Anda di halaman 1dari 10

HORTIKULTURA

PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

(Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Hortikultura)

Dosen Pengampu: Rizki Nifsi Ramdhini, M.Si

Nama: Kurniawati

NPM: 1711060201

Kelas: G

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan sebagai sumber energi
yang umumnya dikonsumsi masyarakat Indonesia. Bergitu pentingnya arti padi sehingga
kegagalan panen dapat mengakibatkan gejolak sosial luas. Upaya peningkatan produksi
tanaman pangan dihadapkan pada berbagai kendala dan masalah antara lain kekeringan
dan banjir. Salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman padi adalah dengan
mencukupkan kebutuhan haranya. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara
yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk memacu pertumbuhan secara
optimal. (Salikin, 2003)

Tanaman padi merupakan tanaman yang istimewa karena tanaman padi


mempunyai kemampuan beradaptasi hampir pada semua lingkungan dari dataran rendah
sampai dataran tinggi (2000 m dpl), dari daerah tropis sampai subtropics kecuali benua
Antartika (kutub), dari daerah basah (rawa-rawa) sampai kering (padang pasir), dari
daerah subur sampai marjinal (cekaman salinitas, aluminium, fero, asam-asam organik,
kekeringan, dan lain-lain). Tanaman padi termasuk jenis rumput yang mempunyai
rumpun yang kuat, dan dari ruasnya keluar banyak anakan yang berakar. Berdasarkan
tempat membudidayakan, tanaman padi dapat dikelompokkan menjadi pada sawah, padi
lading (gogo), dan pada rawa (dapat tumbuh pada air yang dalam). Sistem budidaya pada
sawah lebih dahulu dikenal dibandingkan dengan budidaya padi ladang. (Zulman harja,
2015:2)

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah tentang budidaya tanaman padi sebagai berikut:
1. Bagaimana budidaya tanaman padi?
2. Bagaimana cara mengatasi hama dan penyakit pada tanaman padi?
3. Bagaimna cara mengendalikan hama beluk pada tanaman padi?
4. Bagaimna cara mengendalikan serangan penyakit tungro pada tanaman padi?
5. Bagaimna cara mengantisipasi agar tidak terjadi ledakan populasi belalang?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Budidaya Tanaman Padi

Jumlah anakan pada setiap rumpun sangat bervariasi, tergantung dari varietas dan
metode budidaya, pada varietas unggul dengan metode budidaya yang baik, jumlah anakan
dapat mencapai 35-110 anakan, sedangkan tinggi tanaman padi dapat mencapai ukuran 150-
200 cm, tergantung pada varietas yang dibudidayakan. Namun, varietas unggul baru yang
dihasilkan oleh para pemulai tanaman padi cenderung menghasilkan tanaman yang lebih
pendek. Helaian daun berbentuk garis berwarna hijau, tumbuh keatas, dan ujung daun akan
menggantung. Buah (padi) mempunyai kandungan yang berbeda ada yang kaya pati, tetapi
ada juga yang kaya perekat (ketan). Umur tanaman padi sangat bervarasi, dari yang berumur
genjah sampai berumur dalam. Varietas yang berumur genjah sudah dapat dipanen pada umur
kurang dari 90 hari, sedangkan pada varietas dalam tanaman padi baru dapat dipanen pada
umur lebih dari 6 bulan. Varietas padi yang dibudidayakan oleh petani umumnya sudah dapat
dipanen pada umur 3-4 bulan setelah tanam, sehingga pada sawah irigasi petani dapat
menanam padi 2-3 kali dalam satu tahun, tergantung varietas yang digunakan. (Zulman harja,
2015: 4)

Dalam budidaya tanaman padi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman tersebut. Para petani biasanya menggunakan
pupuk baik organik maupun anorganik. Tetapi apabila penggunaan pupuk kimia secara terus
menerus dapat menyebabkan peranan pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif. Kurang
efektifnya peranan pupuk kimia dikarenakan tanah pertanian yang sudah jenuh dengan residu
sisa bahan kimia. Menurut Sutanto (2006) pemakaian pupuk kimia yang terus menerus dapat
menyebabkan ekosistem biologi tanah menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan
untuk mencukupkan unsur hara di dalam tanah tidak tercapai. Potensi genetis tanaman pun
tidak dapat tercapai mendekati maksimal. Selama ini petani cenderung menggunakan pupun
anorganik secara terus-memenerus. Pemakaian pupuk anorganik yang relatif tinggi dan terus-
menerus dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan tanah, sehingga
menurunkan produktivitas lahan pertanian. Kondisi tersebut menibulkan pemikiran untuk
kembali menggunakan bahan organik sebagai sumber pupuk organik. Penggunaan pupuk
organik mampu menjaga keseimbangan lahan dan meningkatkan produktivitas lahan serta
mengurangi dampak lingkungan tanah. Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-
bahan organik yang diurai oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi tersebut.
Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
sehingaa dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas tanah.

