MANAJEMEN KINERJA
KEPUASAN KERJA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Manajemen Kinerja
DOSEN PENGAMPU
OLEH:
RYANSYAH M 1702121807
JURUSAN MANAGEMENT
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena tuntunan, rahmat,
dan karunia-Nyalah kita dapat melanjutkan kehidupan kita terutama kita tetap dapat menjalani
aktivitas kita sehari-hari sebagai seorang mahasiswa, dan oleh karena perkenaannya pula penulis
dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk tugas mata kuliah “Kepuasan Kerja” .
Makalah ini berjudul “Kepuasan Kerja”. Dalam menyusun makalah ini, penulis telah
berupaya semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik sesuai kemampuan penulis.
Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya
mahasiswa terutama dalam menyusun makalah selanjutnya yang dapat digunakan sebagai
referensi.
Akhir kata pengantar ini penulis mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, dan jika ada kritik dan saran yang bersifat
membangun penulis akan menerimanya sebagai bahan acuan mengoreksi diri dan kedepannya
dapat menyajikan yang lebih baik lagi dari makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN 3
2.2. TEORI KEPUASAN KERJA 3
3.1 KESIMPULAN 12
3.2 SARAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Makalah
1. Setelah mengetahui tentang pentingnya kepuasan kerja kita dapat memahaminya dan
mengerti bahwa kepuasan kerja sangat dibutuhkan untuk kelangsungan organisasi yang
mengutamakan faktor sumberdaya manusianya.
2. Agar dapat lebih mengembangkan dan berfikir kritis terhadap materi kepuasan kerja
3. Melatih mahasiswa agar dapat berfikir kreatif dalam membuat makalah
4. Menambah pembendaharaan bacaan yang menunjang minat baca mahasiswa untuk
menambah pengetahuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bukannya dengan pekerjaan itu sendiri. Karena factor ini mencegah reaksi negative,
dinamakan sebagai hygiene atau maintenance factors.
Sebaliknya, kepuasan ditarik dari factor yang terkait dengan pekerjaan itu sendiri
atau hasil langsung daripadanya, seperti sifat pekerja, prestasi dalam pekerjaan, peluang
promosi dan kesempatan untuk pengembangan diri dan pengakuan. Karena factor ini
berkaitn dengan tingkat kepuasan kerja tinggi, dinamakan motivators.
2. Value Theory
Menurut konsep teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan di mana hasil
pekerjaan di terima individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil,
akan semakin puas. Value theory memfokuskan pada hasil mana pun yang menilai orang
tanpa memerhatikan siapa mereka. Kunci menuju kepuasan dalam pendekatan ini adalah
perbedaan ini adalah antara aspek pekerjaan yang dimiliki dan diinginkan seseorang.
Semakin besar perbedaan, semakin rendah kepuasaan orang.
Implikasi teori ini mengundang perhatiaan pada aspek pekerjaan yang perlu
diubah untuk mendapatkan kepuasan kerja. Secara khusus teori ini menganjurkan bahwa
aspek tersebut tidak harus sama berlaku untuk semua orang, tetapi mungkin aspek nilai
dari pekerjaan tentang orang-orang yang merasakan adanya pertentangan serius.
4
d) Equity (keadilan)
Dalam model ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari seberapa
adil individu diperlakukan di tempat kerja. Kepuasan merupakan hasil dari persepsi
orang bahwa perbandingan antara hasil kerja dan input relative lebih besar
menguntungkan dibandingkan dengan perbandingan antara keluaran dan masukkan
pekerjaan lainnya.
e) Dispositional/ genetic components (komponen genetic)
Model ini didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan
fungsi sifat pribadi dan factor gentik. Model menyiratkan perbedaan individu hanya
mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja seperti halnya
karakteristik lingkungan pekerja.
5
perhatiaan terhadap kekayaan organisasi dan kehadiran di atas standar yang
ditentukan. Organizational citizenship behavior lebih banyak ditentukan oleh
kepemimpin dan karakteristik lingkungan kerja daripada oleh kepribadian pekerja.
d) Organizational commitment (komitmen organisasi)
Komitmen organisasional mencerminkan tingkatan di mana individu
mengindentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya.
Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan dan kuat antara
komitmen organisisa dan kepuasan. Manajer disarankan meningkatkan kepuasan
kerja dengan maksud untuk menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi.
