tp
s:
//j
a ka
rta
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s:
//j
ak
ar
ta.
bp
s.
go.
id
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI DKI JAKARTA 2019
ISSN : 1829.703X
No Publikasi : 31550.1905
id
Katalog : 4102004.31
o.
Ukuran Buku : 29,5 cm x 21,5 cm
Jumlah Halaman : xiv + 119 halaman g
s.
bp
Naskah
t
id
Editor : Muhammad Noval
o.
g
Rocky Gunung Hasudungan
s.
bp
a.
Yulius Antokida
ak
//j
s:
Disadari bahwa publikasi ini dapat terwujud berkat kerjasama dengan berbagai instansi.
id
o.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama
g
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan masukan-masukan sehingga publikasi
s.
bp
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan publikasi
t
ar
ini di masa yang akan datang. Akhirnya kami berharap agar publikasi ini bermanfaat bagi semua
ak
pihak.
//j
s:
tp
BUYUNG AIRLANGGA
Halaman
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang dan Ruang Lingkup 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
1.3 Jenis dan Sumber Data 2
1.4 Sistematika Penulisan 3
BAB II. KEPENDUDUKAN 5
2.1 Jumlah dan Komposisi Penduduk 6
id
2.1.1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk 7
o.
2.1.2. Komposisi Penduduk 9
2.1.3. Rasio Jenis Kelamin .g 11
ps
2.2 Status dan Usia Perkawinan 13
2.3 Pemakaian Alat/Cara Keluarga Berencana 16
.b
id
o.
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
tp
ht
Halaman
BAB II. KEPENDUDUKAN
id
2.6 Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin 20
o.
di DKI Jakarta, Tahun 1990, 2000, 2010, 2019
.g
2.7 Rasio Jenis Kelamin menurut Golongan Umur di DKI Jakarta 21
ps
Tahun 1990, 2000, 2010, 2019
.b
id
o.
4.3 Persentase Penduduk Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama 52
.g
di DKI Jakarta, Agustus 2018 - Agustus 2019
ps
4.4 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin di DKI 52
Jakarta, Agustus 2018 - Agustus 2019
.b
ta
BAB V. KESEHATAN
//j
s:
Tahun 2011-2016
ht
id
6.9 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menguasai 91
o.
HP Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, 2018
.g
ps
6.10 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Komputer/Laptop 91
Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, 2018
.b
ta
7.1 Distribusi Pendapatan dan Gini Rasio DKI Jakarta, Tahun 1990, 104
ht
2000 - 2018
7.2 Rata-rata Pengeluaran Makanan per Kapita Sebulan menurut Jenis 105
Pengeluaran Sebulan di DKI Jakarta, 2018
7.3 Rata-rata Pengeluaran Non Makanan per Kapita Sebulan Menurut 105
Jenis Pengeluaran Sebulan di DKI Jakarta, 2018
7.4 Pengeluaran Rata-rata per kapita per bulan Menurut Kelompok 106
Pengeluaran di DKI Jakarta Tahun 2010-2017
Halaman
id
2.5. Rasio Jenis Kelamin Menurut Kelompok Usia di DKI Jakarta, 2019 12
(persen)
o.
.g
2.6. Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, 2015 13
ps
dan 2019
.b
id
5.2. Angka Harapan Hidup di DKI Jakarta, 2015-2018 58
o.
.g
5.3. Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun Menurut 61
ps
Penolong Kelahiran Bayi Usia 0-23 Bulan di DKI Jakarta, 2016
.b
Jakarta, 2012-2018
ht
id
8.3. Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, Maret
o.
111
2017 dan Maret 2018 (persen)
.g
ps
8.4. Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, Maret 113
2017 - Maret 2018 (rupiah/kapita/bulan).
.b
Kejahatan, 2018
ar
ak
//j
s:
tp
ht
id
pembangunan di wilayah lain. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi terhadap
o.
.g
berbagai kinerja pembangunan, agar kebijakan yang akan diambil pada
ps
masa mendatang dapat mencapai sasaran dan mampu meningkatkan
.b
id
setiap bab disertakan ulasan, sehingga dapat diperoleh gambaran
o.
informasi yang terkait dengan topik bahasan pada bab yang bersangkutan.
.g
ps
Tabel yang disajikan memuat beragam indikator, baik dalam bentuk jumlah,
.b
Sumber data utama penulisan ini berasal dari hasil Survei Sosial
ar
Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2018 dan Maret 2019, Survei Angkatan
ak
2015 ditambah data penunjang lainnya yang berasal dari sensus dan
tp
c. Sensus Penduduk
Sensus penduduk merupakan kegiatan nasional yang bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang penduduk dan rumah tangga di seluruh
Indonesia. Sensus penduduk dilakukan secara berkala setiap 10 tahun
sekali, biasanya di tahun yang berakhiran 0, yaitu tahun 1961, 1971,
1980, 1990, 2000 dan 2010. Sensus Penduduk mencakup semua
id
o.
orang yang berada di wilayah geografis Indonesia pada saat
.g
pencacahan, baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara
ps
Asing (kecuali korps diplomatik beserta keluarganya), awak kapal
.b
ta
id
dengan lingkungannya. Bab terakhir merupakan bab penutup yang berisi
o.
kesimpulan dan saran. .g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
tp
ht
id
Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga penyedia data,
o.
.g
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan melakukan perhitungan
ps
proyeksi data kependudukan dari hasil sensus penduduk (SP) dan juga
.b
informasi kependudukan.
ak
manusia yang cukup besar, namun disisi lain potensi sumber daya alam
ht
Gambar 2.1
Jumlah Penduduk DKI Jakarta Tahun 2019 (orang)
id
o.
2 906 290 .g
ps
2 587 170
.b
2 262 407
ta
ar
1 810 940
ak
//j
912 314
s:
tp
24 936
ht
KEPULAUAN KOTA JAKARTA KOTA JAKARTA KOTA JAKARTA KOTA JAKARTA KOTA JAKARTA
SERIBU SELATAN TIMUR PUSAT BARAT UTARA
Sumber : Proyeksi Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 – 2025 Hasil SUPAS, BPS
id
pertumbuhan penduduk mulai melandai dengan capaian 0,7 persen pada
o.
.g
tahun 2018, sehingga jumlah penduduk pada tahun 2019 mencapai 10,5
ps
juta jiwa atau selama delapan tahun terakhir terjadi kenaikan penduduk
.b
Sumber : Proyeksi Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 – 2025 Hasil SUPAS, BPS
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2019 7
Selama tahun 2000-2010, terlihat adanya pertumbuhan yang naik, dari 0,1
persen di tahun 2000 menjadi 1,4 persen di tahun 2010. Laju pertumbuhan
ini antara lain diduga dari rendahnya pencapaian keberhasilan program
keluarga berencana (KB), rendahnya tingkat kematian bayi dan masuknya
pendatang dari luar DKI Jakarta, terutama kedatangan penduduk pasca
Hari Raya Idul Fitri.
2
Dengan luas wilayah 662,33 km dan jumlah penduduk yang terus
meningkat dari tahun ke tahun, berakibat pada meningkatnya kepadatan
penduduk di DKI Jakarta. Pada tahun 2000, kepadatan penduduk DKI
2 2
Jakarta mencapai 12.603 jiwa/km , meningkat menjadi 14.506 jiwa/km
2
pada tahun 2010 dan pada tahun 2019 menjadi 15.859 jiwa/km .
id
Gambar 2.3
o.
Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta,
2019 (Jiwa/Km2)
.g
ps
.b
19 972
18 955
ta
16 015 15 457
ar
ak
12 348
//j
s:
tp
2 866
ht
Sumber : Proyeksi Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 – 2025 Hasil SUPAS, BPS
Kenaikan tingkat kepadatan penduduk di Provinsi DKI Jakarta
terjadi di seluruh kabupaten/kota. Kepadatan penduduk pada tahun 2019
tertinggi terdapat di Kota Jakarta Barat yaitu 19.972 jiwa/km2. Kota yang
relatif jarang penduduknya adalah Kota Jakarta Utara dengan luas wilayah
146,66 km2, dengan kepadatan penduduk di tahun 2019 sekitar 12.348
2
jiwa/km . Tingkat kepadatan penduduk yang terendah terdapat di
2
Kabupaten Kepulauan Seribu sebesar 2.866 jiwa/km .
id
o.
