Anda di halaman 1dari 28

LEARNING DISORDER

AND
CONDUCT DISORDER
ANAK

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002,


pasal 1 ayat 1 terkait dengan perlindungan anak dijelaskan bahwa
anak merupakan seseorang yang berusia dibawah 18 tahun,
termasuk janin yang masih berada dalam kandungan.

WHO (World Health Organization), menyatakan bahwa batasan


usia anak adalah sejak anak didalam kandungan sampai berusia
19 tahun.
DEFINISI LEARNING DISABILITY

Learning Disability yang berarti ketidakmampuan belajar.


Kata disability diterjemahkan “kesulitan”

Keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena


timbulnya respon yang bertentangan.

Dengan demikian, hasil belajar yang dicapai akan lebih


rendah dari potensi yang dimiliki.
Kesulitan belajar merupakan kondisi saat siswa
mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk mengikuti
proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara
optimal (dalam bentuk aktivitas mendengarkan,
berbicara, membaca menulis, menalar dan menghitung).
Faktor kesulitan belajar
Meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik peserta
didik” yaitu
1)Yang bersifat kognitif (ranah cipta) yaitu antara lain
seperti rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi
peserta didik.
2)Yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi labilnya
emosi, minat dan sikap peserta didik.
3)Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu meliputi
terganggunya alat-alat indera penglihatan dan
pendengaran (mata dan telinga).
Penyebab kesulitan belajar dalam diri anak

1) Rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi peserta didik saat


proses belajar mengajar berlangsung.

2) Kurangnya kesadaran dan rendahnya sikap peserta didik saat


proses belajar mengajar berlangsung.

3) Terganggunya alat - alat indra penglihatan yang menyebabkan


peserta didik mengalami kesulitan belajar.
Penyebab kesulitan belajar dari luar anak didik
dipengaruhi oleh:
1) Lingkungan sekolah artinya kesulitan belajar dipengaruhi oleh
kenyamanan dan ketenangan peserta didik ketika belajar di
sekolah.
2) Lingkungan keluarga artinya apabila terdapat ketidakharmonisan
hubungan antara anggota keluarga.
3) Lingkungan masyarakat artinya lingkungan anak didik yang
mayoritas tidak memperhatikan pendidikan dan akan menyulitkan
peserta didik untuk mencari teman belajarnya.
Indikator untuk menentukan kesulitan belajar

1) Anak/Peserta didik tidak dapat menguasai materi pelajaran sesuai


dengan waktu yang telah ditentukan.
2) Anak/Peserta didik memperoleh peringkat hasil belajar yang rendah
dibandingkan dengan peserta didik lainnya dalam satu kelompok.
3) Anak/Peserta didik tidak dapat mencapai prestasi belajar sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
4) Anak/Peserta didik tidak dapat menunjukkan kepribadian yang baik,
seperti kurang sopan, membandel, dan tidak dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan
Klasifikasikan kesulitan belajar

1. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan


(developmental learning disabilities) yaitu kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan
persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar
dalam penyesuaian perilaku sosial.

2. Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities) yaitu kesulitan


belajar yang mencakup adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi
akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-
kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis, atau matematika.
Gejala

1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang


dicapai oleh kelompok kelas.
2. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
meskipun telah berusaha keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar, selalu tertinggal
dengan kawan- kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan
soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
5. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang berlainan
CONDUCT DISORDER
DEFINISI CD

 Anak dengan gangguan perilaku (conduct disorder)


 Kurang rasa empati, tidak bisa menunjukkan welas asih, dan tidak
peduli dengan keadaan orang lain.
 Pola perilaku yang dilakukan secara berulang, dan perilaku yang
ditunjukkan itu tidak sesuai dengan nilai kebenaran yang dianut oleh
masyarakat atau tidak sesuai dengan normal sosial untuk rata-rata
seusianya.
DSM IV (Diagnostic of Statistical Manual of
Mental Disorder)

Merupakan suatu pola perilaku yang terus berulang di


mana hak dasar orang lain atau norma atau aturan
dalam masyarakat dilanggar, yang dimanifestasikan
dengan keberadaan tiga ( atau lebih ) kriteria berikut
dalam 12 bulan terakhir, dan sedikitnya satu kriteria
harus ada dalam 6 bulan terakhir
DSM IV (Diagnostic of Statistical Manual of
Mental Disorder)
a. Aksis I meliputi suatu penggolongan sindrom klinis, yang mencakup secara luas berbagai macam kelompok
diagnostik. Di dalamnya mencakup gangguan kecemasan, gangguan mood, skizofrenia dan gangguan psikotik
lainnya, gangguan penyesuaian, dan gangguan yang umumnya didiagnosis pertama kali pada masa bayi, masa
kanak-kanak, dan masa remaja. Aksis I juga mencakup permasalahan-permasalahan yang menjadi focus
diagnosis tetapi bukan merupakan gangguan mental, seperti problem akademik, pekerjaan atau sosial, dan
faktor-faktor psikologis yang memengaruhi kondisi-kondisi medis.
b. Aksis II meliputi gangguan kepribadian, mencakup di dalamnya pola perilaku maladaptive yang sangat
kaku dan bertahan. Biasanya mengganggu hubungan antar pribadi dan adaptasi sosial, termasuk gangguan
kepribadian antisosial, paranois, narsistik, dan gangguan kepribadian ambang.
c. Aksis III, kondisi-kondisi medis umum, gangguan dan kondisi medis yang mungkin penting bagi
pemahaman atau pengobatan gangguan mental individu. Kondisi medis yang memengaruhi penanganan atau
pemahaman suatu gangguan mental tetapi bukan penyebab langsung dari gangguan juga diklasifikasikan pada
Aksis III.
d. Aksis IV, problem psikososial dan lingkungan, daftar problem psikososial dan lingkungan yang diyakini
memengaruhi diagnosi, penanganan, atau prognosis suatu gangguan mental (permasalahan dengan kelompok
pendukung utama, problem yang berkaitan dengan lingkungan sosial, problem pendidikan, problem pekerjaan,
problem pekerjaan, perumahan, dll)
e. Aksis V, assessment fungsi secara global, mengacu pada assessment menyeluruh seorang klinisi tentang
fungsi psikologis, sosial, dan pekerjaan klien
Conduct disorder dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain adalah adanya :

