Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MASALAH KEJANG

DEMAM
Dosen Pengampu:Dr Tri Ratna N.S.Kep,Ns.M.Kes

Disusun Oleh:kelompok 7

1. Ririn Prihatin (201701155)


2. M. Hanif Nur Risqy (201701163)
3. Sri Agustin Hidayati (201701165)

STIKES BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO


PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Masalah
Kejang Demam.
Penyusunan makalah ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu Dr Tri Ratna N.S.Kep,Ns.M.Kes. Yang telah memberi pengarahan dalam
penyusunan makalah ini dan teman-teman sekalian yang telah berperan aktif
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih banyak memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi hasil yang lebih baik lagi untuk makalah-makalah berikutnya.
Kami mohon maaf atas segala kekurangan dari makalah kami ini.
Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua.

Mojokerto, 29 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..5
1.3 Tujuan Rumusan Masalah………………………………..……………5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi…………….………………………………………………….6
2.2 Etiologi………………………………………………………….……..6
2.3 Patofisiologi…………………………………………………………....7
2.4 Pathway……………………………………………………………..…8
2.5 Menifistasi Klinis……………………………………………………...9
2.6 Klasifikasi………………………………………………………….....10
2.7 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………....11
2.8 Penatalaksanaan Medis……………………………………………….11
2.9 Komplikasi………………………………………………………...…13
2.10 Pencegahan……………………………………………………….…13
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian …………………………………………………………...15
3.2 Diagnosa Keperawatan ……………………………………………....17
3.3 Intervensi Keperawata………………………………………………..18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................22
4.2 Saran………………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….....……………….23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejang merupakan gejala yang sering timbul pada anak- anak. Kejang ini
dapat disertai demam atau tidak dan bisa berdampak fatal. Namun masyarakat
belum mampu memberikan pertolongan ataupun tindakan pertama untuk
pasien kejang demam. Respon yang ada di masyarakat pada umumnya adalah
panik, cemas dan terlambat memberikan pertolongan atau tindakan awal
kepada penderita kejang demam. Akibatnya pasien tidak tertolong dan
menambah angka kematian. Meskipun kejang tidak membahayakan, namun
dapat merusak saraf otak dalam waktu kurang dari 15 menit.

Step atau Kejang Demam masih sangat umum terjadi pada anak anak.
Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun hampir 2 - 5%. Kejang merupakan hal yang menakutkan tetapi
biasanya tidak membahayakan. Orang tua akan panik begitu mendapatkan
anaknya menderita kejang demam. Jika kejang terjadi segera setelah demam
atau jika suhu tubuh relatif rendah, maka besar kemungkinannya akan terjadi
kembali kejang demam. Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa
faktor risiko, 25% dengan 1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan
dapat mencapai 100% dengan = 3 faktor risiko.

Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan


dalam waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya
kejang demam yaitu tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang
disertai demam ini diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis)
atau stuip/step. Masalahnya, toleransi masing-masing penderita/ anak
terhadap demam sangatlah bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah,
maka demam pada suhu tubuh 38 C pun sudah bisa membuatnya kejang.

4
Sementara pada anak-anak yang toleransinya normal, kejang baru dialami
jika suhu badan sudah mencapai 39 C atau lebih.

Dengan adanya kasus dan kejadian yang terjadi di masyarakat maka


kita sebagai perawat berusaha memberikan asuhan keperawatan yang efektif
dalam mengatasi kejang demam di rumah sakit atau memberikan penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat mengenai tindakan awal dalam mengatasi kasus
kejang demam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kejang demam?
2. Apa etiologi kejang demam?
3. Bagaimana patofiologi kejang demam?
4. Apa saja manifestasi klinis kejang demam?
5. Bagaimana penatalksanan kejang demam?
6. Bagaimana asuhan keperawatan kejang demam?

1.3 Tujuan Rumusan Masalah


1. Mengetahu pengertian kejang demam.
2. Mengetahui etiologi kejang demam.
3. Mengetahui patofiologi kejang demam.
4. Mengetahui manifestasi klinis kejang demam.
5. Mengetahui penatalksanan kejang demam.
6. Mengetahui asuhan keperawatan kejang demam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu mencapai > 38°C). kejang demam dapat terjadi karena
proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-
4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan
Hardhi, NANDA NIC-NOC :2013)
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurolis yang paling
sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4
tahun (Millichap (1968) dalam Aisyah, Ayu: 2105).
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan
sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan
pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden :2002)
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena
kenaikan suhu tubuh suhu rektal di atas 38°C. (Riyadi dan Sujono:2009)

2.2 Etiologi
Menurut Lumbantobing, 2001 dalam Prasetyo, E. Nanang (2015).
Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam:
1. Demam itu sendiri
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus
terhadap otak).
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak
diketahui atau ensekalopati toksik sepintas.
6. Gabungan semua faktor tersebut di atas.