Selanjutnya, komitmen yang lebih tinggi dapat memfasilitasi produktivitas lebih
tinggi.
e) Absenteeism (kemangkiran)
Kemangkiran merupakan hal mahal dan manajer secara tetap mencari cara untuk
menguranginya. Satu rekomendasi telah meningkatkan kepuasan kerja. Apabila
rekomendasinya sah, akan terdapat korelasi negative yang kuat antara kepuasan dan
kemangkiran. Dengan kata lain, apabila kepuasan meningkat, kemangkiran akan
turun. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukan terdapat hubungan negatif yang
lemah antara kepuasan dan kemangkiran. Oleh karena itu, manajer akan menyadari
setiap penurunan signifikan dalam kemangkiran akan meningkatkan kepuasan kerja.
f) Turnover (perputaran)
Perputaran sangat penting bagi manajer karena mengganggu kontinuitas
organisasi dan sangat mahal. Penelitian ini menujukan bahwa terdapat hubungan
negatif moderat antaran kepuasan dan perputaran. Dengan kekuatan hubungan
tertentu, manajer disarankan untuk mengurangi perputaran dengan meningkatkan
kepuasan kerja pekerja.
g) Perceived stress (perasaan stress)
Stress dapat berpengaruhi sangat negatif terhadap perilaku organisasi dan
kesehatan individu. Stress secara positif berhubungan dengan kemangkiran,
perputaran, sakit jantung coroner, dan pemeriksaan virus. Penelitian menunjukan
adanya hubngan negatif kuat antara perasaan stress dengan kepuasan kerja.
6
Diharapkan manajer berusaha mengurangi dampak negatif stress dengan
memperbaiki kepuasan kerja.
7
Sementara itu, Greenberg dan Baron (2003:151) menunjukkan adanya tiga cara untuk
melakukan pengukuran kepuasan kerja.
1. Rating scales dan kuesioner
Merupakan pendekatan pengukuran kepuasan kerja yang paling umum dipakai dengan
menggunakan kuesioner dimana rating scales secara khusus disiapkan. Dengan metode
ini, orang menjawab pertanyaan yang memungkinkan mereka melaporkan reaksi mereka
pada pekerjaan mereka.
2. Critical incidents
Individu menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan mereka yang mereka
rasakan terutama memuaskan atau tidak memuaskan. Jawaban mereka dipelajari untuk
mengungkap tema yang mendasari. Sebagai contoh misalnya apabila banyak pekerja
menyebutkan situasi di pekerjaan dimana mereka diperlakukan kasar oleh supervisor atau
apabila pekerja memuji suoervisor atas sensitivitas yang ditunjukkan pada masa sulit,
gaya pengawasan memainkan peranan penting dalam kepuasan kerja mereka.
3. Interviews
Merupakan prosedur pengukuran kepuasan kerja dengan melakukan wawancara tatap
muka dengan pekerja. Dengan menanyakan secara langsung tentang sikap mereka, sering
mungkin mengembangkan lebih mendalam dengan menggunakan kuesioner yang sangat
terstruktur. Dengan mengajukan pertanyaan secara berhati-hati kepada pekerja dan
mencatat jawabannya secara sistematis, hubungan pekerjaan dengan sikap dapat
dipelajari.
8
kepuasan dengan kinerja. Pada tingkat organisasi dengan pekerja lebih puas,cenderung
lebih efektif daripada organisasi dengan sedikit pekerja yang puas.
Alasan tidak mendapatkan dukungan kuat atas tesis bahwa kepuasan
menyebabkan produktivitas dikarenakan penelitian lebih difokuskan pada tingkat
individu daripada organisasi dan pengukuran tingkat individu atas produktivitas tidak
mempertimbangkan semua interaksi dan kompleksitas dalam proses kerja. Maka
sementara kita tidak dapat mengatakan bahwa pekerja bahagia lebih produktif, mungkin
menjadi benar apabila dikatakan organisasi bahagia adalah lebih produktif.
2. Kepuasan dan kemangkiran
Hubungan antara kepuasan dan kemangkiran bersifat positif, tetapi korelasinya
moderat , biasanya kurang dari +0,040. Keadaan tersebut masuk akal bahwa pekerja yang
tidak puas pada umumnya kehilangan pekerjaan. Faktor lain mempunyai dampak pada
hubungan dan menurunkan koefeisen korelasi .
Sebagai contoh adalah dalam organisasi yang memberikat cuti sakit dengan bebas
mendorong semua pekerja,termasuk mereka yang sangat puas,mengambil cuti. Misalkan
mereka mempunyai beberapa kepentingan, mereka tetap mendapatkan pekerjaan
memuaskan dan tetap mengambil cuti kerja untuk menikmati akhir minggu tiga hari atau
menikmati liburan apabila dapat memperoleh kebebesan tanpa sanksi atau denda.
Penelitian menujukkan bahwa kepuasan mempunyai korelasi negatif dengan
kemangkiran.
