Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
SYARIF HIDAYATULLAH
NIM : 103044128052
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
SYARIF HIDAYATULLAH
NIM : 103044128052
Dibawan bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Jakarta.
Syarif Hidayatullah
بسم اهلل الرمحن الرحيم
KATA PENGANTAR
i
4. Kakanda Drs. Mubarok, Saiful Anwar beserta seluruh keluarga besar H.
Encep bin Antek Bin Kaiyan, yang senantiasa memberikan dukungan moril
maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak H. Ismed Iriandi SH., MH., sekeluarga, yang telah memberikan
perhatian dan kasih sayang serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan Ahwal Al-Syakhsiyah yang telah banyak
membantu serta bertukar pikiran baik selama belajar hingga detik-detik
wisuda.
7. Hamba Allah, yang telah banyak berkorban untuk penulis dalam
penyempurnaan skripsi ini baik moril maupun materiil, sehingga penulis
termotivaasi untuk merampungkannya. Jazakillah khairan katsiran, mata’ana
Allah fii hayatiik. Semoga Allah mencatatnya sebagai amal ibadah dan dibalas
dengan ganjaran pahala yang berlipat ganda.
8. Tak terlupakan, terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
kelancaran penulis skripsi ini yang penulis tidak bisa menyebutkan satu
persatu.
Semoga segala kebaikan dan sumbangsihnya dicatat oleh Allah SWT sebagai
investasi amal untuk bakal di hari akhir nanti. Amin Ya Rabbal’alamin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
D. Metode Penelitian........................................................................ 10
iii
B. Poligami pada masyarakat sawangan .......................................... 43
Sawangan .............................................................................. 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 57
B. Saran – Saran............................................................................... 57
iv
BAB I
PENDAHULUAN
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang maha Esa.1
bahagia dunia dan akherat, atau dengan kata lain perkawinan bertujuan untuk
Seiring dengan tujuan tersebut maka dapat di artikan juga agar perkawinan
menjadi kekal dan abadi sehingga tidak putus begitu saja. Ini juga mengandung
perjanjian diantara dua belah pihak,yakni suami dan istri. Maka kedamaian kedua
tersebut.
1
Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Perkawinan, (Bandung: Fokus Media, 2005), cet. ke-1, hal. 1.
2
Titik Triwulan Tutik , Poligami Prespektif Perikatan Nikah, (Jakarta : Prestasi Pustaka Raya,
2007) cet, h. 4.
1
2
! "# #$ %
&" '"() *+
(34 :1/-./)
Artinya : “Bagaimana kamu akan mengambil mahar yang telah kamu berikan
pada isterimu padahal kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang
lain sebagai suami isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah
mengambil perjanjian yang kuat”. (QS. an Nisa/3 : 21)
yang kokoh adalah perjanjian yang telah diambil Allah dari para suami. Sesuai
67"89 :;"<=">8? 67"89 :;"<=@.
($ :;"AB ;CD$ E-F./ ""GHIJ /K!
(314 :3/L8HD/)
ini dapat di lihat bagaimana pernikahan semacam ini dilakukan oleh banyak
kalangan dari waktu ke waktu meskipun sering kali menimbulkan kontroversi dari
perempuan dan menyadarkan mereka tentang hak mereka. Karena selama ini yang
wajib menerima atau mengizinkan bila suami minta izin untuk beristri lagi,
kacil tersebut. Banyak unsur yang menimbulkan rasa cinta kasih diantara dua
orang manusia, terutama suami dan istri, namun yang paling menonjol adalah
sikap dan tindakan yang melahirkan rasa keadilan. Untuk dapat berlaku adil
perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini beberapa istri dalam satu
waktu yang bersamaan. Islam membolehkan pernikahan dengan lebih dari satu
orang wanita atau satu orang laki-laki untuk lebih dari seorang wanita (poligami),
antara laki-laki dan perempuan yaitu dalam bentuk pernikahan, sehingga dengan
mencapai tujuan perkawinan yang paling besar yaitu Ibadah kepada Allah SWT.
pengecualian saja. Hukum Islam mengatur kehadiran poligami sebagai hal yang
dengan keadilan terhadap para istri dan penuh dengan tanggung jawab. Apabila
tidak dibarengi dengan rasa kesdilan tidak menutup kemungkinan akan membawa
sebagaimana yang tertuang dalam enam azas yang prinsipil.3 Dalam salah satu
azasnya disebutkan bahwa untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal,
maka suami hanya dibolehkan memiliki seorang istri dalam satu waktu. Prinsip
3
Enam azas yang dianut dalam UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
meliputi : (1) azas tujuan perkawinan, (2) azas syahnya perkawinan, (3) azas monogamy, (4) azas
kematangan jiwa dan raga, (5) azas perceraian dipersulit, dan (6) azas keseimbangan hak dan
kedudukan suami isteri dalam membina rumah tangga.
5
suami dapat beristri lebih dari seorang setelah dipenuhinya berbagai persyaratan
sama, namun apabila dikaji lebih lanjut kedua peraturan tersebut memiliki
persamaan tujuan.
Keberadaan poligami atau menikah lebih dari seorang isteri dalam lintasan
sejarah bukan merupakan masalah baru. Poligami telah ada dalam kehidupan
Islam. Demikian pula masyarakat di luar bangsa Arab, bahkan di Arab sebelum
Islam telah dipraktekkan poligami yang tanpa batas. Bentuk poligami ini dikenal
sosio kultural saat turunnya ayat Al-Quran yang mengizinkan poligami adalah
setelah perang Uhud dimana umat Islam kalah dan populasi laki-laki dan
4
Titik Triwulan Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, (Jakarta : Prestasi Pustaka,
2007), cet. 1. h. 57.
6
Indonesia telah terjadi di berbagai kalangan, pengusaha, kiai, ulama, politisi, artis,
maupun tokoh masyarakat. Pemilik Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo,
Puspo Wardoyo, dengan bangga telah memberikan Polygami Award kepada laki-
dilarang karena poligami bagi saya adalah kebutuhan paling primer. Bisa
bahaya kalau jadi presiden, saya akan mengangkat orang yang berpoligami
ketahui praktik poligami bukan kisah baru dalam catatan sejarah umat manusia di
belahan bumi ini. Tidak terkecuali di Indonesia. antara lain: Puspo Wardoyo
5
Hartono Ahmad Jaiz, Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 2007), cet. 1. h 194.
6
Musdah Mulia, Pandangan Islam tentang Poligami, (Jakarta, 1999), Cet. 1. h. 50.
7
Hartono Ahmad Jaiz, Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta :
Pustaka al-Kautsar, 2007), cet. 1. h 124.
8
Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, (Yogyakarta : Pustaka Marwa,
2007 ) cet 1, h. 22.
7
(pengusaha), Aa Gym (kiai dan pebisnis), Zainal Ma’arif (politisi), KH. Noer
sebelum mereka, para raja dahulu mempunyai isteri selir yang tidak terhitung
Mengenai prosedur atau tata cara poligami yang resmi diatur dalam Islam
perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) menganut
kebolehan poligami, telah mengatur walaupun terbatas sampai empat orang istri.
55 – 57 KHI. Kebolehan poligami dalam KHI tertuang pada bab IX pasal 55 – 59,
antara lain menyebutkan : syarat utama beristeri lebih dari seorang, suami harus
mampu berlaku adil terhadap isteri – isteri dan anak-anaknya pasal ( 55 ayat 2 ).
Selain syarat utama tersebut ada lagi syarat lain yang harus dipenuhi sebagaimana
termaktub dalam pasal lima ( 5 ) Undang –Undang nomor 1 tahun 1974, yaitu
adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan
anak-anak mereka.
Pasal-pasal ini adalah suatu bagian dari prosedur apabila seorang suami
lebar, akan tetapi sebagai solusi dalam keadaan tertentu yang diperkenankan
kepercayaan pada dirinya bahwa ia dapat berlaku adil dan untuk berbuat jujur.
8
1. Pembatasan masalah
2. Perumusan Masalah
pada :
berikut :
poligami?
poligami.
1. Secara Akademis
2. Secara Ilmiah
Adapun manfaat yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah
faktor.
10
D. Metode Penelitian
deskriptif ini dimaksudkan untuk memberikan data yang diteleti mungkin dengan
sebagai sesuatu metode kualitatif yang bertujuan menyajikan pandang objek yang
diteleti bahan dan data penelitian ini diperoleh dari penelitian lapangan ( field
langsung kelapangan. Oleh karena itu, data lapangan merupakan data primer,
yaitu data utama yang akan diteliti ( beberapa tujuan ) di kecamatan Sawangan.
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen atau tulisan-
tulisan yang berkaitan dengan pokok bahasan karya tulis ini, yang juga
poligami.
dibutuhkan sebagai bahan dalam rencana skripsi ini, maka teknik pengumpulan
9
Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), cet.ke-2, h.
309
11
memperoleh informasi data yang valid dan akurat dari pihak-pihak yang
2. Teknik dokumentasi. Teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi data yang
E. Sistematika Penulisan
yakni : Latar belakang, Rumusan masalah tujuan dan kegunaan penelitian, metode
A. Pengertian Poligami
Kata poligami termasuk kata yang umum yang sudah dipakai, dalam artian
kata ini sudah dikenal dan sering kali orang menggunakannya. Walaupun mereka
sering kali mengungkapkan kata ini, bukan berarti mereka mengetahui secara
Kata poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly atau polus yang
berarti banyak dan gamein atau gamos yang berarti kawin atau perkawinan. Kalau
perkawinan yang banyak atau dengan ungkapan lain adalah suatu perkawinan
yang lebih dari satu orang.1 Dalam bahasa Arab poligami disebut Ta’adduduz
mengumpulkan dalam tanggungannya dua sampai empat orang isteri, tidak lebih
darinya.3
1
Humaidi Tatapangarsa, Hakekat Poligami dalam Islam, ( t.t., Usaha Nasional, t.th ) h.12.
2
Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, (Yogyakarta : Pustaka Marwa,
2007 ) cet 1, h. 29.
3
Arij Abdurrahman As- Sanan, Memahami Keadilan dalam Poligami, (Jakarta : PT. Global
Media Cipra Publishing, 2003 ), h. 25.
12
13
Menurut Islah Gusman, arti poligami adalah banyak nikah. Istilah ini
digunakan untuk menunjuk pada praktek perkawinan lebih dari satu suami atau
istri sesuai dengan jenis kelamin orang yang bersangkutan. Ia berpendapat bahwa
perempuan. Istilah ini digunakan untuk menunjuk pada seorang pria yang
melakukan praktek banyak nikah dengan banyak perempuan (pada masa yang
poligami adalah Ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau
berpoligini berarti menjalankan poligami.5 Dan pengertian ini pun senada dengan
yang di kemukakan oleh Save M’ bahwa poligini sama dengan poligami.6 Begitu
pula Sayuti Thalib, ia mengemukakan bahwa arti dari kata poligami adalah sama
dengan poligini, yaitu seorang suami beristri lebih dari seorang wanita dalam
waktu yang sama.7 Dan pengertian inilah yang secara umum berlaku di
masyarakat. Oleh karena itu penulis dalam skripsi ini mengartikan poligami
4
Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, h. 26.
5
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996 ), Cet. ke- 7, h.
18.
6
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : LPKN, 1997 ), h. 866.
7
Sayuti Thib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta : Bina Aksara, 1981 ), h. 169.
14
yang dikutip oleh Musdah Mulia, bahwa dalam sejarah manusia, perkembangan
sebelum Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Nabi dan membawa Islam,
semua bangsa melakukannya. Dan cukup banyak fakta yang dapat membuktikan
kebenaran ini, seperti yang dikatakan oleh Musthafa al Siba’i, bahwa poligami itu
sudah ada pada masyarakat bangsa–bangsa yang hidup di zaman purba, pada
bangsa Yunani, Cina, India, Babylonia, Syria, Mesir, dan lain–lain. Pada saat itu,
orang istri dalam satu waktu (tanpa cerai dan tanpa faktor ke matian) bagi satu
laki–laki (suami).9
8
Musdah Mulia, Pandangan Islam tentang Poligami, (Jakarta : Lembaga Kajian Agama dan
Gender, 1999), cet. 1. h. 3.
9
Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, h. 30.