Tabel 2.1
.g
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Usia Muda,
Produktif, dan Usia Tua (Persen) di DKI Jakarta, 2015 – 2019
ps
.b
ta
Kelompok Komposisi
No Jumlah
ak
(%)
s:
Usia
ht
Sumber : Proyeksi Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 – 2025 Hasil SUPAS, BPS
id
Kemudian pada tahun 2019 angka ketergantungan mengalami kenaikan
o.
.g
menjadi 38,14 persen. Semakin besar proporsi penduduk usia non
ps
produktif, angka ketergantungan (dependency ratio) akan semakin besar.
.b
Ini berarti beban yang harus ditanggung oleh penduduk kelompok usia
ta
ar
Gambar 2.4
ht
Sumber : Proyeksi Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 – 2025 Hasil SUPAS, BPS
id
tempat lain.
o.
.g
Berdasarkan angka proyeksi tercatat bahwa jumlah penduduk DKI
ps
Jakarta pada tahun 2019 mencapai 10,50 juta jiwa dengan rasio jenis
.b
kelamin 100 persen. Nilai rasio jenis kelamin 100 menunjukkan penduduk
ta
ar
laki-laki sama dengan perempuan. Pada tahun 2019, rasio jenis kelamin
ak
pada kelompok umur 5-9 tahun tercatat nilai rasio 104,9 yang memberi
//j
banyak penduduk berjenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Hal ini
ht
id
o.
Sumber : Proyeksi Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 – 2025 Hasil SUPAS, BPS
.g
Dari grafik diatas, tampak bahwa beberapa kelompok umur yang
ps
.b
memiliki rasio jenis kelamin dibawah 100,00, seperti kelompok umur 15-19
ta
tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun, 55-59 tahun, 60-64 tahun, 65-69 tahun,
ar
70-75 tahun, dan 75+ tahun. Kelompok rasio jenis kelamin dibawah 100
ak
terbagi menjadi dua yakni kelompok usia sekolah dan kelompok usia lanjut.
//j
s:
Gambar 2.6
Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, 2015 dan 2019
id
o.
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
tp
ht
Sumber : Proyeksi Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 – 2025 Hasil SUPAS, BPS
id
o.
Sumber : Susenas 2019
.g
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2019 dapat memberikan
ps
gambaran proporsi penduduk laki-laki dan perempuan usia 10 tahun ke atas
.b
menurut status perkawinan (belum kawin, kawin, cerai hidup, dan cerai
ta
ar
sebesar 57,94 persen dan 56,71 persen dan yang berstatus belum kawin
tp
ht
id
umur perkawinan pertama seorang wanita, diantaranya tingkat pendidikan
o.
.g
dan aktivitas dalam kegiatan ekonomi. Umur perkawinan pertama
ps
perempuan pada tahun 2018 di Jakarta terbanyak pada usia 21 tahun
.b
Undang nomor 1 tahun 1974 batas usia menikah untuk perempuan adalah
s:
tp
16 tahun dan pria 19 tahun, dengan jumlah persentase 8,12 persen maka
ht
id
persen, dan 2,2 persen. Pada tahun 2018 naik menjadi 4,7 persen, 16,9
o.
.g
persen, dan 3,6 persen. Untuk penggunaan Pil KB pada tahun 2010
ps
sebesar persen, 26,10 persen turun menjadi 15,74 persen, begitu juga
.b
sebesar 1,9 persen turun menjadi 1,53 persen pada tahun 2018.
ak
//j
34.19
3.12
0.33
id
ditunjukkan ditunjukkan
o.
Sumber : Susenas 2018
.g
Dari gambar 2.10 menunjukkan bahwa penduduk yang berumur 0-
ps
.b
62,36 persen dan 34,19 persen yang memiliki akta kelahiran tetapi tidak
ar
Pertumbuhan
Kabupaten/ Penduduk/Tahun
Satuan 1990 2000 2010 2019
Kota
2010-2019 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kepulauan
(Orang) 14.826 17.245 21.414 24.936 1,70
Seribu
(%) (0,18) (0,21) (0,22) (0,24)
Jakarta Selatan (Orang) 1.905.283 1.784.044 2.071.628 2.262.407 0,98
(%) (23,16) (21,37) (21,49) (21,54)
Jakarta Timur (Orang) 2.064.499 2.347.917 2.705.818 2.906.290 0,80
(%) (25,09) (28,13) ( 28,07) (27,67)
Jakarta Pusat (Orang) 1.074.997 874.595 895.371 912.314 0,21
(%) (13,07) (10,48) (9,29) (8,69)
Jakarta Barat (Orang) 1.820.019 1.904.191 2.292.997 2.587.170 1,35
id
(%) (22,12) (22,81) (23,79) (24,63)
o.
Jakarta Utara (Orang) 1.348.122 1.419.091 1.653.178 1.810.940 1,02
(%) (16,39) (17,00)
.g (17,15) (17,24)
ps
DKI Jakarta (Orang) 8.227.746 8.347.083 9.640.406 10.504.057 0.96
(%) (100,00) (100,00) (100,00) (100,00)
.b
ta
Tabel 2.3
ak
id
Sumber: Sensus Penduduk 1990, 2000, 2010,
o.
Proyeksi Penduduk 2019 Hasil SUPAS 2015
.g
ps
.b
Tabel 2.5
Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta,
ta
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
0–4 10,37 9,79 10,08 8,60 8,43 8,52 8,96 8,63 8,80 8,23 7,95 8,09
5–9 11,34 10,83 11,09 7,77 7,59 7,68 8,23 7,98 8,10 7,69 7,31 7,50
10 – 14 10,72 10,71 10,71 7,59 7,70 7,64 7,20 7,39 7,29 7,29 7,08 7,18
15 – 19 10,97 13,39 12,17 9,95 11,9 10,91 8,14 8,98 8,56 7,77 8,10 7,93
20 – 24 11,93 13,25 12,58 12,42 14,38 13,39 10,48 10,82 10,65 8,37 8,85 8,61
25 – 29 11,51 11,25 11,38 13,51 13,09 13,3 11,51 11,31 11,41 8,89 9,09 8,99
30 – 34 8,84 8,31 8,58 10,95 9,55 10,26 10,64 10,21 10,42 8,84 8,79 8,82
35 – 39 6,87 6,11 6,49 8,08 7,62 7,85 8,95 8,48 8,72 8,98 8,76 8,87
id
40 – 44 4,79 4,55 4,67 6,32 6,03 6,18 7,36 7,10 7,23 8,19 8,00 8,10
o.
45 – 49 4,17 3,73 3,95 4,85 4,39 4,62 5,85 5,88 5,87 7,09 6,94 7,01
50 – 54 3,23 2,92 3,08 3,52 3,17 .g
3,35 4,52 4,59 4,56 5,90 5,80 5,85
ps
55 – 59 2,08 1,86 1,97 2,56 2,22 2,39 3,26 3,23 3,25 4,58 4,58 4,58
.b
60 – 64 1,53 1,48 1,51 1,81 1,68 1,75 2,13 2,15 2,14 3,43 3,49 3,46
ta
65 – 69 0,82 0,8 0,81 1,01 1,02 1,01 1,33 1,44 1,38 2,34 2,43 2,39
ar
70 – 74 0,49 0,53 0,51 0,63 0,66 0,64 0,79 0,92 0,85 1,40 1,55 1,48
ak
75 + 0,34 0,50 0,42 0,44 0,57 0,50 0,65 0,88 0,76 1,00 1,29 1,15
//j
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
s:
id
40 – 44 108 107 106 102
o.
45 – 49 114 113 102 102
50 – 54 113 114 .g 101 101
ps
55 – 59 115 118 103 100
.b
65 – 69
ar
104 102 95 96
70 – 74
ak
95 97 88 90
//j
75 + 70 79 76 77
s:
id
o.
