Anda di halaman 1dari 10

ILMU Kelautan Desember 2018 Vol 23 (4): 156-162 ISSN 0853-7291

Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Maron Pantai Semarang

Alin Fithor 1 *, Joko Sutrisno 1, dan Agus Indarjo 2

1 Program Ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami


No.36 A, Pucangsawit, Jebres, Surakarta, 57126 Indonesia
2 Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Jl. Prof Soedarto SH, Semarang, 50.275 Indonesia


Email: afithor@gmail.com

Abstrak

Manajemen ekosistem mangrove merupakan agenda penting dalam melestarikan tempat-tempat wisata di daerah pesisir. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kegiatan rekreasi yang dilakukan di daerah ekosistem mangrove dan strategi hutan mangrove di Maron Beach, Tambakharjo,
Semarang Municipality. Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan menggunakan wawancara langsung dan observasi lapangan.
repondent termasuk seluruh penduduk di daerah penelitian. Sampel dari penelitian ini yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling
random. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara dan studi dokumen, diikuti dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembukaan tempat rekreasi Maron Pantai telah memberikan beberapa dampak negatif ke pos-rehabilitasi ekosistem mangrove, mengurangi fungsi
hutan mangrove dalam melindungi pantai dari abrasi pantai, mengurangi kemampuan perlindungan abrasi angin, melemahnya kondisi lingkungan,
penurunan jumlah pengunjung dan penurunan produksi ikan. pengelolaan hutan bakau harus progresif, yang berarti bahwa penelitian harus
dilakukan dalam kondisi yang buruk dan goyah yang mengakibatkan memungkinkan pasar untuk terus memperluas, memperbesar pertumbuhan
pasar dan memaksimalkan kemajuan. Melalui pelaksanaan upaya non-tumpang tindih, kondisi ini dapat ditingkatkan.

Kata kunci: Komunitas, masyarakat, aktivitas, manajemen, kawasan wisata

pengantar
penurunan mangrove di Indonesia adalah penebangan untuk tujuan
komersial serta beralih ke pertanian.
Pesisir dan kelautan di Indonesia menghadapi kenyataan
pahit dan tantangan di masa depan. Ini terkait dengan daya dukung
Manfaat ekosistem bakau yang berkaitan dengan fungsi fisik
limitted sumber daya alam, terutama pada lahan dari waktu ke waktu, adalah sebagai mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan
sementara populasi telah meningkat. wilayah pesisir merupakan badai untuk daerah di belakang mereka, perlindungan pantai dari
wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang memiliki abrasi, gelombang pasang, tsunami, retensi lumpur dan perangkap
produktivitas hayati yang tinggi. Kehadiran pasokan nutrisi yang sedimen diangkut oleh arus air permukaan, mencegah intrusi air laut
berlangsung dari daratan melalui aliran sungai dan aliran air air ke daratan, serta penetral polusi air sampai batas tertentu
permukaan, serta pertumbuhan dan perkembangan berbagai (Lasibani dan Kamal, 2009 ). Manfaat lain dari ekosistem mangrove
ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang ini adalah sebagai obyek tarik ekowisata, (Heriyanto dan
lamun dan muara, menyebabkan daerah pesisir yang subur. Hutan Subiandono, 2012) dan sebagai sumber tanaman obat (Saparinto,
pesisir 2007).

berbagai daerah Indonesia,


khususnya di pantai utara Jawa, Sumatera, Sulawesi Selatan, Bali
dan Kalimantan Timur telah terdegradasi oleh perusakan hutan serta ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai
konversi ke penggunaan lain seperti pemukiman, tambak, dan lahan jenis hewan dan memainkan peran penting dalam pengembangan
pertanian. Saat ini, sebagian besar ekosistem mangrove dalam perikanan pesisir (Heriyanto dan Subiandono, 2012) karena
kondisi rusak, bahkan di beberapa daerah, mereka berada dalam merupakan tempat berkembang biak, pemijahan untuk beberapa

kondisi sangat miskin (Saparinto, 2007). Muryani et al. jenis ikan, kerang, kepiting dan udang (Djohan 2007; Kariada dan
Andin, 2014). Ada lebih banyak jenis plankton di perairan bakau
daripada di perairan terbuka (Supriyanto
(2012) melaporkan bahwa laju degradasi hutan mangrove telah
mencapai 160-200.000 ha.y- 1 yang menunjukkan bahwa
et al., 2014). hutan mangrove memberikan perlindungan dan makanan
kegiatan utama yang berkontribusi paling untuk
dalam bentuk bahan-bahan organik ke dalam rantai makanan (Hogart,
2015). Bagian dari mangrove