15
ada keterangan dalam Taurat, bahwa Nabi Sulaiman AS mempunyai tujuh ratus
orang istri yang merdeka dan tiga ratus istri yang berasal dari budak.10
empat saja, dan menetapkan harus ada faktor–faktor pendorong yang sah menurut
larangan itu tidak ditentukan dalam Injil maupun dalam surat-surat para Rasul
(sahabat–sahabat Yesus) yang dikenal dengan Kitab Perjanjian Baru. Dalam kitab
itu tidak ada keterangan yang jelas mengenai larangan poligami. Sehingga Dr.
kebiasaan poligami itu sudah ada pada bangsa Israil sebelum Nabi Isa diutus, ia
seorang untuk mengawini janda saudara laki-lakinya sendiri yang meninggal dan
diperbolehkan dalam Taurat, sejauh tidak ada nash yang pasti dalam Injil yang
10
Musthafa as Siba’i, Wanita diantara Hukum Islam dan Perundang – undangan, (Jakarta :
Bulan Bintang, 1977 ), cet. 1. h. 100.
11
Abdul Nasir Taufiq al ‘Atthar, Poligami ditinjau dari Segi Agama, Sosial dan Perundang –
undangan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976 ), cet. 1. h. 80
16
dalamnya poligami. Karena tidak ada nash (keterangan) yang melarang poligami
dalam Injil. Dan sejarah membuktikan bahwa umat–umat Kristen terdahulu dan
(pendeta) dan para pembuat undang–undang gereja, ada yang berpendapat bahwa
haramnya poligami, yaitu bahwa barang siapa yang menceraikan istrinya dan lalu
menikah dengan wanita lain, maka hukumnya adalah ia berzina dengan wanita
itu, dan begitu pula sebaliknya. Tetapi penafsiran haramnya poligami ini hanya
sesuai dengan pendapat golongan Kristen Katolik saja, karena golongan ini tidak
ada keterangan yang jelas dalam agama Kristen yang melarang para pengikutnya
berpoligami dengan dua orang istri ataupun lebih. Kalau sekiranya orang–orang
Kristen itu mau, tentu saja mereka boleh berbuat demikian. Tetapi bapak–bapak
gereja itu mencukupkan seorang istri saja, demi untuk menjaga kerukunan rumah
12
Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasullallah SAW, Poligami dalam Islam Vs
Monogami Barat, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1993 ), cet. 1. h. 49
13
Abdul Nasir Taufiq al ‘Atthar, Poligami ditinjau dari Segi Agama, Sosial dan Perundang–
undangan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976 ), cet. 1. h. 81
17
perkawinan dalam kitab suci mereka, seperti yang sudah kita ketahui secara
populer.14
poligami, karena para petugas penyiar agama Kristen itu menemukan diri mereka
dan status sosial tinggi serta menandakan kesejahteraan. Poligami merupakan adat
bahwa rata–rata pemimpin suku memiliki puluhan istri, bahkan tidak sedikit
kepala suku yang mempunyai sampai ratusan istri.16 Nabi Muhammad SAW
juga oleh orang-orang Yunani dan bangsa–bangsa lain yang di antaranya bahkan
seorang istri bukan hanya dapat dipertukarkan tetapi juga bisa diperjualbelikan
secara lazim antara mereka.17 Dalam konteks pernikahan, kedatangan Islam jelas
memberikan suatu arah baru untuk memperoleh kebahagiaan dan rahmat bagi
sebelumnya pada masyarakat Arab pra Islam sama sekali tidak dihargai dan
bahkan dilecehkan, lalu ia diangkat martabatnya oleh Islam menjadi subyek yang
bermartabat.18
khusus dari Allah SWT sehingga tidak mengherankan kalau kemudian kita dapati
y]≈n=èOuρ 4o_÷WtΒ Ï!$|¡ÏiΨ9$# zÏiΒ Νä3s9 z>$sÛ $tΒ (#θßsÅ3Ρ$$sù 4‘uΚ≈tGu‹ø9$# ’Îû (#θäÜÅ¡ø)è? ωr& ÷ΛäøÅz ÷βÎ)uρ
(#θä9θãès? ωr& #’oΤ÷Šr& y7Ï9≡sŒ 4 öΝä3ãΨ≈yϑ÷ƒr& ôMs3n=tΒ $tΒ ÷ρr& ¸οy‰Ïn≡uθsù (#θä9ω÷ès? ωr& óΟçFøÅz ÷βÎ*sù ( yì≈t/â‘uρ
( : /)
Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka
17
Titik Triwulan Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, ( Jakarta : Prestasi Pustaka,
2007 ), cet. 1. h. 57
18
Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, h. 38.
19
Ayat ini merupakan ayat yang membicarakan masalah poligami. Yang ini
diturunkan kepada Nabi Saw pada tahun kedelapan hijriyah, dengan tujuan untuk
membatasi jumlah istri pada batas maksimal empat orang saja. Akan
tetapi,sebagian mufasir dan ahli fiqih telah mengabaikan redaksi umum ayat dan
mengabaikan keterkaitan erat yang ada di antara poligami dengan para janda yang
Ayat tentang poligami turun setelah perang uhud, dimana banyak sahabat
wafat di medan perang. Sejumlah besar para wanita dan anak–anak ditinggalkan
poligami di izinkan, Allah membataskan jumlah istri hanya empat orang saja.
Ayat ini memungkinkan lelaki muslim mengawini janda atau anak yatim
jika dia yakin itu merupakan cara melindungi kepentingan anak-anak yatim
yatim perempuan di dalam kekangan keluarga, para wali dan penanggung jawab.
rakus, karena khawatir bila anak-anak yatim itu telah besar akan mengambilnya.
Anak-anak yatim yang kaya ditahan untuk dijadikan istri oleh para walinya,
karena tamak kepada harta bukan karena menginginkan mereka. Atau diberikan
kepada anak lelaki para wali, untuk tujuan yang sama agar harta tidak keluar dan
Kebiasaan ini juga berlangsung di awal islam. Hingga Al- Qur’an datang
mengembalikan masalah ini kepada hati nurani. Dalam ayat lain (QS. 4:129)
È≅øŠyϑø9$# ¨≅à2 (#θè=ŠÏϑs? Ÿξsù ( öΝçFô¹t ym öθs9uρ Ï!$|¡ÏiΨ9$# t÷t/ (#θä9ω÷ès? βr& (#þθãè‹ÏÜtFó¡n@ s9uρ
$VϑŠÏm§‘ #Y‘θàxî tβ%x. ©!$# χÎ*sù (#θà)−Gs?uρ (#θßsÎ=óÁè? βÎ)uρ 4 Ïπs)¯=yèßϑø9$$x. $yδρâ‘x‹tGsù
( : /)
Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-
isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga
kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan
perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa’/4: 129)
Adil dalam pengertian ayat ini berada dalam suatu wilayah cakupan yang
amat luas. Bukan saja adil dalam hal memberikan materi yang cukup, namun
lebih substansial lagi dari itu ialah adil dalam memberikan nafkah batin, serta adil
dalam hal persamaan kaum perempuan yang dinikahi itu. Seorang pemikir
21
berlaku adil. Apalagi, bila poligami itu hanya dimotivasi oleh pemenuhan
semakin nyata.
adil terhadap istri-istrinya, betapapun dia menginginkannya. Dan Ayat ini dapat
disimpulkan juga, islam pada dasarnya agama monogami. Oleh karena itu, Sayyid
rukhshah dalam hal ini untuk menghadapi berbagai realitas kehidupan umat
manusia dan berbagai darurat fitrah kemanusiaan. Jika tidak demikian, maka
Dalam hukum positif kita juga menjelaskan konsep adil dalam poligami.
adalah kepala keluarga. Kebutuhan yang harus dipenuhi seorang suami terhadap
para istri dan anaknya sungguh tidak ringan. Kebutuhan pangan (nafaqah),
sandang (kiswah) dan papan (suknah) adalah yang bersifat materi. Sedangkan
yang materi jauh lebih berat karena sulit dilacak parameternya. Karena itulah,
22
memperoleh persetujuan dari istri pertamanya. Dia juga harus mampu menjamin
keperluan hidup para istri dan anaknya. Dan yang terpenting, dia harus berlaku
1/1974 berusaha menjabarkan keadilan macam apa yang diemban oleh suami
penghasilan suami. Hal ini di buktikan dengan surat keterangan yang di tanda
tangani oleh bendahara tempat sang suami bekerja atau surat keterangan pajak
penghasilan, atau surat lain yang dapat diterima Pengadilan. Hanya pemeriksaan
bersifat materi.
berlaku adil. Jika syarat ini tidak dapat dipenuhi, di mana seorang suami yakin
bahwa ia akan terjatuh kepada kezaliman dan menyakiti istri-istrinya, dan tidak
dapat memenuhi hak-hak mereka dengan adil, maka poligami menjadi haram.
Jika ia merasa menjadi kemungkinan besar menzalimi salah satu istrinya, maka
poligami menjadi makruh. Namun jika ia yakin akan terjatuh kepada perbuatan
Konsep keadilan tersebut baik Hukum islam dan Hukum Positif agar
menjadi perhatian bagi suami yang ingin berpoligami. Jika tidak dapat memenuhi
Jika kita menoleh ke sejarah perkawinan Nabi SAW, akan kita jumpai
bahwa nabi berpoligami pada masa hanya sepuluh tahun di akhir usianya
sementara dua puluh lima tahun sebelum itu Nabi menjalani kehidupan
monogami bersama khodijah binti Khuwailid sampai Khodijah wafat dan nabi
saat itu berumur 50 tahun. Tiga tahun setelah itu barulah nabi menjalani poligami.
wanita yang di nikahi Rasul adalah semua janda, kecuali ‘Aisyah r.a, dan semua
perselisihan yang terjadi di antara mereka hanyalah jumlah bilangan poligami itu
Mujtahid bahwa tidak boleh menikahi wanita lebih dari empat wanita dalam
24
waktu yang bersamaan.19 Imam Malik berpendapat bahwa jika seseorang abdun
boleh menikahi empat wanita dalam satu waktu, dan beliau menukil dalam kitab
menjelaskan ketika Ghailan bin salamah Ats-Tsaqafi masuk islam dalam keadaan
beristri sepuluh orang yang ia nikahi di masa jahiliyah (sebelum masuk islam),
8 9: 8 4!% ,-. 7!6 " -45 ,-. /01. " 23 ,-.
; < => ?@A B8 <CD+ E4F GH0I /F =J 48 " 8 /0
(<6% " *+) K" $% LM /F+ <0F8 N OFP
Artinya: “ kami diberitahukan oleh yahya Ibn Hakim, kami diberitahukan oleh
Muhammad ibn Ja’far, kami diberitahukan oleh Mu’amar dari al-
Zuhri dari salim dari Ibn Umar berkata: Ghilan ibn Salamah masuk
islam dan ia memiliki 10 istri, maka nabi bersabda : Ambilah diantara
mereka empat orang”. ( H.R. Ibnu Majah )
19
Ibnu Rusyd, al Mujtahid, Bidayatul, (Beirut : Darul fikr, tt), cet. Ke-1, jilid, 11 h. 31
20
Imam Malik, al Muwatha, Muhammad Fuad Abd. al Baqi- kitab al shib, Kairo. tt
25
kehalalan poligami baik melalui ucapan atau perbuatan mereka sejak masa
Rasulallah saw sampai hari ini. Para sahabat utama Nabi melakukan poligami
seperti umar bin Khattab, ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi sufyan, dan
Poligami dilakukan juga oleh ahli fiqih tabi’in, mereka mengakui orang
yang menikah lebih dari satu istri, dinamakan poligami. Kesimpulannya bahwa
generasi salaf (terdahulu) dan khalaf (kini) dari ummat islam telah bersepakat
halnya dengan hukum menikah yang mungkin saja bisa wajib, sunnah, atau
makruh sesuai dengan seseorang. Hal ini tergantung pada kondisi seorang laki-
hak istri-istrinya.
syarat-syarat yang di atur oleh hukum islam itu sendiri yang bertujuan untuk
ulama fiqih setidaknya menjelaskan dua persyaratan yang harus dimiliki oleh
26
keadilan yang bersifat kualitatif seperti kasih sayang, cinta dan perhatian yang
Sebagian besar ahli hukum islam menyadari bahwa keadilan kualitatif ini
hak atas kebutuhan seksual dan kewajiban bagi orang-orang yang berpoligami
karena sebagai manusia wajar tertarik pada salah seorang istrinya melebihi yang
lain dan hal yang semacam ini merupakan sesuatu yang berada di luar batas
kontrol manusia.
