Anda di halaman 1dari 7

GANGGUAN TINGKAH LAKU PADA ANAK

Rehani
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang
e-mail: rehani_15@yahoo.co.id

Abstract: Mental disorder is a repetitive and persistent pattern that violated human’s rignt and social norms.
There are some type of mental disorder such as aggression to people and animal, destruction of property,
deceitfulness or theft and serious violations of rules, and other serious violations of rules.

Abstrak: Gangguan tingkah laku adalah pola perilaku yang tetap yang melanggar hak-hak dasar orang lain dan
norma susila. Ada beberapa kriteria gangguan tingkah laku yaitu agresi terhadap orang lain dan
hewan,menghancurkan kepemilikan, berbohong atau mencuri dan pelanggaran aturan yang serius, melakukan
penipuan atau pencurian, dan melakukan pelanggaran aturan yang serius

Kata Kunci: Gangguan, tingkah laku

PENGERTIAN GANGGUAN TINGKAH berikut: Pertama, conduct disorder merupakan


LAKU pola prilaku yang repetitive dan persisten yang
Dalam DSM-IV-TR didefinisikan bahwa ditandai oleh adanya pelanggaran hak-hak dasar.
gangguan tingkah laku atau conduct disorder Setidaknya 3 dari hal-hal berikut muncul dalam
adalah pola perilaku yang tetap yang melanggar 12 bulan terakhir, seperti : aggression to people
hak-hak dasar orang lain dan norma susila. and animals (agresi terhadap orang dan hewan),
conduct disorder as a repetitive and persistent misalnya: (1) sering melakukan bully, ancaman,
pattern of behavior in which either the rights of mengintimidasi orang lain, (2) sering memulai
ithers or major age appoptiate societal norms petengkaran fisik, (3) menggunakan senjata yang
or ruler violated (Charles Wenar dan Patricia dapat menyebabkan bahaya fisik terhadap orang
Kerig, t.t: 297). Dalam bukunya Tingkah Laku lain (misalnya tongkat, botol pecah, pisau, pistol),
Abnormal, Linda De Clerg mengemukakan (4) melakukan kekejamna fisik terhadap orang
bahwa istilah gangguan tingkah laku atau lain, (5) melakukan kekejaman fisik terhadap
conduct disorder mengacu pada pola perilaku hewan, (6) mencuri sambil
antisosial yang bertahan yang melanggar hak- mengkonfrontasi korban (misalnya pencopetan,
hak orang lain dan norma susila.(Linda De perampokan bersenjata), (7) me-maksa
Clerg, 1994: 167). seseorang untuk melakukan aktivitas seksual, atau
Charles Wenar dan Patricia Kerig dalam destruction of property (mela-kukan
bukunya Development Psychopathology from pengrusakan barang), misalnya: (8) mela-kukan
Infancy Though Adolescence mengemukakan pembakaran secara sengaja dengan tujuan untuk
bahwa kriteria conduct disorder dalam DSM- menghasilkan kerusakan yang serius, (9)
IV-TR yaitu aggression to people and animal melakukan pengrusakan barang atau benda
(agresi terhadap orang lain dan hewan), secara sengaja. Atau deceitfulness or theft
destruction of property (menghancurkan (melakukan penipuan atau pencurian), misalnya:
kepemilikan), deceitfulness or theft (berbohong (10) masuk secara paksa ke dalam rumah,
atau mencuri) and serious violations of rules bnagunan atau mobil, (11) sering berbohong
(pelanggaran aturan yang serius).( Charles untuk memperoleh barang atau jasa atau untuk
Wenar dan Patricia Kerig, t.t, 298). American menghindari kewajiban (misalnya mengutil
Psychiatric Association, mengemukakan namun tanpa merusak), (12) mencuri tanpa
beberapa kriteria conduct disorder dari masing- konfrontasi. Atau serious violations of rules
masing kategori conduct disorder sebagai (melakukan pelanggaran aturan yang serius),