* ) Sesuai penulis © Ilmu


ijms.undip.ac.id DOI: 10,14710 / Menerima: 23-09-2018
Kelautan, UNDIP
ik.ijms.23.4.156-162 Diterima: 28-10-2018
ILMU Kelautan Desember 2018 Vol 23 (4): 156-162

kanopi juga merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan darat, dibagi menjadi 11 stasiun pengamatan, yaitu stasiun 1 sampai 3
seperti monyet, serangga, burung dan kelelawar (Saprudin dan (sekitar sungai Silandak dan pesisir), stasiun 4 sampai 6 (ekosistem
Halidah 2012 ). kayu bakau dapat digunakan sebagai kayu bakar, mangrove), dan stasiun 7 sampai 11 (kolam). Secara khusus sampel di
bahan arang, bahan bangunan, dan pulp bahan baku. Keuntungan sebelas stasiun menganggap daerah yang ada kegiatan rehabilitasi
dari penggunaan langsung dari hutan mangrove adalah sekitar Rp. 11,61 million.ha- 1. y 1 (
Supriyanmtoangrove.
et al., 2014)

ekosistem mangrove
memiliki kemampuan Saat ini, meskipun
untuk kontrol air laut
mampu menarik kunjungan
intrusi melalui wisatawan, jumlah wisatawan
mekanisme
belum maksimal. Dalam rangka
mencegah pengendapan
mendukung pengembangan
CaCO 3 oleh badan-badan akar
Maron Pantai sebagai bagian
eksudat, mengurangi
dari kesediaan wisata bahari,
kandungan garam dengan
studi tentang kualitas air laut,
bahan organik dari
kepadatan dan keragaman
dekomposisi serasah, peran
mangrove serta valuasi ekonomi
fisik struktur akar bakau yang
untuk tempat rekreasi pantai
dapat mengurangi jangkauan
yang dibutuhkan.
pasang surut ke tanah, dan
peningkatan sifat fisik dan
kimia tanah melalui
Tujuan dari penelitian ini
dekomposisi
adalah untuk menyelidiki partisipasi
masyarakat pada
sampah (Kusmana, 2014).
dari
density memberikan kontribusi
kegiatan rekreasi di ekosistem
mangrove untuk tingkat
mangrove dan rencana strategis
pertambahan, distribusi
dalam pengelolaan ekosistem yang
sedimen dan elevasi
ideal mangrove. Hasil penelitian ini
permukaan yang tinggi
diharapkan akan dipertimbangkan
(Kumara et al., 2010). Ada
dalam pengelolaan ekosistem
tiga faktor utama yang
mangrove di kawasan wisata
menyebabkan kerusakan
Maron Beach, Tambakharjo,
mangrove, yaitu polusi,
Western Semarang,
konversi hutan mangrove dan
penebangan yang berlebihan
(Kusmana

Bahan dan metode


et al., 2003).

Penelitian ini dilakukan


Semarang sebagai
dari bulan November 2017
ibukota Jawa Tengah dapat
sampai dengan Januari 2018
dikembangkan untuk sektor
terletak di sepanjang pantai
pariwisata. perencanaan
Maron Beach, Tambakharjo,
pengembangan pariwisata
Semarang.
dikenal karena berbagai teori
dan konsep. Konsep pasar
didorong lebih terfokus pada
keinginan wisatawan dan
perilaku pasar sebagai dasar
pembangunan. Sementara
konsep produk didorong lebih
menekankan pada
pengembangan produk
pariwisata. Kondisi dan
keuntungan dari produk atau
obyek wisata merupakan dasar
utama dalam pengembangan
pariwisata (Fandeli, 2000).