Perkawinan
perkawinan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975. Salah satu
kesamaan antara poligami Islam dengan aturan poligami yang terdapat dalam
dapat diketahui dengan jelas dan terperinci, akan dikutip dan dijelaskan pasal–
Pasal 3
(1) Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai
seorang suami.
(2) Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih
dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak–pihak yang bersangkutan.
Pasal 4
(1) Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang sebagaimana
tersebut dalam pasal 3 ayat (2) undang–undang ini, maka ia wajib
mengajukan permohonan kepada pengadilan daerah tempat tinggalnya.
(2) Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi izin kepada
seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila :
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.
b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Pasal 5
(1) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus dipenuhi
syarat–syarat sebagai berikut :
a. Adanya persetujuan isteri atau isteri–isteri.
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan–
keperluan hidup isteri–isteri dan anak–anak mereka.
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri–isteri
dan anak-anak mereka.
(2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan
bagi seorang suami apabila isteri atau isteri–isterinya tidak mungkin
dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian,
atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang–kurangnya dua
28
Pasal 65
(1) Dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang baik berdasarkan
hukum lama maupun berdasarkan pasal 3 ayat (2) undang–undang ini,
maka berlakulah ketentuan–ketentuan berikut :
a. Suami wajib memberi jaminan hidup yang sama kepada semua isteri
dan anaknya.
b. Isteri yang kedua dan seterusnya tidak mempunyai hak atas harta
bersama yang telah ada sebelum perkawinan dengan isteri kedua atau
berikutnya itu terjadi.
c. Semua isteri mempunyai hak yang sama atas harta bersama yang
terjadi sejak perkawinannya masing–masing.
(2) Jika Pengadilan yang memberi izin untuk beristeri lebih dari seorang
menurut undang–undang ini tidak menentukan lain, maka berlakulah
ketentuan–ketentuan ayat (1) pasal ini.
berikut :
a. Poligami harus ada izin dari Pengadilan Agama yang diajukan kepada
permohonan izin beristeri lebih dari seorang yang isinya memuat nama,
21
H. A. Mukti Arto, Praktik Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2000), cet. Ke -3, h. 241.
29
yang tidak dapat disembuhkan, seperti gila, batuk menahun, lepra dan
sebagainya.
b. Ada atau tidaknya persetujuan isteri baik lisan maupun tertulis yang harus
adil adalah dengan pernyataan atau perjanjian dari suami yang dibuat
22
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut perundang – undangan,
Hukum Adat dan Hukum Agama, (Bandung : Penerbit Mandar Jaya, 1990 ), cet. Ke -1, h.35.
23
Ibid
30
d. Persetujuan isteri tidak diperlukan lagi dalam hal isteri tidak mampu
melakukan perbuatan hukum karena sakit ingatan, gila, ganguan saraf dan
tahun, karena sebab–sebab lain yang perlu dapat penilaian hakim berupa
dengan maksud jahat agar suami tersiksa lahir batinnya atau hendak
akan tetap domisili yang jelas tidak diperoleh sedang suami telah berusaha
keras mencarinya.24
Perkawinan tersebut telah berpihak pada kewajaran dan nyata dalam hal
24
Martiman Prodjohamidjojo, Tanya Jawab Mengenai Undang – undang Perkawinan dan
Pelaksanaannya disertai Yurisprudensi, (Jakarta : Pradya Paramita, 1979 ) h.26
31
positif yang wajib dipatuhi oleh seluruh bangsa Indonesia yang beragama
Islam.26
Masalah poligami dalam KHI terdapat pada Buku 1 Bab IX pasal 55–59
Pasal 55
(1) Beristeri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan, terbatas hanya
sampai empat isteri.
(2) Syarat utama beristeri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku
adil terhadap isteri–isteri dan anak–anaknya.
(3) Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin dipenuhi
suami dilarang beristeri lebih dari seorang.
Pasal 56
(1) Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapat izin dari
Pengadilan Agama.
(2) Pengajuan permohonan izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan menurut
tatacara sebagaimana diatur dalam Bab VIII Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975.
(3) Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau keempat
tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.
Pasal 57
Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang
akan beristeri lebih dari seorang apabila :
(1) Selain syarat utama yang disebut pada pasal 55 ayat (2) maka untuk
memperoleh izin Pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat–syarat yang
25
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1998), cet. Ke -2, h. 122.
26
Ahmad Rofik, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000 ), cet.
Ke -4, h. 43.
27
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam, Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama RI Tahun 1998 / 1999, h. 33 –
35.
32
bidang perkawinan (buku 1) KHI, dalam pelbagai hal, merujuk kepada peraturan
pendapat fuqaha (para ahli fiqih) yang sangat dikenal di kalangan ulama dan
hukum antara yang ditetapkan oleh penguasa negara dan pandangan ulama.28
28
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1998 ), cet. Ke -2, h. 125
33
Menurut pasal 10 PP No. 10 tahun 1983 pegawai negeri sipil pria yang
akan beristeri lebih dari seorang dan pegawai sipil wanita yang akan menjadi
isteri kedua, ketiga atau keempat dari seorang yang bukan pegawai negeri sipil
Dan izin tersebut hanya dapat diberikan oleh pejabat, apabila memenuhi
(2) Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
(2) Pegawai negeri pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup
untuk membiayai lebih dari seorang isteri dan anak–anaknya yang dibuktikan
(3) Adanya jaminan tertulis dari pegawai negeri sipil yang bersangkutan, bahwa
Sedangkan bagi pegawai negeri sipil wanita yang akan menjadi isteri
kedua, ketiga atau keempat dari pria bukan pegawai negeri sipil syarat–syarat
29
Lihat Penjelasan Umum PP No. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian
bagi Negeri Sipil
34
(2) Calon suami mempunyai penghasilan yang cukup untuk membiayai lebih dari
pajak penghasilan.
(3) Adanya jaminan tertulis dari calon suami, bahwa ia akan berlaku adil terhadap
2
Titik Triwulan Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, ( Jakarta : Prestasi Pustaka,
2007 ), cet. 1. h. 133
BAB III
1. Kondisi Geografis
sebagai berikut:
35
36
2. Kondisi Demografis
Camat yang dibantu oleh beberapa orang staf yang berjumlah 19 (sembilan
belas) orang di tingkat kecamatan, hal ini dapat di lihat dari tabel berikut:
Tabel 1
Pegawai Kantor Camat Menurut Pangkat / Golongan Ruang dan Jenis Kelamin
District Officers based on their Grade/ room type
Jabatan / Occupation Pangkat / Golongan / LAI- JML
No NYA
Grade / room type
I II III IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 CAMAT - - - 1 - 1
SEKRETARIS CAMAT - - 1 - - 1
2
STAF SEKRETARIAT - 2 1 - - 3
KASIE PEMERINTAHAN - - 1 - - 1
3
STAF PEMERINTAHAN - - 1 - 1 2
KASIE DIKBUD - - 1 - - 1
4
STAF DIKBUD - 3 - - - 3
KASIE PEMBANGUNAN - - 1 - - 1
5
STAF PEMBANGUNAN - - 2 - - 2
KASIE KESOS - - 1 - - 1
6
STAF KESOS - - 2 - - 2
7 KASIE PEREKONOMIAN - - 1 - - 1
JUMLAH 0 5 12 1 1 19
Sumber Data: Kantor Camat Sawangan
37
Rukun Warga (RW), dan 624 Rukun Tetangga (RT), sebagaimana dapat dilihat
Tabel 2
Rukun Warga, dan Rukun Tetangga
Amounts of Orchard, Administrative Society Unit and Neigbourhood Association
DESA/KELURAHAN
No RW RT
Village/Sub-District
(1) (2) (4) (5)
1 PASIR PUTIH 5 66
2 BEDAHAN 13 31
3 PENGASINAN 11 51
4 DUREN SERIBU 7 14
5 BOJONGSARI 6 22
6 CURUG 6 14
7 PONDOK PETIR 5 20
8 SERUA 9 40
9 CINANGKA 4 16
10 SAWANGAN 5 18
11 SAWANGAN BARU 5 30
12 KEDAUNG 6 9
13 BOJONGSARI BARU 7 11
14 DUREN MEKAR 8 32
JUMLAH 144 624
Sumber Data: Kantor Camat Sawangan
Sawangan terus bertambah, begitu juga dengan pembangunan fisik pun kian
3. Kondisi penduduk
sebagai berikut:
Tabel-3
Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
Laki-Laki Rasio
DESA/KELURAHAN Laki- Perem Jenis
No +
Village/Sub-District Laki puan Kelamin
Permpuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 PASIR PUTIH 6.177 6.128 12.305 87.4
2 BEDAHAN 7.098 6.928 14.026 107.2
3 PENGASINAN 6.536 6.417 12.953 93.8
4 DUREN SERIBU 4.194 4.431 8.625 95.9
5 BOJONGSARI 5.009 5.220 10.229 97.1
6 CURUG 5.676 5.382 11.058 87.4
7 PONDOK PETIR 7.339 7.256 14.595 101.3
8 SERUA 4.388 4.178 8.556 95.4
9 CINANGKA 4.860 4.718 9.758 96.0
10 SAWANGAN 6.652 6.258 12.910 99.8
11 SAWANGAN BARU 5.512 5.535 11.047 99.2
12 KEDAUNG 5.896 5.641 11.537 98.7
13 BOJONGSARI BARU 4.091 4.589 8.680 101.4
14 DUREN MEKAR 5.519 5.600 11.119 90.5
JUMLAH 78.947 78.281 157.228 93.6
Sumber Data: Registrasi Penduduk
saat ini jumlah penduduk Kecamatan Sawangan berjumlah 157.228 jiwa. Dengan
Tabel-4
Penduduk Kecamatan sawangan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Paciran District residents based on Group of age and gender
No Kelompok umur Laki-Laki Perempuan Laki-Laki +
Gorup of age Male female Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 0–4 6.756 6.727 13.492
2 5–9 7.083 7.045 14.128
3 10 – 14 6.294 6.271 12.565
4 15 – 19 6.054 6.019 12.073
5 20 – 24 6.129 6.191 12.220
6 25 – 29 5.665 5.798 11.263
7 30 – 34 5.642 5.666 11.268
8 35 – 39 5.057 5.827 9.884
9 40 – 44 4.771 4.914 9.685
10 45 – 49 4.364 4.541 8.705
11 50 – 54 4.058 4.066 8.074
12 55 – 59 3.567 3.631 7.098
13 60 – 64 3.101 3.167 6.168
14 65 + 3.096 3.145 6.141
JUMLAH 71.644 73.008 142.764
Keterangan: Data primer dari Kecamatan Sawangan
nampak, bahwa sebagian bersar penduduk berusia 20 tahun ke atas. Dengan Hal
ini jumlah laki-laki mencapai 63.44% dari jumlah 71.644 sedangkan jumlah
perempuan mencapai 64.30% dari jumlah 73.008. hal ini membuktikan bahwa
jumlah laki-laki lebih sedikit dari pada jumlah perempuan. Dari gambar di atas
mereka secara keagamaan dalam bahasa lain mereka juga disebut mukallaf,
sehingga mereka sudah harus mengetahui dan menjalankan syari’at agama Islam.