201
Rehani, Gangguan Tingkah Laku Pada Anak | 2

misalnya: (13) sering keluar rumah pada malam perempuan dengan diagnosis conduct disorder
hari meskipun dilarang, yang dimulai pada usia seringkali menampilkan perilaku berbohong,
13 tahun, (14) melarikan diri dari rumah pada bolos, melarikan diri daari rumah, menggunakan
malam ahri setidaknya 2 kali selama tinggal di obat terlarang dan prostitusi. Perilaku
rumah orang tua atau orang tua asuh (atau satu konfrontatif lebih banyak digunakan oleh laki-
kali tanpa kembali ke rumah untuk janga waktu laki daripada perempuan.
lama), (15) sering bolos dari sekolah yang di
mulai sebelum usia 13 tahun. (American FAKTOR PENYEBAB CONDUCT DISOR-
Psychiatric Association, 2000: 98). DER
Kedua, gangguan perilaku tersebut Menurut Ernar dan Kerig, faktor-faktor
menyebabkan kerusakan yang segnifikan pada yang menyebabkan conduct disorder dapat
fungsi sosial, akademis atau pekerjaan. Dan dibedakan menjadi faktor biologis, faktor
ketiga, apabila individu berusia 18 tahun atau individual dan faktor keluarga.
lebih maka kriteria yang ditampilkan bukan a. Faktor Biologis
kriteria Conduct Disorder tetapi Antisocial Wenar dan Kerig menyatakan temperamen
Personality Disorder. merupakan penyebab biologis bagi terbentuknya
Berdasarkan awal munculnya gangguan conduct disorder. Sebagai contoh Moffit dan
tingkah laku atau conduct disorder dapat di bagi Lyman dalam Wenar dan Kerig mengatakan
menjadi tiga, yaitu : conduct disorder, bahwa hal yang mem pengaruhi berkembangnya
childhood-onset type : kemunculan sekurangnya perilaku yaitu adanya disfungsi neuropsikologis
satu kriteria dari karakteristik conduct disorder yang berhubungan dengan temperamen sulit yang
s sebelum usia 10 tahun. Kedua, conduct memicu munculnya impulsivitas, perasaan mudah
disorder, adolescent-onset type : karakteristik tersinggung dna aktivitas berlebihan pada anak.
conduct disorder tidak ada yang ditampilkan (Charles Wenar dan Patricia Kerig, t.t: 314-320).
sebelum usia 10 tahun. Ketiga, conduct disorder Temperamen yaitu gaya karakteristik
unspecified onset, usia kemunculan tidak seseorang dalam melakukanm pendekatan dan
diketahui. (American Psychiatric Association, bereaksi terhadap orang dan situasi diling-