Penggunaan pupuk organik padat dan cair pada sistem pertanian organik yang sangat
dianjurkan. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa pemakaian pupuk organik yang dapat
memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik. Rahmatika (2010) menemukan
pengaruh yang sama antara perlakuan pemupukan urea 100% dibandingkan dengan
penggunaan 100% nitrogen yang berasal dari azola pada tanaman padi. Hal serupa juga
ditemukan Rohmat dan Sugiyanta (2010) yang meneliti kombinasi pupuk organik dan
anorganik pada tanaman padi. Penggunaan pupu organik 10 ton/ha dan pupuk anorganik (200
kg Urea/ha + 100 kg SP-36/ha + 100 kg KCl/ha) mampu meningkatkan efektivitas
agronomi jika dibandingkan hanya menggunakan pupuk anorganik. Hadi (2005) juga
menyarankan pemanfaatan abu sekam sebagai alternatif pupuk organik sumber kalium pada
budidaya tanaman padi sawah. Oleh karena itu setiap faktor mempengaruhi tingkat
produksinya sangat penting diperhatikan. Berkurangnya area sawah menjadi salah satu faktor
yang membuat hasil produksi menjadi menurun , belum lagi dengan banyaknya penyakit
yang ada pada tanaman di persawahan. Salah satu faktor yang paling merugikan dalam
produksi tanaman padi ini adalah penyakit, dimana banyak keruugian yang diakibatkan
karena adanya penyakit yang terlambat untuk didiagnosis dan menyebabkan terjadinya gagal
panen. Setiap penyakit tersebut umumnya menunjukkan gejala-gejala penyakit yang diderita
sebelum mencapai tahap yang lebih parah dan meluas, gejala-gejala tersebut dapat dikenali
dengan dilakukannya pendiagnosisan terlebih dahulu. Pendiagnosisan terhadap penyakit pada
tanaman padi memang harus dilakukan secepat dan seakurat mungkin, dikarenakan penyakit
pada tanaman padi tersebut dapat dengan cepat menyerang serta menyebar keseluruhan.
Solusinya yaitu adanya sistem pakar yang diharapkan dapat membantu memecahkan
permasalahan dalam mendiagnosa penyakit tanaman padi, yang didasarkan pada gejala-gejala
yang ditemukan di lapangan yang dapat dijadikan sebagai alat bantu bagi seorang ahli
pertanian yang bertugas sebagai penyuluh khususnya dibidang produksi tanaman pangan
khusunya seksi hama dan penyakit pada tanaman padi. Sistem pakar yang dikembangkan
diarea pertanian, menjelaskan desain dan pengembangan basis aturan dalam sistem pakar
menggunakan shell ESTA (Expert System for Text Animation). Penelitian ini menghasilkan
sebuah sistem yang mengintegritaskan basis pengetahuan terstruktur beserta dengan solusi
atas permasalahan tersebut. Sistem yang dihasilkan telah diuji antara dataset yang ada dengan
pakar bidang penyakit tanaman padi. Aplikasi sistem akar ini telah dikembangkan dan
diterapkan pada arena pertanian, yakni untuk mendiagnosis hama dan penyakit tanaman
hortikultura.

Padi atau dalam bahasa latinnya Oryza sativa L. adalah salah satu tanaman budidaya
terpenting dalam peradaban. Tanaman yang sakit adalah tanaman yang tidak dapat melakukan
aktifitas fisiologis secara sempurna, yang akan mengakibatkan tidak sempurnanya produksi
baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara umum penyakit tanaman diakibatkan oleh
faktor biotik dan abiotik. Penyakit tanaman di lapangan dapat dikenali berdasarkan tanda dan
gejala penyakit. Tanda penyakit merupakan bagian mikroorganisme patogen yang dapat
diamati dengan mata biasa yang antara gejala serangan oleh mikroorganisme pathogen atau
gangguan fisiologis, misalnya pada penyakit padi gejala kerdil, perubahan warna daun atau
ketidaknormalan pertumbuhan malai sulit dibedakan khususnya apabila gejala tersebut
berlanjut. Berikut beberapa hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi dan cara untuk
mengatasinya.

