Anda di halaman 1dari 3

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 990 Date March 09,2020

Characters 6709 Exclude Url

17% 83% 7 35
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

8. Lampu sinar UV Disesuaikan terhadap kebutuhan hasil pengamatan, panjang gelombang yang biasa digunakan adalah 254
sampai 366 nm. A. Fase Gerak Dibawah ini adalah beberapa petunjuk memilih untuk mengoptimasi fase gerak: a) Fase gerak
harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif. b) Daya elusi fase gerak harus
diatur sedemikian rupa sehingga harga Retention factor chromatography (Rƒ) terletak antara 0,2-0,8 angka ini cocok untuk
memaksimalkan pemisahan. c) Pelarut yang bersifat polar ditambahkan ke dalam pelarut non polar akan meningkatkan harga
Rf secara signifikan (Gandjar & Rohman, 2007). d) solut-solut ionik dan solut solut polar lebih baik menggunakan campuran
pelarut sebagai fase geraknya, contohnya campuran ekstrak dengan air dan campuran ekstrak dengan menthol,
menggunakan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit etanoat dan atau amonia masing-masing akan meningkatkan
solut-solut yang bersifat basa dan asam. Eluen Fase Diam Keterangan Heksan : Etil asetat Silika Gel Sistem umum yang
digunakan Petrol : Dietileter Silika Gel Sistem umum yang digunakan untuk senyawa nonpolar seperti terpen dan asam lemak
Petrol : Kloroform Silika Gel Berguna untuk pemisahan derivat asam sinamat dan kumarin Toluen : Etil asetat : Asam asetat
(TEA) Silika Gel 80:18:2 v/v atau 60:38:2 v/v Komposisi ini baik jika digunakan untuk pemisahan metabolit asam Kloroform :
Aseton Silika Gel Sistem umum untuk produk dengan polaritas sedang n-Butanol : Asam Asetat : Air Silika Gel Sistem polar
untuk flavonoid dan glikosida Metanol : Air C18 Dimulai dengan metanol 100% dilanjutkan dengan penambahan konsentrasi
air Asetonitril : Air C18 Sistem umum Reverse phase Metanol : Air Selulosa Digunakan untuk pemisahan senyawa dengan
kepolaran tinggi contohnya gula dan glikosida Gambar 2. 5. Beberapa Sistem Pemisahan ekstrak Bahan Alam menggunakan
KLT (Gibbons, 2006) B. Penotolan Sampel Volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 μl, penotolan harus dilakukan
secara bertahap dan diselingi dengan pengeringan jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 μl.(Gandjar &
Rohman, 2007). C. Pengembangan Bila penotolan sampel telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan
sampel dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dilakukan penjenuhan dengan uap fase gerak, biasanya
menggunakan kertas saring dan dikatakan telah jenuh jika fase gerak telah mencapai ujung kertas saring. Tutup rapat bejana
kromatografi dan volume fase gerak yang digunakan usahakan sesedikit mungkin, tetapi harus mampu mengelusi lempeng
(plat KLT) sampai ketinggian lempeng yang telah ditentukan sebelumnya (Gandjar & Rohman, 2007). D. Deteksi Bercak Deteksi
bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia melalui cara penyemprotan yang berisi suatu pereaksi
sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan fluorosensi sinar
ultraviolet (Gandjar & Rohman, 2007). BAB III PROSEDUR KERJA 3.1 Alat dan Bahan a. Alat Pipet Tisu dan kain lap Label
Corong Aluminium foil Pinset Tabung reaksi KLT Plat Kaca Penjepit kayu b. Bahan Ekstrak Elephantopus scaber
Etanol HCl Magnesium n-heksana Auadest Kiesel gel GF 254 Asam sulfat 10% 3.2 Preparasi sampel 1. Dimasukkan