6
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan
bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang
disebabkan infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis
media akut (OMA), bronkhitis, dan lain – lain.

2.3 Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dalam waktu yang
tingkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui
membran tadi, dari akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun
ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadilah kejang. Pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C sedangkan pada anak
dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40ºC
atau lebih (Aisyah, Ayu: 2015)

7
2.4 Pathway

Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh

Gangguan keseimbangan membran sel neuron

Difusi Na dan Ca berlebih

Depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebih

Kurang Pengetahuan kejang

parsial umum

sederhana kompleks absens mioklonik Tonik atonik


klonik

Kesadaran Gg peredaran Aktivitas otot


darah

Metabolisme
Resiko cedera Reflek hipoksi
menelan
Keb. O2 Suhu tubuh
Permeabilitas makin
Penumpukan kapiler meningkat
sekret

Sel neuron
Bersihan Jalan otak rusak
Nafas Tidak Resiko Defisit
Hipertermi
Efektif Volume Cairan

Resiko kejang
berulang

8
2.5 Manifestasi Klinis
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk
tonik-klonik, klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti
sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun
sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis
sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari. Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang
menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada
kejang demam yang pertama. (Prasetyo, E. Nanang: 2015)
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai
lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut.
Sedangkan frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai
lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat
sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30
menit. Gejalanya berupa:
1. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi
secara tiba-tiba)
2. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu
terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
3. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik)
4. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit)
5. Lidah atau pipinya tergigit
6. Gigi atau rahangnya terkatup rapat
7. Inkontinensia (mengompol)
8. Gangguan pernafasan
9. Apneu (henti nafas)
10. Kulitnya kebiruan (Prasetyo, E. Nanang: 2015)

9
Setelah mengalami kejang, biasanya:
1. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama
1 jam atau lebih
2. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
3. Mengantuk
4. Linglung (sementara dan sifatnya ringan) (Prasetyo, E. Nanang: 2015)

2.6 Klasifikasi

Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan


tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu;
kejang parsial sederhana dan kejang parsial kompleks.
1. Kejang parsial sederhana, lama kejang 15 menit kesadaran tidak
terganggu dapat mencakup satu atau dua hal sebagai berikut :
a. Tanda-tanda motoris : kedutan pada wajah, tangan atau salah satu
sisi tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama.
b. Tanda atau gejala otonomik : muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
c. Gejala sematosensoris atau sensoris khusus; mendengar musik,
merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
d. Gejala psikik : rasa takut, visi panoramik.
2. Kejang parsial kompleks, lama kejang > 15 menit
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan
otomatik : mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, gerakan
mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan
lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan
Linda A.Sowden, (2002) dalam Saiki, Vebby :2015)

10
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai untuk membantu menetapkan
jenis dan fokus dari kejang.
2. CT scan : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N
< 200 mq/dl)
b. BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
1) Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
2) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl ) (Saiki, Vebby :2015)

2.8 Penatalaksanaan Medis

1. Memberantas kejang Secepat mungkin


Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam
keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang
diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena.
Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3
dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan
kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan
fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.

11
Adapun pengobatannya yaitu :
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam
adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra
vectal. Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan). Bila
kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
1) Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
2) Kompres air PAM / Os
2. Pengobatan penunjang
a. Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya
pengobatan penunjang
b. Semua pakaian ketat dibuka.
c. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung.
d. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
e. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen.
f. Beri penahan gigi supaya tidak tergigit.
3. Pengobatan rumat
a. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran
anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai
kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana
yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
b. Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan :
1) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
2) Kejang demam yang mempunyai ciri :

12
3) Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi,
retardasi perkembangan dan mikrosefali
4) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau
diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
5) Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
6) Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang
pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya
bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.(
Prasetyo, E. Nanang: 2015)

2.9 Komplikasi

Menurut Lumbantobing ( 1995: 31) Dan Staff Pengajar Ilmu Kesehatan


Anak FKUI (1985: 849-850). Komplikasi kejang demam umumnya
berlangsung lebih dari 15 menit yaitu :
1. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif
sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA
( M Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk
ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible.
2. Retardasi mental
Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.