40
4. Kondisi Perekonomian
mengenai kondisi ekonomi dan mata pencaharian penduduk dapat kita lihat dalam
Tabel-5
Banyaknya Keluarga Pertanian Menurut Sub Sektor
Number of agriculture family based on its sector
Desa/Kelurahan
No PETANI WIRASWASTA
Village/Sub-Disrict
(1) (2) (3) (4)
1 PASIR PUTIH 1.462 492
2 BEDAHAN 1.081 709
3 PENGASINAN 122 1.803
4 DUREN SERIBU 1.977 1.554
5 BOJONGSARI 399 1.842
6 CURUG 1.809 931
7 PONDOK PETIR 17 714
8 SERUA 1.349 1.577
9 CINANGKA 1.043 1.376
10 SAWANGAN 407 598
11 SAWANGAN BARU 1.434 1.898
12 KEDAUNG 288 1.492
13 BOJONGSARI BARU 744 1.924
14 DUREN MEKAR 3.469 4.179
Jumlah 15.565 21.089
Keterangan: Data primer dari Kecamatan Sawangan
hal ini karena letak Kecamatan Sawangan kondisi ekonomi penduduk juga
ini terlihat dari nuansa kehidupan masyarakatnya yang agamis. Hal ini tercermin
yang berupa pengajian, berbagai kegiatan rutinan, baik itu mingguan atau bulanan
berupa pembacaan surat yasin dan tahlil, dzibaan, thoriqoh dan kegiatan sosial
keagamaan lainnya.
dengan baik, karena ditopang oleh banyaknya tempat pendidikan, tempat ibadah
Tabel-8
Banyaknya Tempat Ibadah
Number of Religious Places
No Desa/Kelurahan Masjid Musholla Majlis Jumlah
Village/Sub-Disrict Taklim
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 PASIR PUTIH 6 24 10 40
2 BEDAHAN 6 18 5 29
3 PENGASINAN 8 6 11 25
4 DUREN SERIBU 6 19 9 34
5 BOJONGSARI 5 19 7 31
6 CURUG 5 17 12 34
7 PONDOK PETIR 6 11 4 21
8 SERUA 6 20 11 37
9 CINANGKA 4 28 10 42
10 SAWANGAN 5 10 4 19
11 SAWANGAN BARU 6 12 2 20
12 KEDAUNG 3 12 8 23
13 BOJONGSARI BARU 5 22 4 31
14 DUREN MEKAR 5 21 14 30
JUMLAH 76 239 111 419
Keterangan: Data primer dari Kecamatan Sawangan
42
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa sarana tempat ibadah di
Tabel-9
Banyaknya Sarana Pendidikan
No Desa/Kelurahan TK SD SL SL PT Pon
Village/Sub-Disrict TP TA Pes
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 PASIR PUTIH 3 4 3 1 - 2
2 BEDAHAN 3 2 2 3 - 4
3 PENGASINAN 9 8 5 6 2 1
4 DUREN SERIBU 3 2 - - - -
5 BOJONGSARI 5 2 2 2 - 2
6 CURUG 1 2 1 1 - 3
7 PONDOK PETIR 3 2 1 1 - 1
8 SERUA 5 5 2 2 1 1
9 CINANGKA 1 2 - - 1 -
10 SAWANGAN 4 2 2 1 - 2
11 SAWANGAN BARU 1 2 1 1 - 4
12 KEDAUNG 2 2 1 - - -
13 BOJONGSARI BARU 2 2 1 - - 2
14 DUREN MEKAR 2 1 4 6 4
JUMLAH 49 46 26 20 4 26
Keterangan: Data primer dari Kecamatan Sawangan
Perguruan Tinggi berjumlah 4 buah, juga tersedia. Begitu pula dengan keberadaan
poligami suatu yang amat urgen, kalau sudah tidak ada jalan lain baru
seorang istri dan paham dengan syarat-syarat yang telah ada dalam hukum
Islam dan hukum positif. Dan ada beberapa tokoh dengan alasan yang
1
K.H Damnhuri, wawancara pribadi, pesantren Al-karimiyah sawangan baru 17 juli 2010.
44
b. Syarat poligami.
dalam Islam itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
hukum Islam.
sudah sangat jelas kedudukannya dalam hukum Islam. Bagi seorang suami
seorang laki mengawini seorang perempuan lebih dari satu ( hingga empat ).
Namun, hal itu dapat dilakukan oleh suami bila ia telah memenuhi syarat yang
telah ditentukan oleh hukum Islam. Apabila syarat belum terpenuhi maka ia
2
KH. Anwar Hidayat SH,wawancara pribadi, pesantren Darul Ulum Sawangan 25 Juli 2010.
3
KH. Edi Djunaedi, wawancara pribadi, pesantren Ulumul Qur’an Duren Mekar ( Sawangan
) 18 Juli 2010.
4
H. Mad Nuh Malik, wawancra pribadi. Ulama Pondok petir (Sawangan) 10 Juli 2010.
45
bahwa poligami itu boleh asal kita bisa berbuat adil dan mencari banyak
keturunan. Sehingga jelas yang dinyatakan dalam Al-Qur’an. Dan tujuan dari
poligami melestarikan keturunan, nilai sosial dan sunnah (dari sisi bilangan).6
Sementara itu menurut KH. Edi Junaedi bahwa perlu juga pemerintah
muatan-muatan Islam.7
syarat poligami harus sesuai dengan tuntunan agama karena kebenaran agama
itu mutlak, dan wajib kita yakini.8 Adapun syarat-syarat poligami dalam Islam
a. Bila seorang lelaki yang telah beristri, masih akan terjadi penyelewengan
5
KH. Mad Budi, wawancara pribadi. Pondok pesantren Darutafsir Alhusaini Duren Mekar
(Sawangan) 13 Juli 2010.
6
K.H Damanhuri, wawancara pribadi. Pondok pesantren Al-karimiyah Sawangan Baru 17
Juli 2010.
7
K.H Edi Djunaedi, wawancara pribadi, pondok pesantren Ulumul Qur’an Duren Mekar 18
Juli 2010.
8
K.H Anwar Hidayat SH, wawancara pribadi. Pesantren Darul Ulum (Sawangan) 25 Juli
2010.
46
C. Pengaruh Poligami
semua orang membutuhkannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa para tokoh
tersebut diantaranya:
a. Hartanya terbagi-bagi. Hal ini diungkapkan oleh K.H Mad Budi bahwa
ekonomi.
47
dengan adil.
seorang bapak yang berpoligami. Hal ini ditegaskan oleh beberapa para tokoh
b. Membuka peluang anak menjadi nakal dan tidak terurus. Menurut H. Mad
d. Anak merasa tidak diperhatikan atau kurang mendapat kasih sayang yang
Edi Junaedi.
9
H, Mad Nuh malik, wawancara pribadi. Ulama Pondok petir (Sawangan) 15 Juli 2010.
49
a. Faktor Internal, dalam hal ini seperti istri yang tidak dapat memberikan
kepuasaan terhadap suami atau karena istri tidak bergairah lagi dalam hal
dalam rumah tangga, istri mandul atau tidak bisa memberikan keturunan.
menikah lagi jika mereka sudah merasa mampu untuk memberi nafkah
c. Faktor ekonomi, dalam faktor ini hanya segelintir orang yang mempunyai
yang mampu dalam hal materi atau ekonomi, sehingga mereka mau
TENTANG POLIGAMI
dalam hukum Islam, yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surat an-Nisa di awal
laki-laki beristri lebih dari satu asalkan memenuhi syarat yang ditentukan dalam
hukum Islam. Menurut KH. Mad Budi, jika syarat dalam hukum Islam tidak
51
52
È≅øŠyϑø9$# ¨≅à2 (#θè=ŠÏϑs? Ÿξsù ( öΝçFô¹t ym öθs9uρ Ï!$|¡ÏiΨ9$# t÷t/ (#θä9ω÷ès? βr& (#þθãè‹ÏÜtFó¡n@ s9uρ
$VϑŠÏm§‘ #Y‘θàxî tβ%x. ©!$# χÎ*sù (#θà)−Gs?uρ (#θßsÎ=óÁè? βÎ)uρ 4 Ïπs)¯=yèßϑø9$$x. $yδρâ‘x‹tGsù
(*+, :)/)
Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-
isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga
kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan
perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa’/4: 129)
hal ini adil bukannya berarti memberikan materi yang cukup saja tetapi adil yang
bersipat substansial, artinya adil memberikan nafkah bathin serta adil dalam
Jika hukum Islam tidak terpenuhi dalam keadilan berpoligami dan hanya
yang nyata.
hukum Islam, ditegaskan pula berdasarkan ushul fiqh, bahwa poligami dibolehkan
namun poligami tidak harus dijadikan suatu kewajiban. Sebagian jumhur ulama
berpendapat bahwa poligami hanya pada empat wanita saja atau sesuai dengan
perselisihan yang terjadi di antara mereka hanyalah jumlah bilangan poligami itu
Mujtahid bahwa tidak boleh menikahi wanita lebih dari empat wanita dalam
waktu yang bersamaan.1 Imam Malik berpendapat bahwa seseorang abdun boleh
menikahi empat wanita dalam satu waktu, dan beliau menukil dalam kitab al
menjelaskan ketika Ghailan bin salamah Ats-Tsaqafi masuk Islam dalam keadaan
beristri sepuluh orang yang ia nikahi di masa jahiliyah (sebelum masuk islam),
1
Ibnu Rusyd, al Mujtahid, Bidayatul, (Beirut : Darul fikr, tt), cet. Ke-1, jilid, 11 h. 31
2
Imam Malik, al Muwatha, Muhammad Fuad Abd. al Baqi- kitab al shib, Kairo. tt
54
kehalalan poligami baik melalui ucapan atau perbuatan mereka sejak masa
Rasulallah saw sampai hari ini. Para sahabat utama Nabi melakukan poligami
seperti umar bin Khattab, ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi sufyan, dan
Poligami dilakukan juga oleh ahli fiqih tabi’in, mereka mengakui orang
yang menikah lebih dari satu istri, dinamakan poligami. Kesimpulannya bahwa
generasi salaf (terdahulu) dan khalaf (kini) dari ummat islam telah bersepakat
ulama fiqih setidaknya menjelaskan dua persyaratan yang harus dimiliki oleh
hak atas kebutuhan seksual dan kewajiban bagi orang-orang yang berpoligami
karena sebagai manusia wajar tertarik pada salah seorang istrinya melebihi yang
lain dan hal yang semacam ini merupakan sesuatu yang berada di luar batas
kontrol manusia.
darurat (emergency exit), kalau sudah tidak ada jalan baru boleh melakukannya.
Dan poligami harus dengan ilmu karena dengan alasan tidak mendzolimi seorang
istri dan paham dengan syarat-syarat yang telah ada di dalam hukum Islam dan
(#θä9θãès? ωr& #’oΤ÷Šr& y7Ï9≡sŒ 4 öΝä3ãΨ≈yϑ÷ƒr& ôMs3n=tΒ $tΒ ÷ρr& ¸οy‰Ïn≡uθsù (#θä9ω÷ès? ωr& óΟçFøÅz ÷βÎ*sù ...
(& :)/)
Artinya : “... kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil. Maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. Q.s..
An-Nisa: 3).
56
masyarakat mengenai poligami adalah suatu yang positif dan baik, karena
(KHI ).
poligami telah mengatur walau terbatas hanya sampai empat (4) istri.
salah satunya adalah pendapat KH. Mad Budi S.Ag bahwa poligami itu
positif.
mengenai poligami, sudah sesuai dengan aturan yang berlaku dalam suatu
perundang-undang perkawinan dalam berpoligami, dan tidak ada satu pun dari
PENUTUP
A. Kesimpulan
poligami, karena poligami suatu yang boleh dilakukan dalam kondisi darurat
(emergency exit), yaitu dilakukan kalau sudah tidak ada jalan lain.
poligami, sudah sesuai dengan aturan yang berlaku dalam suatu perundang-
undang perkawinan, dan tidak ada satu pun dari tokoh masyarakat yang
B. Saran-saran
dalam masalah perkawinan dan kehidupan suami istri, khususnya dalam etika
57
58
problem yang muncul, terutama bagi mereka yang merasa tidak mampu untuk
3. Bagi peneliti yang berminat menekuni isu poligami, sebaiknya dapat memila
dan memilih dampak negatif dan positifnya dari prilaku poligami, sehingga
Al ‘Atthar, Abdul Nasir Taufiq. Poligami ditinjau dari Segi Agama, Sosial dan
Perundang – undangan. Jakarta : Bulan Bintang, 1976, cet. 1
Al Jahrani, Musfir. Poligami dari Berbagai Persepsi. Jakarta : Gema Insani Press,
1996
Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : LPKN, 1997
Hakim, Rahmat. Hukum Perkawinan Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2000, cet. 1.
Ibnu Rusyd, al Mujtahid, Bidayatul, Beirut : Darul fikr, tt, cet. Ke-1, jilid, 11
Jaiz, Hartono Ahmad. Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 2007, cet. 1
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud, Jakarta : Balai Pustaka, 1996, Cet. ke- 7
Malik, Imam, al Muwatha, Muhammad Fuad Abd. al Baqi- kitab al shib, Kairo. Tt
Mulia, Musdah. Islam Menggugat Poligami. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2007
Tatapangarsa, Humaidi. Hakekat Poligami dalam Islam. t.t., Usaha Nasional, t.th
59
60
Titik Triwulan, Poligami Prespektif Perikatan Nikah, Jakarta : Prestasi Pustaka Raya,
2007
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
SYARIF HIDAYATULLAH
NIM : 103044128052
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
SYARIF HIDAYATULLAH
NIM : 103044128052
Dibawan bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
i
4. Kakanda Drs. Mubarok, Saiful Anwar beserta seluruh keluarga besar H.
Encep bin Antek Bin Kaiyan, yang senantiasa memberikan dukungan moril
maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak H. Ismed Iriandi SH., MH., sekeluarga, yang telah memberikan
perhatian dan kasih sayang serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan Ahwal Al-Syakhsiyah yang telah banyak
membantu serta bertukar pikiran baik selama belajar hingga detik-detik
wisuda.