 faktor genetic

 gangguan pada masa prenatal,

 masalah pada neurobiologist,

 kehidupan sosialnya yang mencakup lingkungan juga


budaya dan pergaulan.
Gejala
 Agresi terhadap orang atau binatang (menyakiti manusia atau hewan)
 merusak barang-barang (merusak milik orang lain)
 suka berbohong atau mencuri
 dan melanggar aturan.
Gejala-gejala remaja :
 suka melakukan intimidasi pada orang lain, suka berkelahi, menggunakan
senjata, melakukan kekerasan seksual, merusak barang milik diri sendiri
dan orang lain, menyulut pertengkaran, berbohong, suka keluar malam,
suka minggat dari rumah, bolos dari sekola h, mencuri dan melakukan
kekerasan fisik pada orang lain atau hewan.
Tipe Kemunculan Berdasarkan Usia

 Conduct disorder childhood-onset type: sekurang-


kurangnya 1 kriteria conduct disorder sebelum 10 tahun.
 Conduct disorder adolescent-onset type: tidak adanya 1
kriteria pun dari karakeristik conduct disorder sesudah usia
10 tahun.
 Conduct disoerder unspecified onset: usia onset tidak
diketahui
Jenis-jenis Conduct Disorder (The ICD-10 Classification of Mental
and Behavioral Disorders yang dikeluarkan oleh (WHO)

Conduct disorder yang dibatasi dalam konteks keluarga: merupakan conduct disorder yang
meliputi perilaku abnormal sepenuhnya, atau hampir sepenuhnya, dibatasi dengan rumah
dan atau interaksi dengan keluarga

Conduct disorder yang tidak terisolasi: merupakan conduct disorder yang ditandai dengan kombinasi
perilaku disosial dan agresif yang berulang (tidak hanya perilaku melawan, menyimpang, atau
mengganggu), dengan abnormalitas yang dapat menembus secara signifikan dalam hubungan
individualnya dengan anak-anak yang lain

Conduct disorder yang terisolasi: merupakan conduct disorder yang meliputi perilaku sosial
dan agresif yang berulang (tidak hanya perilaku melawan, menyimpang, atau mengganggu),
yang terjadi pada individu yang terintegrasi dengan baik ke dalam per group-nya.
Ciri-ciri Conduct Disorder

Menurut DSM-IV (American Psychiatric Association, 1994),


gangguan perilaku ini disebut juga distruptive behavior
disorder yang terdiri atas dua bentuk yaitu conduct disorder
dan oppositional defiant disorder.
Menurut Carr (2001) perbedaan kedua gangguan perilaku
tersebut adalah pada tingkat keparahannya dimana conduct
disorder lebih parah daripada distrucptive behaviour
disorder.
Karakteristik Perilaku Conduct Disorder
Gambaran perilaku ini pada awalnya sangat mirip dengan
ADHD. Namun yang dapat dibedakan adalah pada ADHD terdapat
rasa empati kepada orang lain atau binatang yang telah disakitinya
dalam arti timbul rasa penyesalan dalam dirinya, hal ini berbeda
dengan conduct disorder
Intervensi Gangguan Perilaku
 Teknik Positive Behavior Support (PBS): meliputi kegiatan identifikasi dan asesmen
kasus dan pola perilaku bermasalah/mengelola emosi dan perilaku pd anak. Assesmen
konferensi kasus yang melibatkan peran tim ahli terkait (guru pendidikan khusus,
psikolog, psikiater, orangtua anak), serta penyusunan rancangan intervensi sesuai hasil
asesmen. Dalam meningkatkan akademik dan sosial anak yang ditemukan pada anak
misalnya: cacat, gangguan emosional dan perilaku dalam belajar, keterbelakangan
mental, autisme, masalah perilaku (misalnya, agresi, disruptif, menyakiti diri sendiri,
withdrawal), dan dari berbagai situasi (misalnya, rumah, sekolah, masyarakat)

 Functional Behavior Assessment (FBA): pendekatan asesmen perilaku multimetode dan


multi-sumber untuk mengetahui hubungan perilaku dengan faktor pemicu atau yang
menyebabkan perilaku tersebut dilakukan. Metode langsung berupa observasi dengan
menggunakan pola antecedents, behaviors, dan consequences (ABC) terhadap perilaku
bermasalah anak yang terjadi pada kegiatan keseharian di sekolah
HOW
AND
BE CAME
IMPACT OF LEARNING DISABILITIES
MULTI INTERVENTIONS
EDUCATION MANAGEMENT
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai