Anda di halaman 1dari 4

Tugas

dr.Fuad Hanif, Sp.S

Disusun oleh : Dimas Adytia P


NIM : 2013730026

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
1. Penghitungan perdarahan pada CTT scan :
Penghitungan dengan volume manual (metode Broderich). Menggunakan data
scaning pemeriksaan MSCT kepala dengan klinis perdarahan intraserebral dengan slice
thickness
5 mm. Dari data ini ditentutan besaran perdarahan terbesar, dihitung diameter panjang,
lebar dan tebal dari pada perdarahan. Dihitung volumenya secara manual dengan
persamaan :
Volume = A X B x C/2
Ket : A : diameter panjang perdarahan.
B : diameter lebar perdarahan.
C : Tebal perdarahan
Prosesnya dengan menentukan citra yang mempunyai luas area perdarahan paling besar
untuk menentukan besaran nilai
A (diameter perdarahan yang panjang), B (Diameter perdarahan yang lebar). C
merupakan perkalian antara slice thickness (5mm=0.5cm) dan banyaknya potongan axial
yang terdapat perdarahan.

2. Tatalaksana Hipertensi pada stroke perdarahan :


a. Tindakan Operatif
Pertimbangan untuk melakukan operasi biasanya bila perdarahan berada di daerah
superfisial (lobar) hemisfer serebri atau perdarahan sereberal. Penentuan waktu untuk
operasi masih bersifat kontroversial. Berdasarkan data mortalitas pasca operasi,
disimpulkan bahwa waktu untuk operasi adalah antara 7-9 pasca perdarahan. Tindakan
operasi segera setelah terjadi perdarahan merupakan tindakan berbahaya karena
terjadinya retraksi otak yang dalam keadaan membengkak. Sementara itu, tindakan
operasi yang dini dapat menimbulkan komplikasi berupa iskemi otak.
b. Tindakan Konservatif
Pencegahan peningkatan TIK lebih lanjut. Upaya pencegahan peningkatan TIK
lebih lanjut adalah pengendalian hipertensi dan pengobatan kejang. Hipertensi yang
menetap akan meningkatkan edema otak dan TIK. Pengendalian hipertensi harus hati-
hati karena apabila terjadi hipotensi maka otak akan terancam iskemia dan kerusakan
neuron. Obat yang dianjurkan dalam mencegah peningkatan TIK adalah penyekat
beta atau obat yang mempunyai aksi penyekat beta dan alfa (misalnya labetolol),
diberikan ecara intravena di
kombinasikan dengan deuretika. Kejang biasanya terjadi pada perdarahan lobar
sehingga pemberian anti konvulsan secara rutin tidak dianjurkan. Pada hiperglikemia
tidak diajurkan untuk diberi difenilhidantoin karena glukosa darah akan meninggi dan
kejang tidak terkontrol. Secara umum antikonvulsan yang dianjurkan adalah
difenilhidantoin (bolus intravena) dan diazepam.
c. Pengendalian peningkatan TIK.
Secara umum terapi untuk hipertensi intrakranial meliputi hiperventilasi,
diuretika, dan kortikosteroid. Hiperventilasi paling efektif untuk menurunkan
hipertensi intracranial secara cepat, biasanya dalam beberapa menit untuk mencapai
tingkat hipokapnia antara 25-30 mmHg. Urea intravena (0,30 gr/KgBB), atau lebih
umum dipakai manitol (0,25-1,0 gr/KgBB) dapat menurunkan TIK secara cepat,
sering diberikan bersama-sama dengan hiperventilasi pada kasus herniasi otak yang
mengancam.18,19
3. Gambaran atrial fibrilasi pada EKG :
Gambaran elektrokardiogram atrial fibrilasi adalah irama yang tidak teratur
dengan frekuensi laju jantung bervariasi (bias normal/lambat/cepat). Jika laju jantung
kurang dari 60 kali permenit disebut atrial fibrilasi dengan respon ventrikel lambat
(SVR), jika laju jantung 60-100 kali permenit disebut atrial fibrilasi respon ventrikel
normal (NVR) sedangkan jika laju jantung lebih dari 100 kali permenit disebut atrial
fibrilasi dengan respon ventrikel cepat (RVR). Kecepatan QRS biasanya normal atau
cepat dengan gelombang P tidak ada atau jikapun ada menunjukkan depolarisasi cepat
dan kecil sehingga bentuknya tidak dapat didefinisikan.

4. Trigeminal neuralgia
Neuralgia Trigeminal adalah gangguan yang terjadi akibat kelainan dari nervus
cranialis ke-5 yaitu nervus trigeminal dan dikenal juga sebagai tic douloureux. Gangguan
dari nervus trigeminal dapat dirasakan sebagai rasa tajam dan tertusuk pada pipi, bibir,
dagu, hidung, dahi, maupun gusi pada salah satu sisi wajah (unilateral). Rasa nyeri dapat
terjadi dalam hitungan detik sampai sekitar 2 menit. Dan episode nyeri ini dapat
berlangsung dalam beberapa minggu hingga beberapa tahun.
Neuralgia trigeminal didiagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan. neurologis
terhadap nervus trigeminus. Pada saat ini belum ada tes yang dapat diandalkan dalam
mendiagnosa neuralgia trigeminal. Diagnosa neuralgia trigeminal dibuat berdasarkan
anamnesa pasien secara teliti dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada anamnesa yang
perlu diperhatikan adalah lokalisasi nyeri , kapan dimulainya nyeri , menentukan interval
bebas nyeri, menentukan lamanya , respons terhadap pengobatan, menanyakan riwayat
penyakit lain seperti ada penyakit herpes atau tidak, dsb.
Nyeri setidaknya bercirikan 4 sifat berikut:
1. Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus, tersering pada cabang
mandibularis atau maksilaris.
2. Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba , kuat, tajam , superficial, serasa menikam atau
membakar.
3. Intensitas nyeri hebat , biasanya unilateral.
4. Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari seperti makan, mencukur,
bercakap cakap, mambasuh wajah atau menggosok gigi, area picu dapat ipsilateral atau
kontralateral.
5. Diantara serangan , tidak ada gejala sama sekali. Pada pemeriksaan fisik neurologi
dapat ditemukan sewaktu terjadi serangan, penderita tampak menderita sedangkan diluar
serangan tampak normal. Reflek kornea dan test sensibilitas untuk menilai sensasi pada
ketiga cabang nervus trigeminus bilateral.Membuka mulut dan deviasi dagu untuk
menilai fungsi otot
masseter (otot pengunyah) dan fungsi otot pterygoideus.Pada neuralgia trigeminal biasa
didapatkan sensibilitas yang terganggu pada daerah wajah.
Terapi Farmakologik :
Dalam guidline EFNS ( European Federation of Neurological Society )
disarankan terapai neuralgia trigeminal dengan carbamazepin ( 200-1200mg sehari ) dan
oxcarbazepin ( 600 1800mg sehari ) sebagai terapi lini pertama. Sedangkan terapai lini
kedua adalah baclofen dan lamotrigin. (5) Melihat dari tipe nyerinya, dapat pula
diberikan gabapentin yang biasanya diberikan pada nyeri neuropati. Neuralgia trigeminal
sering mengalami remisi sehingga pasien dinasehatkan untuk mengatur dosis obat sesuai
dengan frekwensi serangannya.

Anda mungkin juga menyukai