7. Hamba Allah, yang telah banyak berkorban untuk penulis dalam
penyempurnaan skripsi ini baik moril maupun materiil, sehingga penulis
termotivaasi untuk merampungkannya. Jazakillah khairan katsiran, mata’ana
Allah fii hayatiik. Semoga Allah mencatatnya sebagai amal ibadah dan dibalas
dengan ganjaran pahala yang berlipat ganda.
8. Tak terlupakan, terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
kelancaran penulis skripsi ini yang penulis tidak bisa menyebutkan satu
persatu.
Semoga segala kebaikan dan sumbangsihnya dicatat oleh Allah SWT sebagai
investasi amal untuk bakal di hari akhir nanti. Amin Ya Rabbal’alamin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
D. Metode Penelitian........................................................................ 10
iii
B. Poligami pada masyarakat sawangan .......................................... 43
Sawangan .............................................................................. 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 57
B. Saran – Saran............................................................................... 57
iv
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Jakarta.
Syarif Hidayatullah
BAB I
PENDAHULUAN
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang maha Esa.1
bahagia dunia dan akherat, atau dengan kata lain perkawinan bertujuan untuk
Seiring dengan tujuan tersebut maka dapat di artikan juga agar perkawinan
menjadi kekal dan abadi sehingga tidak putus begitu saja. Ini juga mengandung
perjanjian diantara dua belah pihak,yakni suami dan istri. Maka kedamaian kedua
tersebut.
1
Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Perkawinan, (Bandung: Fokus Media, 2005), cet. ke-1, hal. 1.
2
Titik Triwulan Tutik , Poligami Prespektif Perikatan Nikah, (Jakarta : Prestasi Pustaka Raya,
2007) cet, h. 4.
1
2
! "# #$ %
&" '"() *+
(34 :1/-./)
Artinya : “Bagaimana kamu akan mengambil mahar yang telah kamu berikan
pada isterimu padahal kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang
lain sebagai suami isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah
mengambil perjanjian yang kuat”. (QS. an Nisa/3 : 21)
yang kokoh adalah perjanjian yang telah diambil Allah dari para suami. Sesuai
67"89 :;"<=">8? 67"89 :;"<=@.
($ :;"AB ;CD$ E-F./ ""GHIJ /K!
(314 :3/L8HD/)
ini dapat di lihat bagaimana pernikahan semacam ini dilakukan oleh banyak
kalangan dari waktu ke waktu meskipun sering kali menimbulkan kontroversi dari
perempuan dan menyadarkan mereka tentang hak mereka. Karena selama ini yang
wajib menerima atau mengizinkan bila suami minta izin untuk beristri lagi,
kacil tersebut. Banyak unsur yang menimbulkan rasa cinta kasih diantara dua
orang manusia, terutama suami dan istri, namun yang paling menonjol adalah
sikap dan tindakan yang melahirkan rasa keadilan. Untuk dapat berlaku adil
perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini beberapa istri dalam satu
waktu yang bersamaan. Islam membolehkan pernikahan dengan lebih dari satu
orang wanita atau satu orang laki-laki untuk lebih dari seorang wanita (poligami),
antara laki-laki dan perempuan yaitu dalam bentuk pernikahan, sehingga dengan
mencapai tujuan perkawinan yang paling besar yaitu Ibadah kepada Allah SWT.
pengecualian saja. Hukum Islam mengatur kehadiran poligami sebagai hal yang
dengan keadilan terhadap para istri dan penuh dengan tanggung jawab. Apabila
tidak dibarengi dengan rasa kesdilan tidak menutup kemungkinan akan membawa
sebagaimana yang tertuang dalam enam azas yang prinsipil.3 Dalam salah satu
azasnya disebutkan bahwa untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal,
maka suami hanya dibolehkan memiliki seorang istri dalam satu waktu. Prinsip
3
Enam azas yang dianut dalam UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
meliputi : (1) azas tujuan perkawinan, (2) azas syahnya perkawinan, (3) azas monogamy, (4) azas
kematangan jiwa dan raga, (5) azas perceraian dipersulit, dan (6) azas keseimbangan hak dan
kedudukan suami isteri dalam membina rumah tangga.
5
suami dapat beristri lebih dari seorang setelah dipenuhinya berbagai persyaratan
sama, namun apabila dikaji lebih lanjut kedua peraturan tersebut memiliki
persamaan tujuan.
Keberadaan poligami atau menikah lebih dari seorang isteri dalam lintasan
sejarah bukan merupakan masalah baru. Poligami telah ada dalam kehidupan
Islam. Demikian pula masyarakat di luar bangsa Arab, bahkan di Arab sebelum
Islam telah dipraktekkan poligami yang tanpa batas. Bentuk poligami ini dikenal
sosio kultural saat turunnya ayat Al-Quran yang mengizinkan poligami adalah
setelah perang Uhud dimana umat Islam kalah dan populasi laki-laki dan
4
Titik Triwulan Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, (Jakarta : Prestasi Pustaka,
2007), cet. 1. h. 57.
6
Indonesia telah terjadi di berbagai kalangan, pengusaha, kiai, ulama, politisi, artis,
maupun tokoh masyarakat. Pemilik Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo,
Puspo Wardoyo, dengan bangga telah memberikan Polygami Award kepada laki-
dilarang karena poligami bagi saya adalah kebutuhan paling primer. Bisa
bahaya kalau jadi presiden, saya akan mengangkat orang yang berpoligami
ketahui praktik poligami bukan kisah baru dalam catatan sejarah umat manusia di
belahan bumi ini. Tidak terkecuali di Indonesia. antara lain: Puspo Wardoyo
5
Hartono Ahmad Jaiz, Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 2007), cet. 1. h 194.
6
Musdah Mulia, Pandangan Islam tentang Poligami, (Jakarta, 1999), Cet. 1. h. 50.
7
Hartono Ahmad Jaiz, Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta :
Pustaka al-Kautsar, 2007), cet. 1. h 124.
8
Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, (Yogyakarta : Pustaka Marwa,
2007 ) cet 1, h. 22.
7
(pengusaha), Aa Gym (kiai dan pebisnis), Zainal Ma’arif (politisi), KH. Noer
sebelum mereka, para raja dahulu mempunyai isteri selir yang tidak terhitung
Mengenai prosedur atau tata cara poligami yang resmi diatur dalam Islam
perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) menganut
kebolehan poligami, telah mengatur walaupun terbatas sampai empat orang istri.
55 – 57 KHI. Kebolehan poligami dalam KHI tertuang pada bab IX pasal 55 – 59,
antara lain menyebutkan : syarat utama beristeri lebih dari seorang, suami harus
mampu berlaku adil terhadap isteri – isteri dan anak-anaknya pasal ( 55 ayat 2 ).
Selain syarat utama tersebut ada lagi syarat lain yang harus dipenuhi sebagaimana
termaktub dalam pasal lima ( 5 ) Undang –Undang nomor 1 tahun 1974, yaitu
adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan
anak-anak mereka.
Pasal-pasal ini adalah suatu bagian dari prosedur apabila seorang suami
lebar, akan tetapi sebagai solusi dalam keadaan tertentu yang diperkenankan
kepercayaan pada dirinya bahwa ia dapat berlaku adil dan untuk berbuat jujur.
8
1. Pembatasan masalah
2. Perumusan Masalah
pada :
berikut :
poligami?
poligami.
1. Secara Akademis
2. Secara Ilmiah
Adapun manfaat yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah
faktor.
10
D. Metode Penelitian
deskriptif ini dimaksudkan untuk memberikan data yang diteleti mungkin dengan
sebagai sesuatu metode kualitatif yang bertujuan menyajikan pandang objek yang
diteleti bahan dan data penelitian ini diperoleh dari penelitian lapangan ( field
langsung kelapangan. Oleh karena itu, data lapangan merupakan data primer,
yaitu data utama yang akan diteliti ( beberapa tujuan ) di kecamatan Sawangan.
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen atau tulisan-
tulisan yang berkaitan dengan pokok bahasan karya tulis ini, yang juga
poligami.
dibutuhkan sebagai bahan dalam rencana skripsi ini, maka teknik pengumpulan
9
Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), cet.ke-2, h.
309
11
memperoleh informasi data yang valid dan akurat dari pihak-pihak yang
2. Teknik dokumentasi. Teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi data yang
E. Sistematika Penulisan
yakni : Latar belakang, Rumusan masalah tujuan dan kegunaan penelitian, metode
A. Pengertian Poligami
Kata poligami termasuk kata yang umum yang sudah dipakai, dalam artian
kata ini sudah dikenal dan sering kali orang menggunakannya. Walaupun mereka
sering kali mengungkapkan kata ini, bukan berarti mereka mengetahui secara
Kata poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly atau polus yang
berarti banyak dan gamein atau gamos yang berarti kawin atau perkawinan. Kalau
perkawinan yang banyak atau dengan ungkapan lain adalah suatu perkawinan
yang lebih dari satu orang.1 Dalam bahasa Arab poligami disebut Ta’adduduz
mengumpulkan dalam tanggungannya dua sampai empat orang isteri, tidak lebih
darinya.3
1
Humaidi Tatapangarsa, Hakekat Poligami dalam Islam, ( t.t., Usaha Nasional, t.th ) h.12.
2
Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, (Yogyakarta : Pustaka Marwa,
2007 ) cet 1, h. 29.
3
Arij Abdurrahman As- Sanan, Memahami Keadilan dalam Poligami, (Jakarta : PT. Global
Media Cipra Publishing, 2003 ), h. 25.
12
13
Menurut Islah Gusman, arti poligami adalah banyak nikah. Istilah ini
digunakan untuk menunjuk pada praktek perkawinan lebih dari satu suami atau
istri sesuai dengan jenis kelamin orang yang bersangkutan. Ia berpendapat bahwa
perempuan. Istilah ini digunakan untuk menunjuk pada seorang pria yang
melakukan praktek banyak nikah dengan banyak perempuan (pada masa yang
poligami adalah Ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau
berpoligini berarti menjalankan poligami.5 Dan pengertian ini pun senada dengan
yang di kemukakan oleh Save M’ bahwa poligini sama dengan poligami.6 Begitu
pula Sayuti Thalib, ia mengemukakan bahwa arti dari kata poligami adalah sama
dengan poligini, yaitu seorang suami beristri lebih dari seorang wanita dalam
waktu yang sama.7 Dan pengertian inilah yang secara umum berlaku di
masyarakat. Oleh karena itu penulis dalam skripsi ini mengartikan poligami
4
Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, h. 26.
5
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996 ), Cet. ke- 7, h.
18.
6
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : LPKN, 1997 ), h. 866.
7
Sayuti Thib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta : Bina Aksara, 1981 ), h. 169.
14
yang dikutip oleh Musdah Mulia, bahwa dalam sejarah manusia, perkembangan
sebelum Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Nabi dan membawa Islam,
semua bangsa melakukannya. Dan cukup banyak fakta yang dapat membuktikan
kebenaran ini, seperti yang dikatakan oleh Musthafa al Siba’i, bahwa poligami itu
sudah ada pada masyarakat bangsa–bangsa yang hidup di zaman purba, pada
bangsa Yunani, Cina, India, Babylonia, Syria, Mesir, dan lain–lain. Pada saat itu,
orang istri dalam satu waktu (tanpa cerai dan tanpa faktor ke matian) bagi satu
laki–laki (suami).9
8
Musdah Mulia, Pandangan Islam tentang Poligami, (Jakarta : Lembaga Kajian Agama dan
Gender, 1999), cet. 1. h. 3.
9
Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, h. 30.
