Kel 7 (Kejang Demam)
Kel 7 (Kejang Demam)
DEMAM
Dosen Pengampu:Dr Tri Ratna N.S.Kep,Ns.M.Kes
Disusun Oleh:kelompok 7
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..5
1.3 Tujuan Rumusan Masalah………………………………..……………5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi…………….………………………………………………….6
2.2 Etiologi………………………………………………………….……..6
2.3 Patofisiologi…………………………………………………………....7
2.4 Pathway……………………………………………………………..…8
2.5 Menifistasi Klinis……………………………………………………...9
2.6 Klasifikasi………………………………………………………….....10
2.7 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………....11
2.8 Penatalaksanaan Medis……………………………………………….11
2.9 Komplikasi………………………………………………………...…13
2.10 Pencegahan……………………………………………………….…13
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian …………………………………………………………...15
3.2 Diagnosa Keperawatan ……………………………………………....17
3.3 Intervensi Keperawata………………………………………………..18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................22
4.2 Saran………………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….....……………….23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang merupakan gejala yang sering timbul pada anak- anak. Kejang ini
dapat disertai demam atau tidak dan bisa berdampak fatal. Namun masyarakat
belum mampu memberikan pertolongan ataupun tindakan pertama untuk
pasien kejang demam. Respon yang ada di masyarakat pada umumnya adalah
panik, cemas dan terlambat memberikan pertolongan atau tindakan awal
kepada penderita kejang demam. Akibatnya pasien tidak tertolong dan
menambah angka kematian. Meskipun kejang tidak membahayakan, namun
dapat merusak saraf otak dalam waktu kurang dari 15 menit.
Step atau Kejang Demam masih sangat umum terjadi pada anak anak.
Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun hampir 2 - 5%. Kejang merupakan hal yang menakutkan tetapi
biasanya tidak membahayakan. Orang tua akan panik begitu mendapatkan
anaknya menderita kejang demam. Jika kejang terjadi segera setelah demam
atau jika suhu tubuh relatif rendah, maka besar kemungkinannya akan terjadi
kembali kejang demam. Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa
faktor risiko, 25% dengan 1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan
dapat mencapai 100% dengan = 3 faktor risiko.
4
Sementara pada anak-anak yang toleransinya normal, kejang baru dialami
jika suhu badan sudah mencapai 39 C atau lebih.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu mencapai > 38°C). kejang demam dapat terjadi karena
proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-
4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan
Hardhi, NANDA NIC-NOC :2013)
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurolis yang paling
sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4
tahun (Millichap (1968) dalam Aisyah, Ayu: 2105).
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan
sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan
pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden :2002)
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena
kenaikan suhu tubuh suhu rektal di atas 38°C. (Riyadi dan Sujono:2009)
2.2 Etiologi
Menurut Lumbantobing, 2001 dalam Prasetyo, E. Nanang (2015).
Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam:
1. Demam itu sendiri
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus
terhadap otak).
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak
diketahui atau ensekalopati toksik sepintas.
6. Gabungan semua faktor tersebut di atas.
6
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan
bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang
disebabkan infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis
media akut (OMA), bronkhitis, dan lain – lain.
2.3 Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dalam waktu yang
tingkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui
membran tadi, dari akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun
ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadilah kejang. Pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C sedangkan pada anak
dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40ºC
atau lebih (Aisyah, Ayu: 2015)
7
2.4 Pathway
parsial umum
Metabolisme
Resiko cedera Reflek hipoksi
menelan
Keb. O2 Suhu tubuh
Permeabilitas makin
Penumpukan kapiler meningkat
sekret
Sel neuron
Bersihan Jalan otak rusak
Nafas Tidak Resiko Defisit
Hipertermi
Efektif Volume Cairan
Resiko kejang
berulang
8
2.5 Manifestasi Klinis
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk
tonik-klonik, klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti
sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun
sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis
sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari. Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang
menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada
kejang demam yang pertama. (Prasetyo, E. Nanang: 2015)
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai
lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut.
Sedangkan frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai
lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat
sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30
menit. Gejalanya berupa:
1. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi
secara tiba-tiba)
2. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu
terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
3. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik)
4. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit)
5. Lidah atau pipinya tergigit
6. Gigi atau rahangnya terkatup rapat
7. Inkontinensia (mengompol)
8. Gangguan pernafasan
9. Apneu (henti nafas)
10. Kulitnya kebiruan (Prasetyo, E. Nanang: 2015)
9
Setelah mengalami kejang, biasanya:
1. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama
1 jam atau lebih
2. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
3. Mengantuk
4. Linglung (sementara dan sifatnya ringan) (Prasetyo, E. Nanang: 2015)
2.6 Klasifikasi
10
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai untuk membantu menetapkan
jenis dan fokus dari kejang.
2. CT scan : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N
< 200 mq/dl)
b. BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
1) Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
2) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl ) (Saiki, Vebby :2015)
11
Adapun pengobatannya yaitu :
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam
adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra
vectal. Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan). Bila
kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
1) Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
2) Kompres air PAM / Os
2. Pengobatan penunjang
a. Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya
pengobatan penunjang
b. Semua pakaian ketat dibuka.
c. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung.
d. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
e. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen.
f. Beri penahan gigi supaya tidak tergigit.
3. Pengobatan rumat
a. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran
anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai
kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana
yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
b. Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan :
1) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
2) Kejang demam yang mempunyai ciri :
12
3) Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi,
retardasi perkembangan dan mikrosefali
4) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau
diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
5) Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
6) Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang
pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya
bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.(
Prasetyo, E. Nanang: 2015)
2.9 Komplikasi
2.10 Pencegahan
13
1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep
dokter
2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan
termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan
batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ºC)
3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua
mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu
sampai meningkat
4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya
pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.