Tabel 2.9
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke atas Menurut Status Perkawinan
.g
dan Jenis Kelamin di DKI Jakarta, Tahun 1990, 2001, 2010 dan 2018
ps
.b
Status
ar
Perkawinan L P L P L P L P
ak
Belum Kawin 48,96 39,29 45,37 40,93 41,7 35,8 38,40 30,85
tp
Cerai Hidup 0,62 3,64 0,52 2,11 0,9 2,9 1,31 3,23
Cerai Mati 0,83 6,62 1,07 6,56 1,4 7,5 2,69 9,07
id
Kondom/Karet KB 0,92 0,30 1,9 11,73
o.
Intravag/Tissue/Kondom
2,55 .g 0,15 0,2
ps
Wanita 0,07
.b
Tabel 2.11
tp
id
berkompetisi dengan bangsa lain sangat diperlukan agar bangsa kita dapat
o.
.g
berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.
ps
Peningkatan kualitas SDM melalui bidang pendidikan, diwujudkan
.b
wajib belajar (Wajar) 6 tahun yang telah dilaksanakan sejak tahun 1984,
ak
1994. Dalam kurun waktu 2 dasawarsa, dampak positif dari program wajib
s:
tp
id
maupun perempuan.
o.
.g
Jika dilihat menurut jenis kelamin, tingkat buta huruf penduduk
ps
perempuan usia 15 tahun keatas pada tahun 2019 lebih besar dibandingkan
.b
persen dan 0,15 persen. Secara umum perubahan angka buta huruf yang
ak
terjadi dari tahun ke tahun pada kelompok umur ini, umumnya disebabkan
//j
pembantu rumah tangga yang berasal dari luar Jakarta yang tidak
ht
id
o.
.g
ps
Sumber : Susenas, 2019
.b
yaitu sebesar 0,40 persen. Sementara angka buta huruf terendah terdapat
ak
kurang dari 1 persen. Artinya posisi ini sudah dikategorikan hard rock sulit
ht
id
o.
Sumber : Susenas, 2019 - BPS .g
ps
Penurunan angka buta huruf selama satu dekade pada seluruh
.b
keniraksaraan lainnya.
Kondisi ini sangat menggembirakan, karena menurunnya angka buta
aksara khususnya pada perempuan akan berdampak pada bertambahnya
peluang perempuan dalam menyerap dan menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi. Hal ini akan mempengaruhi kualitas SDM perempuan yang
berdampak pada tingkat kesejahteraan perempuan itu sendiri sebagai
anggota masyarakat. Jika ia berperan sebagai ibu, maka akan berpengaruh
pada pola pendidikan dan pengasuhan anak-anaknya. Secara bertahap
kondisi ini akan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat secara
umum dan kualitas generasi penerus.
Pemerintah telah bertekad untuk menangani masalah penduduk
buta aksara secara tuntas. Jumlah buta aksara masih potensial untuk
meningkat sebagai ekses masalah-masalah sosial-ekonomi yang berakibat
id
sumber daya manusia di masa mendatang.
o.
.g
ps
3.2. Partisipasi Sekolah
.b
tahun, usia sekolah SMP adalah 13-15 tahun dan usia sekolah SMA adalah
ht
16-18 tahun. Jika APS mencapai angka 100, artinya semua anak usia 7-12
tahun sudah berpartisipasi dalam pendidikan formal. Indikator ini
diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kualitas sumber daya
manusia yang potensial di masa datang. Semakin banyak penduduk yang
berpartisipasi dalam pendidikan, peluang untuk meningkatkan kualitas
SDM di masa datang juga semakin besar.
Dalam kurun waktu tahun 2001-2018, APS penduduk DKI Jakarta
secara umum mengalami kenaikan. Hal ini sangat menggembirakan karena
dengan meningkatnya partisipasi sekolah, diharapkan dapat meningkatkan
human capital bangsa ini di masa mendatang.
Pada Tabel 3.2 dapat dilihat pada tahun 2001 APS kelompok usia
usia 7-12 tahun sebesar 98,03 persen, tahun 2012 naik menjadi 98,97
id
yang dikucurkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berdampak positif pada
o.
.g
peningkatan minat dan partisipasi anak untuk tetap bersekolah.
ps
Gambaran secara rinci Angka Partisisipasi Sekolah (APS) tahun 2018
.b
menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar
ta
ar
berikut.
ak
Gambar 3.3
//j
id
Indikator lain adalah Angka Partisipasi Murni (APM) yang memiliki
o.
.g
pola yang relatif sama dengan APS, artinya di jenjang SD APM lebih tinggi
ps
dibandingkan APM pada jenjang SMP dan SMA. APM SD tahun 2018
.b
sebesar 97,97 persen, angka ini naik dibandingkan tahun 2012 yang
ta
ar
sebesar 90,14 persen. APM SMP juga mengalami kenaikan, dari 70,40
ak
persen pada tahun 2012 menjadi 80,47 persen pada tahun 2018. Begitu
//j
pula pada jenjang SMA, APM mengalami kenaikan dari 53,61 persen pada
s:
tp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Jakarta Selatan 0,84 3,36 2,12 0,30 1,13 0,71 0,00 0,32 0,16
Jakarta Timur 0,88 3,66 2,28 0,26 0,64 0,45 0,00 0,72 0,36
Jakarta Pusat 0,81 3,73 2,31 0,12 0,99 0,56 0,20 0,42 0,31
id
Jakarta Barat 1,89 4,75 3,33 0,31 2,33 1,30 0,50 1,25 0,87
o.
Jakarta Utara 1,18 3,84 2,53 0,69 2,55 1,62 0,04 0,29 0,17
.g
ps
0,15 0,41 0,28
DKI Jakarta 1,15 3,88 2,53 0,34 1,52 0.93 0,15 0,66 0,41
.b
ta
Tabel 3.2.
//j
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Usia Sekolah/ Kep. Seribu Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta DKI
Selatan Timur Pusat Barat Utara Jakarta
Jenis Kelamin
13 – 15
Laki-Laki 100,00 95,10 99,22 95,94 97,76 94,88 96,90
id
Perempuan 98,95 100,00 100,00 98,12 96,71 94,75 97,75
o.
Total 99,43 97,39 99,56 96,84 97,20 94,81 97,31
.g
ps
16 – 18
.b
Tabel 3.4.
ht
Usia Sekolah/ Kep. Seribu Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta DKI
Jenis Kelamin Selatan Timur Pusat Barat Utara Jakarta
id
SMA sederajat
o.
Laki-Laki 70,84 61,96 65,83 52,25 55,96 52,36 59,10
Perempuan 70,16 58,85
.g
67,64 57,81 57,51 57,52 60,94
ps
Total 70,53 60,49 66,79 54,63 56,71 54,96 60,01
.b
ta
Gambar 3.4
Persentase Penduduk Usia 15 tahun ke atas Menurut Pendidikan
Tertinggi yang ditamatkan dan Jenis Kelamin, DKI Jakarta Tahun 2019
id
o.
.g
ps
.b
id
untuk anak tak mampu, anak jalanan dan anak terlantar melalui rumah
o.
.g
singgah yang dikelola oleh Dinas Sosial. Begitu pula untuk penduduk lanjut
ps
usia yang tidak dapat membaca menulis disediakan program kejar paket A
.b
dan paket B. Bagi penduduk usia sekolah yang tidak dapat menyelesaikan
ta
ar
Dari tabel 3.6 terlihat bahwa pada tahun 2019 gedung sekolah di
s:
tp
1.070 buah, SMA sebanyak 491, dan SMK sebanyak 576 buah.
Selain fasilitas gedung sekolah, rasio murid-guru dapat dijadikan
indikator keberhasilan pendidikan. Semakin rendah rasio murid-guru,
diharapkan semakin baik tingkat keberhasilan proses belajar pada anak
didik di sekolah. Hal ini karena beban guru dalam mendidik siswa relatif
lebih ringan dibandingkan dengan rasio murid-guru yang relatif tinggi.
Tabel 3.7 memperlihatkan jumlah guru, murid, sekolah, dan kelas
pada setiap jenjang pendidikan. Sejalan dengan tingginya angka partisipasi
sekolah pada tingkat SD, jumlah murid, guru dan kelas di SD merupakan
yang terbanyak.