2.10 Pencegahan

pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan


penegahan segera saat kejang berlangsung.
1. Pencegahan berulang
a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b. Pendidikan kesehatan mengenai:

13
1) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep
dokter
2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan
termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan
batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ºC)
3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua
mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu
sampai meningkat
4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya
pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.
2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata
b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
MASALAH KEJANG DEMAM

3.1 Pengkajian
 Identitas
Identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat,
tanggal dan jam MRS, no register, serta identitas yang bertanggung
jawab.
 Keluhan utama
Pada umumnya pasien panas yang meninggi disertai kejang
 Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai dari panas,
kejang, kapan terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum, selama dan
setelah kejang.
 Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas. pernah
dirawat dimana, tindakan apa yang dilakukan, penderita pernah
mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang.
 Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada keluarga pasien tentang apakah didalam keluarga ada
yang menderita penyakit yang diderita oleh pasien seperti kejang atau
epilepsy.
 Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : kulit kepala bersih ,tidak ada luka lesi, rambut klien tipis,

mukosa mulut kering, skelera tidak iketrik, konjungtiva anemis

15
b. Leher: tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid ( tidak Kesehatan

fisik

c. Dada : simetris kiri- kanan, tidak tertaba massa

d. abdomen : distansi abdomen, terdenngar bising usus

e. Ekstremitas : terpasang cairan infuse di tangan kanan dengan

cairan RL, turgor kulit jelek ± 3 detik, kekuatan otot

f. Genitalia : tidak ada keluhan

g. Tanda-tanda vital

- Suhu tubuh klien meningkat lebih dari 37,5ºC

- Pernapasan : Gigi mengatup, siasonosis, apnea, pernapasan

menurun / cepat; peingkatan mucus.

- Sirkulasi : Hipertensi, peningkatan nadi.

 Pola nutrisi

Tidak ada nafsu makan (anoreksia), mual dan bahkan dapat disertai

muntah. Perlu dikaji pola nutrisi sebelum sakit, porsi makan sehari

– hari, jam makan, pemberian makan oleh siapa, frekuensi makan,

nafsu makan, serta alergi terhadap makanan.

 Pola eliminasi

 Pola tidur

Yang perlu dikaji meliputi jam tidur, waktu tidur dan lamanya tidur

serta kebiasaan sebelum tidur

 Pola hygiene tubuh

Mengkaji mengenai kebiasaan mandi, cuci rambut, potong kuku dan

rambut

16
 Pola aktifitas

Anak tampak lemah, gelisah atau cengeng.

 Riwayat prenatal

Dikaji mengenai kehamilan ke berapa, tempat pemeriksaan

kehamilan, keluhan ibu saat hamil, kelainan kehamilan dan obat –

obatan yang diminum saat hamil.

 Riwayat kelahiran

Kelahiran spontan atau dengan bantuan – bantuan, aterm atau

premature. Perlu juga ditanyakan berat badan lahir, panjang badan,

ditolong oleh siapa dan melahirkan di mana.

 Tumbuh kembang

Mengkaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai

dengan tingkat usia, baik perkembangan emosi dan sosial.

 Imunisasi

Yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur pemberiannya.

Apakah imunisasi lengkap, jika belum apa alasannya.

ada kelainan).

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (terganggunya sistem
termoregulasi)
2. Besihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret.
3. Resiko cedera berhubungan dengan adanya kejang
4. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh

17
5. Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan adanya
peningkatan suhu tubuh
6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai
penyakit dan penanganan nya.
3.3 intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Hipertermi Setelah Observasi ttv Megetahui
berhubungan dilakukan selama dan sesudah keadaan klien
tindakan kejang sedini mungkin
dengan proses Berikan minum Dapat menambah
1X24jam
penyakit diharapkan yang banyak. cairan yang hilang
(terganggunya suhu tubuh akibat suhu badan
klien yang tinggi.
sistem Berikan Kompres Pemberian
menurun
termoregulasi) air hangat kompres air hangat
dapat
memvasodilatasi
sehingga suhu
tubuh klin dapat
menurun.
inspirasi/ekspirasi Untuk mengetahui
Observasi intake dan menjaga
output cairan keseimbangan
cairan dalam
tubuh.
Catat adanya Disfungsi
derajat dyspnea, pernafasan adalah
distress pernapasan, variable yang
penggunaan otot tergantung pada
bantu pernapasan tahap proses akut
yang menimbulkan
perawatan di
rumah sakit
Kolaborasi dengan Diharapkan dapat
tim medis (dokter) memenuhi
dalam pemberian kebutuhan cairan
cairan infus. dan elektrolit
2. Besihan Jalan Setelah Letak posisi klien Dengan posisi
nafas tidak dilakukan dengan posisi ekstensi
tindakan kepala ekstensi diharapkan dapat

18
efektif 1X24jam mencegah
berhubungan diharapkan terjadinya lidah
bersian jalan jatuh kebelakang
dengan
nafas klien dan jalan nafas
penumpukan efektif longgar.
secret.
Observasi gejala Dengan observasi
kardinal terutama diharapkan dapat
pernapasan selama mengetahui
penderita kejang. keadaan sedini
mungkin.