15
ada keterangan dalam Taurat, bahwa Nabi Sulaiman AS mempunyai tujuh ratus
orang istri yang merdeka dan tiga ratus istri yang berasal dari budak.10
empat saja, dan menetapkan harus ada faktor–faktor pendorong yang sah menurut
larangan itu tidak ditentukan dalam Injil maupun dalam surat-surat para Rasul
(sahabat–sahabat Yesus) yang dikenal dengan Kitab Perjanjian Baru. Dalam kitab
itu tidak ada keterangan yang jelas mengenai larangan poligami. Sehingga Dr.
kebiasaan poligami itu sudah ada pada bangsa Israil sebelum Nabi Isa diutus, ia
seorang untuk mengawini janda saudara laki-lakinya sendiri yang meninggal dan
diperbolehkan dalam Taurat, sejauh tidak ada nash yang pasti dalam Injil yang
10
Musthafa as Siba’i, Wanita diantara Hukum Islam dan Perundang – undangan, (Jakarta :
Bulan Bintang, 1977 ), cet. 1. h. 100.
11
Abdul Nasir Taufiq al ‘Atthar, Poligami ditinjau dari Segi Agama, Sosial dan Perundang –
undangan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976 ), cet. 1. h. 80
16
dalamnya poligami. Karena tidak ada nash (keterangan) yang melarang poligami
dalam Injil. Dan sejarah membuktikan bahwa umat–umat Kristen terdahulu dan
(pendeta) dan para pembuat undang–undang gereja, ada yang berpendapat bahwa
haramnya poligami, yaitu bahwa barang siapa yang menceraikan istrinya dan lalu
menikah dengan wanita lain, maka hukumnya adalah ia berzina dengan wanita
itu, dan begitu pula sebaliknya. Tetapi penafsiran haramnya poligami ini hanya
sesuai dengan pendapat golongan Kristen Katolik saja, karena golongan ini tidak
ada keterangan yang jelas dalam agama Kristen yang melarang para pengikutnya
berpoligami dengan dua orang istri ataupun lebih. Kalau sekiranya orang–orang
Kristen itu mau, tentu saja mereka boleh berbuat demikian. Tetapi bapak–bapak
gereja itu mencukupkan seorang istri saja, demi untuk menjaga kerukunan rumah
12
Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasullallah SAW, Poligami dalam Islam Vs
Monogami Barat, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1993 ), cet. 1. h. 49
13
Abdul Nasir Taufiq al ‘Atthar, Poligami ditinjau dari Segi Agama, Sosial dan Perundang–
undangan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976 ), cet. 1. h. 81
17
perkawinan dalam kitab suci mereka, seperti yang sudah kita ketahui secara
populer.14
poligami, karena para petugas penyiar agama Kristen itu menemukan diri mereka
dan status sosial tinggi serta menandakan kesejahteraan. Poligami merupakan adat
bahwa rata–rata pemimpin suku memiliki puluhan istri, bahkan tidak sedikit
kepala suku yang mempunyai sampai ratusan istri.16 Nabi Muhammad SAW
juga oleh orang-orang Yunani dan bangsa–bangsa lain yang di antaranya bahkan
seorang istri bukan hanya dapat dipertukarkan tetapi juga bisa diperjualbelikan
secara lazim antara mereka.17 Dalam konteks pernikahan, kedatangan Islam jelas
memberikan suatu arah baru untuk memperoleh kebahagiaan dan rahmat bagi
sebelumnya pada masyarakat Arab pra Islam sama sekali tidak dihargai dan
bahkan dilecehkan, lalu ia diangkat martabatnya oleh Islam menjadi subyek yang
bermartabat.18
khusus dari Allah SWT sehingga tidak mengherankan kalau kemudian kita dapati
y]≈n=èOuρ 4o_÷WtΒ Ï!$|¡ÏiΨ9$# zÏiΒ Νä3s9 z>$sÛ $tΒ (#θßsÅ3Ρ$$sù 4‘uΚ≈tGu‹ø9$# ’Îû (#θäÜÅ¡ø)è? ωr& ÷ΛäøÅz ÷βÎ)uρ
(#θä9θãès? ωr& #’oΤ÷Šr& y7Ï9≡sŒ 4 öΝä3ãΨ≈yϑ÷ƒr& ôMs3n=tΒ $tΒ ÷ρr& ¸οy‰Ïn≡uθsù (#θä9ω÷ès? ωr& óΟçFøÅz ÷βÎ*sù ( yì≈t/â‘uρ
( : /)
Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka
17
Titik Triwulan Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, ( Jakarta : Prestasi Pustaka,
2007 ), cet. 1. h. 57
18
Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, h. 38.
19
Ayat ini merupakan ayat yang membicarakan masalah poligami. Yang ini
diturunkan kepada Nabi Saw pada tahun kedelapan hijriyah, dengan tujuan untuk
membatasi jumlah istri pada batas maksimal empat orang saja. Akan
tetapi,sebagian mufasir dan ahli fiqih telah mengabaikan redaksi umum ayat dan
mengabaikan keterkaitan erat yang ada di antara poligami dengan para janda yang
Ayat tentang poligami turun setelah perang uhud, dimana banyak sahabat
wafat di medan perang. Sejumlah besar para wanita dan anak–anak ditinggalkan
poligami di izinkan, Allah membataskan jumlah istri hanya empat orang saja.
Ayat ini memungkinkan lelaki muslim mengawini janda atau anak yatim
jika dia yakin itu merupakan cara melindungi kepentingan anak-anak yatim
yatim perempuan di dalam kekangan keluarga, para wali dan penanggung jawab.
rakus, karena khawatir bila anak-anak yatim itu telah besar akan mengambilnya.
Anak-anak yatim yang kaya ditahan untuk dijadikan istri oleh para walinya,
karena tamak kepada harta bukan karena menginginkan mereka. Atau diberikan
kepada anak lelaki para wali, untuk tujuan yang sama agar harta tidak keluar dan
Kebiasaan ini juga berlangsung di awal islam. Hingga Al- Qur’an datang
mengembalikan masalah ini kepada hati nurani. Dalam ayat lain (QS. 4:129)
È≅øŠyϑø9$# ¨≅à2 (#θè=ŠÏϑs? Ÿξsù ( öΝçFô¹t ym öθs9uρ Ï!$|¡ÏiΨ9$# t÷t/ (#θä9ω÷ès? βr& (#þθãè‹ÏÜtFó¡n@ s9uρ
$VϑŠÏm§‘ #Y‘θàxî tβ%x. ©!$# χÎ*sù (#θà)−Gs?uρ (#θßsÎ=óÁè? βÎ)uρ 4 Ïπs)¯=yèßϑø9$$x. $yδρâ‘x‹tGsù
( : /)
Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-
isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga
kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan
perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa’/4: 129)
Adil dalam pengertian ayat ini berada dalam suatu wilayah cakupan yang
amat luas. Bukan saja adil dalam hal memberikan materi yang cukup, namun
lebih substansial lagi dari itu ialah adil dalam memberikan nafkah batin, serta adil
dalam hal persamaan kaum perempuan yang dinikahi itu. Seorang pemikir
21
berlaku adil. Apalagi, bila poligami itu hanya dimotivasi oleh pemenuhan
semakin nyata.
adil terhadap istri-istrinya, betapapun dia menginginkannya. Dan Ayat ini dapat
disimpulkan juga, islam pada dasarnya agama monogami. Oleh karena itu, Sayyid
rukhshah dalam hal ini untuk menghadapi berbagai realitas kehidupan umat
manusia dan berbagai darurat fitrah kemanusiaan. Jika tidak demikian, maka
Dalam hukum positif kita juga menjelaskan konsep adil dalam poligami.
adalah kepala keluarga. Kebutuhan yang harus dipenuhi seorang suami terhadap
para istri dan anaknya sungguh tidak ringan. Kebutuhan pangan (nafaqah),
sandang (kiswah) dan papan (suknah) adalah yang bersifat materi. Sedangkan
yang materi jauh lebih berat karena sulit dilacak parameternya. Karena itulah,
22
memperoleh persetujuan dari istri pertamanya. Dia juga harus mampu menjamin
keperluan hidup para istri dan anaknya. Dan yang terpenting, dia harus berlaku
1/1974 berusaha menjabarkan keadilan macam apa yang diemban oleh suami
penghasilan suami. Hal ini di buktikan dengan surat keterangan yang di tanda
tangani oleh bendahara tempat sang suami bekerja atau surat keterangan pajak
penghasilan, atau surat lain yang dapat diterima Pengadilan. Hanya pemeriksaan
bersifat materi.
berlaku adil. Jika syarat ini tidak dapat dipenuhi, di mana seorang suami yakin
bahwa ia akan terjatuh kepada kezaliman dan menyakiti istri-istrinya, dan tidak
dapat memenuhi hak-hak mereka dengan adil, maka poligami menjadi haram.
Jika ia merasa menjadi kemungkinan besar menzalimi salah satu istrinya, maka
poligami menjadi makruh. Namun jika ia yakin akan terjatuh kepada perbuatan
Konsep keadilan tersebut baik Hukum islam dan Hukum Positif agar
menjadi perhatian bagi suami yang ingin berpoligami. Jika tidak dapat memenuhi
Jika kita menoleh ke sejarah perkawinan Nabi SAW, akan kita jumpai
bahwa nabi berpoligami pada masa hanya sepuluh tahun di akhir usianya
sementara dua puluh lima tahun sebelum itu Nabi menjalani kehidupan
monogami bersama khodijah binti Khuwailid sampai Khodijah wafat dan nabi
saat itu berumur 50 tahun. Tiga tahun setelah itu barulah nabi menjalani poligami.
wanita yang di nikahi Rasul adalah semua janda, kecuali ‘Aisyah r.a, dan semua
perselisihan yang terjadi di antara mereka hanyalah jumlah bilangan poligami itu
Mujtahid bahwa tidak boleh menikahi wanita lebih dari empat wanita dalam
24
waktu yang bersamaan.19 Imam Malik berpendapat bahwa jika seseorang abdun
boleh menikahi empat wanita dalam satu waktu, dan beliau menukil dalam kitab
menjelaskan ketika Ghailan bin salamah Ats-Tsaqafi masuk islam dalam keadaan
beristri sepuluh orang yang ia nikahi di masa jahiliyah (sebelum masuk islam),
8 9: 8 4!% ,-. 7!6 " -45 ,-. /01. " 23 ,-.
; < => ?@A B8 <CD+ E4F GH0I /F =J 48 " 8 /0
(<6% " *+) K" $% LM /F+ <0F8 N OFP
Artinya: “ kami diberitahukan oleh yahya Ibn Hakim, kami diberitahukan oleh
Muhammad ibn Ja’far, kami diberitahukan oleh Mu’amar dari al-
Zuhri dari salim dari Ibn Umar berkata: Ghilan ibn Salamah masuk
islam dan ia memiliki 10 istri, maka nabi bersabda : Ambilah diantara
mereka empat orang”. ( H.R. Ibnu Majah )
19
Ibnu Rusyd, al Mujtahid, Bidayatul, (Beirut : Darul fikr, tt), cet. Ke-1, jilid, 11 h. 31
20
Imam Malik, al Muwatha, Muhammad Fuad Abd. al Baqi- kitab al shib, Kairo. tt
25
kehalalan poligami baik melalui ucapan atau perbuatan mereka sejak masa
Rasulallah saw sampai hari ini. Para sahabat utama Nabi melakukan poligami
seperti umar bin Khattab, ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi sufyan, dan
Poligami dilakukan juga oleh ahli fiqih tabi’in, mereka mengakui orang
yang menikah lebih dari satu istri, dinamakan poligami. Kesimpulannya bahwa
generasi salaf (terdahulu) dan khalaf (kini) dari ummat islam telah bersepakat
halnya dengan hukum menikah yang mungkin saja bisa wajib, sunnah, atau
makruh sesuai dengan seseorang. Hal ini tergantung pada kondisi seorang laki-
hak istri-istrinya.
syarat-syarat yang di atur oleh hukum islam itu sendiri yang bertujuan untuk
ulama fiqih setidaknya menjelaskan dua persyaratan yang harus dimiliki oleh
26
keadilan yang bersifat kualitatif seperti kasih sayang, cinta dan perhatian yang
Sebagian besar ahli hukum islam menyadari bahwa keadilan kualitatif ini
hak atas kebutuhan seksual dan kewajiban bagi orang-orang yang berpoligami
karena sebagai manusia wajar tertarik pada salah seorang istrinya melebihi yang
lain dan hal yang semacam ini merupakan sesuatu yang berada di luar batas
kontrol manusia.