Pada jenjang pendidikan SMP dan SMA, jumlah murid dan guru
mulai berkurang dibandingkan pada tingkat SD. Hal yang menarik untuk
diamati adalah pada jenjang pendidikan SMK, ternyata minat masyarakat
id
sekitar 21 murid.
o.
.g
Pada tingkat SMP rasio murid-guru sebesar 19,10 yang berarti
ps
setiap guru rata-rata mengajar untuk sekitar 19 orang murid. Pada jenjang
.b
SMA rasio murid-guru lebih rendah, yaitu 14,60, atau dengan kata lain
ta
ar
id
DKI Jakarta 91 2.378 1.070 491 576
o.
.g
Sumber : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud
ps
.b
ta
Tabel 3.7
Jumlah Guru, Murid dan Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan
ar
id
Sumber : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud
o.
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
tp
ht
id
kemampuan individu.
o.
.g
Perkembangan jumlah penduduk, sebagai akibat adanya perubahan
ps
tingkat kelahiran, kematian dan mobilitas penduduk mempengaruhi
.b
struktur penduduk menurut umur. Hal ini berdampak pula pada meningkatnya
ta
ar
Diagram Ketenagakerjaan
id
o.
.g
Penduduk
ps
.b
ta
ar
Usia Kerja (15 tahun ke atas) Bukan Usia Kerja (di bawah 15 tahun)
ak
//j
s:
tp
Bekerja Pengangguran
Mengurus
Sekolah Lainnya
Rumah Tangga
id
dalam periode survei. Salah satu indikator yang dapat menggambarkan
o.
.g
partisipasi angkatan kerja adalah General Economic Activity Ratio (Rasio
ps
Aktivitas Ekonomi Umum) atau biasa disebut Tingkat Partisipasi Angkatan
.b
tenaga kerja dalam pasar kerja dan biasa digunakan untuk menganalisa
//j
Hal ini memberikan informasi bahwa dari 100 orang penduduk usia kerja,
hampir 65 orang diantaranya adalah angkatan kerja, sedangkan sekitar 35
persen adalah bukan angkatan kerja.
Jika dicermati menurut jenis kelamin (Gambar 4.2), selama periode
Agustus 2018 - Agustus 2019, TPAK laki-laki naik sebesar 2,22 poin (79,57
persen pada Agustus 2018 menjadi 81,79 persen pada Agustus 2019)
sebaliknya TPAK perempuan turun sebesar minus 0,45 poin (48,47 persen
Agustus 2018 menjadi 48,02 persen Agustus 2019).
id
o.
.g
ps
Sumber : Sakernas 2019
.b
ta
id
o.
.g
ps
Sumber : Sakernas 2019
.b
ta
(Gambar 4.4).
id
o.
.g
ps
.b
paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu, dengan
ht
id
penyerap tenaga kerja terbaik penduduk DKI Jakarta dalam berusaha atau
o.
.g
memperoleh pendapatan. Selain itu, sektor perdagangan juga merupakan
ps
pilihan yang mempunyai peluang terbesar, baik yang bersifat formal
.b
id
o.
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
tp
id
o.
Persentase buruh/karyawan turun sebesar 1,00 poin selama
.g
Agustus 2018 - Agustus 2019 (65,66 persen pada Agustus 2018 menjadi
ps
64,66 persen pada Agustus 2019). Tingginya persentase orang yang
.b
ta
Gambar 4.6
id
Persentase Penduduk Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di DKI
o.
Jakarta, Agustus 2018 - Agustus 2019
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
tp
ht
id
o.
Jakarta diduga penduduk yang tergolong angkatan kerja sebagian besar
.g
terserap dalam kesempatan kerja. Penyerapan angkatan kerja dalam
ps
kesempatan kerja disebabkan oleh adanya pertumbuhan pada sektor-
.b
ta
id
waktu) di DKI Jakarta selama periode Agustus 2018 - Agustus 2019.
o.
Persentase setengah penganggur dan pekerja paruh waktu dihitung
.g
ps
terhadap total pekerja tidak penuh.
.b
penganggur turun sebesar 0,15 poin (dari 1,97 persen menjadi 1,82 persen
ar
ak
dan angka pekerja paruh waktu juga turun sebesar 1,24 poin (dari 10,87
//j
Gambar 4.8
ht
id
Sumber : Sakernas 2018 dan 2019
o.
.g
ps
Tabel 4.2
Persentase Penduduk Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama
.b
2018 2019
//j
id
Sumber : Sakernas 2018 dan 2019
o.
Tabel 4.4
.g
Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin
ps
di DKI Jakarta, Agustus 2018 - Agustus 2019 (Persen)
.b
ta
Tabel 4.5
Persentase Penduduk Bekerja dengan Status Pekerja Tidak Penuh
di DKI Jakarta, Agustus 2017 - Agustus 2019
KESEHATAN
id
yang mudah dan terjangkau. Dengan demikian kesadaran penduduk untuk
o.
meningkatkan kesehatannya juga akan terwujud.
.g
ps
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunjukkan keseriusannya dalam
.b
program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang ditujukan untuk penduduk miskin.
//j
penerima program. Berbagai layanan KJS antara lain fasilitas rawat jalan di
tp
ht
seluruh puskesmas dan rawat jalan di rumah sakit pemerintah dengan surat
rujukan dari puskesmas, serta fasilitas rawat inap di puskesmas dan rumah
sakit yang bekerja sama dengan Jamkesmas. Dengan kemudahan dari segi
pembiayaan tersebut diharapkan penduduk dapat lebih sadar dan peduli
untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya.
Dalam hal peningkatan fasilitas kesehatan yang mudah, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta membangun puskesmas yang ada di setiap kelurahan
di wilayah DKI Jakarta. Bahkan Pemprov DKI Jakarta juga menyediakan
puskesmas kecamatan yang ada di setiap kecamatan dan memberikan
pelayanan 24 jam. Di antara 44 puskesmas kecamatan tersebut, 18
diantaranya telah ditingkatkan menjadi rumah sakit umum daerah tipe D
yang mempunyai fasilitas rawat inap dan fasilitas lain layaknya rumah sakit.
Selain itu berbagai RSUD yang ada juga terus dilakukan peningkatan
id
kesadaran penduduk akan kesehatannya antara lain berbagai kegiatan
o.
.g
penyuluhan tentang gizi, penyuluhan dan imunisasi di posyandu,
ps
penyuluhan kesehatan ibu dan anak, senam lansia, kegiatan
.b
lepas dari kerja sama antara pemerintah dengan aparat warga di tingkat
ak
RT/RW.
//j
id
ketidakmampuan memperoleh akses perawatan ibu dan bayi baru lahir,
o.
.g
serta status sosial ibu yang rendah. Kehadiran tenaga kesehatan (sebagai
ps
penolong atau pendamping) pada waktu persalinan, berkaitan dengan
.b
kejadian kematian ibu dan bayi baru lahir yang rendah.i Pemerintah dapat
ta
ar
ke tahun. Sejak tahun 1971 sampai tahun 2000, AKB di Jakarta mengalami
ht
penurunan yang drastis (dapat dilihat pada gambar 5.1). Pada tahun 1971
angka kematian bayi di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 129 per 1000
kelahiran hidup, kemudian menurun menjadi sebanyak 18 kematian bayi
per 1000 kelahiran hidup (sumber: proyeksi Sensus Penduduk 2010).
Kondisi ini memberikan gambaran bahwa program yang dicanangkan
pemerintah dalam rangka menurunkan AKB membuahkan hasil yang cukup
menggembirakan. Terus menurunnya AKB di Jakarta juga mampu
mendorong pencapaian salah satu MDG’s Goal yaitu penurunan angka
kematian anak (AKA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015.
Terus menurunnya AKB menggambarkan peningkatan capaian
pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas kesehatan seperti penyebaran
i
Sarimawar Djaja dkk, Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang
Berkaitan di Indonesia (Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001), hal 155.
id
o.