2000: 95). kungannya. (Diane E. Papalia dan Sally Wendkos,
Berdasarkan tingkat keparahan maka 1995: 171). Temperamen dapat diartikan sebagai
conduct disorder dapat dispesifikasi sebagai cara (bagaimana) seseorang melakukan suatu hal.
berikut: Pertama, mild: masalah perilaku hanya Menurut Izard dalam Diane E. Papalia dan Sally
sedikit melewati kriteria yang disyaratkan (kalau Wendkos Olds, bayi berusia 8 minggu telah
ada) dan masalah perilaku hanya menyebabkan menunjukkan tanda- tanda perbedaan
bahaya ringan terhadap orang lain. Kedua, temperamen yang membentuk bagian penting
moderate: jumlah dan dampak masalah perilaku dari kepribadiannya. A. Thomas, Chess dan Birch
yang di tampilkan berada antara "mild" dan dalam Diane E. Papalia dan Sally Wendkos Olds
"severe". Ketiga, severe: masalah perilaku banyak mengidentifikasikan sem- bilan komponen
yang melewati kriteria yang disyaratkan atau temperamen yang muncul pada bayi setelah
masalah perilaku menyebabkan bahaya yang besar dilahirkan, yaitu (1) level aktivitas: bagaimana
terhadap orang lain.(American Psychiatric dan seberapa banyak individu bergerak, (2) Ritme
Association, 2000: 98). American Psychiatric atau keteraturan: sejauh mana suatu siklus
Association menje-laskan bahwa conduct disorder biologis dapat dipresiksi, seperti rasa lapar, waktu
terutama jenis childhood-onset type, lebih banyak tidur dan buang air, (3) Respons mendekat
dimiliki oleh laki-laki daripada perempuan. (approach) atau menjauh (withdrawal):
Perbedaan jender juga mempengaruhi jenis bagaimana individu awalnya berespons terhadap
masalah conduct yang ditampilkan. Laki-laki stimulus baru, seperti mainan, makanan atau
dengan diagnosis conduct disorder seringkali orang baru, (4) Adaptabilitas: seberapa mudah
menampilkan perilaku bertengkar, mencuri, suatu respon awal dimodifikasi sesuai dengan
vadalisme dna pelanggaran disiplin sekolah. situasi yang
Sednagkan
baru atau situasi yang berubah, (5) Ambang Intensitas reaksi : seberapa energik individu dalam
responsivitas: berapa banyak stimulasi yang merespon, (7) Kualitas suasana hati (mood): apakah
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu respon, (6) individu menampilkan
3 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012, hlm. 201-208