Mangrove Ekosistem Strategi Manajemen (A. Fithor et al.) 157


ILMU Kelautan Desember 2018 Vol 23 (4): 156-162

The menghitung yang rusak dan mati


repondents semua distri karena abrasi yang
pengguna jasa busi frekuensi. sering melanda
lingkungan dan Partisipasi itu diketahui daerah tersebut. Pada
yang sering dari persentase bentuk tahun 2010, LSM /
memiliki kegiatan partisipasi yang swasta dibantu oleh
sehari-hari yang dilakukan oleh pemerintah daerah
melibatkan kontak responden. Dalam bersama-sama
langsung dengan rangka untuk memiliki dengan tanaman
ekosistem pemahaman yang lebih masyarakat bakau
mangrove di baik dengan nilai-nilai pohon di lokasi
wilayah pesisir yang berkembang dari penelitian.
Tambakharjo yaitu masyarakat berdasarkan
sekitar 75. dal
a
Responden dipilih m
menggunakan kai
ta
Simple Random nn
ya
Sampling dari 20% de
dari populasi, ng
an
yaitu m
as
responden.
ya
ra
kat
Berdasarkan
Creswell dan Clark partisipasi, wawancara dengan
(2017 ), Campuran kuesioner dilakukan.
metode adalah
prosedur untuk
mengumpulkan, Analisis
menganalisis, SWOT dilakukan untuk
dan mengidentifikasi
pencampuran berbagai faktor secara
metode sistematis dalam
kuantitatif dan merumuskan strategi
kualitatif dalam berdasarkan logika
penelitian atau dengan
serangkaian memaksimalkan
studi. Dalam kekuatan dan peluang
pengamatan yang ada secara
sosial-ekonomi bersamaan dan
masyarakat meminimalkan
dilakukan kelemahan
melalui direct d
waw an
ancara dan bahwa

kuesioner. (Nurmalasari, 2001),


dilakukan oleh masing-masing faktor
pengamatan, internal dan eksternal
wawancara dan tertimbang dari
studi dokumen. 1,0 (sangat penting) ke 0.0
(tidak penting).

Analisis data
Hasil dan Diskusi
Analisis
partisipasi Dampak kegiatan rekreasi di
ekosistem mangrove
masyarakat
dalam rehabilitasi
hutan mangrove
Kondisi
dilakukan dengan
ekosistem mangrove di
menggunakan
kawasan wisata Maron
analisis kuantitatif
Pantai menderita
dengan statistik
kerusakan parah.
sederhana
Banyak pohon bakau
dengan
Mangrove Ekosistem Strategi Manajemen (A. Fithor et al.) 157
pada pengamatan, kondisi hutan mangrove pasca-rehabilitasi kurang gelombang dan mampu untuk menyesap air dalam jumlah besar dan ada
dari kondisi yang optimal untuk tumbuh. Kondisi pohon bakau terus dengan mencegah banjir.
menurun sejak daerah digunakan untuk rekreasi. Sedangkan,
objecive rehabilitasi kawasan ekosistem mangrove diharapkan untuk Warga berpendapat bahwa tangkapan sebelum rehabilitasi
mencegah abrasi. Berdasarkan hasil wawancara menggunakan hutan mangrove abundant.but Namun, setelah membuat kawasan
kuesioner untuk masyarakat, dampak yang disebabkan oleh wisata dan ekosistem mangrove,
rehabilitasi di daerah pariwisata ekosistem mangrove (Tabel 1.). ternyata menghancurkan
lingkungan hidup dan habitatnya.

Luas ekosistem mangrove di daerah resor Maron Pantai


mengalami kerusakan parah. Penghancuran hutan mangrove
Mengurangi abrasi pantai disebabkan oleh manusia dan alam
Faktor yang abrasi.
Saat ini, kawasan hutan mangrove di wilayah pesisir Maron Kerusakan ekosistem bakau adalah karena perubahan fungsi hutan
pantai rusak akibat abrasi kenaikan permukaan laut. Pemanfaatan menjadi tambak dan penebangan yang berlebihan yang terus terjadi
lahan dan pohon dari ekosistem mangrove oleh masyarakat dan lebih buruk dari tahun ke tahun karena daerah rekreasi pantai.
Jadi, pengunjung menurun drastis. Untuk meningkatkan jumlah
penyebab yang tidak berfungsinya kunjungan wisatawan, pemerintah dibantu LSM dan tanaman
ekosistem bakau direhabilitasi pada tahun 2010. masyarakat bibit mangrove sebagai manajemen berkelanjutan dari
Abrasi sering terjadi dengan cepat dari tahun ke tahun di Maron ekosistem mangrove. Jadi, dengan manfaat dari ekosistem
pantai. Abrasi air laut meluap ke tanah dan banjir kolam masyarakat. mangrove, dapat memberikan atraksi yang berbeda, salah satunya
Abrasi adalah proses mengikis tanah atau tanah, yang sebagian adalah hutan yang hidup di dua alam tanah dan air (laut).
besar karena faktor gelombang laut. Ketika tanah telah sering
gesekan dengan air laut, akan menyebabkan abrasi, di mana tanah
akan menjadi semakin terkikis dan menyempit.

Hal ini menyebabkan Meningkatkan produksi garam / kolam ikan


penurunan luas lahan, dan air laut akan dengan mudah naik ke
permukaan. Itu Kondisi mangrove sebelum
rehabilitasi rusak dan meninggal akibat abrasi. petani garam
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, para peneliti mendapatkan lebih banyak kerugian karena mereka sering akan
menemukan bahwa kondisi mangrove pasca-rehabilitasi dalam memanen garam, tapi ketika hujan deras terjadi, garam akan hilang
keadaan buruk dan kurang optimal. Jadi, setelah rehabilitasi daerah dengan arus laut. Setelah rehabilitasi pohon bakau dapat menyerap
penelitian di kawasan pesisir Maron pantai menjadi lebih parah akibat dan membiaskan gelombang air laut sehingga garam yang tetap
abrasi. Hal ini karena ekosistem mangrove yang tidak berfungsi stabil dan tidak melayang. Selain itu, hutan mangrove berfungsi
optimal sebagai pelindung pantai dari abrasi. ekosistem bakau sebagai dasar pemuliaan untuk hewan, terutama ikan. Kondisi air

mencegah hal ini terjadi meskipun tidak cukup optimal. Dengan luas yang baik adalah salah satu alasan mengapa kawasan hutan

ekosistem mangrove sebagai pelindung dari tanah dari air laut, mangrove sangat baik untuk benih produksi ikan.

kemungkinan abrasi dapat diminimalkan.

Tabel 2 menunjukkan bahwa rehabilitasi hutan mangrove di


Maron Beach memiliki dampak negatif dan jatuh ke dalam kategori
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat di
bidang pariwisata Maron Pantai rendah. Masyarakat sudah tahu dan
Melawan angin laut
memahami bahwa rehabilitasi pekerjaan forestscan bakau secara
fisik, kimia, biologis dan ekonomis dan melayani sebagai daerah
Hasil pengamatan di lapangan setelah rehabilitasi ekosistem
mangrove sangat penting untuk melindungi pantai dari cuaca buruk. prioritas untuk pariwisata,

Tapi, hasil pada tabel 1 menunjukkan bahwa bakau masyarakat


pesisir tidak memiliki manfaat. Akibatnya, itis secara luas penelitian, pendidikan dan konservasi. Namun,

dimanfaatkan oleh masyarakat. Keberadaan ekosistem mangrove kesadaran masyarakat mangrove

yang dapat asa pelindung di pantai, yang angin laut yang kuat ekosistem masih sangat rendah. Tambahan, jika
bertiup ke tanah akan dipertahankan dan diserap. ekosistem bakau rehabilitasi hutan mangrove berhasil, ekonomi bisa berfungsi
harus melindungi wilayah pesisir dari badai. Karena akar dan ekosistem mangrove kayu sebagai bahan bangunan, bahan
anggota badan bakau, ekosistem ini dapat menahan air bakar, ikan dan udang. sekam dapat digunakan sebagai
penyamak kulit, obat-obatan dan makanan. Oleh karena itu,
rehabilitasi mangrove memberikan dampak positif yang
bermanfaat bagi masyarakat di

158 Mangrove Ekosistem Strategi Manajemen (A. Fithor et al.)


daerah. Namun, karena tidak berfungsi optimal, masyarakat matriks hasil perhitungan, faktor eksternal menjadi kesempatan
adalah kurang responsif terhadap penting yang paling untuk masyarakat dalam pengelolaan hutan
rehabilitasi ekosistem mangrove di wilayah pesisir. mangrove adalah penanaman mangrove tidak melanggar adat
dengan skor 0,22, dan potensi digerakkan oleh organisasi non-
pemerintah dengan skor 0,20. Untuk faktor eksternal, dapat menjadi
Strategi pengelolaan ekosistem mangrove ancaman bagi masyarakat dan dapat mempengaruhi pengelolaan
hutan mangrove dalam bentuk tumpang tindih kewenangan skor 0,66.
Hasil perhitungan IFE matrix, berdasarkan nilai Peringkat Hal ini dapat dilihat bahwa masyarakat harus diberikan kesempatan
diperoleh, faktor internal yang menjadi kekuatan utama dari untuk berpartisipasi atau terlibat dalam manajemen, terutama
masyarakat yang merupakan lembaga pemerintah dalam pengelolaan
mangrove. Juga, pengaruh keberadaan mangrove untuk skor
ekonomi adalah 0,88 dan organisasi masyarakat dalam skor untuk konsep dari berkelanjutan

pengelolaan hutan bakau adalah 0, 48. Kekuatan kecil dari pengelolaan hutan mangrove menjadi strategi manajemen alternatif.
masyarakat tidak ada. Untuk faktor internal yang menjadi yang paling Dengan memaksimalkan kekuatan pertempuran dan semangat
kelemahan penting bagi masyarakat dalam pengelolaan hutan dari perbaikan dalam
mangrove bakau logging dengan skor 0,12. untuk EFE manajemen, serta menjamin keberlanjutan sumber daya laut, dapat
juga menjamin kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat
di sekitarnya.

Tabel 1. Dampak rehabilitasi ekosistem mangrove

Dampak Sangat setuju SetujuKurang


Setuju Tidak setuju

mengurangi Abrasi
1 0r 1 respond
responden
2 e en
(13%) s (7%)
r p
e o
s n
p d
o e
n n
d (0%)
e
n
(80%
)
Menghalangi angin dari udara laut 1 n
responden (0%) 4 (20%)
(0%) 1
Membuat kenyamanan lingkungan r responde
responden (0%) e n
s
(0%) (7%)
p
Membuat kawasan wisata o
0 responden n
(0%) d
Meningkatkan produksi garam atau kolam e
ikan n
13 responden (93
(86%) %)
1
4

r
e
s
p
o
n
d
e
n
(93
%)
3

r
e
s
p
o
n
d
e
Mangrove Ekosistem Strategi Manajemen (A. Fithor et al.) 159
1 responden (80%) ponden
(7%) 1 (7
1 responden r %)
e
(7%)
s
12 responden

Meja 2. Dampak rehabilitasi ekosistem mangrove

Skor Kategori
5-10 Rendah
11-15 Medium
16-20 Tinggi

Skor total

Tabel 3. Hasil dari Matrix Pengolahan IFE

Faktor Internal Strategi

kekuatan
1. Instansi pemerintah dalam pengelolaan hutan mangrove

2. organisasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove

3. Pengaruh keberadaan mangrove di pendapatan masyarakat

Kelemahan

1. logging bakau masyarakat Mangrove

2. Tingkat pendidikan masih rendah

3. Tersentuh oleh teknologi

Skor total
Peringkat Nilai: Kelemahan 1 = utama, 2: kelemahan minor, 3: kekuatan minor, 4: kekuatan utama.

Mangrove Ekosistem Strategi Manajemen (A. Fithor et al.) 159


Tabel 4. Hasil dari Matrix Pengolahan EFE

Faktor Eksternal Strategi Bobot Menilai Skor


peluang
1. Potensi pengembangan wilayah ekosistem mangrove 0,12 1 0,12
2. Peran organisasi non-pemerintah 0,10 2 0,20
3. penanaman Mangrove tidak melanggar adat istiadat dan kebiasaan 0,22 1 0,22
ancaman
1. Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan 0,22 1 0,22
2. otoritas Tumpang Tindih 0,22 3 0,66
3. Pencemaran lingkungan 0,12 1 0,12
Skor total 1,00 - 1,54
Peringkat Nilai: respon 1 = kurang umum, 2 = rata-rata respon, 3 = baik respon, 4 = respon masyarakat sangat baik