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
tp
ht
Jika dianalisis menurut gender, setiap tahunnya tren AKB pada bayi
laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan AKB pada bayi perempuan. Hal ini
secara kuat menggambarkan bahwa ketahanan tubuh bayi perempuan
secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan bayi laki-laki, dengan asumsi
status sosial ibu (seperti tingkat pendidikan, status ekonomi, kesehatan,
fertilitas, dll) dan akses dalam menjangkau fasilitas kesehatan adalah
sama. Selisihnya pun juga cukup jauh karena kita berbicara masalah kasus
kematian yaitu sekitar 22 kematian bayi laki-laki dan 14 kematian bayi
perempuan per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2016. Angka ini
id
hidup ini adalah angka harapan hidup (AHH). AHH merupakan alat untuk
o.
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
.g
ps
penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada
.b
dan ditingkatkan.
Pada gambar 5.2 di bawah, terlihat tren AHH di Jakarta seperti anak
tangga yang artinya angka AHH terus mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Hingga tahun 2018, peningkatan AHH terjadi secara perlahan
dimana AHH di Jakarta tergolong cukup tinggi dibandingkan rata-rata
nasional dan provinsi lain. Pada tahun 2018, AHH penduduk di Jakarta
sebesar 72,67 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa anak yang lahir pada
tahun 2018 diperkirakan akan hidup hingga mencapai kurang lebih usia
72,67 tahun. Meningkat dibandingkan tahun 2015 dimana AHH di Jakarta
tercatat sebesar 72,43 tahun. Peningkatan AHH ini juga berkaitan dengan
menurunnya angka kematian bayi. Sehingga berbagai hal penyebab yang
terjadi serta berbagai upaya yang dilakukan juga identik dengan angka
Gambar 5.2
Angka Harapan Hidup di DKI Jakarta, 2015-2018
id
o.
.g
ps
.b
ta
ar
id
hormon prolaktin dan oksitosin yang berperan dalam relaksasi. Menyusui
o.
.g
dapat membantu mengurangi pertambahan berat badan ibu, menurunkan
ps
risiko diabetes, mengurangi risiko radang sendi, menurunkan risiko
.b
lain sebagainya. Namun kondisi bayi dan ibu juga harus diperhatikan
ak
mengupayakan dan mendukung pemberian ASI kepada bayi. Hal ini dapat
ht
terwujud dengan kerjasama dari semua pihak, dari si ibu itu sendiri,
suaminya, orang tuanya, keluarganya, teman-temannya juga ikut
mendukung. Namun payung yang paling besar dan kuat adalah payung
hukum. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2012 tentang pemberian ASI
Ekslusif Pasal 1 Poin 2 menyebutkan bahwa ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain,
sementara Pasal 2 berisi tentang tujuan pemberian ASI Eksklusif yaitu
untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif
selama enam bulan dan memberikan perlindungan kepada ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif, dan juga menghimbau kepada tiap keluarga,
masyarakat dan pemerintah daerah untuk memberikan dukungan terhadap
ii
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Saatnya Kembali ke Air Susu Ibu, https://aimi-asi.org/
id
ekslusif selama 6 bulan dan wanita tersebut belum mendapat haid kembali
o.
.g
dan menyusui lebih dari delapan kali dalam sehari (Saifuddin, 2003 dalam
ps
bidankita.com). Dengan demikian, potensi penurunan angka kelahiran
.b
diwujudkan.
ak
id
Pada tahun 2018, tercatat sebanyak 99,65 persen ibu yang melahirkan
o.
.g
ditolong oleh tenaga medis. Bidan merupakan penolong kelahiran favorit
ps
yang menjadi pilihan masyarakat. Hampir setengah yang memilih penolong
.b
yang lebih banyak memilih tenaga penolong kelahiran yang jelas memiliki
kemampuan yang ahli dalam membantu persalinan seperti dokter spesialis
kandungan maupun bidan.
Gambar 5.3
Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun Menurut Penolong
Kelahiran Bayi Usia 0-23 Bulan di DKI Jakarta, 2018
Perawat Dukun beranak
0.35% 0.35%
Dokter kandungan
49.03%
Bidan
48.15%
Dokter umum
2.11%
id
mudah dijangkau.
o.
5.5 Keluhan Kesehatan .g
ps
Derajat kesehatan dapat dilihat dan diukur dari berbagai aspek.
.b
iii
Badan Pusat Statistik. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) KOR, 2011, diakses dari
https://sirusa.bps.go.id/
Ya Ya
Ya 10,01
11,35 12,27
id
o.
.g
ps
.b
id
o.
.g
ps
.b
ta
penduduk untuk berobat jalan adalah rumah sakit pemerintah dan swasta,
klinik, klinik bersalin, praktik dokter/bidan, puskesmas, UKBM (Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat), praktik pengobatan tradisional,
dan lainnya yang tersebar di seluruh wilayah di Jakarta.
Tahun
Jenis Kelamin
2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
24,96 24,32 23,68 23,04 22,40 21,92
Laki-laki
Perempuan 14,90 14,60 14,30 14,00 13,70 13,46
Laki-laki +
20,02 19,54 19,06 18,58 18,10 17,74
Perempuan
id
o.
Tabel 5.2
.g
Angka Harapan Hidup menurut Jenis Kelamin
ps
di DKI Jakarta, Tahun 2011-2016
.b
Tahun
ta
Jenis Kelamin
ar
Laki-laki +
71,56 71,72 71,88 72,04 72,20 72,34
Perempuan
Laki-laki
Ya 83,43 96,68 88,63 85,04 96,30 98,52 94,03
id
o.
Perempuan
Ya 100 88,33
.g
80,37 92,46 84,69 92,86 86,42
ps
Tidak 0 7,85 19,63 7,54 11,26 7,14 11,66
.b
Laki-laki +
Perempuan
//j
id
o.
Dukun beranak 0,00 0,00 0,93 0,00 0,00 0,00 0,00
.g
ps
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
.b
Tabel 5.5
ak
Jenis
Kelamin/ Kep. Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta DKI
Keluhan Seribu Selatan Timur Pusat Barat Utara Jakarta
Kesehatan
Jenis Kelamin/
Kep. Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta DKI
Keluhan
Seribu Selatan Timur Pusat Barat Utara Jakarta
Kesehatan
Laki-laki
Ya 43,22 20,77 30,93 26,94 24,73 28,28 27,18
Tidak 56,78 79,23 69,07 73,06 75,27 71,72 72,82
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
id
o.
Perempuan
Ya 41,08 21,47 .g
34,47 32,35 31,94 33,91 31,31
ps
Tidak 58,92 78,53 65,53 67,65 68,06 66,09 68,69
.b
Laki-laki +
ak
Perempuan
//j
id
tersedianya rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca, apakah
o.
itu panas, dingin, hujan ataupun terik. .g
ps
Pada perkembangannya, rumah tidak hanya berfungsi sebagai
.b
tempat berlindung, tetapi juga sebagai tempat tinggal. Rumah juga dapat
ta
ar
yang sangat menentukan dalam pemilihan rumah antara lain aspek rumah
ht
id
keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul
o.
.g
dengan tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan,
ps
kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa
.b
dinding dan atap, biasanya memiliki jalan masuk berupa pintu, bisa ada
s:
tp
di luar rumah untuk bekerja, sekolah, atau melakukan aktivitas lain, tetapi
paling sedikit rumah berfungsi sebagai tempat untuk tidur bagi keluarga
ataupun perorangan.
id
Perumahan Rakyat (Permenpera) Nomor 13 Tahun 2012 tentang
o.
.g
Perumahan dan Permukiman. Rumah sejahtera yang bisa memperoleh
ps
kredit pemilikan rumah dengan dukungan fasilitas likuiditas pembiayaan
.b
lantai sebesar kurang dari 20 m2 berada pada urutan ketiga yaitu sebesar
//j
rumah tinggal dengan luas lantai lebih dari 100–149 m2 sebesar 11,72
tp
ht
id
o.
.g
ps
Sumber: Susenas 2012 – 2018
.b
ta
id
2018
o.
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
tp
ht
id
Berdasarkan data yang dilansir UNICEF dan WHO, Indonesia
o.
