ini. Dikuasainya banyak lahan oleh pihak kerajaan, menjadikan pengelolaan ruang dilakukan
berdasarkan kepentingan kerajaan saat itu. Wewidangan Puri Semarapura dibentuk sesuai dengan
keinginan raja untuk melakukan penataan wilayahnya sesuai nilai-nilai ritual dan adat.
Pengelolaan ruang kemudian dilakukan berdasar tiga tingkatan yaitu tingkatan hubungan manusia
dan tuhan disebut parahyangan, hubungan manusia dan manusia disebut pawongan, dan hubungan
manusia dan lingkungan disebut palemahan. Ketiga unsur tersebut memiliki tatanan nilai
tradisional yang kental terhadap terbentuknya ruang di semarapura.
Perkembangan jaman memberikan dampak terhadap keberadaan ruang ini. Pergeseran dan
perubahan kewenangan menjadi faktor utama pergeseran pemanfaatan ruang yang terbentuk. Saat
ini kewenangan tersebut dimiliki Bupati dalam pengelolaan ruang wilayah. Perubahan
kewenangan tersebut menyebabkan kewenangan raja sangat terbatas. Mekanisme birokrasi saat ini
memunculkan spekulasi tentang perkuatan ruang akan terus dilakukan dengan melibatkan Bendesa
adat. Hal ini dilakukan dengan melibatkan pihak puri untuk memberikan pertimbangan berupa
advice planning. Terutama terkait dengan fungsi ruang yang masuk dalam wewidangan puri
Semarapura. Terkait dengan kewenangannya dalam mengatur ruang yang didalamnya terkait
langsung dengan pihak raja dari puri, maka pihak puri saat ini menjadi pihak yang memberikan
pertimbangan terkait fungsi ruang yang akan di putuskan.
Terdesaknya ruang tradisional seperti karang pelaba, karang telajakan, dan karang embang oleh
pembangunan permukiman penduduk, menyebabkan luasan ruang terbuka hijau Kabupaten
Klungkung terus berkurang. Mencapai ambang batas persayaratan kota terkait ketersediaan ruang
terbuka hijau yaitu sebesar 30% dari luasannya. Keterpaduan program pemerintah dan desa adat
dapat dilakukan secara bersama yang berlandaskan temuan-temuan adaptasi konsep tradisional.
Pengelolaan ruang di wewidangan puri dilakukan agar bisa memfasilitasi kegiatan adat budaya
sesuai dengan adaptasi konsep Tri Hita Karana. Fungsi pelestarian konsep tradisional melalui
pengelolaan ruang di Semarapura sejalan dengan usaha pemerintah dalam menjaga kualitas ruang.
Memberikan dampak positif terhadap terpenuhinya fungsi, sifat, dan jenis ruang yang sesuai
dengan peruntukannya. Konsep tradisional sebagai acuan pemerintah dalam penataan ruang di
Kabupaten Klungkung memerlukan adaptasi konsep tradisional yang mengedepankan pola
pelestarian untuk menjaga ketersediaan ruang publik, ruang sosial, dan ruang terbuka hijaunya.