mayoritas perilaku yang menyenangkan, gem- bira baru situasi baru secara bertahap
dna bersahabat atau kebalikannya, (8) setelah stimulus
Distraktibilitas: sejauh mana suatu stimulus yang diberikan
relevan dapat mengubah atau menganggu perilaku berulang kali
tanpa paksaan
indivisu, (9) Rentang perhatian dna
Dapat Bereaksi
persistensi: berapa lama individu melakukan suatu
metoleran rasa tantrum
aktivitas dan tetap melanjutkannya frustasi dengan (mnegamuk)
walaupun terdapat hambatan. reaksi yang terhadap rasa
Berdasarkan sembilan komponen tempera- tidak frustasi
men tersebut, para peneliti menetapkan tiga pola berlebihan
temperamen yaitu temperamen mudah (easy), Mudah Lambat
sulit (difficult), dan lambat (slow-to-warm-up). beradaptasi beradaptasi
Penjelasan mengenai setiap pola temperamen terhadap terhadap
tersebut dalam table berikut: rutinitas baru rutinitas baru.
Easu Child Difficult Slow-to-Warm- dan peraturan Sering
Child Up Child permainan baru menangis dan
Berespon Berespon Berespon secara tertawa
secara baik secara buruk lambat terhadap dengan keras
terhadap situasi terhadap situasi situasi yang Umumnya Umumnya Menampilkan
yang baru/ yang baru / baru / situasi menampilkan menampilkan hati yang positif
situasi yang situasi yang breubah suasana hari suasana hari maupun
berubah yang breubah yang positif, yang negative negative dengan
Cepat Memiliki Pola tisur dan dengan secara intensif intensitas ringan
mengembang jadwal tisur makan lebih intensitas yang
kan pola / dan makan teratur daripada ringan sampai
jadwal tisur yang tidak anak dengan sedang
dan makan teratur bertemperamen
yang teratur sulit namun Menurut A. Thomas dan Chess; Braungart,
lebih tidak Plomin, DeFries dan Fulker; Emde dkk, bahwa
teratur temperamen mayoritas ditentukan oleh factor
dibandingkan gereditas. Menurut A. Thomas dan Chess dalam
anak yang Diane E. Papalia dan Sally Wendkos Olds,
bertemperamen perbedaan individu dalam temperamen dasarnya
mudah
tampaknya tidak diten-tukan oleh sikap orang tua
Mudah Lambat Menunjukkan
mengkonsumsi menerima respon awal atau oleh gender, urutan kelahiran atau kelas
jenis makanan jenis yang sedikit sosial. Namun menurut Person-Blennow dan
baru makanan baru negative Mc.Neil dalam Diane E. Papalia dan Sally
terhadap Wendkos Olds, temperamen dapat berubah
stimulus baru seiring berjalannya waktu. Hal itu ditunjukkan
Tersenyum Curiga oleh penelitian yang dilakukan oleh New York
kepada orang terhadap Longitudinal Study (NYLS) pada tahun 1984
asing orang asing yang menemukan bahwa beberapa individu
Mudah Lambat Minat terhadap menunjukkan adanya perubahan temperamen
beradaptasi beradaptasi stimulus baru walaupun sembilan aspek dasar temperamen yang
terhadap situasi terhadap berkembang mereka miliki tetap stabil. Tampaknya terkadang
hal itu disebabkan oleh adanya kejadian/peristiwa
yang dialami oleh individu atau adanya perbe-
daan perilaku orang tua dalam menangani anak.
(Diane E. Papalia dan Sally Wendkos,1994: 172).
Menurut Chess dan Thomas Wenar dan apakah perkembangan anak menjadi sehat atau
Patricia Kerig, karakteristik temperamen saja patologis. Anak akan mengalami stress apabila di
bukanlah faktor tunggal yang menentukan tuntut untuk berperilaku yang berkebalikan dari
temperamen akhir individu. Hal itu dipengruhi temperamen dasarnya. Misalnya anak yang sangat
oleh adanya kesesuaian antara temperamen adasr aktif tinggal di rumah yang kecil dan diharapkan
anak dana lingkungan sehingga menen- tukan untuk duduk diam dalam jangka waktu lama; anak
Rehani, Gangguan Tingkah Laku Pada Anak | 4