.g
adalah satu dari 10 negara yang hampir dua pertiga populasinya tidak
ps
mempunyai akses ke sumber air minum bersih padahal air bersih
.b
sehari-hari, dengan air yang bersih tentunya membuat kita terhindar dari
ak
terutama untuk keperluan minum dan masak, merupakan salah satu tujuan
s:
tp
besar seperti di Jakarta air bersih menjadi hal yang langka mengingat di
Jakarta sudah banyak terjadi polusi air dan udara.
Sejak tahun 2010 hingga tahun 2018, sumber air minum terbanyak
yang digunakan oleh rumah tangga di DKI Jakarta adalah air kemasan.
Pengguna air kemasan sebagai sumber air minum pun terus meningkat dari
tahun ke tahun. Seiring dengan kenaikan tersebut penggunaan air minum
leding mengalami penurunan yang signifikan.
Pada tahun 2016 rumah tangga yang menggunakan air kemasan
sebagai sumber air minum sebanyak 70,59 persen dan pada tahun 2018
pengguna air kemasan meningkat menjadi 75,52 persen. Kenaikan yang
signifikan ini dapat dipahami mengingat terjadinya krisis air bersih di
Jakarta, sungai-sungai yang menjadi sumber air bersih sudah tercemar
berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik rumah tangga
id
Selatan dan Jakarta Timur rumahtangga pengguna air bersih terbanyak
o.
.g
kedua bersumber dari pompa air. Hal ini karena lokasi dua wilayah tersebut
ps
relatif jauh dari pabrik dan masih cukup banyak kawasan hijau (Ruang
.b
Terbuka Hijau/RTH).
ta
ar
Air yang telah tercemar dengan feses, apabila air yang digunakan
ak
terdapat di dalam kotoran manusia ataupun hewan), air yang telah tercemar
s:
tp
Gambar 6.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Pompa/Sumur ke
Penampungan Kotoran di DKI Jakarta, 2016-2018
id
o.
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
2016
s:
2018
tp
id
o.
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
id
Berdasarkan Permenkes No.492/MENKES/PES/IV/2010 syarat Air
o.
Minum yang Layak dikonsumsi adalah air yang secara fisik tidak berwarna,
.g
ps
tidak berbau, berasa alami, dan jernih. Itu yang secara kasat mata, tapi
.b
yang secara parameter biologis air minum yang layak dikonsumsi harus
ta
terbebas dari bakteri E-Coli dan Coliform. Selain itu kadar keasaman air
ar
juga harus berkisar antara 6,5–8,5, mengandung mineral dibawah 500 (total
ak
dissolved solid kurang dari 500), bebas dari zat kimia beracun, logam berat,
//j
s:
digunakan oleh WHO sebagai acuan syarat air minum yang layak untuk
ht
id
persen, Kepulauan Seribu sebesar 90,51 persen, Jakarta Timur sebesar
o.
89,62 persen, dan Jakarta Selatan 86,33 persen. .g
ps
.b
Gambar 6.5
ta
id
menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi kecepatan
o.
.g
tinggi yang membawa data, suara, dan video. Dari definisi tersebut, nampak
ps
bahwa teknologi informasi tidak hanya sebatas pada teknologi komputer,
.b
kerja.
Dalam era globalisasi saat ini, telepon seluler atau handphone (HP)
merupakan salah satu alat komunikasi yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan masyarakat modern, terutama di perkotaan. Aktivitas yang
sangat tinggi menjadikan HP swilawebagai alat komunikasi, sebagai sarana
penunjang dalam mempermudah dan mempercepat waktu untuk
menjalankan berbagai aktivitas terkait pekerjaan, hubungan antar manusia,
dan sebagainya. Alat komunikasi sudah menjadi kebutuhan utama
masyarakat Kota Jakarta.
id
Mudahnya teknologi HP menjangkau semua lapisan masyarakat,
o.
berimbas pada menurunnya persentase rumah tangga yang memiliki
.g
telepon rumah. Dari tahun 2012, persentase rumah tangga yang memiliki
ps
telepon rumah di DKI Jakarta mengalami penurunan yaitu dari 19,11 persen
.b
ta
menjadi 18,36 persen di tahun 2015. Pada tahun 2016 rumah tangga yang
ar
memiliki telpon rumah bahkan terus turun mencapai 15,46 persen. Kondisi
ak
yang sama juga terjadi di seluruh wilayah di DKI Jakarta. Hal ini
//j
s:
id
o.
Internet dapat diakses melalui media komputer desktop,
.g
laptop/notebook/tablet, melalui HP/Ponsel, atau media lainnya.
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
tp
ht
id
2016 19,73 37,41 20,81 9,75 12,30 100,00
o.
2018 14.39 34.33 24.86 13.82 12.60 100,00
Jakarta Timur
.g
ps
2013 15,01 40,01 24,06 10,18 10,74 100,00
2014 12,89 38,58 25,70 10,32 12,51 100,00
.b
Jakarta Pusat
2013 27,67 35,34 21,12 5,59 10,28 100,00
//j
Kep Seribu
2016 0,43 24,93 0,00 0,60 74,04 0,00 100,00
2018 0,00 27,06 0,00 2,24 69,17 1,53 100,00
Jakarta Selatan
2016 2,62 49,19 0,00 2,06 46,13 0,00 100,00
2018 2,70 54,74 0,07 3,15 39,34 0,00 100,00
id
Jakarta Timur
o.
2016 3,36 40,61 0,00 0,83 55,20 0,00 100,00
2018 3,17 42,75 0,00 .g
1,58 52,50 0,00 100,00
ps
Jakarta Pusat
.b
Jakarta Barat
ak
Jakarta Utara
ht
DKI Jakarta
2016 4,73 36,42 0,06 1,41 57,38 0,00 100,00
2018 3,56 40,37 0,19 1,67 54,05 0,16 100,00
id
Jakarta Utara 92,35 7,65 0 100,00
o.
DKI Jakarta 96,10 .g
3,90 0 100,00
ps
.b
Tabel 6.4
Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum
//j
Persen-
Kota Air Pompa Sumur/
Leding Lainnya tase
Administrasi Kemasan Air Perigi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kep Seribu
2013 70,06 10,76 0,00 0,00 19,18 100,00
2014 82,30 4,40 0,00 0,50 12,80 100,00
2015 84,04 0,58 0,75 0,73 13,90 100,00
2016 96,21 1,90 0,00 0,27 1,62 100,00
2018 90,51 0,00 0,00 0,00 9,49 100,00
id
2018 79,72 17,95 2,14 0,19 0,00 100,00
o.
Jakarta Barat
2013 61,88 30,89
.g
7,12 0,00 0,11 100,00
ps
2014 68,50 23,40 7,90 0,00 0,20 100,00
2015 66,03 27,77 6,13 0,07 0,00 100,00
.b
Jakarta Utara
ak
DKI Jakarta
2013 70,93 15,48 12,67 0,71 0,21 100,00
2014 71,20 13,60 14,90 0,20 0,10 100,00
2015 70,59 14,36 14,48 0,45 0,12 100,00
2016 72,31 12,90 14,63 0,16 0,00 100,00
2018 75,51 9,54 14,73 0,20 0,02 100,00
Sumber: Susenas 2013 – 2018, BPS
Jarak Pompa/Sumur ke
Kabupaten/ Kota Penampungan (m) Persentase
Administrasi
< 10 10 TT
(1) (2) (3) (4) (5)
Kep. Seribu
2013 0,00 0,00 0,00 0,00
2014 0,00 0,00 100,00 100,00
2015 84,52 15,48 0,00 100,00
2016 0,00 100,00 0,00 100,00
2018 0,00 100,00 0,00 100,00
Jakarta Selatan
2013 40,50 51,64 7,86 100,00
2014 36,82 53,77 9,41 100,00
id
2015 43,69 51,41 4,90 100,00
2016 39,53 54,64 5,83 100,00
o.
2018 39,53 54,64 5,83 100,00
Jakarta Timur .g
ps
2013 34,12 51,76 14,12 100,00
.b
Jakarta Pusat
//j
id
2018 1,43 93,67 0,00 0,61 0,00 4,29 100,00
Jakarta Timur
o.