Tabel 5. Rencana model pengelolaan berbasis masyarakat

Tidak Kegiatan
1. Memaksimalkan potensi yang ada dengan meningkatkan ekosistem mangrove dengan melibatkan masyarakat dan pemerintah Semarang

2. Membangun zona terbatas ekosistem mangrove sehingga area ekosistem mangrove terpelihara dengan baik dan berkelanjutan

3. Memberikan sosialisasi atau pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem mangrove

4. Pasca-rehabilitasi ekosistem mangrove, perlu kemajuan teknologi dalam upaya peningkatan untuk memberikan kualitas dan kuantitas
bibit mangrove baik untuk pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan.

Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan


matriks Faktor Internal Evaluasi Matrix (IFE) dan Matrix Faktor
memberikan manfaat positif dari kemampuan untuk mendorong
Eksternal Evaluasi Matrix (EFE) (Tabel 3 dan 4). Berdasarkan
ekuitas dalam pengelolaan sumber daya perikanan. Hal ini juga
analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan matriks IFE
mencerminkan kebutuhan spesifik dari masyarakat setempat,
dan matriks EFE serta dua nilai di atas, posisi daya tarik wisata dari
menjadi responsif dan adaptif terhadap variasi kondisi sosial dan
Maron pantai ini terletak di 2 nd kuadran dengan strategi yang cocok
lingkungan lokal dan masyarakat lokal termotivasi untuk mengelola
umum yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
sumber daya secara berkelanjutan (Nijikuluw, 2002). Merumuskan
pengembangan produk) atau integrasi
strategi pariwisata berbasis ekowisata, evaluasi faktor eksternal
(peluang dan ancaman) dan internal yang

(ke belakang integrasi, meneruskan


faktor (kekuatan dan
integrasi, dan integrasi horizontal) (Susanty et al., 2015)
kelemahan) di setiap daerah dilakukan menggunakan efem dan IFEM
sebagai pertimbangan untuk pengelolaan pesisir yang berkelanjutan
karena itulah yang dibutuhkan untuk momentum perubahan (Susanty et Berdasarkan hasil analisis SWOT, ada juga sisi negatif
al., 2017). dengan 4 skala strategi manajemen prioritas yang perlu diatur dalam
melaksanakan pembangunan ekowisata mangrove sebagai apa
sektor pariwisata memainkan peran penting dalam yang telah terjadi di daerah Pulau Pramuka yang dikelompokkan
perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber yang salah menjadi 2 prioritas strategi yang harus dilakukan ketika menghadapi
dari pendapatan devisa dan penciptaan lapangan kerja dan kesempatan masalah sebagai berikut: (a) Koordinasi antara masyarakat lokal dan
berusaha. Pariwisata juga merupakan salah satu sektor yang pemangku kepentingan yang dimulai dengan perencanaan,
memberikan kontribusi paling dalam akuisisi devisa dari wisatawan asing sosialisasi, pelaksanaan dan pemantauan konsep bakau
(Wijayanto, pengembangan ekowisata; (B) Reorganisasi ruang untuk kegiatan
2013). Untuk mengembangkan kegiatan wisata mangrove di Indonesia, ekowisata, perbaikan
Maron pantai memiliki prospek yang baik sebagai pendukung
non-minyak dan gas valuta asing.

infrastruktur, air Pasokan


Pengembangan Maron atraksi utama pantai memiliki nomor
jaringan, pengembangan masyarakat toilet, penyaluran pecomberan
dari kekuatan,
pengolahan dan pembuangan sistem, serta unit usaha mendukung
kelemahan, peluang dan ancaman berikut. Selanjutnya, atas
untuk kebutuhan obyek wisata (Putra et al.,
dasar aspek-aspek, itu bisa
2015). Kerugian dari sistem ini adalah bahwa