3. Kepuasan dan pergantian
Kepuasan juga berhubungan secara negatif dengan pergantian, tetapi korelasinya
lebih kuat daripada yang ditemukan untuk kemangkiran. Faktor lain seperti kondisi pasar
tenaga kerja, harapan tentang alternatif peluang kerja dan lamanya bekerja dengan
organisasi merupakan hambatan penting pada keputusan aktual untuk seseorang
meninggalkan pekerjaan. Secara spesifik, tingkat kepuasan kurang penting dalam
memprediksi pergantian untuk superior performer, yaitu mereka yang mempunyai kinerja
yang unggul. Hal tersebut terjadi karena organisasi melakukan usaha yang perlu untuk
mempertahakan orang ini. Mereka mendapat kenaikan upah,pujian,pengakuan, peluang
promosi meningkat,dan seterusnya. Sebaliknya terjadi pada poor performer, yaitu mereka
yang kinerjanya buruk. Sedikit sekali usaha dilakukan organisasi untuk mempertahankan
9
mereka. Bahkan ditekan untuk mendorong mereka keluar. Oleh karena itu, diharapkan
kepuasan kerja lebih penting dalam memengaruhi poor performer untuk tetap tinggal
daripada superior performer. Tanp memandang tingkat kepuasan, superior performer
cenderung tetap dalam organisasi sebab mereka menerima pengakuan,pujian, dan
penghargaan lain memberi mereka alasan untuk tetap tinggal dalam organisasi.
4. Temuan penelitian
Sebagian besaar orang pada umumnya merasakan kepuasan terhadap
pekerjaannya, walaupun terdapat perbedaan kepuasan diantara mereka. Kepuasan kerja
lebih tinggi dirasakan oleh mereka yang berada dinegara industri maju. Tingjkat kepuasan
kerja menurun pada awal abad XXI karena menurunnya perkembangan ekonomi.
Penelitian yang dilakukan greenberg dan baron (2003:149) tentang kepuasan kerja
menujukkan adanya indikasi berikut ini.
a. White-collar personel (manajer dan profesional) cenderung lebih puas daripada blue
collar personel (pekerja fisik, pekerja pabrik)
b. Older people pada umunya lebih puas dengan pekerjaanya daripada orang yang lebih
muda.
c. Orang yang lebih berpengalaman dipekerjaannya sangat puas daripada mereka yang
kurang berpengalaman
d. Wanita dan anggota kelompok minoritas cenderung lebih tidak puas terhadap
pekerjaan daripada orang pria dan anggota kelompok mayoritas
5. Respons terhadap ketidakpuasan kerja
Dalam suatu organisasi dimana sebagian terbesar pekerjanya memperoleh
kepuasan kerja, tidak tertutup kemungkinan sebagian kecil diantaranya merasakan
ketidakpuasan. Ketidakpuasan pekerja dapat ditunjukan dalam sejumlah cara. Robbins
(2003;32) menujukkan 4 tanggapan yang berbeda satu sama lain dalam dimensi
konstruktif/destruktif dan aktif/pasif.
a. Exit
b. Voice
c. Loyality
d. Neglect
10
6. Pedoman meningkatkan kepuasan kerja
Greenberg dan baron (2003;159) memberikan saran untuk mencegah
ketidakpuasan dan meningkatkan kepuasan, dengan cara sebagai berikut:
a. Membuat pekerjaan menyenangkan
b. Orang dibayar dengan jujur
c. Mempertemukan orang dengan pekerjaan yang cocok dengan minatnya
d. Menghindari kebosanan dan pekerjaan berulang-ulang
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerja seseorang, yang menunjukkan
perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini
seharusnya mereka terima (Robbins, 2003:78), kemudian diantara teori kepuasaan kerja
adalah Two-factor theory dan value theory.
Terdapat dua macam pendekatan yang secara luas dipergunakan untuk melakukan
pengukuran kepuasan kerja (Robbins, 2003: 73), yaitu single global rating dan summation
score. Selanjutnya, minat manajer dalam kepuasan kerja cenderung berpusat pada
pengaruhnya terhadap kepuasan kinerja. Untuk itu, perlu dipelajari dampak kepuasan kerja
pada produktivitas,kemangkiran dan perputaran.
Terakhir, kepuasan kerja menjadi faktor determinan utama dari organizational citizenship
behavior (OCB) pekerja. Pekerja yang puas akan lebih suka berbicara positif tentang
organisasinya. Perilaku penuh kebebasan yang bukan merupakan bagian persyaratan kerja
formal pekerja, tetapi meskipun demikian, mengembangkan efektifitas fungsi organisasi.
3.2 Saran
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja.
Kepuasan kerja akan mempengaruhi produktivitas yang sangat diharapkan manajer. Untuk
itu, sebaiknya manajer memahami apa yang harus dilakukan untuk menciptakan kepuasan
kerja karyawannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13