a. Beluk Tanaman Padi


Hama penggerek batang padi merupakan hama yang paling banyak menyerang
terutama pada padi. Bahkan hamper setiap kali menanam padi dapat dipastikan aka
nada serangan hama ini. Solusi pada hama penggerek batang padi merupakan salah
satu hama utama tanaman padi yang dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan
hasil. Hama penggerek batang padi berkembang di daerah-daerah yang menerapkan
pola penanaman padi lebih dari satu kali dalam setahun. Salah satu akibat kerusakan
yang ditimbulkan oleh hama penggerek batang ini adalah gejala serangan beluk.
Gejala ini muncul akibat dari larva menggerek batang dari bagiana atas kearah
pangkal batang pada tanaman tua atau anakan maksimum (fase pertumbuhan
generatif), sehingga malai yang hampa dari jauh terlihat tegak dan berwarna putih.
Seekor larva mampu merusak beberapa tunas sebelum menjadi pupa. Perpindahan
larva dari satu tunas tanaman ke tunas tanaman lainnya terjadi antara lain karena
permukaan air yang mengganggu, kondisi tanaman yang tidak cocok, atau persaingan
dengan larva lain. (Widada agus, 2010: 22)
Faktor pemicu terjadinya peningkatan serangan beluk pada tanaman padi
antara lain; pemupukan nitrogen dengan dosis tinggi, penggunaan varietas yang
mempunyai kandungan air dan pati dan kurangnya tingkat ketahanan varietas di
lapangan, jarak tanaman yang lebih jarang cenderung mendapat serangan yang lebih
berat daripada jarak tanaman yang rapat.
Cara Pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut:
1. Pengaturan pola tanam: tanam serentak varietas genjah dengan selisih waktu
<2 minggu meliputi hamparan seluas-luasnya agar pertumbuhan tanaman dan
masa panen dapat serentak sehingga sumber makanan bagi penggerek batang
padi.
2. Pemanfaatan secara fisik dan mekanik: pada saat panen, batang padi dipotong
serendah mungkin sampai permukaan tanah, bila memungkinkan diikuti
dengan penggenangan air sehingga lebih kurang 10 cm agar tunggal jerami
cepat membusuk sehingga larva mati.
3. Eradikasi: pembabatan dan pengumpulan jerami lalu dibakar, tanah segera
diolah. Usaha ini berguna untuk pemusnahan sumber hama penggerek batang.
Pemanfaatan musuh alami di lapangan terutama parasite kelompok telur yang
diperoleh dari kelompok telur yang terparasit (Trichogramma sp).
4. Penggunaan insektisida: dilakukan secara bijaksana, bila serangan >10% pada
fase vegetative. Peptisida yang selektif, efektif, dan diizinkan untuk digunakan
pada tanaman padi. Seperti bahan aktif Dimehipo 400 g/l dan lain-lain, missal
insektisida Manuver 400 SL. Insektisida ini terbukti efektif mengendalikan
sundep dan beluk dengan konsentrasi 2-4 ml/air. Cara kerjanya sebagai racun
kontak, racun lambung dan sistematik. Sebagai racun sistematik, insektisida
ini bias masuk lewat mulut daun dan juga lewat akar dan menyebar keseluruh
bagian tanaman, sehingga hama sundep yang sekalipun letaknya tersembunyi
dapat dikendalikan. Cara kerjanya sebagai racun sistemik merupakan
kelebihan yang tidak dimiliki insektisida lain. Kelebihan lainnya, insektisida
ini lebih aman terhadap serangga berguna pada tanaman padi disbanding
insektisida golongan karbamat.
5. Pengendalian hama ini juga dapat datasi dengan insektisida bahan aktif
klorantraniliprol 50 g/l atau Prevathon 50 SC aplikasi pertama dilakukan
setelah ditemukan gejala serangan dengan dosis 2-3 ml/liter air atau 14 hari
setelah tanam interval 7 hari, jumlah aplikasi maksimal 4 kali.
b. Belalang padi
Belalang yang jumlahnya sedikit tidak masalah, namun jika jumlah belalang
tersebut banyak khususnya jenis walang sangit yang umum menyerang tanaman padi
membuat petani bingung cara mengatasinya. Apabila terjadi peningkatan populasi
belalang akan mengakibatkan tidak sedikit petani yang gagal panen. Adapun
solusinya, dengan meningkatnya serangan hama belalang yang secara umum
dipengaruhi oleh adanya faktor, antara lain: pengaturan atau penerapan pola tanam
dan strategi budidaya tanaman yang belum sesuai dengan rekomendasi; pergiliran
varietas belum berjalan sebagaimana mestinya; terjadinya iklim yang kondusif;
penurunan aktivitas petani dalam mengawal pertanaman yang belum sejalan dengan
prinsip budidaya tanaman yang sehat; terkendalanya tanaman sehat oleh karena
kelangkaan sarana produksi; dan belum tercapainya kesamaan persepsi dalam
menerapkan prinsip dan strategi. (Widada agus, 2010: 37)
Jika populasi belalang di lapangan masih tinggi dan keadaan curah hujan