yang sloq- to-warm-up dipaksa untuk obat-obatan terlarang. Berikutnya akan di


menyesuaikan diri dengan banyak orang dan jelaskan mengenai masing-masing faktor
situasi baru. (Diane E. Papalia dan Sally tersebut:
Wendkos, 1994:173)
Selain itu genetic juga berperan dalam 1) Regulasi Diri
pembentukan masalah conduct pada anak Regulasi diri merupakan hal yang penting
walaupun peran lingkungan tidak dapat agar seseorang dapat berfungsi secara normatif di
dikesampingkan. Selain itu, Charles Wenar dan lingkungannya. Harapan lingkungan terhadap
Patricia Kerig memaparkan faktor biologis kemampuan anak dalam mengntrol dorongan/
lainnya yang juga dapat berperan fslsm pemben- implus dalam dirinya semakin tinggi sesuai
tukan gangguan tingkah laku pada anak yaitu dengan bertambanhnya usia anak. Oleh karena
adanya keracunan pada janin,a danya masalah itu, penanaman kontrol diri sejak usia dini
psikofisiologis berupa rendahnya denyut jantung merupakan hal yang penting karena anak usia
dna respons galvanic pada kulit sehing- ga anak balita danprasekolah memiliki dorongan yang
mencari stimulasi melalui perilaku yang tidak tinggi untuk segera memuaskan dorongan agresif,
terkontrol, adanya faktor biokimia atau hormon. seksual dna rasa ingin tahunya.(Charles Wenar
(Charles Wenar dan Patricia Kerig, t.t: 314-315) dan Patricia Kerig, t.t: 315-317). Penelitian
Para peneliti yang melakukan penelitian pada Hinshaw dan Lee dalam Charles Wenar dan
domain biologis menyatakan bahwa faktor Patricia Kerig menunjukkan bahwa anak-anak
organik tidak menyampingkan faktor sosial dan dengan conduct disorder memiliki kemampuan
psikologis. Menurut Dodge dan Pettit faktor yang terbatas dalam menunda dorongan/implus
psikologis dan biologis saling mempengaruhi satu dan mentoleransi rasa frustasi. (Charles Wenar
sama lain. (Charles Wenar dan Patricia Kerig, dan Patricia Kerig, t.t, 316)
t.t:315) Anak-anak yang melaksanakan aturan/
perintah ibu dengan rela dan sepenuh hati bukan
b. Faktor Individual sekedar mematuhi semata, merupakan anak- anak
Dalam Wenar dna Kerig, faktor individual yang memiliki hubungan emosional timbal-balik
yang berperan dalam pembentukan Conduct yang positif dengan orang tuanya. Pola suh untuk
Disorder pada anak yaitu regulasi diri (self- menanamkan kontrol diri pada anak perlu
regulation) yang kurang terbentuk sejak dini, disesuaikan dengan temperamen masing-masing
regulasi emosi yang buruk sehingga anak tidak anak. Anak bertemperamen sulit merupakan anak
dapat mengembangkan strategi coping (strategi yang berisiko memiliki Conduct Disorder. Untuk
dalam mengatasi masalah) yang baik untuk meningkatkan regulasi diri pada anak
mengatasi emosi negatifnya dan mengatur bertemperamen sulit, dibutuhkan adanya peran
emosinya, kurang berkembangnya pemahaman orang tua yang besar untuk melibatkan diri dan
moral dan empati, kognisi sosial anak yang memberikan dukungan emosional kepada anak.
berkembang dengan buruk, dan penggunaan
2) Regulasi Emosi
Regulasi emosi merupakan bagian dari
kontrol diri yang berperan bagi terbentuknya
conduct disorder. (Charles Wenar dan Patricia
Kerig, t.t: 320). Anak-anak dengan conduct
disorder dalam kondisi keluarga yang
bermasalah, mendapatkan pola asuh yang buruk,
dan mengalami konflik tingkat tinggi sehingga
mereka memiliki emosi yang kuat namun kurang
mendapatkan dukungan untuk mengatasinya dari
orang tua yang juga mengalami stress dan tidak
terlatih. Oleh
karenanya, mereka gagal mengembangkan dengan conduct disorder mengalami kesulitan
strategi yang tepat untuk mengatasi emosi dalam mengatur emosinya, terutama kemarahan.
negative dan mengatur ekspresi mereka. Selian itu, anak dengan regulasi emosi yang buruk
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa anak
5 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012, hlm. 201-208