ekstrak sebanyak 0,3 gram kedalam tabung reaksi, kemudian campurkan dengan 3 ml n-heksana. Kocoklah berkali-kali dalam
tabung reaksi sampai ekstrak n-heksana tidak berwarna. 2. Disiapkan 20 ml etanol untuk melarutkan residu. Kemudian dibagi
menjadi 4 bagian, masing-masing disebut sebagai larutan IIIA, IIIB, IIIC dan IIID. 3.3 Reaksi Warna 1. Uji Bate-Smith dan Metcalf
a. Larutan IIIA dipakai sebagai blanko. Siapkan 0,5 mL HCl pekat, lalu ditambahkan pada larutan IIIB, kemudian amati
perubahan warna yang terjadi, setelah itu gunakan penangas air untuk memanaskan. Amati kembali perubahan warna yang
terjadi. b. Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu menunjukkan adanya senyawa leukoantosianin
(dibandingkan dengan blanko). 2. Uji Wilstater a. Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambah 0,5ml HCL pekat dan sedikit
serbuk magnesium. b. Diamati perubahan warna yang terjadi, diencerkan dengan 2mL air suling melewati dinding tabung,
kemudian ditambahkan 1 mL butanol secara perlahan-lahan melewati dinding tabung. c. Diamati warna yang terjadi di setiap
lapisan. Adanya flavon ditunjukkan oleh perubahan warna jingga, flavonol ditunjukkan dengan adanya merah pucat, flavanon
ditunjukkan dengan warna merah tua. 3.4 Kromatografi Lapis Tipis KLT Pola kromatografi Lakukan Kromatografi lapis tipis
ditunjukkan dengan warna merah tua. 3.4 Kromatografi Lapis Tipis KLT Pola kromatografi Lakukan Kromatografi lapis tipis
seperti yang tertera pada Kromatografi <61> dengan parameter sebagai berikut : Fase gerak n-Heksan P-eli! asetat P-metanol
P (5:5: I) Fase diam Silika gel 60 F254 Larutan uji 10% dalam metanol P , gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatografi <61> Lanltan pembanding lsodeoksielefantopin 1% dalam metanol P Volume Penotolan Totolkan masing-
masing 5 flL Lar'Lllan uji dan Larutan pembanding Deteksi Asam sulfat P 10% dalam etanol P Keterangan : S : Simplisia daun
tapak liman P : Pembanding isodeoksielefantopin Rƒ : pembanding isodeoksielefantopin 0,68 Rƒ l. 0,06 Rƒ 2. 0,12 Rƒ 3. 0,37 Rƒ
4. 0,43 Rƒ 5. 0,68 Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 14,3% Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 5,0% 1. Larutan IIID dan
fase n-heksan (3.2.a.1) ditotolkan pada fase diam. 2. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan : a) Fase diam : Silika gel 60
F254 b) Fase gerak : n-Heksan P-eli! asetat P-metanol P (5:5: I) c) Penampak noda : Asam sulfat P 10% dalam etanol P 3. Hasil
KLT Gambar 3.3 menunjukkan bahwa fraksi petroleum eter ekstrak etanol Elephantopus scaber Linn. mengandung flavonoid.
Pada plate KLT fraksi petroleum eter ekstrak etanol daun tapak liman setelah dielusi ada tiga spot dengan nilai Rf 0,75; 0,8125
dan 0,9. Harga Rf standar flavonoid (Quersetin) adalah 0,75. Hal ini dapat disimpulkan bahwa fraksi petroleum eter ekstrak
etanol daun tapak liman mengandung senyawa flavonoid (Listyowati dkk, 2013). BAB IV BAGAN ALIR 4.1. Preparasi Sampel 4.2.
Uji Bate-Smith dan Metcalf 4.3. Uji Wilstater 4.4. Kromatografi Lapis Tipis DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Arya, V., Thakur, N., and
Kashyap, C.P., 2012, Preliminary Phytochemical Analysis of the Extracts of Psidium Leaves, Journal of Pharmacognosy and
Phyto chemistry, 1 (1) : 2278-4136 Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2008, Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun
Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: Direktorat Obat Asli Indonesia.