2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata
b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera
14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
MASALAH KEJANG DEMAM
3.1 Pengkajian
Identitas
Identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat,
tanggal dan jam MRS, no register, serta identitas yang bertanggung
jawab.
Keluhan utama
Pada umumnya pasien panas yang meninggi disertai kejang
Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai dari panas,
kejang, kapan terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum, selama dan
setelah kejang.
Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas. pernah
dirawat dimana, tindakan apa yang dilakukan, penderita pernah
mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang.
Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada keluarga pasien tentang apakah didalam keluarga ada
yang menderita penyakit yang diderita oleh pasien seperti kejang atau
epilepsy.
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : kulit kepala bersih ,tidak ada luka lesi, rambut klien tipis,
15
b. Leher: tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid ( tidak Kesehatan
fisik
g. Tanda-tanda vital
Pola nutrisi
Tidak ada nafsu makan (anoreksia), mual dan bahkan dapat disertai
muntah. Perlu dikaji pola nutrisi sebelum sakit, porsi makan sehari
Pola eliminasi
Pola tidur
Yang perlu dikaji meliputi jam tidur, waktu tidur dan lamanya tidur
rambut
16
Pola aktifitas
Riwayat prenatal
Riwayat kelahiran
Tumbuh kembang
Imunisasi
ada kelainan).
17
5. Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan adanya
peningkatan suhu tubuh
6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai
penyakit dan penanganan nya.
3.3 intervensi Keperawatan
18
efektif 1X24jam mencegah
berhubungan diharapkan terjadinya lidah
bersian jalan jatuh kebelakang
dengan
nafas klien dan jalan nafas
penumpukan efektif longgar.
secret.
Observasi gejala Dengan observasi
kardinal terutama diharapkan dapat
pernapasan selama mengetahui
penderita kejang. keadaan sedini
mungkin.
19
tempat tidur kepada pasien
supaya tidak jatuh
dari tempat tidur
Membatasi Mengurangi
pengunjung kegelisahan pasien
karena banyaknya
pengunjung
4. Resiko defisit Setelah Observasi kulit Turgor kulit dapat
volume cairan dilakukan klien terutama menunjukan
tindakan turgor kulit keadadn klien.
berhubungan Berikan minum Dapat menambah
1X24jam
dengan diharapkan yang banyak. cairan yang hilang
peningkatan tidak terjadi akibat suhu badan
kekurangan yang tinggi.
suhu tubuh Observasi intake Untuk mengetahui
volume
cairan output cairan dan menjaga
keseimbangan
cairan dalam
tubuh.
Kolaborasi dengan Diharapkan dapat
tim medis (dokter) memenuhi
dalam pemberian kebutuhan cairan
cairan infus. dan elektrolit
5. Resiko Setelah Berikan kompres Dengan kompres
terjadinya dilakukan basah pada daerah basah pada daerah
tindakan axilla dan lipatan axilla dan lipatan
kejang ulang
1X24jam paha paha dapat
berhubungan diharapkan menurunkan suhu
dengan tidak terjadi tubuh, karena
kejang ulang daerah tersebut
adanya
terdapat pembuluh
peningkatan darah besar
suhu tubuh sehingga
mempercepat
penguapan.
Berikan baju tipis Dengan Baju tipis
diharapkan akan
mengetahui
perubahan dan
perkembangan
sedini mungkin.
Berikan penjelasan Dengan Baju tipis
kepada klien dan diharapkan akan
20
keluarga mengetahui
perubahan dan
perkembangan
sedini mungkin.
Kolaborasi dengan Dengan obat anti
tim medis (dokter) piretik diharapkan
dalam pemberian dapat menurunkan
obat antipiretik panas
6. Ansietas Setelah Informasi keluarga Diharapkan
berhubungan dilakukan tentang kejadian keluarga
tindakan kejang dan dampak mengetahui cara
dengan
1X24jam masalah, serta perawatan dan
kurangnya diharapkan beritahukan cara pengobatan yang
pengetahuan Kecemasan perawatan dan benar.
keluarga pengobatan yang
mengenai
berkurang benar.
penyakit dan Informasikan juga Diharapkan
penanganan tentang bahaya keluarga mengerti
yang dapat terjadi akibat dari
nya.
akibat pertolongan pertolongan yang
yang salah. salah.
Ajarkan kepada Diharapkan
keluarga untuk keluarga mengerti
memantau bahaya dari
perkembangan yang kejang.
terjadi akibat
kejang.
Kaji kemampuan Dengan mengkaji
keluarga terhadap pada keluarga
penanganan kejang. diharapkan mampu
menangani gejala-
gejala yang
menyebabkan
kejang
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu mencapai > 38°C), dapat terjadi karena proses
intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam merupakan kelainan
neurolis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan
umur 6 bulan sampai 4 tahun (Millichap (1968) dalam Aisyah, Ayu:
2015).
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-
klonik, klonik, fokal, atau akinetik. Durasi kejang bervariasi, dapat
berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30 menit, tergantung pada
jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat kurang dari 4
kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari.
Pertolongan Pertama pada anak dengan kejang demam yaitu
dengan memberikan antikonvulsan secara intravena maupun melalui rektal
untuk mengatasi kejang. Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat
campuran anti konvulsan dan antipietika.
4.2 Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Memberi tambahan referensi tentang kejang demam, bagaimana
penatalaksanaan baik secara medis maupun tindakan keperawatan dan hal
apa saja yang dapat dilakukan agar terhindar dari kejang demam.
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep dasar asuhan
keperawatan kejang demam pada anak.
22
DAFTAR PUSTAKA
23