juga cenderung berespon secara agresif terhadap membimbing perilaku dimasa yang akan datang.
masalah interpersonal yang dihadapi- nya. (Charles Wenar dan Patricia Kerig, t.t:323)
Selain kontrol emosi yang minim dapat Anak-anak dengan conduct disorder
mengarah kepada terbentuknya conduct disorder, memiliki definisi dalam mengembangkan strategi
kontrol emosi yang berlebihan juga dapat untuk mengatasi masalah interpersonal. Selain itu
berdampak sama. Penelitian terhadap anak anak-anak dengan conduct disorder juga
perempuan menunjukkan bahwa kontrol yang memiliki cara yang berbeda dalam memproses
berlebihan terhadap emosinegatif yang membuat informasi sosial. Mereka seringkali salah dalam
anak menaham amarahnya sekuat mungkin dapat menginterpretasikan niat/intensi orang lain di
menyebabkan emosi negatif tersebut lingkungannya sehingga cenderung berespon
terlampiaskan pada usia selanjutnya. secara implusif ataupun berlebihan. Mereka juga
hanya memiliki sidikit alternatif dalam mengatasi
3) Perkembangan Prososial masalah interpersonal dan mengharapkan hasil
Menurut Piaget, pada saat anak yang positif dari tindakan agresifnya.
memasuki usia sekolah dasar, anak mulai
beranjak dari keadaan cognitive egocentrism 5) Penggunaan Obat Terlarang
(anak memandang dunia sekitar hanya dari sudut Penggunaan obat-obatan terlarang juga
padangnya semata) kepada cognitive menyumbangn bagi terbentuknya perilaku
perspectivism (anak dapat memandang dunia dari kriminal yang serius. Hubungan antara Conduct
sudut padang orang lain dengan mem- Disorder dan penggunaan obat-obatan terlarang
pertimbangkan hak dan perasaan orang lain). cenderung kompleks dan transaksional. Di satu
Perspective-taking yaitu kemampuan untuk sisi remaja yang tidak mampu mengatur perilaku
melihat berbagai hal dari sudut padang orang dan emosi dapat merasa tertatik pada tantangan
lain, merupakan faktor penting bagi dan sensasi penggunaan obat terlarang. Apabila ia
perkembangan penalaran moral dan empati. telah menyandu obat terlarang maka selanjutnya
Penalaran moral dna empati dapat mencegah ia akan semakin sering terlibat dalam aktivitas
kecenderungan perilaku antisosial dan agresif. illegal untuk mendapatkan obat terlarang dan
menjadi bagian dari lingkungan yang antisosial.
4) Kognisi Sosial Selain itu, bahan yang terkandung dalam alkohol
Eron dan Huesmann dalam Charles Wenar dan obat terlarang dapat memicu seseorang untuk
dan Patricia Kerig menyatakan bahwa perilaku terlibat dalam tindakan beresiko dan illegal.
agresif tidak semata ditentukan oleh adanya
faktor pencetus di lingkungan namun c. Faktor Keluarga
kecendrungan agresif ada di dalam karakter Salah satu faktor yang paling berpengaruh
individu. Selanjutnya Huesman dan Reynold dalam gangguan tingkah laku adalah pengaruh
agresif ada di dalam Charles Wenar dan Patricia lingkungan kelaurga. Menurut Henggeler
Kerig menyatakan bahwa agresivitas berakar sebagaimana yang di kutip oleh Linda De Clerg,
pada cognitive schemata yaitu kecendrungan bahwa perilaku antisosial anak berhubungan
untuk menginterprestasikan dan berespon dengan: (1) Perilaku antisosial orang tua mereka,
terhadap kejadian; kecenderungan itu diperoleh (2) Strategi disiplin orang tua yang tidak efektif
dari pengalaman masa lalu dan digunakan untuk dan tidak konsisten serta lemahnya pengawasan
orang tua (kurangnya teknik dan keterampilan),
(3) Kurangnya komu- nikasi dan kasih sayang
orang tua atau keluarga dan tingginya konflik
keluarga.(Linda De Clerg, 1994:185).
Menurut Charles Wenar dan Patricia Kerig,
factor keluarga yang mempengaruhi terben-
tuknya Conduct Disorder adalah attachment proses transaksional dalam keluarga. Berikut
(kelekatan orang tua dan anak), masalah dalam penjelasan menganai masing- masing faktor:
rumah tangga, psikopatologi yang dialami orang 1) Attachment
tua, pola asuh yang kasar dan penurunan perilaku Kelekatan (attachment) yang bersifat
agresif antar generasi, adanya teori coercion, dan insecure antara orang tua dan anak ketika bayi
mengarah bagi terbentuknya masalah perilaku pada
Rehani, Gangguan Tingkah Laku Pada Anak | 6