Lakukan suction Membebaskan


bila perlu jalan nafas

Obsevasi/pantau Takipnea biasanya


frekuensi ada pada beberapa
pernapasan, catat derajat dan dapat
rasio ditemukan pada
penerimaan atau
selama
stress/adanya
proses infeksi akut

Kolaborasi dengan Terapi nebulizer


dokter untuk dapat
pemberian terapi mengencerkan
nebulizer secret sehingga
jalan nafas efektif

3. Resiko cedera Setelah Sediakan Mencegah cedera


berhubungan dilakukan lingkungan yang pasien
dengan adanya tindakan aman
kejang 1X24jam
diharapkan Identifikasi Kebutuhan
tidak terjadi kebutuhan keamanan pasien
cedera keamanan pasien bergunan untuk
sesuai kondisi fisik mencegah cedera
pasien
Menghindarkan Mengurangi risiko
lingkungan yang cedera
berbahaya
Memasang side rail Perlindungan

19
tempat tidur kepada pasien
supaya tidak jatuh
dari tempat tidur
Membatasi Mengurangi
pengunjung kegelisahan pasien
karena banyaknya
pengunjung
4. Resiko defisit Setelah Observasi kulit Turgor kulit dapat
volume cairan dilakukan klien terutama menunjukan
tindakan turgor kulit keadadn klien.
berhubungan Berikan minum Dapat menambah
1X24jam
dengan diharapkan yang banyak. cairan yang hilang
peningkatan tidak terjadi akibat suhu badan
kekurangan yang tinggi.
suhu tubuh Observasi intake Untuk mengetahui
volume
cairan output cairan dan menjaga
keseimbangan
cairan dalam
tubuh.
Kolaborasi dengan Diharapkan dapat
tim medis (dokter) memenuhi
dalam pemberian kebutuhan cairan
cairan infus. dan elektrolit
5. Resiko Setelah Berikan kompres Dengan kompres
terjadinya dilakukan basah pada daerah basah pada daerah
tindakan axilla dan lipatan axilla dan lipatan
kejang ulang
1X24jam paha paha dapat
berhubungan diharapkan menurunkan suhu
dengan tidak terjadi tubuh, karena
kejang ulang daerah tersebut
adanya
terdapat pembuluh
peningkatan darah besar
suhu tubuh sehingga
mempercepat
penguapan.
Berikan baju tipis Dengan Baju tipis
diharapkan akan
mengetahui
perubahan dan
perkembangan
sedini mungkin.
Berikan penjelasan Dengan Baju tipis
kepada klien dan diharapkan akan

20
keluarga mengetahui
perubahan dan
perkembangan
sedini mungkin.
Kolaborasi dengan Dengan obat anti
tim medis (dokter) piretik diharapkan
dalam pemberian dapat menurunkan
obat antipiretik panas
6. Ansietas Setelah Informasi keluarga Diharapkan
berhubungan dilakukan tentang kejadian keluarga
tindakan kejang dan dampak mengetahui cara
dengan
1X24jam masalah, serta perawatan dan
kurangnya diharapkan beritahukan cara pengobatan yang
pengetahuan Kecemasan perawatan dan benar.
keluarga pengobatan yang
mengenai
berkurang benar.
penyakit dan Informasikan juga Diharapkan
penanganan tentang bahaya keluarga mengerti
yang dapat terjadi akibat dari
nya.
akibat pertolongan pertolongan yang
yang salah. salah.
Ajarkan kepada Diharapkan
keluarga untuk keluarga mengerti
memantau bahaya dari
perkembangan yang kejang.
terjadi akibat
kejang.
Kaji kemampuan Dengan mengkaji
keluarga terhadap pada keluarga
penanganan kejang. diharapkan mampu
menangani gejala-
gejala yang
menyebabkan
kejang

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu mencapai > 38°C), dapat terjadi karena proses
intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam merupakan kelainan
neurolis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan
umur 6 bulan sampai 4 tahun (Millichap (1968) dalam Aisyah, Ayu:
2015).
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-
klonik, klonik, fokal, atau akinetik. Durasi kejang bervariasi, dapat
berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30 menit, tergantung pada
jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat kurang dari 4
kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari.
Pertolongan Pertama pada anak dengan kejang demam yaitu
dengan memberikan antikonvulsan secara intravena maupun melalui rektal
untuk mengatasi kejang. Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat
campuran anti konvulsan dan antipietika.

4.2 Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Memberi tambahan referensi tentang kejang demam, bagaimana
penatalaksanaan baik secara medis maupun tindakan keperawatan dan hal
apa saja yang dapat dilakukan agar terhindar dari kejang demam.
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep dasar asuhan
keperawatan kejang demam pada anak.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3. Medica


Aesculpalus, FKUI. Jakarta

Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC,


Jakarta.

Carpenito, L.J.,2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, EGC,


Jakarta

Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1.


Jakarta: Salemba medika.

Judith M. Wilkinson, ( 2016) Diagnosis keperawatan NANDA NIC-NO, Edisi :


10.EGC ,Jakarta

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika

Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1.


Jakarta: Salemba medika.

23

Anda mungkin juga menyukai