Perkawinan
perkawinan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975. Salah satu
kesamaan antara poligami Islam dengan aturan poligami yang terdapat dalam
dapat diketahui dengan jelas dan terperinci, akan dikutip dan dijelaskan pasal–
Pasal 3
(1) Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai
seorang suami.
(2) Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih
dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak–pihak yang bersangkutan.
Pasal 4
(1) Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang sebagaimana
tersebut dalam pasal 3 ayat (2) undang–undang ini, maka ia wajib
mengajukan permohonan kepada pengadilan daerah tempat tinggalnya.
(2) Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi izin kepada
seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila :
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.
b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Pasal 5
(1) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus dipenuhi
syarat–syarat sebagai berikut :
a. Adanya persetujuan isteri atau isteri–isteri.
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan–
keperluan hidup isteri–isteri dan anak–anak mereka.
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri–isteri
dan anak-anak mereka.
(2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan
bagi seorang suami apabila isteri atau isteri–isterinya tidak mungkin
dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian,
atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang–kurangnya dua
28
Pasal 65
(1) Dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang baik berdasarkan
hukum lama maupun berdasarkan pasal 3 ayat (2) undang–undang ini,
maka berlakulah ketentuan–ketentuan berikut :
a. Suami wajib memberi jaminan hidup yang sama kepada semua isteri
dan anaknya.
b. Isteri yang kedua dan seterusnya tidak mempunyai hak atas harta
bersama yang telah ada sebelum perkawinan dengan isteri kedua atau
berikutnya itu terjadi.
c. Semua isteri mempunyai hak yang sama atas harta bersama yang
terjadi sejak perkawinannya masing–masing.
(2) Jika Pengadilan yang memberi izin untuk beristeri lebih dari seorang
menurut undang–undang ini tidak menentukan lain, maka berlakulah
ketentuan–ketentuan ayat (1) pasal ini.
berikut :
a. Poligami harus ada izin dari Pengadilan Agama yang diajukan kepada
permohonan izin beristeri lebih dari seorang yang isinya memuat nama,
21
H. A. Mukti Arto, Praktik Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2000), cet. Ke -3, h. 241.
29
yang tidak dapat disembuhkan, seperti gila, batuk menahun, lepra dan
sebagainya.
b. Ada atau tidaknya persetujuan isteri baik lisan maupun tertulis yang harus
adil adalah dengan pernyataan atau perjanjian dari suami yang dibuat
22
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut perundang – undangan,
Hukum Adat dan Hukum Agama, (Bandung : Penerbit Mandar Jaya, 1990 ), cet. Ke -1, h.35.
23
Ibid
30
d. Persetujuan isteri tidak diperlukan lagi dalam hal isteri tidak mampu
melakukan perbuatan hukum karena sakit ingatan, gila, ganguan saraf dan
tahun, karena sebab–sebab lain yang perlu dapat penilaian hakim berupa
dengan maksud jahat agar suami tersiksa lahir batinnya atau hendak
akan tetap domisili yang jelas tidak diperoleh sedang suami telah berusaha
keras mencarinya.24
Perkawinan tersebut telah berpihak pada kewajaran dan nyata dalam hal
24
Martiman Prodjohamidjojo, Tanya Jawab Mengenai Undang – undang Perkawinan dan
Pelaksanaannya disertai Yurisprudensi, (Jakarta : Pradya Paramita, 1979 ) h.26
31
positif yang wajib dipatuhi oleh seluruh bangsa Indonesia yang beragama
Islam.26
Masalah poligami dalam KHI terdapat pada Buku 1 Bab IX pasal 55–59
Pasal 55
(1) Beristeri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan, terbatas hanya
sampai empat isteri.
(2) Syarat utama beristeri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku
adil terhadap isteri–isteri dan anak–anaknya.
(3) Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin dipenuhi
suami dilarang beristeri lebih dari seorang.
Pasal 56
(1) Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapat izin dari
Pengadilan Agama.
(2) Pengajuan permohonan izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan menurut
tatacara sebagaimana diatur dalam Bab VIII Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975.
(3) Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau keempat
tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.
Pasal 57
Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang
akan beristeri lebih dari seorang apabila :
(1) Selain syarat utama yang disebut pada pasal 55 ayat (2) maka untuk
memperoleh izin Pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat–syarat yang
25
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1998), cet. Ke -2, h. 122.
26
Ahmad Rofik, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000 ), cet.
Ke -4, h. 43.
27
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam, Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama RI Tahun 1998 / 1999, h. 33 –
35.
32
bidang perkawinan (buku 1) KHI, dalam pelbagai hal, merujuk kepada peraturan
pendapat fuqaha (para ahli fiqih) yang sangat dikenal di kalangan ulama dan
hukum antara yang ditetapkan oleh penguasa negara dan pandangan ulama.28
28
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1998 ), cet. Ke -2, h. 125
33
Menurut pasal 10 PP No. 10 tahun 1983 pegawai negeri sipil pria yang
akan beristeri lebih dari seorang dan pegawai sipil wanita yang akan menjadi
isteri kedua, ketiga atau keempat dari seorang yang bukan pegawai negeri sipil
Dan izin tersebut hanya dapat diberikan oleh pejabat, apabila memenuhi
(2) Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
(2) Pegawai negeri pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup
untuk membiayai lebih dari seorang isteri dan anak–anaknya yang dibuktikan
(3) Adanya jaminan tertulis dari pegawai negeri sipil yang bersangkutan, bahwa
Sedangkan bagi pegawai negeri sipil wanita yang akan menjadi isteri
kedua, ketiga atau keempat dari pria bukan pegawai negeri sipil syarat–syarat
29
Lihat Penjelasan Umum PP No. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian
bagi Negeri Sipil
34
(2) Calon suami mempunyai penghasilan yang cukup untuk membiayai lebih dari
pajak penghasilan.
(3) Adanya jaminan tertulis dari calon suami, bahwa ia akan berlaku adil terhadap
2
Titik Triwulan Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, ( Jakarta : Prestasi Pustaka,
2007 ), cet. 1. h. 133
BAB III
1. Kondisi Geografis
sebagai berikut:
35
36
2. Kondisi Demografis
Camat yang dibantu oleh beberapa orang staf yang berjumlah 19 (sembilan
belas) orang di tingkat kecamatan, hal ini dapat di lihat dari tabel berikut:
Tabel 1
Pegawai Kantor Camat Menurut Pangkat / Golongan Ruang dan Jenis Kelamin
District Officers based on their Grade/ room type
Jabatan / Occupation Pangkat / Golongan / LAI- JML
No NYA
Grade / room type
I II III IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 CAMAT - - - 1 - 1
SEKRETARIS CAMAT - - 1 - - 1
2
STAF SEKRETARIAT - 2 1 - - 3
KASIE PEMERINTAHAN - - 1 - - 1
3
STAF PEMERINTAHAN - - 1 - 1 2
KASIE DIKBUD - - 1 - - 1
4
STAF DIKBUD - 3 - - - 3
KASIE PEMBANGUNAN - - 1 - - 1
5
STAF PEMBANGUNAN - - 2 - - 2
KASIE KESOS - - 1 - - 1
6
STAF KESOS - - 2 - - 2
7 KASIE PEREKONOMIAN - - 1 - - 1
JUMLAH 0 5 12 1 1 19
Sumber Data: Kantor Camat Sawangan
37
Rukun Warga (RW), dan 624 Rukun Tetangga (RT), sebagaimana dapat dilihat
Tabel 2
Rukun Warga, dan Rukun Tetangga
Amounts of Orchard, Administrative Society Unit and Neigbourhood Association
DESA/KELURAHAN
No RW RT
Village/Sub-District
(1) (2) (4) (5)
1 PASIR PUTIH 5 66
2 BEDAHAN 13 31
3 PENGASINAN 11 51
4 DUREN SERIBU 7 14
5 BOJONGSARI 6 22
6 CURUG 6 14
7 PONDOK PETIR 5 20
8 SERUA 9 40
9 CINANGKA 4 16
10 SAWANGAN 5 18
11 SAWANGAN BARU 5 30
12 KEDAUNG 6 9
13 BOJONGSARI BARU 7 11
14 DUREN MEKAR 8 32
JUMLAH 144 624
Sumber Data: Kantor Camat Sawangan
Sawangan terus bertambah, begitu juga dengan pembangunan fisik pun kian
3. Kondisi penduduk
sebagai berikut:
Tabel-3
Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
Laki-Laki Rasio
DESA/KELURAHAN Laki- Perem Jenis
No +
Village/Sub-District Laki puan Kelamin
Permpuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 PASIR PUTIH 6.177 6.128 12.305 87.4
2 BEDAHAN 7.098 6.928 14.026 107.2
3 PENGASINAN 6.536 6.417 12.953 93.8
4 DUREN SERIBU 4.194 4.431 8.625 95.9
5 BOJONGSARI 5.009 5.220 10.229 97.1
6 CURUG 5.676 5.382 11.058 87.4
7 PONDOK PETIR 7.339 7.256 14.595 101.3
8 SERUA 4.388 4.178 8.556 95.4
9 CINANGKA 4.860 4.718 9.758 96.0
10 SAWANGAN 6.652 6.258 12.910 99.8
11 SAWANGAN BARU 5.512 5.535 11.047 99.2
12 KEDAUNG 5.896 5.641 11.537 98.7
13 BOJONGSARI BARU 4.091 4.589 8.680 101.4
14 DUREN MEKAR 5.519 5.600 11.119 90.5
JUMLAH 78.947 78.281 157.228 93.6
Sumber Data: Registrasi Penduduk
saat ini jumlah penduduk Kecamatan Sawangan berjumlah 157.228 jiwa. Dengan
Tabel-4
Penduduk Kecamatan sawangan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Paciran District residents based on Group of age and gender
No Kelompok umur Laki-Laki Perempuan Laki-Laki +
Gorup of age Male female Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 0–4 6.756 6.727 13.492
2 5–9 7.083 7.045 14.128
3 10 – 14 6.294 6.271 12.565
4 15 – 19 6.054 6.019 12.073
5 20 – 24 6.129 6.191 12.220
6 25 – 29 5.665 5.798 11.263
7 30 – 34 5.642 5.666 11.268
8 35 – 39 5.057 5.827 9.884
9 40 – 44 4.771 4.914 9.685
10 45 – 49 4.364 4.541 8.705
11 50 – 54 4.058 4.066 8.074
12 55 – 59 3.567 3.631 7.098
13 60 – 64 3.101 3.167 6.168
14 65 + 3.096 3.145 6.141
JUMLAH 71.644 73.008 142.764
Keterangan: Data primer dari Kecamatan Sawangan
nampak, bahwa sebagian bersar penduduk berusia 20 tahun ke atas. Dengan Hal
ini jumlah laki-laki mencapai 63.44% dari jumlah 71.644 sedangkan jumlah
perempuan mencapai 64.30% dari jumlah 73.008. hal ini membuktikan bahwa
jumlah laki-laki lebih sedikit dari pada jumlah perempuan. Dari gambar di atas
mereka secara keagamaan dalam bahasa lain mereka juga disebut mukallaf,
sehingga mereka sudah harus mengetahui dan menjalankan syari’at agama Islam.