saat anak berusia prasekolah, seperti berperilaku sebagai orang tua tunggal, selama ibu memiliki
kasar dan melawan. Namun menu- rut Greenberg, pola suh yang baik dan hubungan yang suportif
Sprltz dan Deklyen dalam Charles Wenar dan dengan anak. (Charles Wenar dan Patricia Kerig,
Patricia Kerig, penelitian terakhir belum t.t:320-327).
menemukan adanya dampak langsung dari Hal senada juga terungkap dari sebuah studi
attachment terhadap perilaku antisosial, tentang para ibu bercerai yang depresif dan yang
walauoun hubungan yang buruk antara orang tua tidak depresif. Forgatch dan Patterson dalam
dan anak membawa resiko bagi perkembangan Linda De Clerg menemukan bahwa para ibu yang
psikopatologi secara umum. depresif secara signifikan lebih mudah marah
2) Masalah dalam Rumah sehingga tidak efektif dalam menerapkan disiplin
Tangga di bandingkan dengan ibu yang tidak depresif.
Menurut Shaw dkk dalam Charles Wenar Kemudian anak dari ibu yang depresif lebih
dan Patricia Kerig, masalah yang terjadi dalam agresif daripada anak-anak dari ibu yang tidak
keluarga merupakan subur bagi terbentuknya depresif. Studi ini memberi dukungan bagi
perilaku antisosial untuk mencari perhatian hubungan antara deprsifnya ibu dan sikap mudah
lingkungan, terutama pada anak laki-laki. marahnya ibu dengan pemberian disiplin yang
Menurut Graham-Bermann & Edleson; Geffner tidak efektif dan tingkah laku antisosial anak.
dkk dalam Charles Wenar dan Patricia Kerig, Kelaurga dengan single parent juga beresiko
anak-anak yang melihat atau mengalami terhadap perilaku conduct disorder pada anak.
kekerasan dalam rumah tangga akan berpotensi Figur seorang ayah juga sangat dibutuhkan oleh
untuk mengembangkan masalah perilaku. seorang anak. Seorang anak laki-laki tanpa
Menurut Dodge, Petit dan Bates dalam Charles adanya figur ayah akan beresiko terhadap
Wenar dan Patricia Kerig, anak juga seringkali perilaku conduct disorder. (Linda De Clerg, 1994:
menjadi target kekerasan orang tuanya, misalnya 190).
anak yang mengalami gangguan tingkah laku Kebanyakan dari anak yang agresif dari
biasanya merupakan anak yang pernah keluarga yang paling tidak salah satu dari orang
mendapatkan perlakuan salah dari orangtuanya. tuanya kejam terhadap orang tuanya yang lain,
Menurut Cummings dan Davies dalam Charles kejam terhadap anak, terhadap saudara-
Wenar dan Patricia Kerig, gangguan tingkah laku saudaranya atau terhadap orang-orang lain di luar
juga berhubungan dengan konflik antar orang tua keluarganya. Kebanyakan anak-anak yang agresif
dan perceraian orang tua walaupun tidak disertai ini mendapat penyiksaan baik secara fisik
dengan kekerasan. Namun menurut McCord, maupun emosional.
bukan keadaan broken home sendiri yang 3) Psikopatologi Orangtua
menyebab- kan masalah perilaku pada anak Orangtua pengguna obat-obatan terlarang,
melainkan kualitas emosional yang ditampilkan terutama ayah kemungkinan besar memicu
antar angfota keluarga. Mislanya anak laki-laki Conduct Disorder pada anak. Menurut Cummings
jarang menjadi nakal walaupun hanya diasuh oleh dan Davies dalam Charles Wenar dan Patricia
ibu Kerig, depresi yang dialami ibu juga berkaitan
dengan masalah gangguan pada anak. Orangtua
yang mengalami gangguan kepribadian antisosial
juga meningkatkan kemungkinan muncul dan
bertahannya gang- guan tingkah laku pada anak.
4) Pola asuh yang keras dan
penurunan perilaku agresif antar generasi
Menurut Eron dan Huesmann dalam
Charles Wenar dan Patricia Kerig, penelitian
menunjukkan bahwa perilaku agresif tidak hanya
diturunkan dalam satu generasi saja melainkan
antar generasi sebelumnya juga dan
perilaku agresif tersebut diturunkan melalui melalui hukuman yang kasar. (Charles Wenar dan
proses modeling (meniru), misalnya menirtu Patricia Kerig,t.t: 319).
kekerasan yang dilakukan antar orangtua atau Seringkali orangtua merupakan model dalam
kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anak sikap-sikap mereka menggunakan hukuman fisik
7 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012, hlm. 201-208

dan emosional yang diterapkan dengan keras. konfrontasi. Atau serious violations of rules
Anak biasanya mengamati dan meniru perilaku (melakukan pelanggaran aturan yang serius),
agresif orang tuanya. Perilaku agresif anak juga misalnya: (13) sering keluar rumah pada malam
disebabkan karena perilaku kriminal orang tua hari meskipun dilarang, yang dimulai pada usia
dan minuman alkohol. Di samping itu juga 13 tahun, (14) melarikan diri dari rumah pada
disebabkan karena adanya gangguan mental pada malam ahri setidaknya 2 kali selama tinggal di
salah satu atau kedua orang tua. Depresi pada rumah orang tua atau orang tua asuh (atau satu
orang tua sangat erat kaitannya dengan masalah kali tanpa kembali ke rumah untuk jangka waktu
gangguan tingkah laku pada anak. lama), (15) sering bolos dari sekolah yang di
mulai sebelum usia 13 tahun.
SIMPULAN Ada tiga faktor penyebab gangguan
Gangguan tingkah laku atau conduct tingkah laku pada anak yaitu:
disorder mengacu pada pola perilaku antisosial 1. Faktor biologis yaitu temperamen yang
yang bertahan yang melanggar hak-hak orang lain merupakan gaya karakteristik seseorang
dan norma susila. Ada beberapa kriteria gangguan dalam melakukan pendekatan dan bereaksi
tingkah laku pada anak yang terhadap orang dan situasi dilingkungannya.
setidaknya 3 dari hal-hal berikut muncul dalam 12 2. Faktor individual yaitu regulasi diri (self-
bulan terakhir, seperti: agresi terhadap orang dan regulation) yang kurang terbentuk sejak dini,
hewan misalnya: (1) sering melakukan bully, regulasi emosi yang buruk sehingga anak
ancaman, mengintimidasi orang lain, (2) sering tidak dapat mengembangkan strategi coping
memulai petengkaran fisik, (3) menggu-nakan (strategi dalam mengatasi masalah) yang
senjata yang dapat menyebabkan bahaya fisik baik untuk mengatasi emosi negatifnya dan
terhadap orang lain (misalnya tongkat, botol mengatur emosinya, kurang berkem-
pecah, pisau, pistol), (4) melakukan kekejamna bangnya pemahaman moral dan empati,
fisik terhadap orang lain, (5) melakukan kognisi sosial anak yang berkembang
kekejaman fisik terhadap hewan, (6) mencuri dengan buruk, dan penggunaan obat-obatan
sambil mengkonfrontasi korban (missalnya terlarang.
pencopetan, perampokan bersenjata), (7) 3. Faktor keluarga yaitu perilaku antisosial
memaksa seseorang untuk melakukan aktivitas orang tua mereka, strategi disiplin orang tua
seksual, atau destruction of property yang tidak efektif dan tidak konsisten serta
(melakukan pengrusakan barang), misalnya: (8) lemahnya pengawasan orang tua, kurangnya
melakukan pembakaran secara sengaja dengan komunikasi dan kasih sayang orang tua,
tujuan untuk menghasilkan kerusakan yang serius, attachment (kelekatan orang tua dan anak),
(9) melakukan pengrusakan barang atau benda masalah dalam rumah tangga, psikopatologi
secara sengaja. Atau deceitfulness or theft yang dialami orang tua, pola asuh yang tidak
(melakukan penipuan atau pencurian), misalnya: konsisten dan kurangnya pengawasan.
(10) masuk secara paksa ke dalam rumah,
bnagunan atau mobil, (11) sering berbohong
untuk memperoleh barang atau jasa atau untuk DAFTAR RUJUKAN
menghindari kewajiban (misalnya mengutil
namun tanpa merusak), (12) mencuri tanpa Achmad Mubarok, 2000. Jiwa dalam Al-
Qur'an, Jakarta: Paramadina
American Psychiatric Association, 2000. Diag-
nostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (4th ed) Text Revision Washington,
DC: American Psychiatric Association
Charles Wenar dan Patricia Kerig,.t.t.
Development Psychopathology from
Infancy Through Adolescence, edisi ke-5, Linda De Clerg, 1994. Tingkah Laku Abnormal,
New York : McGraw-Hill dari Sudut Padang Perkembangan, Jakarta:
Diane E. Papalia dan Sally Wendkos Mubarok, Grasindo
1995. Human Developmenr USA: Mc-
Graw-Hill,

Anda mungkin juga menyukai