Sources Similarity

KLT fitokimia (wina) dengan parameter sebagai berikut : Fase gerak n-Heksan P-eli! asetat P-metanol P (5:5:
I) Fase diam Silika gel 60 F254 Larutan uji 10% dalam metanol P , gunakan Larutan uji KLT seperti yang
tertera pada Kromatografi <61> Lanltan pembanding lsodeoksielefantopin 1% dalam metanol P Volume
Penotolan Totolkan masing-masing 5 flL Lar'Lllan uji dan Larutan pembanding Deteksi Asam sulfat P 10%
dalam etanol P Keterangan : S : Simplisia daun tapak liman P : Pembanding isodeoksielefantopin Rƒ :
pembanding isodeoksielefantopin 0,68 Rƒ l. 0,06 Rƒ 2. 0,12 Rƒ 3. 0,37 Rƒ 4. 0,43 Rƒ 5. 0,68 Sari larut air
<91 > Tidak kurang dari 14,3% Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 5,0% 1. Larutan IIID dan fase n-
heksan (3.2.a.1) ditotolkan pada fase diam. 2. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan : a) Fase diam :
Silika gel 60 F254 b) Fase gerak : n-Heksan P-eli! asetat P-metanol P (5:5: I) c) Penampak noda : Asam sulfat
P 10% dalam etanol P 3. Hasil KLT Gambar 3.3 menunjukkan bahwa fraksi petroleum eter ekstrak etanol
Elephantopus scaber Linn. mengandung flavonoid. Pada plate KLT fraksi petroleum eter ekstrak etanol
daun tapak liman setelah dielusi ada tiga spot dengan nilai Rf 0,75; 0,8125 dan 0,9. Harga Rf standar
flavonoid (Quersetin) adalah 0,75. Hal ini dapat disimpulkan bahwa fraksi petroleum eter ekstrak etanol 20%
daun tapak liman mengandung senyawa flavonoid (Listyowati dkk, 2013). BAB IV BAGAN ALIR 4.1.
Preparasi Sampel 4.2. Uji Bate-Smith dan Metcalf 4.3. Uji Wilstater 4.4. Kromatografi Lapis Tipis DAFTAR
PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Arya, V., Thakur, N., and Kashyap, C.P., 2012, Preliminary
Phytochemical Analysis of the Extracts of Psidium Leaves, Journal of Pharmacognosy and Phyto chemistry,
1 (1) : 2278-4136 Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2008, Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun
Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: Direktorat Obat Asli Indonesia.">Compare text
silika gel. sistem umum yang digunakan untuk senyawa nonpolar seperti terpen dan asam lemak.adsorben
yang paling banyak digunakan dalam kromatografi lapis tipis adalah silika gel dan aluminium oksida.eluen
yang digunakan yaitu n-hexan : etil asetat (8:2) sebanyak 5 ml.
http://winafito.blogspot.com/2014/12/klt-fitokimia-wina.html

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope... dengan parameter sebagai berikut : Fase
gerak n-Heksan P-eli! asetat P-metanol P (5:5: I) Fase diam Silika gel 60 F254 Larutan uji 10% dalam
metanol P , gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada Kromatografi <61> Lanltan pembanding
lsodeoksielefantopin 1% dalam metanol P Volume Penotolan Totolkan masing-masing 5 flL Lar'Lllan uji
dan Larutan pembanding Deteksi Asam sulfat P 10% dalam etanol P Keterangan : S : Simplisia daun tapak
liman P : Pembanding isodeoksielefantopin Rƒ : pembanding isodeoksielefantopin 0,68 Rƒ l. 0,06 Rƒ 2.
0,12 Rƒ 3. 0,37 Rƒ 4. 0,43 Rƒ 5. 0,68 Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 14,3% Sari larut etanol <92>
Tidak kurang dari 5,0% 1. Larutan IIID dan fase n-heksan (3.2.a.1) ditotolkan pada fase diam. 2. Uji
kromatografi lapis tipis ini menggunakan : a) Fase diam : Silika gel 60 F254 b) Fase gerak : n-Heksan P-eli!
asetat P-metanol P (5:5: I) c) Penampak noda : Asam sulfat P 10% dalam etanol P 3. Hasil KLT Gambar 3.3
menunjukkan bahwa fraksi petroleum eter ekstrak etanol Elephantopus scaber Linn. mengandung
flavonoid. Pada plate KLT fraksi petroleum eter ekstrak etanol daun tapak liman setelah dielusi ada tiga
spot dengan nilai Rf 0,75; 0,8125 dan 0,9. Harga Rf standar flavonoid (Quersetin) adalah 0,75. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa fraksi petroleum eter ekstrak etanol daun tapak liman mengandung senyawa 3%
flavonoid (Listyowati dkk, 2013). BAB IV BAGAN ALIR 4.1. Preparasi Sampel 4.2. Uji Bate-Smith dan Metcalf
4.3. Uji Wilstater 4.4. Kromatografi Lapis Tipis DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Arya,
V., Thakur, N., and Kashyap, C.P., 2012, Preliminary Phytochemical Analysis of the Extracts of Psidium
Leaves, Journal of Pharmacognosy and Phyto chemistry, 1 (1) : 2278-4136 Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI, 2008, Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: Direktorat
Makanan RI, 2008, Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: Direktorat
Obat Asli Indonesia.">Compare text
departemen kesehatan republik indonesia, 1985, cara pembuatan simplisia, departemendepartemen
kesehatan republik indonesia, 2000, parameter standar umum ekstrak tumbuhandepartemen kesehatan
republik indonesia, 2011, farmakope herbal indonesia suplemen ii...
http://scholar.unand.ac.id/4283/4/DAFTAR PUSTAKA.pdf

Anda mungkin juga menyukai