2016 1,11 94,26 0,89 0,95 0,96 1,83 100,00
2018 0,56 94,19 0,94 1,31.g 0,09 2,90 100,00
ps
Jakarta Pusat
.b
Jakarta Barat
2016 5,14 87,06 0,00 1,19 1,87 4,74 100,00
ak
Jakarta Utara
s:
DKI Jakarta
2016 2,65 88,86 0,51 1,52 0,91 5,55 100,00
2018 1,10 90,70 0,65 1,27 0,02 6,26 100,00
Sumber: Susenas 2016-2018
Kolam/sawah/sungai/
5,51 3,22 2,79 7,49 3,01 2,25 3,28
danau/laut
id
Pantai/Tanah
0,38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,31 0,05
o.
Lapang/Kebun
Lainnya
0,00 0,74 .g
0,89 0,00 0,31 3,12 1,00
ps
.b
Kabupaten/Kota Memiliki
Administrasi Telepon Rumah
(1) (2)
Kep. Seribu
2014 2,23
2015 0,00
2016 0,00
2018 0,00
Jakarta Selatan
2014 22,57
2015 21,14
2016 19,05
2018 15,19
id
Jakarta Timur
o.
2014 17,51
2015 .g 19,04
ps
2016 14,67
2018 10,51
.b
Jakarta Pusat
ta
2014 17,43
ar
2015 20,74
ak
2016 17,24
//j
2018 12,13
s:
Jakarta Barat
tp
2014 20,54
ht
2015 15,84
2016 13,37
2018 8,69
Jakarta Utara
2014 14,66
2015 16,49
2016 14,52
2018 13,03
DKI Jakarta
2014 18,78
2015 18,36
2016 15,46
2018 11,61
Sumber: Susenas 2014-2018, BPS
(1) (2)
Kep. Seribu 67,70
Jakarta Selatan 79,17
Jakarta Timur 77,59
Jakarta Pusat 76,29
Jakarta Barat 73,35
Jakarta Utara 74,10
id
o.
DKI Jakarta
.g 76,16
ps
Sumber: Susenas 2018
.b
ta
ar
Tabel 6.10
Persentase Rumah tangga yang Memiliki Komputer/Laptop
ak
(1) (2)
Kep. Seribu
2016 24,04 75,96 100,00
2018 42,25 57,75 100,00
Jakarta Selatan
2016 55,71 44,29 100,00
2018 70,56 29,44 100,00
id
Jakarta Timur
o.
2016 54,62 45,38 100,00
2018 66,52
.g 33,48 100,00
ps
Jakarta Pusat
2016 50,90 49,10 100,00
.b
Jakarta Barat
ar
Jakarta Utara
s:
id
persentase pengeluaran penduduk untuk konsumsi makanan biasanya
o.
.g
berada di bawah 50 persen. Sedangkan komposisi pengeluaran untuk
ps
makanan di negara-negara berkembang pada umumnya di atas 50 persen.
.b
id
7.1. Distribusi pendapatan, Gini Rasio dan Kriteria Bank Dunia
o.
Untuk menilai tingkat ketidakmerataan (ketimpangan) pendapatan
.g
ps
antar kelompok masyarakat, salah satu alat yang umumnya digunakan
.b
id
o.
Distribusi Gini Rasio DKI Jakarta dan Nasional pada lima tahun
.g
terakhir dapat dilihat pada Gambar 7.1. Angka Gini Ratio Nasional
ps
mengalami tren penurunan hingga mencapai angka 0,382 di Maret 2019 ,
.b
ini tentu sangat menarik untuk diamati karena ternyata tidak sepola dengan
//j
trend penurunan Gini Rasio nasional. Hal ini tentu saja memerlukan
s:
tp
id
o.
.g
ps
Sumber: Susenas 2017-2019
.b
ta
ar
a. Pada batang yang berwarna biru dengan label “40% Bawah” adalah
penduduk DKI Jakarta yang pendapatannya telah diurutkan dari yang
berpendapatan terendah sampai urutan yang ke-40 persennya atau
dapat disebut juga dengan masyarakat berpendapatan rendah, dengan
angka sekitar 16,09 sampai 17,30 persen. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sebanyak 40 persen penduduk DKI Jakarta yang dapat
dikategorikan berpendapatan rendah hanya menguasai sekitar 17
persen total seluruh pendapatan penduduk DKI Jakarta. Suatu angka
yang jauh dibawah persentasenya.
b. Pada batang yang berwarna merah dengan label ”40% Menengah”
adalah penduduk DKI Jakarta yang pendapatannya telah diurutkan dari
yang berpendapatan di atas 40 persen terendah sampai 80 persen atau
dapat disebut masyarakat berpendapatan menengah, dengan angka
id
seluruh pendapatan penduduk DKI Jakarta. Suatu angka yang sangat
o.
.g
tinggi dan jauh di atas dengan proporsi penduduknya.
ps
Dari ketiga penjelasan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa
.b
dikuasainya.
s:
tp
id
Makanan 30/7 X
Pengeluaran
o.
(Seminggu Seminggu
Terakhir) Pengeluaran
.g
Terakhir
Rata-rata
Pengeluaran
Per kapita
ps
Sebulan
(Setelah
Pengeluaran (Total dibagi dengan
.b
Pengeluaran Jumlah
ta
id
o.
Sumber : Susenas 2015 – 2019
.g
ps
Pada gambar 7.4 terlihat bahwa selama kurun waktu 3 tahun
.b
ta
makanan. Hal ini menunjukkan bahwa makanan bukan lagi menjadi porsi
tp
id
o.
.g
ps
.b
ta
ar
makanan menurut wilayah terlihat angka yang relatif sama kecuali untuk
ht
Gambar 7.6
Distribusi Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan untuk Konsumsi
Makanan Menurut Kelompok Pengeluaran di DKI Jakarta (persen), 2018
id
o.
.g
ps
.b
ta
rata per kapita sebulan untuk konsumsi makanan tahun 2018. Hal yang
s:
tp
adalah bahwa pengeluaran untuk rokok dan tembakau cukup besar, pada
tahun 2018 nilainya menempati urutan terbesar kedua. Pengeluaran untuk
rokok dan tembakau mencapai 10,01 persen dari total pengeluaran
makanan. Distribusi pengeluaran untuk rokok dan tembakau bahkan lebih
besar bila dibandingkan dengan pengeluaran untuk padi-padian yang
sebesar 7,68 persen dari total pengeluaran makanan. Kecenderungan
konsumsi rokok yang tinggi di masyarakat DKI Jakarta ini telah berlangsung
dari tahun-tahun sebelumnya.
PAKAIAN, ALAS
KAKI, DAN TUTUP
KEPALA, 4.43
ANEKA BARANG BARANG
DAN JASA, 25.18 TAHAN
LAMA,
4.23 PAJAK, PUNGUTAN
DAN ASURANSI,
5.11
Other, 7.66
PERUMAHAN DAN
FASILITAS RUMAH KEPERLUAN PESTA
TANGGA, 58.50 DAN
UPACARA/KENDUR
id
I, 2.55
o.
.g
ps
Sumber : Susenas Maret 2018
.b
ta
ar
perumahan, (2) aneka barang dan jasa, (3) pakaian, alas kaki dan tutup
//j
kepala, (4) barang tahan lama, (5) pajak, pungutan dan asuransi, (6)
s:
tp
id
o.
.g
ps
Sumber : Susenas Maret 2018
.b
ta
id
2003 21,98 34,94 43,08 0,310
o.
2004 20,18 34,81 45,81 0,363
.g
ps
2005 18,42 32,25 49,33 0,406
.b
id
MINYAK DAN KELAPA 14,412 1,66
o.
BAHAN MINUMAN 20,241 2,33
BUMBU-BUMBUAN
.g 13,262 1,53
ps
BAHAN MAKANAN LAINNYA 14,703 1,69
MAKANAN MINUMAN JADI
.b
378,728 43,58
ta
Tabel 7.3
s:
RATA-RATA
PENGELUARAN NON
JENIS PENGELUARAN NON MAKANAN MAKANAN PER KAPITA
PER BULAN
Rp %
1 2 3
PERUMAHAN DAN FASILITAS RUMAH
630,926 58,50
TANGGA
ANEKA BARANG DAN JASA 271,542 25,18
id
o.