40
4. Kondisi Perekonomian
mengenai kondisi ekonomi dan mata pencaharian penduduk dapat kita lihat dalam
Tabel-5
Banyaknya Keluarga Pertanian Menurut Sub Sektor
Number of agriculture family based on its sector
Desa/Kelurahan
No PETANI WIRASWASTA
Village/Sub-Disrict
(1) (2) (3) (4)
1 PASIR PUTIH 1.462 492
2 BEDAHAN 1.081 709
3 PENGASINAN 122 1.803
4 DUREN SERIBU 1.977 1.554
5 BOJONGSARI 399 1.842
6 CURUG 1.809 931
7 PONDOK PETIR 17 714
8 SERUA 1.349 1.577
9 CINANGKA 1.043 1.376
10 SAWANGAN 407 598
11 SAWANGAN BARU 1.434 1.898
12 KEDAUNG 288 1.492
13 BOJONGSARI BARU 744 1.924
14 DUREN MEKAR 3.469 4.179
Jumlah 15.565 21.089
Keterangan: Data primer dari Kecamatan Sawangan
hal ini karena letak Kecamatan Sawangan kondisi ekonomi penduduk juga
ini terlihat dari nuansa kehidupan masyarakatnya yang agamis. Hal ini tercermin
yang berupa pengajian, berbagai kegiatan rutinan, baik itu mingguan atau bulanan
berupa pembacaan surat yasin dan tahlil, dzibaan, thoriqoh dan kegiatan sosial
keagamaan lainnya.
dengan baik, karena ditopang oleh banyaknya tempat pendidikan, tempat ibadah
Tabel-8
Banyaknya Tempat Ibadah
Number of Religious Places
No Desa/Kelurahan Masjid Musholla Majlis Jumlah
Village/Sub-Disrict Taklim
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 PASIR PUTIH 6 24 10 40
2 BEDAHAN 6 18 5 29
3 PENGASINAN 8 6 11 25
4 DUREN SERIBU 6 19 9 34
5 BOJONGSARI 5 19 7 31
6 CURUG 5 17 12 34
7 PONDOK PETIR 6 11 4 21
8 SERUA 6 20 11 37
9 CINANGKA 4 28 10 42
10 SAWANGAN 5 10 4 19
11 SAWANGAN BARU 6 12 2 20
12 KEDAUNG 3 12 8 23
13 BOJONGSARI BARU 5 22 4 31
14 DUREN MEKAR 5 21 14 30
JUMLAH 76 239 111 419
Keterangan: Data primer dari Kecamatan Sawangan
42
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa sarana tempat ibadah di
Tabel-9
Banyaknya Sarana Pendidikan
No Desa/Kelurahan TK SD SL SL PT Pon
Village/Sub-Disrict TP TA Pes
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 PASIR PUTIH 3 4 3 1 - 2
2 BEDAHAN 3 2 2 3 - 4
3 PENGASINAN 9 8 5 6 2 1
4 DUREN SERIBU 3 2 - - - -
5 BOJONGSARI 5 2 2 2 - 2
6 CURUG 1 2 1 1 - 3
7 PONDOK PETIR 3 2 1 1 - 1
8 SERUA 5 5 2 2 1 1
9 CINANGKA 1 2 - - 1 -
10 SAWANGAN 4 2 2 1 - 2
11 SAWANGAN BARU 1 2 1 1 - 4
12 KEDAUNG 2 2 1 - - -
13 BOJONGSARI BARU 2 2 1 - - 2
14 DUREN MEKAR 2 1 4 6 4
JUMLAH 49 46 26 20 4 26
Keterangan: Data primer dari Kecamatan Sawangan
Perguruan Tinggi berjumlah 4 buah, juga tersedia. Begitu pula dengan keberadaan
poligami suatu yang amat urgen, kalau sudah tidak ada jalan lain baru
seorang istri dan paham dengan syarat-syarat yang telah ada dalam hukum
Islam dan hukum positif. Dan ada beberapa tokoh dengan alasan yang
1
K.H Damnhuri, wawancara pribadi, pesantren Al-karimiyah sawangan baru 17 juli 2010.
44
b. Syarat poligami.
dalam Islam itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
hukum Islam.
sudah sangat jelas kedudukannya dalam hukum Islam. Bagi seorang suami
seorang laki mengawini seorang perempuan lebih dari satu ( hingga empat ).
Namun, hal itu dapat dilakukan oleh suami bila ia telah memenuhi syarat yang
telah ditentukan oleh hukum Islam. Apabila syarat belum terpenuhi maka ia
2
KH. Anwar Hidayat SH,wawancara pribadi, pesantren Darul Ulum Sawangan 25 Juli 2010.
3
KH. Edi Djunaedi, wawancara pribadi, pesantren Ulumul Qur’an Duren Mekar ( Sawangan
) 18 Juli 2010.
4
H. Mad Nuh Malik, wawancra pribadi. Ulama Pondok petir (Sawangan) 10 Juli 2010.
45
bahwa poligami itu boleh asal kita bisa berbuat adil dan mencari banyak
keturunan. Sehingga jelas yang dinyatakan dalam Al-Qur’an. Dan tujuan dari
poligami melestarikan keturunan, nilai sosial dan sunnah (dari sisi bilangan).6
Sementara itu menurut KH. Edi Junaedi bahwa perlu juga pemerintah
muatan-muatan Islam.7
syarat poligami harus sesuai dengan tuntunan agama karena kebenaran agama
itu mutlak, dan wajib kita yakini.8 Adapun syarat-syarat poligami dalam Islam
a. Bila seorang lelaki yang telah beristri, masih akan terjadi penyelewengan
5
KH. Mad Budi, wawancara pribadi. Pondok pesantren Darutafsir Alhusaini Duren Mekar
(Sawangan) 13 Juli 2010.
6
K.H Damanhuri, wawancara pribadi. Pondok pesantren Al-karimiyah Sawangan Baru 17
Juli 2010.
7
K.H Edi Djunaedi, wawancara pribadi, pondok pesantren Ulumul Qur’an Duren Mekar 18
Juli 2010.
8
K.H Anwar Hidayat SH, wawancara pribadi. Pesantren Darul Ulum (Sawangan) 25 Juli
2010.
46
C. Pengaruh Poligami
semua orang membutuhkannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa para tokoh
tersebut diantaranya:
a. Hartanya terbagi-bagi. Hal ini diungkapkan oleh K.H Mad Budi bahwa
ekonomi.
47
dengan adil.
seorang bapak yang berpoligami. Hal ini ditegaskan oleh beberapa para tokoh
b. Membuka peluang anak menjadi nakal dan tidak terurus. Menurut H. Mad
d. Anak merasa tidak diperhatikan atau kurang mendapat kasih sayang yang
Edi Junaedi.
9
H, Mad Nuh malik, wawancara pribadi. Ulama Pondok petir (Sawangan) 15 Juli 2010.
49
a. Faktor Internal, dalam hal ini seperti istri yang tidak dapat memberikan
kepuasaan terhadap suami atau karena istri tidak bergairah lagi dalam hal
dalam rumah tangga, istri mandul atau tidak bisa memberikan keturunan.
menikah lagi jika mereka sudah merasa mampu untuk memberi nafkah
c. Faktor ekonomi, dalam faktor ini hanya segelintir orang yang mempunyai
yang mampu dalam hal materi atau ekonomi, sehingga mereka mau
TENTANG POLIGAMI
dalam hukum Islam, yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surat an-Nisa di awal
laki-laki beristri lebih dari satu asalkan memenuhi syarat yang ditentukan dalam
hukum Islam. Menurut KH. Mad Budi, jika syarat dalam hukum Islam tidak
51
52
È≅øŠyϑø9$# ¨≅à2 (#θè=ŠÏϑs? Ÿξsù ( öΝçFô¹t ym öθs9uρ Ï!$|¡ÏiΨ9$# t÷t/ (#θä9ω÷ès? βr& (#þθãè‹ÏÜtFó¡n@ s9uρ
$VϑŠÏm§‘ #Y‘θàxî tβ%x. ©!$# χÎ*sù (#θà)−Gs?uρ (#θßsÎ=óÁè? βÎ)uρ 4 Ïπs)¯=yèßϑø9$$x. $yδρâ‘x‹tGsù
(*+, :)/)
Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-
isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga
kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan
perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa’/4: 129)
hal ini adil bukannya berarti memberikan materi yang cukup saja tetapi adil yang
bersipat substansial, artinya adil memberikan nafkah bathin serta adil dalam
Jika hukum Islam tidak terpenuhi dalam keadilan berpoligami dan hanya
yang nyata.
hukum Islam, ditegaskan pula berdasarkan ushul fiqh, bahwa poligami dibolehkan
namun poligami tidak harus dijadikan suatu kewajiban. Sebagian jumhur ulama
berpendapat bahwa poligami hanya pada empat wanita saja atau sesuai dengan
perselisihan yang terjadi di antara mereka hanyalah jumlah bilangan poligami itu
Mujtahid bahwa tidak boleh menikahi wanita lebih dari empat wanita dalam
waktu yang bersamaan.1 Imam Malik berpendapat bahwa seseorang abdun boleh
menikahi empat wanita dalam satu waktu, dan beliau menukil dalam kitab al
menjelaskan ketika Ghailan bin salamah Ats-Tsaqafi masuk Islam dalam keadaan
beristri sepuluh orang yang ia nikahi di masa jahiliyah (sebelum masuk islam),
1
Ibnu Rusyd, al Mujtahid, Bidayatul, (Beirut : Darul fikr, tt), cet. Ke-1, jilid, 11 h. 31
2
Imam Malik, al Muwatha, Muhammad Fuad Abd. al Baqi- kitab al shib, Kairo. tt
54
kehalalan poligami baik melalui ucapan atau perbuatan mereka sejak masa
Rasulallah saw sampai hari ini. Para sahabat utama Nabi melakukan poligami
seperti umar bin Khattab, ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi sufyan, dan
Poligami dilakukan juga oleh ahli fiqih tabi’in, mereka mengakui orang
yang menikah lebih dari satu istri, dinamakan poligami. Kesimpulannya bahwa
generasi salaf (terdahulu) dan khalaf (kini) dari ummat islam telah bersepakat
ulama fiqih setidaknya menjelaskan dua persyaratan yang harus dimiliki oleh
hak atas kebutuhan seksual dan kewajiban bagi orang-orang yang berpoligami
karena sebagai manusia wajar tertarik pada salah seorang istrinya melebihi yang
lain dan hal yang semacam ini merupakan sesuatu yang berada di luar batas
kontrol manusia.
darurat (emergency exit), kalau sudah tidak ada jalan baru boleh melakukannya.
Dan poligami harus dengan ilmu karena dengan alasan tidak mendzolimi seorang
istri dan paham dengan syarat-syarat yang telah ada di dalam hukum Islam dan
(#θä9θãès? ωr& #’oΤ÷Šr& y7Ï9≡sŒ 4 öΝä3ãΨ≈yϑ÷ƒr& ôMs3n=tΒ $tΒ ÷ρr& ¸οy‰Ïn≡uθsù (#θä9ω÷ès? ωr& óΟçFøÅz ÷βÎ*sù ...
(& :)/)
Artinya : “... kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil. Maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. Q.s..
An-Nisa: 3).
56
masyarakat mengenai poligami adalah suatu yang positif dan baik, karena
(KHI ).
poligami telah mengatur walau terbatas hanya sampai empat (4) istri.
salah satunya adalah pendapat KH. Mad Budi S.Ag bahwa poligami itu
positif.
mengenai poligami, sudah sesuai dengan aturan yang berlaku dalam suatu
perundang-undang perkawinan dalam berpoligami, dan tidak ada satu pun dari
PENUTUP
A. Kesimpulan
poligami, karena poligami suatu yang boleh dilakukan dalam kondisi darurat
(emergency exit), yaitu dilakukan kalau sudah tidak ada jalan lain.
poligami, sudah sesuai dengan aturan yang berlaku dalam suatu perundang-
undang perkawinan, dan tidak ada satu pun dari tokoh masyarakat yang
B. Saran-saran
dalam masalah perkawinan dan kehidupan suami istri, khususnya dalam etika
57
58
problem yang muncul, terutama bagi mereka yang merasa tidak mampu untuk
3. Bagi peneliti yang berminat menekuni isu poligami, sebaiknya dapat memila
dan memilih dampak negatif dan positifnya dari prilaku poligami, sehingga
Al ‘Atthar, Abdul Nasir Taufiq. Poligami ditinjau dari Segi Agama, Sosial dan
Perundang – undangan. Jakarta : Bulan Bintang, 1976, cet. 1
Al Jahrani, Musfir. Poligami dari Berbagai Persepsi. Jakarta : Gema Insani Press,
1996
Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : LPKN, 1997
Hakim, Rahmat. Hukum Perkawinan Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2000, cet. 1.
Ibnu Rusyd, al Mujtahid, Bidayatul, Beirut : Darul fikr, tt, cet. Ke-1, jilid, 11
Jaiz, Hartono Ahmad. Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 2007, cet. 1
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud, Jakarta : Balai Pustaka, 1996, Cet. ke- 7
Malik, Imam, al Muwatha, Muhammad Fuad Abd. al Baqi- kitab al shib, Kairo. Tt
Mulia, Musdah. Islam Menggugat Poligami. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2007
Tatapangarsa, Humaidi. Hakekat Poligami dalam Islam. t.t., Usaha Nasional, t.th
59
60
Titik Triwulan, Poligami Prespektif Perikatan Nikah, Jakarta : Prestasi Pustaka Raya,
2007