sangat rendah, hama belalang tetap berpotensi menyerang pertanaman terutama padi
dan jagung yang masih ada di sekitar kelompok belalang dan daerah lain yang masih
dalam jangkauan migrasinya. Oleh karena itu, perlu segera melakukan usaha-usaha
pengendalian untuk menurunkan ledakan populasi belalang secara cepat dan tuntas
untuk mengamankan pertanaman yang masih ada di lapangan. Usaha-usaha
pengendalian belalang antara lain sebagai berikut:
1. Pelatihan, bimbingan, dan koordinasi sebagai bekal operasional, petugas dan
petani atau kelompok tani perlu diberi bekal melalui pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis serta organisasinya. Dengan
demikian, mereka mampu memantau perkembangan populasi belalang sekaligus
dapat mengantisipasi pengendaliannya.
2. Pengamatan dan pelaporan, pengamatan bertujuan untuk memantau terjadinya
penerbangan belalang dewasa, tempat dan konsentrasi belalang dewasa hinggap,
terjadinya penetasan telur dan ditemukannya nimpha. Dengan pengamatan
tersebut, maka dengan mudah dilakukan pengendalian. Tindakan pengendalian
yang telah dilakukan ini kemudian dilaporkan kepada aparat yang lebih tinggi dan
berwenang.
3. Pengendalian secara fisik dan mekanik, pengendalian secara fisik dapat dilakukan
dengan menggunakan lampu pada malam hari untuk menangkap dan
mengumpulkan belalang dewasa untuk dimusnahkan. Sedangkan pengendalian
secara mekanik dapat dilakukan dengan memasang perangkap dari jarring ikan
atau sapu lidi.
4. Pengendalian secara kimiawi, belalang instar 1-3 dan dewasa menggunakan hand
sprayer, mist blower, dan swing fog. Untuk instar 4-5 menggunakan jaringan dan
pengusiran dengan menggunakan asap belalang.
5. Program jangka panjang, beberapa program ini yang dapat diterapkan adalah
identifikasi terjadinya eksplosi dan studi lapangan, pemantauan berkelanjutan dan
pengendalian, dan mengurangi areal padang alang-alang.
c. Tungro pada Padi
Penyakit tungro pada tanaman padi merupakan penyakit yang paling
menakutkan petani. Tanaman padi yang diserang tungro dalam waktu yang relative
singkat seluruh areal tanaman padi yang luas akan gagal panen. Solusinya, adapun
tungro ini merupakan penyakit virus yang penting pada tanaman padi. Serangan
penyakit tungro dapat merusak pertanaman padi dalam suatu areal yang luas dalam
waktu singkat (eksplosi). Virus tungro ini dapat ditularkan oleh wereng hijau spesies
Nephotettix virescens, Nephotettix malayanus, Nephotettix nigropictus, Nephotettix
parvus, Nephotettix viroscens, atau wereng zigzag. Virus tungro dalam tubuh serangga
dapat bertahan selama 5 hari, namun tidak dapat ditularkan melalui telur. Infeksi
tungro pertama dapat terjadi di persemian, karena pada stadia ini tanaman sangat
sensitive terhadap inokulasi virus. Gejala serangan tungro akan tampak pada tanaman
umur 2-3 minggu setelah tanam, yaitu pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan
jumlah anakan berkurang. Helaian daun dan pelepah memendek. Warna daun berubah
dari hijau menjadi kuning, kemudian menjadi kuning coklat dimulai dari pucuk daun
ke arah pangkal daun-daun tua. (Widada agus, 2010: 28)
Daun muda yang terserang tungro sering tampak bercak-bercak atau warna
hijau pucat hingga bergaris-garis putih sejajar dengan tulang daun, yang panjangnya
berbeda. Pada daun tua terlihat bintik-bintik coklat bekas tusukan serangga penular.
Akibat yang ditimbulkan oleh serangan tungro adalah masa pembangunan tertunda,
malai yang dihasilkan kecil-kecil, steril dan keluar tidak sempurna, dan pada bulir
terhadap bintik-bintik coklat kehitam-hitaman. Kenampakan gejala serangan tungro
dipengaruhi oleh varietas padi yang diserang umur tanaman pada saat terjadi infeksi,
dan strain virus. Adapun pengendalian yang efektih terhadap penyakit tungro pada
tanaman padi antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan penanaman padi secara serentak untuk membatasi variasi ketersediaan
umur tanaman yang sesuai dengan perkembangannya.
2. Melakukan pergliran tanaman, terutama dengan palawija apabila keadaan air dan
lahan memungkinkan.
3. Melakukan pergiliran tanaman dengan varietas padi yang tahan penyakit.
4. Melakukan santasi dan eradikasi tanaman terserang pada pesemaian dan tanaman
muda serta singgung dan tanaman inang lainnya.
5. Melakukan pengendalian terhadap sumber serangan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Widada. 2010. Hama dan Penyakit. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai