sediakan lingkungan yang terapeutik
5. Penurunan motivasi (BAB/BAK) (mis. suasana hangat, rileks, privasi)
Verbalisasi keinginan 5. Siapkan keperluan pribadi (mis.
Gejala dan tanda mayor melakukan parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
Subyektif Obyektif perawatan diri 6. Dampingi dalam melakukan
1. Menolak 1. Tidak mampu Minat melakukan perawatan diri sampai mandiri
melakukan mandi/mengenakan perawatan diri 7. Fasilitasi untuk menerima keadaan
perawatan diri pakaian/makan/ Mempertahankan ketergantungan
ke toilet/berhias kebersihan diri 8. Fasilitasi kemandirian, bantu jika
secara mandiri Mempertahankan tidak mampu melakukan perawatan
2. Minat melakukan kebersihan mulut diri
perawatan diri kurang Keterangan : 9. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
1= Menurun 3. Edukasi
Gejala dan tanda minor 2= Cukup menurun 10. Anjurkan melakukan perawatan diri
Subyektif Obyektif 3= Sedang secara konsisten sesuai kemampuan
1. (tidak tersedia) 1. (tidak tersedia) 4= Cukup Meningkat
5= Meningkat
5= Membaik
Kondisi klinis terkait:
1. Stroke
51
Diagnosis keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arthritis reumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu
52
4. Konsep Tindakan /Implementasi Keperawatan
Ardiansyah (2012):
a. Independen
keperawatan.
b. Dependen
53
c. Interdependen
5. Konsep Evaluasi
a. Evaluasi Proses
Fokus pada evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari proses
intervensi tersebut.
b. Evaluasi Hasil
54
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC..
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Jakarta: DPP PPNI
55