160 Mangrove Ekosistem Strategi Manajemen (A. Fithor et al.)


Kerangka analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian tidak memiliki kerangka Fandeli, C., 2000. Pengusahaan ekowisata. Fakultas
yang pasti dalam menentukan kriteria untuk masing-masing SWOT Kehutanan UGM DENGAN Pustaka Pelajar Dan Satuan
indikator (Kusumawardani dan Konservasi Sumberdaya Alam DIY. 235 pp.
Sediyono, 2016 ). ke pantai, meningkatkan
penangkapan biota (udang,
Dalam strategi kepiting, kerang) di pantai, dan
pengembangan layanan / mengembangkan daerah objek
akomodasi yang adalah wisata. Namun, pembukaan
pemberdayaan masyarakat tempat rekreasi Maron Pantai
dengan mengembangkan telah memberikan beberapa
kreativitas dalam bentuk dampak negatif ke pos-
keterampilan dan rehabilitasi ekosistem
kemampuan. Dengan mangrove.
demikian, dapat memberikan
apa yang dibutuhkan oleh
pengunjung seperti homestay,
restoran, kios, kerajinan dan
lain-lain, dan promosi dan Referensi
pengembangan publikasi yang
bisa dilakukan oleh Creswell, JW & Clark, VLP, 2017.
masyarakat dengan menjual Merancang dan

brosur, T-shirt, stiker yang melakukan metode campuran


penelitian. publikasi Sage.
dibuat sesuai dengan tempat
wisata menarik,
untuk
Dhiniati, F. & Mardiansjah, FH, 2016.
meningkatkan pendapatan bagi Strategi
Di Pengembangan
pengembangan promosi, Peluang Peran
pemerintah Masyarakat Dan
membuat website khusus, brosur, Pemerintah Dalam
booklet dan pamflet, serta melalui
Pengembangan Wisata
radio dan televisi mempromosikan
Budaya Purbakala situs
Maroon beachs dan sekitarnya (
Megalitikum Di Kota
Dhiniati dan Mardiansjah 2016).
Pagar Alam.
J.
Pembang
unan
Wilayah &
Kesimpulan
Kota. 12 (2): 169-181. doi:
10,14710 / pwk.v12 i2.12893.
manajemen
ekosistem mangrove di Maron
Pantai harus makna progresif Djohan, TS, 2007. Distribusi Hutan
bahwa lokasi penelitian harus Bakau di
dalam kondisi kurang Laguna Pantai
potensial dan kurang stabil
Selatan Yogyakarta. J.
sehingga kemungkinan untuk
Manusia Lingk. 14 (1): 15-25.
terus memperluas pasar,
meningkatkan pertumbuhan
dan mencapai kemajuan yang
maksimal.
Sela
in
itu,
den
gan
non
tumpang tindih upaya,
kewenangan dapat
dimaksimalkan. Dampak yang
disebabkan oleh rehabilitasi
hutan mangrove meliputi
peningkatan garam / ikan
produksi, mengurangi abrasi
pantai, menghalangi angin laut