2013 578.816 37,53 963.305 62,47 1.542.121 100
.g
ps
2014 603.655 36,34 1.057.520 63,66 1.661.175 100
.b
ta
ar
INDIKATOR LAINNYA
id
o.
tingkat kesejahteraan baik antar penduduk maupun antar wilayah di
.g
Indonesia pada umumnya, atau di DKI Jakarta pada khususnya.
ps
.b
8.1. Kemiskinan
id
o.
menyentuh masyarakat.
.g
ps
Untuk mengukur tingkat kemiskinan, diperlukan suatu konsep
.b
id
o.
Jumlah penduduk miskin selain dipengaruhi oleh garis kemiskinan
.g
juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti laju pertumbuhan ekonomi dan
ps
inflasi. Seperti kita ketahui bahwa sebagian dari mereka yang berada di
.b
ta
Mereka sangat rentan, dapat jatuh ke bawah garis kemiskinan atau naik
ak
id
o.
Sumber : Susenas Maret, 2015-2019 .g
ps
Tren jumlah penduduk miskin dari tahun 2015 hingga tahun 2019
.b
ta
2019 yang sebesar 3,47 persen merupakan jumlah yang terkecil selama 5
//j
s:
id
Sumber : Susenas, 2015-2019
o.
.g
ps
Gambar 8.2 menunjukkan perubahan GK di DKI Jakarta selama
.b
487.388 rupiah per kapita per bulan. Garis Kemiskinan ini terus mengalami
ar
peningkatan, dan meningkat menjadi 510.388 rupiah per kapita per bulan
ak
pada tahun 2016. Pada tahun 2017 mulai menembus angka 536.546, tahun
//j
s:
2018 sebesar 593.108 rupiah per kapita per bulan, serta mencapai 637.260
tp
Gambar 8.3
Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta,
Maret 2017 dan Maret 2018 (persen)
id
o.
Kota Jakarta Pusat dengan angka kemiskinan sebesar 3,59 persen pada
.g
tahun 2018, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang sebesar
ps
3,78 persen. Kota Jakarta Barat dan Jakarta Timur dengan angka
.b
ta
terendah pada tahun 2018 sebesar 2,83 persen, lebih rendah dibandingkan
tp
Gambar 8.4
Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di DKI Jakarta,
Maret 2017 dan Maret 2018 (ribu rupiah/kapita/bulan).
id
o.
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
8.2. Kriminalitas
Untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
yang bermantabat dalam kehidupannya, diperlukan upaya agar hak-hak
dasar manusia dapat terpenuhi. Selain terpenuhinya kebutuhan pangan,
termasuk dalam hak dasar manusia adalah kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, dan
lingkungan. Selain itu diperlukan juga rasa aman dari perlakukan atau
id
o.
.g
ps
.b
ta
ar
ak
//j
s:
tp
ht
Pada tahun 2018, persentase penduduk DKI Jakarta yang pernah menjadi
korban kejahatan sebanyak 1,1 persen dari total penduduk. Pemerintah DKI
Jakarta dan aparat berwenang mampu memberikan perlindungan terhadap
warga Jakarta, dimana sebanyak 98,90 persen penduduk Jakarta tidak
pernah menjadi korban kejahatan selama tahun 2018. Bila dilihat dari jenis
kelamin, laki-laki lebih banyak menjadi korban kejahatan dibanding dengan
perempuan. Dimana laki-laki yang menjadi korban kejahatan sebanyak
1,26 persen, lebih tinggi dibanding perempuan yang mencapai 0,95 persen.
1. Kependudukan
Secara umum jumlah penduduk DKI Jakarta terus meningkat
sepanjang tahun 1990-2019. Pada tahun 1990 penduduk DKI Jakarta
sebesar 8,23 juta jiwa, naik menjadi 10,50 juta jiwa pada tahun 2019.
Pertumbuhan penduduk pada periode 1990-2000 relatif rendah, yaitu 0,14
id
persen per tahun. Setelah itu pertumbuhan penduduk pada periode 2000-
o.
2010 mencapai 1,43 persen per tahun, dan laju pertumbuhan penduduk
.g
ps
pada tahun 2015-2019 dibawah 1 persen per tahun.
.b
dengan kondisi tahun 2015 sebesar 72,35 persen. Dengan kata lain
tp
2. Pendidikan
Angka buta huruf (ABH) di DKI Jakarta untuk penduduk usia 15
tahun keatas baik laki-laki dan perempuan, keduanya dibawah satu persen.
ABH perempuan usia 15 tahun keatas sebanyak 0,66 persen dan laki-laki
sebanyak 0,15 persen. Untuk ABH pada tingkat kabupaten/kota menurut
jenis kelamin yang tertinggi adalah Kota Jakarta Barat yang mencapai 1,25
persen untuk perempuan dan terendah di Jakarta Timur. Di Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur yang tidak ada buta huruf untuk penduduk laki-laki.
Pada tahun 2012 angka partisipasi sekolah (APS) usia 7-12 tahun
id
sebesar 98,97 persen, pada tahun 2018 angka ini meningkat menjadi 99,71
o.
.g
persen. APS penduduk usia 13-15 tahun juga mengalami kenaikan dari
ps
93,79 persen pada tahun 2012 dan pada tahun 2018 menjadi 97,31 persen.
.b
Begitu pula pada kelompok usia 16-18 tahun, angka partisipasi sekolah dari
ta
ar
60,81 persen pada tahun 2012 naik menjadi 71,81 persen pada tahun 2018.
ak
3. Ketenagakerjaan
Tingkat partisipasi angkatan kerja pada bulan Agustus 2019
mencapai 64,81 persen yang merupakan tertinggi sejak Agustus 2017.
Angka partisipasi angkatan kerja menurut jenis kelamin yang tertinggi tetap
angkatan kerja laki-laki yang mencapai 81,79 persen dibandingkan dengan
angkatan kerja perempuan yang hanya 48,02 persen. Bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (Agustus 2018), partisipasi angkatan kerja total
dan angkatan kerja laki-laki mengalami kenaikan sedang angkatan kerja
perempuan mengalami penurunan sebanyak 0,45 poin. Adanya
peningkatan TPAK diduga karena adanya masyarakat yang telah lulus
pada sekolah formal yang masuk ke pasar kerja, Selain itu, adanya migrasi
penduduk usia kerja dan keluarganya yang masuk ke DKI Jakarta, juga
4. Kesehatan
Indikator kesejahteraan masyarakat pada bidang kesehatan antara
id
lain dapat dilihat dari angka harapan hidup (AHH), gizi balita, pemberian air
o.
.g
susu ibu (ASI), penolong kelahiran dan keluhan kesehatan, AHH DKI
ps
Jakarta menunjukkan peningkatan dari tahun 2015-2018, AHH pada tahun
.b
2015 mencapai 72,43 tahun meningkat pada tahun 2018 AHH mencapai
ta
ar
72,67 tahun.
ak
2018 sebanyak 99,65 persen dari balita yang ada ditolong kelahirannya
ht
5. Perumahan
Gambaran umum kondisi fisik bangunan tempat tinggal rumah
tangga di DKI Jakarta antara lain dapat dilihat dari luas lantai bangunan
id
dari tahun 2016 sebesar 72,31 persen. Sementara, pengguna pompa air
o.
.g
sebesar 14,73 persen, kemudian pengguna air leding sebesar 9,54 persen.
ps
Pengguna leding terus menurun seiring dengan meningkatnya pengguna
.b
air kemasan. Dibandingkan tahun 2013, pengguna air leding turun dari
ta
ar
15,48 persen, kemudian tahun 2016 12,90 persen, dan menjadi 9,54 persen
ak
di tahun 2018.
//j
id
yang sebesar 17,42 persen.
o.
7. Indikator Lainnya
.g
ps
Angka kemiskinan pada Maret 2019 sebesar 3,47 persen dengan
.b
jumlah penduduk miskin sebesar 365 ribu jiwa. Garis Kemiskinan (GK)
ta
Maret 2018 sebesar 593.108 rupiah per kapita per bulan, meningkat
ar
ak
menjadi 637.260 rupiah per kapita per bulan pada Maret 2019.
//j