Mangrove Ekosistem Strategi Manajemen (A. Fithor et al.) 161


S., 10 (1): 33-38.
Heriyanto, NM & O Hilwa
Subiandono, E.,
Muryani, C., Ahmad, A., Nugraha, S.
x n, I.,
2012. & Utami, T.,
f Pamo
Komposisi Dan 2011. publict
o engka
Struktur Impowering Model di
r s, P.,
Tegakan,
Wibo Memelihara dan
d
biomasa, Dan
Konservasi Hutan
wo,
Potensi
C., Mangrove di
Kandungan U
Pasuruan Beach,
n Tiryan
Karbon Hutan
Timur Jawa.
i a, T.,
Mangrove di J.
Taman Nasional v Trisw
e anto, Manusia Dan
Alas Purwo. J.
r A. & Lingkungan, 18 (2): 75-84.
Penelitian
s Yunas
Hutan Dan
i fi, Nijikuluw, V. 2002.
Konservasi
t H., 2003. Rezim
Alam, 9 (1): 023- rehabilitasi
y Pengelolaan
032. bakau. Fakultas
Sumberdaya
institut Pertanian
P Perikanan. PT.
Bogor.
r Pustaka Cidesindo.
e Jakarta.
Hogart Kusmana, C., 2014. Peranan
s ekosistem mangrove
h
s Bagi
,
. Pertahanan
P dan Keamanan
Kariada, NTM & Andin, NKRI. Bogor
J
Peranan
, (ID): Institut
Mangrove
Pertanian
sebagai Biofilter
2 Bogor.
PENCEMARAN
0 Air Wilayah
1 Kusumawardani, DM & Sediyono,
Tambak E. 2016. Sistem
5 Bandeng, Proses Informasi
. J.
Manajemen Rantai
Manusia Lingk. 21 (2):
Pasok Pariwisata
B 188-194.
Untuk Pembuatan
i
Produk Wisata
o Kumara, MP, Jayatissa, LP,
Krauss, KW, Phillips, PADA Agen Tour
l
DH & Huxham, Dan Travel
o DENGAN Analisis
M. 2010.
g SWOT Dan Metode
kepadatan
i Analytic Network. J.
bakau Tinggi
meningkatkan Sistem Informasi
M Bisnis,
pertambahan
a 177-185.
permukaan,
n 10,21456 / vol6iss2pp177-
permukaan 185.
g
perubahan
r
elevasi, dan Lasibani, SM &
o
kelangsungan Kamal, E.,
v
hidup pohon di 2009. Pola
e
wilayah pesisir Penyebaran
rentan untuk permukaan Pertumbuha
d laut Bangkit.
n Propagul
a Oecologia. 164 (2): 545- Bakau
n 553. doi: 10,1007 / s00 442-
010-1705-2 Rhizophorac
eae di
L Kawasan
a Pesisir
Kusmana,
m Sumatera
C.,
u Barat. J.
Wil
n Mangrove
ars
. Dan Pesisir.
o,
Mangrove Ekosistem Strategi Manajemen (A. Fithor et al.) 161
Nurmalasari. 2001. Pengaruh PENGGUNAAN Media Maringgai lampung Timur. Jurnal Sylva
Benda Asli Terhadap Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas 1 di Lestari. 2 (1): 67-76.
SLTP N Yogyakarta Tahun Ajaran 2000/2001. Cakrawala
Pendidikan Jurnal Ilmiah Penddidikan. Susanty, A., Nugroho, S. & Adyan, A. 2015. Quantitative
Pengembangan Kawasan Wisata Di Semarang Mencari Google
Artikel MENGGUNAKAN Metodeanalytical Hierarchy Process,
Putra, AC, Anggoro, S. & Kismartini, K., 2015. Analisis SWOT, Dan Multiattribute Utilitas Teori. J @ ti Undip:
Pengembangan Ekowisata strategi dengan Jurnal Teknik Industri. 10 (2): 77-84. doi: 10,12777 / jati.10.2.
Studi Ekosistem Mangrove di Pulau Pramuka, Kepulauan 77-84.
Seribu. Saintek Perikanan:. Ind J. Fish. Sci. Technol. 10
(2): 91-97. doi:
10,14710 / ijfst.10.2.91-97. Susanty, A., Puspitasari, NB & Valinda, C. 2017.
Pengembangan Strategi Pariwisata Berbasis Ekowisata PADA
Saparinto, 2007. pendayagunaan Ekosistem Klaster Pariwisata Borobudurdieng, Jawa Tengah. J @ ti Undip:
Bakau. PT. Dahara Prize Semarang. Jurnal Teknik Industri. 12 (1): 57-76. doi: 10,12777 / j@ti.12.1.
57-76.
Saprudin, S. & Halidah, H. 2012. Potensi Dan Nilai
Manfaat Jasa Lingkungan Hutan Mangrove Di Kabupaten
Sinjai Sulawesi Selatan. J. Wijayanto, D., Nuriasih, DM & Huda, MN, 2013.
Penelitian Hutan Dan Konservasi Strategi Mangrove Pengembangan Pariwisata di Nusa Penida
Alam. 9 (3): 213-219. Kawasan Konservasi Laut. Saintek Perikanan:. Ind J. Fish. Sci.
Technol. 8 (2): 25-
Supriyanto, S., Indriyanto, I. & Bintoro, A. 2014. 32. doi: 10,14710 / ijfst.8.2.25-32.
Inventarisasi Beroperasi Tumbuhan Obat di Hutan Mangrove
Desa Margasari Kecamatan Labuhan

162 Mangrove Ekosistem Strategi Manajemen (A. Fithor et al.)

Anda mungkin juga menyukai